Makalah Agroteknologi
Makalah Agroteknologi
Makalah Agroteknologi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada berdasarkan latar belakang di atas adalah
sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemasaran
2
1. Pengertian pemasaran menurut para ahli adalah
a. Menurut G. Karta Sapoetro,cs. Pemasaran adalah Segala yang dilakukan
agar barang – barang hasil produksi dari produsen dimungkinkan mengalir
secara lancer ke sektor konsumen.
b. Menurut WD. Downey & Steven P. Ericson, Pemasaran adalah proses yang
mengakibatkan aliran produk melalui sistem dari produsen ke konsumen.
c. Menurut Kotler, Pemasaran adalah Proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar produk yang bernilai satu sama
lain.
2. Jenis Pasar Produk Pertanian
Ada 5 (lima) jenis pasar untuk hasil pertanian, yaitu :
1) Pasar penampung sementara.
Jenis pasar ini lebih dikenal dengan pedagang pengumpul. Dimana
pedangang tersebut mengumpulkan hasil usaha tani dari berbagai produsen
hasil usaha tani yang relatif kecil, jenis pasar ini lebih disukai kebanyakan
produsen hasil usaha tani karena tidak memerlukan biaya tambahan untuk
menjual hasil usaha taninya, namun biasanya harga yang ditetapkan oleh
pedagang relatif rendah.
2) Pasar lokal.
Pasar lokal merupakan pasar yang bertempat disekitar wilayah produsen
hasil usaha tani. Tujuan pasar ini, guna mempermudah akses penjualan hasil
usaha tani dari produsen ke konsumen.
3) Pasar pusat distribusi atau Pasar Induk.
Jenis pasar ini sudah mementingkan aspek kualitas dibanding dengan kedua
jenis pasar diatas, harga relatif lebih tinggi, fungsi pembinaan petani juga
sudah dilakukan serta fungsi sortasi dan pengepakan sudah lebih baik. Jenis
pasar ini juga telah dikelola dengan baik dan professional baik dari pihak
swasta maupun pemerintah.
4) Pasar Eceran.
Jenis pasar ini umumnya dikelola oleh pihak swasta, dimana kualitas sangat
dipentingkan daidalamnya. Dari segi harga juga relatif tinggi. Contoh jenis
pasar ini, yaitu Supermarket, swalayan, pasar segar, dll.
5) Pasar dunia / pasar ekspor.
Jenis pasar ini sangat ketat didalam penilaian kualitas dan mutu produk.
Namun hanya sebagian kecil yang mampu menembus pangsa pasar yang
satu ini, alasanya karena kualitas produksi hasil usaha tani kita masih jauh
dibawah standar internasional. (Sibali, Rahmat. 2014)
3
Gambar 1. Pemasaran Hasil Pertanian
Dalam usaha agribisnis, pemasaran menjadi kunci utama agar produk pertanian
bisa sampai ke pasar atau konsumen akhir. Namun sayangnya, sistem pemasaran
yang berlangsung di Indonesia belum bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Banyaknya perbedaan harga atau marjin pemasaran yang relatif besar masih
menjadi tantangan utama dalam pemasaran hasil pertanian.
Maka dari itulah, petani harus bisa memilih rantai terpendek dalam
memasarkan produknya. Selain itu, petani juga harus bisa menentukan sendiri
harga jual produknya jika dipasarkan langsung ke konsumen akhir. Untuk
memaksimalkan potensi agribisnis ini, dibutuhkan strategi yang tepat dan efektif
dalam pemasarannya.(Suhendi, Anda. 2014)
Berikut ini beberapa strategi pemasaran hasil pertanian agribisnis pertanian
yang bisa dijalankan.
1. Membentuk Koperasi Agribisnis
Koperasi yang merupakan organisasi bisnis yang dijalankan oleh sekelompok
orang untuk mencapai kepentingan bersama memang sangat diperlukan untuk
pengembangan agribisnis. Kegiatan agribisnis yang masih menjalankan
aktivitasnya sendiri-sendiri perlu mereformasikan diri supaya lebih fokus pada
perwujudan koperasi pertanian dengan pelayanan usaha dari hulu sampai hilir.
