Makalah Penyimpanan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 61

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI

PUSKESMAS AHMAD YANI PULAU ENDE


KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Lisna Yunus
PO. 530333215700

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI FARMASI
KUPANG
2018
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas Rahmat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “ PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS

AHMAD YANI PULAU ENDE“ dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang

penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende dengan

menggunakan lembar observasi. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan

syarat dalam menyelesaikan tugas akhir pada Jurusan Farmasi Poltekkes

Kemenkes Kupang.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya atas

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis juga menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Ibu Ragu Harming Kristina SKM, M.kes selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kupang.

2. Ibu Maria Hilaria, S.Si., S.Farm., M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Kupang.

3. Ibu Dra. Elisma, Apt., M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing

dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan

proposal penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Emanuel G.A Rahmat, S.Farm, Apt selaku penguji I yang telah

memberikan masukan-masukan saran dalam penulisan proposal.

v
5. Para dosen dan staf pengajar yang telah membantu penulis selama

menuntut ilmu di Jurusan Farmasi Kupang.

6. Orang tua dan semua keluarga yang selalu mendukung baik moral maupun

materi serta doa bagi penulis.

7. Teman-teman yang selalu membantu (Sasa, Kiki, Purani, Natalia, Fany,

Maria Kodo danYuni Mole).

8. Teman-teman Farmasi Reguler B angkatan XVI yang telah saling

mendukung dan membantu serta memberikan masukan-masukan yang

baik dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis ucapkan selamat

membaca, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Kupang,

Penulis

vi
INTISARI

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya yang telah diolah berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan yang spesifik secara
aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan profil penyimpanan vaksin di puskesmas Ahmad Yani Pulau
Ende dengan berdasarkan 3 kategori penilaian yaitu sarana dan prasarana, keadaan
lemari es dan pengelolaan vaksin. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Cara penggumpulan data dengan pengamatan langsung menggunakan
lemba robservasi, kemudian dilakukan pengolahan data, dihitung dan dinyatakan
dalam persentase. Dari hasil penelitian yang dilakukan, hamper semua kategori
penyimpanan vaksin memiliki penyimpanan yang baik. Hal ini dilihat dar
perolehan persentase ketiga kategori penyimpanan vaksin yaitu sarana dan
prasarana dengan persentase 75%, keadaan lemari es dengan persentase 81% dan
pengelolaan vaksin dengan persentase 88%. Kesimpulan yang diperolah dari
profil penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende dinyatakan
baik dengan persentase 81%.

Kata Kunci : Penyimpanan Vaksin, lembar Observasi.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................ v
INTI SARI............................................................................................... vii
DAFTAR ISI............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5


A. Puskesmas........................................................................... 5
B. Vaksin................................................................................. 6

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 17


A. Jenis Penelitian................................................................... 17
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................. 17
C. Variabel Penelitian............................................................. 17
D. Populasi Penelitian............................................................. 17
E. Sampel dan Teknik Sampel............................................... 17
F. Instrumen Penelitian........................................................... 17
G. Definisi Operasional........................................................... 18
H. Prosedur Penelitian............................................................. 18
I. Sumber Data....................................................................... 19
J. Teknik Penggumpulan Data............................................... 19
K. Teknik Analisa Data........................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 21


A. Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende.................................. 21
B. Penyimpanan Vaksin.......................................................... 22
C. Profil Penyimpanan Vaksin................................................ 27

viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 29
A. Simpulan............................................................................. 29
B. Saran................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 31

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Vaksin yang dimiliki oleh puskesmas..................................... 21
Tabel 2. Persentase kategori sarana dan prasarana................................ 22
Tabel 3.Persentase kategori keadaan lemari es..................................... 24
Tabel 4. Persentase kategori pengelolaan vaksin.................................. 25
Tabel 5. Persentase profil penyimpanan vaksin di puskesmas ahmad 28
yani pulau ende berdasarkan 3 kategori..................................

