Asuhan Keperawatan Anak Dengan KKP

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KKP

OLEH:
TULUS PUJI HASTUTI
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien
Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit difisiensi
gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga
Protien Energi Malnutrisi ( PEM )
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu
Kwashiorkor dan marasmus. Diantara kedua bentuk
tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus
Kwasiorkor “
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b. Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang
parah dan pemasukan kalori yang kurang.
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan
antara marasmus dan kwashiorkor.
. ETIOLOGI
1. Marasmus
a) Masukkan kalori yang kurang akibat
kesalahan pemberian
makanan.
b) Penyakit metabolik
c) Kelainan kongenital
d) Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh
lainnya.
. Kwashiorkor
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protien
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.
PATOFISIOLOGI
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan
sejumlah energi yang dalam keadaan normal
dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan.
Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada masukan
yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya
digunakan cadangan protein sebagai sumber
energi. Penghancuran jaringan pada defesiensi
kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya,
seperti berbagai asam amino.
. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan
yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh
jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem
dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,
akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam
serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin
kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari
hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan
lemah dalam hati.
GEJALA KLINIS
1. Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet
walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan
menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung,
tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih
besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak
sianosis.
Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan
mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan
koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis
dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta
mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-
garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B
kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
1. Pada kwashiorkor ;penurunan kadar albumin,
kolesteron dan glukosa.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat,
sehingga perbandingan albumin dan globulin
serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma
relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat
menigkat.
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA
sekretori rendah.
PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak
mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup
cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk
mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian
perenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor
atau marasmus kwashiorkor.
2) 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3) Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4) Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5) Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada
anak besar
6) KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7) Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN
KKP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien:
Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst.
2. Keluhan utama
Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya
mengalami bengkak pada kaki dan tangan,
kondisi lemah dan tidak mau makan, BB
menurun dll.
Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya
rewel, tidak mau makan, badan kelihatan kurus
. Riwayat kesehatan;
a. Riwayat penyakit sekarang
a) Kapan keluhan mulai dirasakan
b) Kejadian sudah berapa lama.
c) Apakah ada penurunan BB
d) Bagaimanan nafsu makan psien
e) Bagaimana pola makannya
f) Apakah pernah mendapat pengobatan,
dimanan, oleh siapa, kapan, jenis obatnya.
Pola penyakit dahulu
a) Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit
seperti sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga
a) Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita
penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi
atau kurang protein.
d. Riwayat penyakit sosial
a) Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
b) Apakah kebutuhan pasien tepenuhi.
c) Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien
d) Bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga.
e. Riwayat spiritual
a) Adanya kepercayaan yang melarang makanan
tertentu.
PENGKAJIAN FISIK.
1. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien
sehubungan dengan status gizi pasien meliputi :
b) Pemampilan umum pasien menunjukkan status
nutrisi atau gizi pasien
c) Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut
rontok, BB menurun, muka seperti bulan.
d) Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut
kemerahan dan kusam, tampak siannosis, perut
membuncit.
2. Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium;
– feses, urine, darah lengkap
– pemeriksaan albumin.
– Hitung leukosit, trombosit
– Hitung glukosa darah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
A. Pada Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai
dengan pasien tidak mau makan, anoreksia, makanan tidak
bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu
makan, BB bertambah ½ kg per 3 hari.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional:
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan
mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan
pasien
d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik
pembuluh darah.
e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein
untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat
melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB
bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria
pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya
tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-
gerakan yang ringan.
Rasional :
a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk
beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai
kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan
aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal.
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya
tanpa bantuan orang lain.
Potensial terjadinya komplikasi b.d
rendahnya daya tahan tubuh
Tujuan :
a. Mencegah komplikasi
Intervensi :
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b. Menjaga personal hygiene pasien
c. Memberikan penkes tentang pentingnya
gizi untuk kesehatan.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional :
a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya
tahan tubuh.
b. Personal hygiene mempengaruhi status
kesehatan pasien.
c. Pendidikan gizi menentukan status gizi dan
status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan
secara cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
Pada marasmus.
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat
ditandai dengan pasien tidak mau makan, BB menurun,
anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB
bertambah ½ kg / 3 hari , rambut tidak kusam, penderita mau
makan.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan.
d. Memberi makanan TKTP
e. Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f. Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional :
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan
mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan
pasien
d. Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap
gizi pasien.
e. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui
parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½
kg tiap 3 hari.
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d
intake yang kurang adekuat ditandai dengan turgor
kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa
haus ,nadi cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan
kreteria ; turgor kulit normal, bibir lembab, pasien
tidak mengeluh haus, nadi normal.
Intervensi :
a. mengukur tanda vital pasien.
b. Menganjurkan agar minum yang banyak kepada
pasien
c. Mengukur input dan output tiap 6 jam.
d. Memberikan cairan lewat parenteral
Rasional :
a. Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan
keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
b. Alternative penggantian cairan secara cepat.
c. Input dan output menggambarkan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh pasien.
d. Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui
parenteral.
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi
ditandai dengan turgor kulit normal, mokusa bibir
lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi
normal.
. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria
pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
dibantu orang lain.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b. Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah
posisi.
d. Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan
ringan.
Rasional :
a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik
pasien.
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk
beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan
aktivitas pasien.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal.
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA :
Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan
Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume
2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s
Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis
Missouri.

Anda mungkin juga menyukai