2. Dukungan Perbankan Daerah
Usaha kedua agar pemasaran hasil pertanian berjalan lancar adalah dukungan
perbankan daerah. Untuk mewujudkan pemasaran agribisnis yang baik di
daerah- daerah maka dibutuhkan dukungan peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan. Perbankan sangat berguna untuk menentukan maju mundurnya
agribisnis daerah.
4
Perbankan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 ialah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat. Simpanan dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan menurut Hasibuan (2005:2), pengertian Perbankan adalah badan
usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial
assets) serta bermotif profit juga sosial. Jadi bukan untuk mencari keuntungan
saja.
3. Lelang
Sistem lelang akan meningkatkan harga jual produk karena lembaga pemasaran
selanjutnya dapat dipilih berdasarkan harga belinya yang tertinggi.
Petani dapat lebih mudah mendapat keuntungan dan terhindar dari permainan
harga oleh tengkulak atau pengepul.
Lelang mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi privat dan fungsi publik, berikut ini
adalah fungsi penjelasannya.
1) Fungsi Privat Lelang, terbentuk pasalnya lelang merupakan salah satu cara
mempertemukan pembeli dengan penjual suatu barang atau jasa. Hubungan
yang terjalin hanya menyangkut pembeli dan penjual yang terlibat dalam
kegiatan ekonomi itu. Calon pembeli atau penjual dalam pelelangan bisa
bergabung secara sukarela dengan tujuan memperoleh keuntungannya.
2) Fungsi Publik Lelang, terbentuk pada saat lelang digunakan sebagai salah
satu instrumen untuk menjalankan tugas umum pemerintahan oleh Aparatur
negara. Seperti yang kita ketatahui, kebijakan pemerintahan bertujuan untuk
memenuhi kepentingan umum, nah hal inilah yang disebut dengan fungsi
publik lelang. Berikut beberapa fungsi publik lelang antara lain.
a. Penanganan aset yang dikuasi negara untuk bisa meningkatkan
efisensi dan tertib administrasi serta pengelolaannya.
b. Memberikan pelayanan penjualan barang yang aman, cepat, tertib
dan dengan harga wajar.
c. Menambah pendapatan negara dari lelang tersebut.
4. Menjalin Hubungan Dengan Konsumen.
Menjalin hubungan yang baik dengan konsumen merupakan kunci
terakhir yang harus menjadi pegangan untuk mencapai kesuksesan dalam
berbisnis. Selain strategi di atas, sekarang ini banyak pihak swasta yang mulai
memberikan dukungan kepada petani dengan membuatkan suatu market
place pertanian. Di dalam market place ini petani dapat menerapkan sistem
jual beli produk pertaniannya secara online. Pemerintah pun turut mendukung
hal tersebut dengan meresmikan sistem pemasaran produk pertanian secara
online untuk memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani kepada
konsumen. Sinergi pemasaran ini melibatkan
5
tiga kementerian, yaitu Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Kementerian Perdagangan serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah. Saat ini ada beberapa market place yang
sudah bisa diakses oleh petani. Salah satu di antaranya adalah RegoPantes
RegoPantes adalah sebuah wadah yang memungkinkan petani menjual hasil
taninya langsung ke konsumen secara online. Dengan menjual langsung,
diharapkan harga di tingkat petani bisa lebih bagus lagi.
1) Kesinambungan produksi.
Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil petanian
berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu:
a. Pertama, volume produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala
usaha kecil (small scale farming). Pada umumnya petani melakukan
kegiatan usaha tani dengan luas lahan yang sempit, yaitu kurang dari 0,5
ha. Di samping itu, teknologi yang digunakan masih sederhana dan
belum dikelola secara intensif, sehingga produksinya belum optimal
b. Kedua, produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-
waktu tertentu. Kondisi tersebut mengakibatkan pada saat musim
produksi yang dihasilkan melimpah sehingga harga jual produk tersebut
cenderung menurun. Sebaliknya pada saat tidak musim produk yang
tersedia terbatas dan harga jual melambung tinggi, sehingga pedagang-
pedagang pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk
membeli produk tersebut. Bahkan pada saat-saat tertentu produk
tersebut tidak tersedia sehingga perlu didatangkan dari daerah lain.