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Lemaries type RCW 50 EK................................................. 43
Gambar 2. Vaksin dalam lemari es........................................................ 43
Gambar 3. Vaccine vial monitor (VVM) pada vaksin.......................... 43
Gambar 4. Kartu stok vaksin................................................................. 44
Gambar 5. Pengisian lembar observasi................................................. 44

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Contoh lembar observasi................................................... 33
Lampiran 2. Rekapitulasi hasil penelitian............................................. 36
Lampiran 3. Rekapitulasi hasil pengamatan.......................................... 42
Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan penelitian...................................... 43
Lampiran 5. Surat ijin penelitian........................................................... 45
Lampiran 6. Surat selesai penelitian 48

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009, upaya

kesehatan adalah setiap keinginan dan/atau serangkaian kegiatan secara

terpadu, terintegrasi dan bersinambungan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan pengobatan penyakit dan dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Kemenkes RI, 2009 ).

Konsep paradigma sehat di dalam pembangunan kesehatan adalah

pembangunan kesehatan yang lebih memprioritaskan upaya promotif dan

preventif dibanding kuratif dan rehabilitatif. Program imunisasi merupakan

salah satu upaya yang telah terbukti sangat efektif menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian serta kecatatan pada bayi dan balita

(Kemenkes RI, 2009).

Pemberian imunisasi dilakukan dengan menggunakan vaksin

sebagai komponen utama dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap

penyakit menular tertentu, untuk itu ketersediaannya harus terjamin hingga

ke sasaran dan masih layak digunakan (Maulana, 2009).

Vaksin merupakan unsur biologis yang memiliki karakteristik

tertentu dan memerlukan penanganan rantai vaksin secara khusus sejak

diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan kesehatan , untuk

mencapai tujuan secara maksimal, maka perlu ditunjang dengan


pengelolaan dan ketersediaan vaksin dalam jumlah yang cukup, berkualitas

serta tepat waktu ( Kemenkes RI, 2005).

Pemantauan suhu penyimpanan vaksin sangat penting dalam

menetapkan secara tepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak,

dengan cara selalu memperhatikan vaccine vial monitor (VVM) yang ada

pada setiap masing-masing vaksin untuk mengetahui apakah vaksin masih

layak untuk digunakan. Studi yang diper\oleh Program Appropriate

Technology in Health (PATH) dan Kementrian Kesehatan RI tahun 2001-

2003 menyatakan bahwa 75% vaksin di Indonesia telah terpapar suhu beku

selama distribusi. Dari data tersebut Suhu beku dijumpai selama

transportasi dari provinsi ke kabupaten (30%), penyimpanan di lemari es

kabupaten (40%) dan penyim panan di lemari es puskesmas (30%)

(Kemenkes RI, 2003).

Pengelolaan vaksin di puskesmas merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam pelayanan imunisasi. Setiap unit pelayanan imunisasi

harus mengelola vaksin dengan benar sesuai pedoman pengeloaan vaksin

sebagai mutu pelayanan imunisasi. Pengembalian sisa vaksin dari

posyandu lebih dari 24 jam merupakan salah satu faktor terjadinya

kerusakan vaksin (Kemenkes RI, 2006).

Salah satu tahap dalam pengelolan vaksin adalah penyimpanan

dengan memperhatikan syarat-syarat penyimpanan antara lain pemantauan

suhu yang harus sesuai dengan sensitivitas vaksin, terhindar dari

kelembaban serta terhindar dari paparan sinar matahari langsung.

2
Penyimpanan vaksin yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut akan

menyebabkan kerusakan vaksin dan menurunkan potensi dari vaksin

tersebut dan jika digunakan di unit pelayanan dapat menyebabkan

menurunnya kekebalan tubuh terhadap anak bahkan dapat menyebabkan

KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ) (Kemenkes RI, 2006).

Sebelumnya telah dilakukan penelitian dari Dasi (2015) tentang

gambaran penyimpanan vaksin pada puskesmas di kabupaten TTS yang

menyatakan bahwa penyimpanan vaksin di puskesmas pada umumnya

berhubungan dengan tidak dilakukannya monitoring suhu serta tidak

tersedianya thermometer didalam lemari es. Pengelolaan vaksin yang baik

tidak terlepas dari pemantauan suhu lemari es, akan tetapi sampai saat ini

masih banyak puskesmas-peskesmas yang penyimpanan vaksinnya kurang

memperhatikan suhu yang ada. Penelitian kedua dari Masriana (2017)

tentang profil penyimpanan vaksin pada puskesmas di kabupaten ngada

dengan 4 puskesmas yang berada di kabupaten ngada yang memiliki

presentasi sangat baik dari keempat puskesmas tersebut

Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende adalah satu-satunya

puskesmas yang berada di Pulau Ende dengan jarak tempuh 17 km dari

kota ende. Puskemas Ahmad Yani berlokasi di Desa Rendoraterua

kecamatan Pulau Ende. Masyarakat pulau ende memiliki keterbatasan

listrik yang hanya memiliki akses listrik selama 12 jam sehari. Berdasarkan

uraian latar belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang

Profil Penyimpanan Vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende.

