Eksplorasi Dan Produksi Migas
Eksplorasi Dan Produksi Migas
Eksplorasi Dan Produksi Migas
Migas atau sering disebut juga dengan Minyak dan Gas Bumi mempunyai suatu
lembaga/institusi yang bernama Perusahaan Migas, yang bergerak di bidang kegiatan
pertambangan, pengolahan, pembuatan, dan pengeboran bahan bakar minyak yang berasal
dan diolah dari bumi. Minyak dan Gas Bumi berasal dari organisme (fosil) dari plankton
maupun tumbuhan yang mengalami proses pematangan sebagai akibat dari pembebanan
dan temperatur yang cukup dalam kurun waktu yang panjang, sehingga unsur-unsur karbon
dan hidrogen terpisahkan membentuk senyawa baru berupa Hidrokarbon
Dalam skala yang lebih besar, gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dapat
digunakan sebagai bahan bakar boiler, furnance dan pembangkit listrik di industri. Agar
bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan bahan baku industri, LNG diregasifikasi
(diubah kembali menjadi bentuk gas) terlebih dahulu di terminal penerimaan LNG (LNG
receiving terminal). Hasil minyak dan gas bumi sebagai pembangkit energi juga banyak
termanfaatkan untuk kebutuhan sarana dan prasarana transportasi. Untuk jalur udara, avtur
digunakan sebagai bahan bakar pesawat dengan mesin turbin, dan avigas untuk bahan bakar
pesawat bermesin propeler. Di darat, aspal merupakan hasil yang sangat krusial untuk
pembuatan jalur yang mulus dan kokoh. Di atas jalan tersebut, berlalu-lalang kendaraan
bermotor yang bergerak dengan energi dari bensin yang diolah dari naptha sebagai bahan
intermediatenya. Selain minyak bumi, kini gas bumi juga dimanfaatkan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor.
Bahan galian tersebut dikuasai oleh negara dimana hak penguasaan negara berisi
wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau penguasaan bahan
galian, serta berisi kewajiban untuk menggunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Sektor pertambangan dapat dijadikan sebagai salah satu penunjang kesejahteraan
rakyat Indonesia, baik pertambangan dalam skala besar yang dilakukan oleh perusahaan
maupun pertambangan berskala kecil yang dilakukan oleh masyarakat atau yang lebih
dikenal dengan pertambangan rakyat. Hal tersebut dikarenakan sektor pertambangan
memiliki nilai ekonomis yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan juga menjadi
salah satu sumber pemasukan Negara yang cukup besar nilainya.
Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) telah
mengamanatkan dan menyebutkan bahwa: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.” Artinya pengelolaan sumber daya alam atau kekayaan alam yang terkandung di
dalam negara seharusnya dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk minyak dan gas bumi yang
merupakan sumber daya alam yang tak terbaharui (unrenewable resources) dan sangat
langka. Minyak dan Gas Bumi sendiri mempunyai nilai yang sangat strategis bagi
kepentingan hidup bangsa Indonesia sebagai sumber energi dalam negeri dan sumber
penerimaan negara yang sangat signifikan.
Industri migas di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memberi pemasukan
besar dan merupakan pilar dalam perekonomian negara. Industri migas di Indonesia tidak
hanya berkontribusi pada pendapatan dan pengeluaran pemerintah (APBN), tapi juga
menyediakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor pendukung migas
seperti industri baja, industri pipa, industri perkapalan, produsen rig, oil platform/oil rigs.
Ratusan ribu bahkan jutaan tenaga kerja bergantung pada sektor migas ini.
Minyak dan gas bumi merupakan hasil dari proses mahluk hidup purbakala yang
mati dan terkubul selama jutaan tahun mendapatkan tekanan dan suhu tinggi lalu berproses
menjadi mineral. Industri migas bumi membagi menjadi dua tahap yaitu, tahap eksplorasi
dan tahap produksi.
Pertama, studi geologi para ahli geologi melakukan survei untuk memetakan kondisi
permukaan bumi secara detail. Survei dilakukan dengan meneliti batuan yang terbentuk di
lokasi tertentu. Para ahli geologi memetakan sebaran batuan, formasi batuan, umur batuan,
kandungan mineral pada batuan, fosil, geokimia, stratigrafi (susunan lapisan batuan),
sedimentasi, serta struktur geologi.
Prospek keberadaan migas disuatu tempat sangat ditentukan oleh kondisi geologi
daerah dimana pada daerah tersebut harus memenuhi Petroleum system yang ada. Minyak
dan gasbumi bisa terdapat di suatu daerah, terutama sekali didasarkan pada adanya
beberapa parameter yang menjadi persyaratan mutlak terperangkapnya atau terjebaknya
minyak dan gasbumi, yaitu:
1. Batuan induk yang cukup matang (Source Rocks) Batuan induk merupakan batuan
asal dimana minyak bumi (senyawa HC) terbentuk. Secara umum batuan induk
merupakan batuan klastik halus (serpih), berwarna gelap, kandungan zat organik
melimpah yang merupakan fosil akibat proses pengendapan dilaut (marin). Berdasar
perkembangan teknologi pada saat ini semua batuan halus (serpih, napal dan
sebagainya) terutama asal marin, dapat bertindak sebagai batuan induk.