6
c. Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan
dalam proses pengumpulan produksi. Hal ini disebabkan karena letak
lokasi usaha tani antara satu petani dengan petani lain berjauhan dan
mereka selalu berusaha untuk mencari lokasi penanaman yang sesuai
dengan keadaan tanah dan iklim yang cocok untuk tanaman yang
diusahakan. Kondisi tersebut menyulitkan pedagang pengumpul dalam
hal pengumpulan dan pengangkutan, sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mengumpulkan produk yang dihasilkan petani.
Kondisi tersebut akan memperbesar biaya pemasaran.
d. Keempat, sifat produk pertanian yang mudah rusak, berat dan
memerlukan banyak tempat. Hal ini menyebabkan ada pedagang-
pedagang tertentu yang tidak mampu menjual produk pertanian, karena
secara ekonomis lebih menguntungkan menjual produk industri
(agroindustri).
2) Kurang memadainya pasar.
Kurang memadainya pasar yang dimaksud berhubungan dengan cara
penetapan harga dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan harga jual
produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang berlaku; tawar-menawar;
dan borongan. Pemasaran sesuai dengan harga yang berlaku tergantung
pada penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme pasar.
Penetapan harga melalui tawar-menawar lebih bersifat kekeluargaan,
apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli maka transaksi
terlaksana. Praktek pemasaran dengan cara borongan terjadi karena
keadaan keuangan petani yang masih lemah. Cara ini terjadi melalui
pedagang perantara. Pedagang perantara ini membeli produk dengan jalan
memberikan uang muka kepada petani. Hal ini dilakukan sebagai jaminan
terhadap produk yang diingini pedagang bersangkutan, sehingga petani
tidak berkesempatan untuk menjualnya kepada pedagang lain.
7
kecenderungan produk-produk yang dihasilkan dijual dengan harga yang
rendah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang meraih keuntungan besar
pada umumnya adalah pihak pedagang.
Keterbatasan modal tersebut berhubungan dengan:
a. Sikap mental petani yang suka mendapatkan pinjaman kepada
tengkulak dan pedagang perantara. Hal ini menyebabkan tingkat
ketergantungan petani yang tinggi pada pedagang perantara, sehingga
petani selalu berada dalam posisi yang lemah.
b. Fasilitas perkreditan yang disediakan pemerintah belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Ada beberapa faktor yang
menyebabkannya antara lain belum tahu tentang prosedur pinjaman,
letak lembaga perkreditan yang jauh dari tempat tinggal, tidak mampu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Di samping itu khawatir
terhadap risiko dan ketidakpastian selama proses produksi sehingga
pada waktunya tidak mampu mengembalikan kredit. Ini menunjukkan
pengetahuan dan pemahaman petani tentang masalah perkreditan
masih terbatas, serta tingkat kepercayaan petani yang masih rendah.
5) Fluktuasi Harga.
Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari
perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya
harga dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan
per hari atau dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Untuk komoditas
pertanian yang cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pengaruh
perubahan permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali
sehingga harga yang berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati
perubahan harga pasar yang berbeda pada pagi, siang dan sore hari.
Pada saat musim produk melimpah harga rendah, sebaliknya pada saat
tidak musim harga meningkat drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani
sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu juga dengan pedagang
sulit dalam memperkirakan permintaan.
6) Kurang tersedianya informasi pasar.
Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang
diproduksi, di mana, mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual
dengan keuntungan terbaik. Oleh sebab itu informasi pasar yang tepat dapat
mengurangi resiko usaha sehingga pedagang dapat beroperasi dengan
margin pemasaran yang rendah dan memberikan keuntungan bagi pedagang
itu sendiri, produsen dan konsumen.