3
B. Rumusan Masalah

Bagaimana Profil penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau

Ende ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Profil Penyimpanan Vaksin di Puskesmas Ahmad

Yani Pulau Ende.

2. Tujuan khusus

Untuk mendapatkan gambaran profil penyimpanan vaksin yang meliputi

sarana dan prasarana, keadaan lemari es dan pengelolaan vaksin di

Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai tempat untuk mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya serta menambah

pustaka bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sebagai

bahan evaluasi dalam menerapkan sistem penyimpanan vaksin yang

sesuai standar.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas

1. Pengertian

Puskesmas adalah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional

yangmerupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat disamping

melakukan pelayanan secara meyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok ( Wardhana, 2013 ).

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah unit pelaksanateknis

dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerjanya

(Kemenkes RI, 2014).

2. Pelayanan kesehatan di puskesmas

Fasilitas pelayana kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitasi yang dilakukan oleh perintah,

pemerintah daerah dan/atau masyarakat (Kemenkes RI, 2014 ).


Menurut Trihono ( 2005 ) ada 3 fungsi puskesmas, yaitu :

1) Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, seperti

memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

2) Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dan

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

3) Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

B. Vaksin

1. Pengertian

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,

masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah

diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid,

protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan

menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi

tertentu (Kemenkes RI, 2017).

Vaksin adalah produk biologi yang sangat mudah rusak dan

kehilangan pontensi apabila tidak dikelola dengan baik. Jika terjadi

kerusakan dalam pengeolaan, maka vaksin tidak dapat digunakan lagi.

Vaksin sangat rentan terhadap kerusakan, sehingga pengelolaan

vaksin memerlukan penanganan khusus. Untuk dapat mempertahankan

mutu vaksin, maka penyimpanan dan pendistribusian harus dalam suhu

yang sesuai dari sejak dibuat hingga akan di gunakan. Jika tidak ditagani

6
dengan baik maka dapat mengakibatkan kerusakan vaksin, menyebabkan

potensi vaksin dapat berkurang bahkan hilang dan tidak dapat diperbaiki

lagi sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar (Nossal,

2003).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu vaksin

a) Pengaruh kelembaban kemasan ampul atau botol tertutup

kedap.Kelembaban hanya berpengaruh terhadap vaksin yang disimpan

terbuka atau penutupnya tidak sempurna (bocor), pengaruh kelembaban

sangat kecil dan dapat diabaikan jika kemasan vaksin baik.

b) Pengaruh suhu (temperature effect)

Suhu adalah faktor yang sangat penting dalam penyimpanan vaksin

karena dapat menurunkan potensi maupun efikasi vaksin yang

bersangkutan apabila disimpan pada suhu yang tidak baik. Suhu

penyimpanan vaksin yang tepat akan berpengaruh terhadap umur

vaksin.

c) Pengaruh sinar matahari (sunlight effect )

Setiap vaksin yang berasal dari bahan biologi harus dilindungi langsung

maupun tidak langsung, sebab bila tidak demikian, maka vaksin

tersebut akan mengalami kerusakan dalam waktu singkat (Kemenkes

RI, 2017).

7
3. Penggolongan Vaksin

Penggolongan vaksin di bagi dalam dua golongan yaitu :

1) Penggolongan berdasarkan asal antigen

Terbagi menjadi dua jenis yaitu :

a) Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan.

(1) Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow fever.

