Kel 6 Kep Anak
Kel 6 Kep Anak
Kelompok 6 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kebutuhan Khusus.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen Umbu Njakatara S.Kep., Ns., M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Anak.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kebutuhan Khusus bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Umbu Njakatara S.Kep.,
Ns., M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................12
REFERENSI.........................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
perkembangan bicara dan bahasa; 4) tidak perhatian terhadap lingkungan; 5)
koordinasi gerakan kurang; 6) hipersalivasi (Aqila Smart, 2014).
Belum ada angka yang jelas tentang anak dengan kecacatan di Indonesia, oleh
karena penelitian tentang anak dengan kecacatan masih sangat kurang. (WHO,
2003 dalam Kemenkes RI, 2014) memperkirakan jumlah anak berkebutuhan
khusus di Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah anak. Hasil Riskesdas (2010)
menyebutkan bahwa persentase kecacatan pada anak usia 24-59 bulan
menunjukkan proporsi terbesar adalah tuna daksa (cacat tubuh) sebesar 0,17%,
tuna wicara sebesar 0,15% dan tunagrahita sebesar 0,14%. Sedangkan di Jawa
Timur, prevelensi anak penderita tunagrahita sebanyak 125.190 jiwa. Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat (LBKM), mengatakan bahwa jumlah anak
penyandang tunagrahita di Surabaya mencapai 10% sampai 20% pada kelas
rendah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Jumlah ini terbilang tinggi, mengingat kota
Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia (Kementrian Sosial RI,
2012).
5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Askep pada anak dengan kebutuhan
Khusus
2. Untuk mengetahui Praktik anamneses Riwayat Penyakit
3. Untuk mengetahui Prosedur pemeriksaan fisik pada anak dengan
kebutuhan khusus
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Karakteristik
7
a. Pada umumnya, anak dengan gangguan perkembangan mempunyai
pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan
potensialnya.
b. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelainan
perilaku maladaptif, yang berkaitan dengan sifat agresif secara
verbal atau fisik, perilaku yang suka menyakiti diri sendiri,
perilaku suka menghindarkan diri dari orang lain, suka menyendiri,
suka mengucapkan kata atau kalimat yang tidak masuk akal atau
sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak menentu sebab
akibatnya, selalu ketakutan, serta sikap suka bermusuhan
c. Pribadi anak dengan gangguan perkembangan mempunyai
kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang
salah
d. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti
terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang
tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi
penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak dengan
gangguan perkembangan.
Menurut Yusuf (2015) gejala anak retardasi mental, antara lain sebagai
berikut.
8
Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari
kemampuan dasar.
e. Tingkah laku kurang wajar yang terus-menerus. Banyak anak
retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas.
Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya memutar-mutar jari di
depan wajahnya dan melakukan halhal yang membahayakan diri
sendiri, misalnya menggigit diri sendiri, membentur-beturkan
kepala, dan lain-lain
9
c. Data Antropometrik
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan
merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat.
Tinggi badan
d. Kulit, Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna
kulit, edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh
darah, hemangioma, nevus, bercak ‘café au kait’, pigmentasi, tonus,
turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria
e. Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga,
leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan
lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
f. Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar
kepala, asimetri, sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun,
pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur
pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah yang
paling menonjol daripada oksipital posterior.
g. Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak
antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan,
tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.
h. Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat,
nistagmus, ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis,
konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus. Strabismus
ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
i. Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping
hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
j. Tenggorok, Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat
skalpel, anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras,
selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah.
Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan, eksudat,
kripte)
10
k. Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi
telinga, nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani.
Pemeriksaan menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
l. Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak
trakhea, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan
gerakan leher.
m. Ekstremitas Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya,
clubbing finger, dan pembengkakan tulang. Persendian Periksa : suhu,
nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan. Otot
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retardasi mental (RM) adalah tingkat fungsi intelektual yang secara
signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes intelegensi yang
dilaksanakan secara individual (Yustinus, 2006). Istilah lain dari retardasi mental
yang sering digunakan di Indonesia yaitu tunagrahita. Menurut Apriyanto dalam
Utami (2016) tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental (mental
retardation). Tuna berarti merugi, grahita berarti pikiran. Retardasi mental (mental
retardation atau mentally retarded) berarti keterbelakangan mental.
12
REFERENSI
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/HABIBI.pdf Diakses tanggal
22 Mei 2021
http://repository.wima.ac.id/15074/1/BAB%201.pdf Diakses tanggal 22
Mei 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Kepera
watan-Anak-Komprehensif.pdf Diakses tanggal 22 Mei 2021
13