Keterbatasan informasi pasar terkait dengan letak lokasi usaha tani
yang terpencil, pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data yang
masih kurang dan lain sebagainya. Di samping itu, dengan pendidikan
8
formal masyarakat khususnya petani masih sangat rendah menyebabkan
kemampuan untuk mencerna atau menganalisis sumber informasi sangat
terbatas.
7) Kurang jelasnya jaringan pemasaran.
Produsen dan/atau pedagang dari daerah sulit untuk menembus
jaringan pemasaran yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang terlibat
dalam jaringan pemasaran tersebut dan tempat kegiatan berlangsung tidak
diketahui. Di samping itu, tidak diketahui pula aturan-aturan yang berlaku
dalam sistem tersebut. Hal ini menyebabkan produksi yang dihasilkan
mengalami hambatan dalam hal perluasan jaringan pemasaran.
Pada umumnya suatu jaringan pemasaran yang ada antara produsen
dan pedagang memiliki suatu kesepakatan yang membentuk suatu ikatan
yang kuat. Kesepakatan tersebut merupakan suatu rahasia tidak tertulis yang
sulit untuk diketahui oleh pihak lain.
8) Rendahnya kualitas produksi.
Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan karena penanganan yang
dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan
kegiatan mulai dari prapanen sampai dengan panen yang belum dilakukan
dengan baik. Masalah mutu produk yang dihasilkan juga ditentukan pada
kegiatan pascapanen, seperti melalui standarisasi dan grading. Standarisasi
dapat memperlancar proses muat-bongkar dan menghemat
ruangan. Grading dapat menghilangkan keperluan inspeksi, memudahkan
perbandingan harga, mengurangi praktek kecurangan, dan mempercepat
terjadinya proses jual beli.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi antara lain mutu
produk dapat berubah setelah berada di tempat tujuan, susut dan/atau rusak
karena pengangkutan, penanganan dan penyimpanan. Hal ini menyebabkan
produk yang sebelumnya telah diklasifikasikan berdasarkan mutu tertentu
sesuai dengan permintaan dapat berubah sehingga dapat saja ditolak atau
dibeli dengan harga yang lebih murah.
9) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
Masalah pemasaran yang tak kalah pentingnya adalah rendahnya mutu
sumberdaya manusia, khususnya di daerah pedesaan. Rendahnya kualitas
sumberdaya manusia ini tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang
memadai, sehingga penanganan produk mulai dari prapanen sampai ke
pascapanen dan pemasaran tidak dilakukan dengan baik. Di samping itu,
pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan
belum mengarah kepada praktek pemasaran. Hal ini menyebabkan
pengetahuan petani tentang pemasaran tetap saja kurang, sehingga subsistem
pemasaran menjadi yang paling lemah dan perlu dibangun dalam sistem
agribisnis.
Kondisi yang hampir sama juga terjadi di perkotaan, yaitu kemampuan
para pedagang perantara juga masih terbatas. Hal ini dapat diamati dari
kemampuan melakukan negosiasi dengan mitra dagang dan mitra usaha yang
bertaraf modern (swalayan, supermarket, restoran, hotel) masih langka.
9
Padahal pasar modern merupakan peluang produk pertanian yang sangat
bagus karena memberikan nilai tambah yang tinggi. (Sugiarto,2011)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sibali, Rahmat. 2014. Makalah untuk Pasaran Hasil Usaha Tani. (Online). Diakses
pada tanggal 25 November 2014.
10
Gulo, Agusman. 2012. Pemasaran Hasil Pertanian. (Online). Diakses pada tanggal 25
November 2014.
Suhendi, Anda. 2014. Aspek Pemasaran Hasil Pertanian. (Online). Diakses pada
tanggal 25 November 2014.
https://kompasiana.com/parlin.nainggolan/pengertian-pemasaran-pertanian 25 Juni
2015
11