(2) Bakteri : BCG.

b) Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan

(1) Seluruh partikel diambil

(a) Virus : IPV (Injectable/Inactivated Polio Vaccine)

(b) Bakteri : Pertusis

(2) Sebagian partikel diambil

(a) Murni : Moningococal

(b) Gabungan : Hib (Haemofilus Influensa tipe B)

(c) Recombian : Hepatitis B

2) Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu

a) Vaksin sensitif beku (Freeze sensitive = FS), yaitu vaksin yang akan

rusak terhadap suhu dingin dibawah 0oC (beku) seperti : Hepatitis B,

DPT-HB, DT dan TT.

b) Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive =HS), yaitugolongan akan

rusakterhadap paparan sinar yng berlebihan seperti: BCG, Polio dan

Campak.

8
4. Pengelolaan Vaksin

Pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,

penyimpananan dan pendistribusian, penggunaan, pencatatatan dan

pelaporan serta monitoring dan evaluasi.Vaksin hendaklah dikelola secara

optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis obat,

penyimpanan, waktu pendistribusian, dan penggunaan obat serta terjamin

mutunya di unit pelayanan kesehatan.

1) Penerimaan/pengambilan vaksin (transportasi)

a) Pengambilan vaksin dari puskesmas ke kabupaten/kota dengan

menggunakan peralatan vaksin yang sudah ditentukan. Misalnya

cold box atau vaccine carrier.

b) Sebelum memasukan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa

indikator vaksin, vaccine vial monitor (VVM). Vaksin yang boleh

digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A apabila kotak segi

empat lebih terang dari lingkaran atau tingkat B apabila kotak segi

empat berubah gelap tetapi lebih terang dari lingkaran. Sedangkan

VVM pada tingkat C apabila kotak segi empat berwarna sama

dengan lingkaran dan menunjukan batas untuk tidak digunakan lagi

atau tingkat D apabila kotak segi empat lebih gelap dari lingkaran,

tidak dapat digunakan lagi.

c) Masukan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa dan

di bagian tengah diletakan thermometer muller, untuk jarak jauh bila

freeze tag/watch tersedia dapat dimasukan kedalam alatpembawa.

9
d) Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan

dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar

mataharilangsung.

e) Catat dalam bukti vaksin : tanggal penerimaan vaksin, jumlah,

nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2) Penyimpanan vaksin

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai

didistribusikan ketingkat berikutnya atau digunakan, vaksin harus

selalu disimpan pada suhu yang sudah ditetapkan, yaitu :

a) Provinsi

Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -150C s.d. -25oC pada

freezer room atau freezer. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2oC

s.d. 8oC pada cold room atau vaccine refrigerator.

b) Kabupaten / Kota

Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -150C s.d. -25oC pada

freezer. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2oC s.d. 8oC pada cold

room atau vaccine refrigerator.

c) Puskesmas

Semua vaksin disimpan pada suhu 2oC s.d. 8oC pada vaccine

refrigerator. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan

pada suhu ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung

(Kemenkes RI, 2017).

10
Tabel 1. Penyimpanan Vaksin Dan Suhu

VAKSIN PROVINSI KAB/KOTA PKM/PUSTU Bides/UPK

MASA SIMPAN VAKSIN

2 BLN+1 BLN 1 BLN+1 BLN 1 BLN+1 MG 1 BLN+ 1 MG

POLIO -15°C s.d. -25 °C


DPT-HB-Hib

DT

BCG

CAMPAK 2°C s.d. 8°C

Td

IPV

Hepatitis B

Suhu ruang
Sumber : Depkes RI, 2017

3) Pendistribusian vaksin

a) Memilih vaksin yang akan di keluarkan dengan mempertimbangkan

prioritas antara lain : vaksin dengan VVM yang mempunyai kondisi

B di keluarkan terlebih dahulu.

b) Membuat cold pack dengan mengisi cold pack dengan air biasa

kemudian dimasukan ke dalam lemari es dengan suhu 2°C s/d 8°C

selama minimal 24 jam.

c) Menyiapkan kotak vaksin ( cold box/vaccine carrier) jangan ada

yang retak atau pecah dan selalu dibersihkan sebelum digunakan.

11
4) Jenis-jenis vaksin

Jenis-jenis vaksqin yaitu vaksin BCG, vaksin DPT (Difteri Pertusis

Tetanus), vaksin TT (Tetanus Toxoid), vaksin DT (Difteri Tetanus),

vaksinPolio, vaksin Campak, vaksin HepatitisB, vaksin DPT-HB

(Kemenkes RI, 2006).