2. Ada jalan migrasi yang baik (Migrations) Migrasi adalah proses pergerakan minyak
dan gas bumi. Migrasi dibagi menjadi 2 (dua) macam: migrasi primer adalah
berpindahnya minyak dan gas bumi dari batuan induk masuk ke dalam batuan
reservoir lapisan penyalur (carrier beds) dan migrasi sekunder adalah pergerakan
minyak dalam lapisan reservoir itu sendiri menuju ke tempat akumulasi.
3. Batuan reservoir (Reservoir Rocks) merupakan batuan yang mempunyai
kemampuan menampung dan menyimpan cairan/gas hidrokarbon, mempunyai
ronggarongga yang saling berhubungan.
4. Adanya perangkap (Traps) Migrasi sekunder minyak dan gas bumi telah
membawanya ke zona yang mempunyai tekanan dan temperatur yang lebih kecil
daripada lingkungan batuan induk. Ditempat ini minyak dan gas bumi sudah tidak
dapat berpindah tempat lagi, kondisi dimana minyak dan gas bumi sudah tidak
dapat bergerak lagi dan terakumulasi di suatu tempat inilah disebut minyak bumi
telah terperangkap.
5. Ada batuan penutup (Cap Rocks) Batuan penutup pada suatu reservoir, adalah
lapisan batuan yang karena sifat fisiknya dapat bertindak sebagai penghalang yang
tidak dapat ditembus oleh fluida (impermiabel), sehingga fluida yang sudah
terperangkap tidak dapat lari kemana-mana.
Studi geologi dilakukan untuk memahami struktur susunan batu dibagian bawah, dari
hasil studi ini dapat diketahui lebih lanjut dengan menggunakan studi geofisika.
Kedua, studi geofisika bertujuan untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer dibawahnya. Proses ini berlangsung
selama enam bulan hingga satu setengah tahun tergantung dari luasan area dan yang dituju.
Studi geofisika meliputi survei seismik yang dilakukan untuk memetakan kondisi lapisan
bebatuan di bawah permukaan tanah. Gambaran lapisan bebatuan diperoleh dengan
mencatat gelombang pantulan getaran dari dalam tanah pada kedalaman tertentu dan
direkam oleh alat pencatat penerima getaran, semacam alat pendeteksi gempa. Di darat,
getaran itu diperoleh dengan cara meledakkan dinamit yang ditanam pada kedalaman
tertentu. Survei Seismik merupakan metode yang paling banyak dilakukan untuk
mengetahui sifat fisik batuan. Melalui kegiatan seismik keadaan dibawah tanah dapat
direkonstruksi menjadi gambar 2D maupun 3D. Kegiatannya berlangsung dari satu hingga
empat tahun tergantung dari lokasi dan tipe reservoir. Berdasarkan hasil intepretasi gambar
jika ditemukan lapisan yang berpotensi menyimpan cadangan migas, maka selanjutnya
kegiatan pengeboran ekplorasi. Data seismik yang akurat belum menjamin terdapatnya
cadangan migas, data tersebut harus dibuktikan dengan pengeboran semakin dalam lapisan
di bor maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. Pengeboran merupakan bagian
terpenting dalam ekplorasi atau produksi. Lama waktu pengeboran satu sumur satu hingga
empat bulan.
Minyak dialirkan melalui tangki pengumpul sementara gas dialirkan melalui pipa
kepada konsumen. Proses pengangkatan ini dapat memanfaatkan tekanan alami atau
menggunakan metode pengangkatan buatan. Pada kontrak kerjasama yang dianut Indonesia
semua biaya yang timbul dari kegiatan produksi maupun ekplorasi sepenuhnya ditanggung
kontraktor dan nantinya akan dikembalikan saat lapangan sudah menghasilkan dalam
bentuk hasil produksi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi dan produksi migas
memakan waktu dan proses yang lama kurang lebih sepuluh tahun. Minyak dan gas bumi
yang saat ini kita nikmati merupakan hasil dari ekplorasi dan produksi selama puluhan
tahun. Semua dilakukan untuk menjamin ketersediaan minyak dan gas bumi bagi masa
depan.
Setelah tahap eksplorasi migas menemukan lokasi cadangan minyak dan gas bmi,
selanjutnya dilakukan tahap produksi migas dengan membuat sumur-sumur minyak. Tahap
ini bertujuan untuk mengangkat cadangan minyak dan gas dari perut bumi ke permukaan
bumi, kemudian menuju gas booth atas gas separator untuk pemisahan fasa cair dan gas.
Fasa gas yang terpisah dialihkan melalui pipa gas plant untuk proses pengolahan gas lebih
lanjut. Sedangkan fasa cair masuk ke wash tank untuk pemisahan minyak dan air. Minyak
yang terpisah (crude oil) dialirkan ke shipping tank agar lebih bersih, selanjutnya dikirim ke
kilang minyak untuk dijadikan produk yang diinginkan.