5) Rantai vaksin atau cold chain

Rantai vaksin atau cold chain adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan

prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang

telah ditetapkan (Kemenkes RI,2009).

6) Peralatan rantai vaksin

Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam

pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur pengelolaan vaksin untuk

menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan.Jenis peralatan rantai

vaksin :

a) Lemari es

Berdasarkan sistem pendinginnya, lemari es dibagi menjadi 2, yaitu

sistem kompresi dan sistem absorbsi. Perbedaan kedua sistem

tersebut adalah :

(1) Sistem kompresi

(a) Lebih cepat dingin

(b) Bila terjadi kebocoran pada sistem mudah diperbaiki

(c) Hanya dengan listrikAC/DC.

12
(2) Sistem absorpsi

(a) Pendingin lebih lambat

(b) Dapat dengan listrik AC/DC atau nyala api minyak tanah/gas

(c) Bila terjadi kebocoran pada sistem tidak dapat diperbaiki.

Bentuk pintu lemari es/freezer, terdiri atas 2 yaitu :

1) Bentuk buka dari depan

a) Suhu tidak stabil. Pada saat pintu lemari es dibuka kedepan

maka suhu dingin dari atas akan turun kebawah dan keluar.

b) Bila listrik padam relatif suhu tidak dapat bertahan lama.

c) Jumlah vaksin yang dapat ditampung sedikit.

d) Susunan vaksin menjadi mudah dan vaksin terlihat jelas

dari samping depan (Kemenkes RI,2017).

2) Bentuk buka dari atas

a) Suhu lebih stabil. Pada saat pintu lemari es dibuka keatas

maka suhu dingin dari atas akan turun kebawah dan

tertampung.

b) Bila listrik padam relatif suhu dapat bertahanlama.

c) Jumlah vaksin yang dapat ditampung lebih banyak.

d) Penyusunan vaksin agak sulit karena vaksin bertumpuk dan

tidak jelas dari atas (Kemenkes RI,2017).

b) Vaccine carrier / termos

Vaccine carrier/termos adalah alat untuk mengirim atau membawa

vaksin dari puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan imunisasi

13
lainnya yang dapat mempertahankan suhu 2°C sampai dengan 8°C.

c) Kotak dingin cair (cold pack)

Kotak dingin cair atau cold pack adalah wadah plastik berbentuk

segi empat yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan dengan

suhu 2-8°C dalam lemari es selama 24 jam.

d) Cold box / Lemari es

Cold box ditingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan

darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es

sedang mengalami kesrusakan yang bila diperbaiki memakan waktu

lama.

e) Freeze tag / freeze watch

Freeze tag/freeze watch digunakan untuk memantau suhu dari

kabupaten ke puskesmas pada waktu membawa vaksin, serta dari

puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya peningkatan

kualitas rantai vaksin (Kemenkes RI, 2017).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan vaksin :

1. Vaksin akan rusak apabila temperature terlalu tinggi atau

terkena sinar matahari langsung, seperti Polio Oral (OPV),

BCG dan Campak.

2. Kerusakan akan terjadi apabila terlalu dingin atau beku, seperti

Tetanus Toxoid (TT), Vaksin Pertisus (DPT/HB) dan Hepatitis

B.

14
3. Vaksin polio boleh membeku dan mencairkan tanpa

membahayakan potensinya.

4. Pada beberapa vaksin apabila rusak akan terlihat perubahan

fisik. Vaksin DPT misalnya apabila pernah membeku akan

terlihat gumpalan antigen yang tidak bisa larut lagi walaupun

sudah dikocok kuat-kuat. Sedangkan vaksin lainnya tidak akan

berubah penampilan fisiknya walaupun potensinya sudah

hilang atau berkurang.

5. Vaksin yang sudah dilarutkan akan lebih cepat rusak

6. Sekali potensi vaksin hilang akibat panas atau beku maka

potensinnya tidak dapat dikembalikan walaupun temperatur

sudah dikembalikan.

7. Kontrol suhu penyimpanan pada thermometer yang berada

dalam lemari es dan diisi pada buku grafik pencatatan suhu.

Lemari pendingin yang aman untuk penyimpanan vaksin :

1. Harus ada termometer diruangan.

2. Lemari pendingn harus ditutup rapat.

3. Lemari pendingin tidak boleh dipakai untuk menyimpan

makanan dan minuman.

4. Jangan memenuhi lemari pendingin dengan vaksin yang

berlebihan karena akan menganggu sirkulasi udara dingin

dalam lemari pendingin.

15
5. Selama dilakukan defrosting atau pembersihan lemari

pendingin, maka vaksin harus dipindahkan ke lemari pendingin

lainnya atau simpan dalam kotak berisolasi yang berisi es atau

ice pack.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana

penelitian ini menggambarkan profil penyimpanan vaksin di puskesmas

Ahmad Yani Pulau Ende.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat : Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende

2. Waktu penelitian : Bulan Maret-Juni tahun 2018.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

Profil penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende.

D. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah puskesmas Ahmad Pulau Ende.

E. Sampel dan Teknik Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah tempat penyimpanan vaksin pada

Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende. Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu cara pengambilan

sampel berdasarkan sampel yang di jumpai di tempat penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

observasi dan foto/dokumentasi langsung kepada petugas puskesmas.


G. Defenisi Operasional

1. Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende adalah satu-satunya puskesmas yang

berada di Pulau Ende dengan jarak 17 km dari kota ende yang melayani

pelayanan kesehatan bagi masyarakat Pulau Ende. Di pulau ende

memiliki kendala listrik yaitu hanya mengakses listrik selama 12 jam

sehari.

2. Vaksin adalah bahan antigen yang digunakan untuk menghasilkan

kekebalan yang aktif terhadap suatu penyakit. Vaksin yang diteliti adalah

semua vaksin disimpan di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende.

3. Profil penyimpanan vaksin adalah profil penyimpananyang dilakukan di

puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende untuk mengatur vaksin agar tetap

aman, baik dan terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia serta tetap

terjamin mutu vaksin yang dilihat dari kategori sarana dan prasarana,

kategori keadaan lemari es dan kategori pengelolaan vaksin.

H. Prosedur penelitian

1. Penelitian ini dimulai dengan meminta surat izin tertulis untuk

melakukan penelitian dari kampus ke instansi-instansi terkait.

2. Setelah izin diberikan peneliti akan melakukan observasi atau

pengamatan langsung ke tempat penelitian.

3. Hasil observasi atau pengamatan langsung, selanjutnya akan disesuaikan

dengan lembar observasi yang sudah dibuat terlebih dahulu.

4. Data yang di peroleh selanjutnya dianalisis.

18
I. Sumber Data

1. Data primer

Adalah data yang dapat diperoleh dari pengamatan langsung di Puskemas

Ahmad Yani Pulau Ende.

2. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak terkait atau petugas yang

terkait serta sumber-sumber pustaka lainnya.

J. Teknik Penggumpulan Data

Teknik penggumpulan data dapat dilihat dari pengamatan langsung terhadap

sistem penyimpanan vaksin yang ada di Puskesmas.

K. Teknik Analisa Data

Dari data yang diperoleh, kemudian di olah dan dihitung secara deskriptif

dengan menggunakan analisa persentase.

Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

Dimana : Ya :1

: Tidak :0

Dengan kriteria penilaian :

Baik : >75%

Cukup baik : 60% - 75%

Kurang baik : < 60% ( Arikunto, dkk, 2006 ).

19
P

Keterangan :

P = Persentase

X = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah jawaban seluruh item soal

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende

Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende adalah satu-satunya puskesmas

yang berada di Pulau Ende dengan jarak 17 km dari kota ende yang

melayani pelayanan kesehatan bagi masyarakat Pulau Ende. Puskesmas

Ahmad Yani Pulau Ende mempunyai petugas medis sebanyak 44 orang

yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 36 orang perempuan dan 2 orang

dokter. Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende jugs memiliki beberapa

ruangan yaitu ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang KIA, ruang nicu.

Menurut Pedoman PengelolaanVaksin, jenis-jenis vaksin yang

dipakai dalam program imunisasi antara lain vaksin BCG, vaksin Polio,

vaksin Campak, vaksin DPT-HB, vaksin DT dan vaksin TT (Depkes,

2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang dilakukan, berikut

jenis-jenis vaksin yang terdapat pada Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende.