Pada awal produksi, biasanya tekanan dari dalam bumi (tekanan deservoir) masih
cukup besar, sehingga minyak dan gas bumi dapat mengalir ke permukaan dengan
sendirinya (natural flow). Sayangnya, kini tekanan dari dalam bumi makin berkurang,
sehingga minyak dan gas bumi tidak bisa lagi mengalir ke permukaan dengan sendirinya.
Solusi yang dapat dilakukan agar minyak dan gas bumi bias mengalir ke permukaan adalah
dengan menggunakan teknologi pendorong. Berdasarkan jenis tenaga pendorong (drive
mechanism) tersebut, maka reservoir minyak dan gas bumi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Solution gas drive, yaitu tenaga pendorong yang berasal dari gas yang terlarut di
dalam minyak;
2. Gas Cap Drive, yaitu tenaga pendorong yang berasal dari gas bebas (gas cap) yang
berada di atas lapisan minyak;
3. Water Drive, yaitu tenaga pendorong yang berasal dari air yang berada di bawah
lapisan minyak.
Pada dasarnya, terdapat cara lain untuk menjaga dan meningkatkan tekanan deservoir
sehingga minyak dan gas bumi dapat diproduksi. Caranya ialah menerapkan
teknologi enhanced oil recovery di mana terdiri dari injeksi air, injeksi gas bumi, miscible
gas/kimiawi, dan proses pemanasan (thermal).
Tahap kedua adalah pengolahan di kilang minyak. Pada kilang minyak, minyak akan
mengalami sejumlah proses yang memisahkan komponen hidrokarbon, mengubah struktur,
dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang bermanfaat untuk bahan bakar, bahan
baku industri serta produk-produk lainnya.
Secara umum, pengolahan yang berlangsung di dalam kilang minyak bisa digolongkan
menjadi lima bagian, diantaranya:
1. Destilasi, yakni penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini sering
disebut sebagai proses primer karena yang dihasilkan adalah produk-produk dasar,
seperti gas, nafta, dan minyak tanah.
2. Konversi, yakni proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon.
3. Pengolahan (treatment), yakni menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah
lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk akhir.
4. Formulasi dan pencampuran (blending), yakni pencampuran fraksi-fraksi
hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan
spesifikasi tertentu.
5. Proses lainnya, seperti pengolahan limbah, penghilangan air asin (sour-water
sripping), pendinginan, pembuatan hydrogen, dan lain-lain.
Proses pendistribusian ini memiliki alah satu kanal distribusi minyak dan gas bumi
adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Proses distribusi menuju SPBU
dimulai dari pengangkatan minyak dari bawah permukaan tanah yang kemudian dibawa ke
kilang penyulingan melalui pipa atau refinery. Terkadang minyak tidak dialirkan melalui
pipa tapi dalam drum atau barel dan dibawa dengan kapal tanker ke refinery di tempat lain.
Sampai disini, minyak masih berupa minyak mentah yang sering diberitakan menjadi acuan
harga minyak dunia. Setelah minyak mentah diproses lebih lanjut di refinery, komponen-
komponennya akan dipisahkan berdasarkan berat kondensasinya. Biasanya, dari satu barel
minyak mentah akan didapatkan 5 liter aspal, 6 liter LPG, 15 liter bahan bakar pesawat, 35
liter solar, 73 liter bensin, dan 25 liter produk lainnya.
Setelah diolah, proses selanjutnya adalah distribusi. Secara singkat, sistem distribusi
minyak dan gas bumi meliputi keseluruhan rangkaian kegiatan pengangkutan mulai dari
kilang dan/atau terminal, depot hingga penyaluran ke konsumen. Distribusi bisa melalui
pipa, kapal laut, truk, kereta api, pesawat udara, atau alat transportasi khusus, seperti LNG
Receiving Terminal. Bensin yang sudah disuling akan diambil sampelnya dan masuk ke
dalam laboratorium pengujian untuk diuji kandungannya. Bila sudah lolos pengujian
berdasarkan kadar oktan tertentu, maka bensin itu siap untuk dijual. Selanjutnya, bensin
dialirkan ke berbagai terminal. Di terminal, truk-truk tangki sudah menunggu. Truk-truk itu
akan mengantarkan bensin ke sejumlah POM bensin di sekitarnya. Jika letaknya terpencil,
maka bensin diantarkan dengan pesawat terbang. Bensin yang dibawa oleh truk tadi, akan
disimpan di tangki bawah tanah tiap SPBU, lalu dipompa ke dispenser sebelum menuju ke
nozzle. Kemudian, bensin baru dialirkan masuk ke dalam tangki kendaran bermotor.
Begitulah proses eksplorasi dan produksi hingga pendistribusian minyak dan gas bumi.
Proses ini tidaklah mudah serta membutuhkan waktu puluhan tahun, maka masyarakat
Indonesia harus membentuk kesadaran dan harus membiasakan diri untuk lebih menghemat
energi. Semoga penghematan energi yang dilakukan dapat bermanfaat untuk anak-anak dan
masyarakat Indonesia mulai hari ini hingga masa depan nanti.