Tabel 2. Vaksin yang Dimiliki oleh Puskesmas

No Nama Jenis vaksin


puskesmas BCG Polio Campak Hep-B DPT-HB TT DPT DT
1. Ahmad
Yani Pulau √ √ √ √ √ √ √ √
Ende

Sumber : Data Primer Penelitian, 2018


B. Penyimpanan vaksin menurut kategori penilaian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Puskesmas Ahmad Yani

Pulau Ende hasil check list lembar observasi diuraikan menjadi tiga

kategori diantaranya kategori sarana dan prasaarana yang digunakan dalam

penyimpanan vaksin, keadaan lemari es yang digunakan untuk melakukan

penyimpanan vaksin serta kondisi dan tata letak vaksin dalam

penyimpanan. Data yang didapat dari tiga kategori tersebut diuraikan

sebagai berikut :

1. Kategori sarana dan prasarana

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, untuk kategori sarana

dan prasarana dalam penyimpanan vaksin pada Puskesmas Ahmad Yani

Pulau Ende diperoleh persentase untuk tiap aspek seperti pada tabel

dibawah ini.

Tabel 3. Persentase kategori sarana prasarana penyimpanan vaksin

Memenuhi Tidak memenuhi


Aspek yang di nilai
standar (%) standar (%)

Sarana dan Prasarana 75% 25%

( Sumber : Jurnal Penelitian, 2018 )

Berdasarkan data yang di peroleh kategori sarana dan prasarana

masih terdapat beberapa hal yang belum memenuhi persyaratan.Di lihat

dari 20 butir pertanyaan, 75% yang sudah memenuhi persyaratan dan

25% yang belum memenuhi persyaratan.

22
Pada aspek personalia, Puskesmas telah memilliki petugas

penangggung jawab vaksin, tetapi petugas penanggung jawab tersebut

belum mengikuti pelatihan penanganan rantai dingin vaksin (cold chain)

sehinggga dalam penyimpanan vaksin petugas penanggung jawab lebih

memperhatikan dan menjamin kegiatan penyimpanan vaksin yang baik

dan benar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Pada pertanyaan nomor 10 mengenai kalibrasi termometer dari

Puskesmas Ahmad Yani Pulau tidak dilakukan secara rutin kalibrasi

termometer.Kalibrasi termometer perlu dilakukan agar data suhu

penyimpanan vaksin pada lemari es yang diinformasikan benar-benar

tepat dan valid. Termometer tidak dikalibrasi setahun sekali hal ini

dikarenakan Puskesmas menunggu termometer pembanding yang

dikalibrasi langsung oleh tim kalibrasi dari pusat.

Pada pertanyaa 11 Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende tidak

memiliki suku cadang lemari es. Suku cadang lemari es sangat diperlukan

untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan pada lemari

es maka dapat dilakukan perbaikan segera agar lemari es selalu berfungsi

dengan baik dan benar sehingga kegiatan penyimpanan vaksin tetap

terlaksana sesuai dengaan standar.

Pada pertanyaan 13 Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende tidak

memiliki area karantina untuk vaksin kadaluarsa atau rusak dikarenakan

kondisi gedung yang kurang memadai dan ruangan yang terbatas.

23
2. Kategori keadaan lemari es

Untuk kategori keadaan lemari es dalam penyimpanan vaksin pada

Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende diperoleh persentase untuk tiap aspek

penilaian seperti pada tebel dibawah ini.

Tabel 4. Persentase perolehan penyimpanan vaksin untuk kategori


keadaan lemari es

Memenuhi standar Tidak memenuhi


Aspek yang di nilai
(%) standar (%)

Keadaan lemari es ( 81% ) ( 18% )

( Sumber : Jurnal Penelitian, 2018 )

Berdasarkan keadaan lemari es, pada Puskesmas Ahmad Yani

Pulau Ende sudah memenuhi aspek penilaian yaitu pada aspek fisik lemari

es serta penataan posisi lemari es telah di lakukan dengan baik sesuai

standar yang ditentukan. Di lihat dari 22 butir pertanyaan, 81% yang sudah

memenuhi persyaratan dan 18% yang belum memenuhi persyaratan.

Pada aspek tersebut masih terdapat beberapa pertanyaan yang

belum memenuhi standar yaitu pada aspek nomor 15 yaitu tidak tersedianya

alarm otomatis pada lemari es, sehingga penyimpangan suhu pada

penyimpanan vaksin tidak akan di ketahui dengan pasti. Hal ini tidak dapat

menjamin kualitas vaksin dalam penyimpanan, untuk itu pemantauan suhu

lemari es dan VVM vaksin perlu dilakukan lebih intensif yaitu pagi dan

sore. Pada aspek nomor 17 pada Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende masih

terdapat bunga es dalam lemari es dengan ketebalan lebih dari 2 cm di

karenakan waktu libur yang panjang dan kurangnya pemeriksaan dalam

24
lemari es penyimpanan vaksin, hal ini dapat mempengaruhi kestabilan suhu

pada lemari es. Jika terdapat bunga es lemari es maka dapat dilakukan

pencairan bunga es (defrosting). BerdasarkanPedoman Cara Distribusi Obat

Yang Baik (CDOB) pencairan bunga es dapat dilakukan ketika ketebalan

bunga es mencapai 0,5 cm dan harus mengikuti standar pencairan bunga es

yang benar. Pada aspek nomor 21 dan 22 Petugas tidak melapisi thermostat

dengan selotip karena saat thermostat di lapisi selotip, selotipnya sering

terlepas sehingga petugas penanggung jawab vaksin tidak melapisi lagi

dengan selotip.

3. Kategori pengelolaan vaksin

Pada kategori pengelolaan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende

diperoleh persentase untuk masing-masing aspek penilaian yang dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5. Persentase perolehan penyimpanan vaksin untuk kategori


pengelolaan vaksin

Memenuhi standar Tidak memenuhi


Aspek yang di nilai
(%) standar (%)

Pengelolaan vaksin ( 88% ) ( 11% )

( Sumber : Jurnal Penelitian, 2018 )

Pada kategori pengelolaan vaksin hampir seluruh item aspek yang

dinilai telah terpenuhi dengan baik di Puskesmas Ahmad Yani Pulau

Ende.Pada aspek penempatan serta posisi vaksin dalam lemari es telah

dilakukan dengan baik.Dari 18 butir pertanyaan, 88% yang sudah

25
memenuhi persyaratan dan 11% yang belum memenuhi persyaratan.

Penempatan vaksin dalam lemari es harus disesuaikan dengan

sensitiitas vaksin terhadap suhu, untuk vaksin sensitif terhadap paparan

suhu panas (BCG, Campak, Polio) harus ditempatkan paling dekat dengan

evaporator. Pada lemari es evaporator merupakan bagian yang memberi

suplai udara dingin dalam lemari es, dengan demikian apabila vaksin

sensitif panas diletakan dekat dengan evaporator maka dapat menjaga

vaksin tersebut terhindar dari paparan suhu panas yang dapat merusak

kualitas vaksin, sedangkan untuk vaksin yang sensitif terhadap pembekuan

(DPT, DT, TT, DPT-HB dan Hepatitis B) ditempatkan berjauhan dengan

evaporator agar terhindar dari paparan suhu beku yang dapat merusak

kualitas vaksin.

Posisi antar vaksin dalam lemari es harus dilakukan sedemikian

rupa sehingga terdapat celah atau jarak antar vaksin dalam penyimpanan,

salah atau jarak antar vaksin dapat dapat memberikan ruang sirkulasi udara

dalam lemari es sehingga udara dingin dalam lemari es dapat terdistribusi

secara merata pada setiap vaksin. Berdasarkan Standar Pedoman

Pengelolaan cold chain petugas imunisasi, jarak antar vaksin dalam

penyimpanan padalemari es yang direkomendasikan adalah minimal 1-2

cm atau satu jari tangan.

Pada aspek pemantauan kondisi vaksin seperti pada butir

pertanyaan 8, vaksin yang dimiliki oleh Puskesmas Ahmad Yani Pulau

Ende terdapat VVM atau Vaccin Vial Monitor dan pada semua vaksin

26
menunjukan kondisi yang baik dengan kondisi VVM A dan VVM B.

Vaccin Vial Monitor merupakan indikator kelayakan mutu vaksin berupa

tanda bulatan berwarna ungu dengan segi empat berwarna putih

ditengahnya yang akan berubah menjai semakin gelap apabila terpapar

suhu panas. Pemantauan suhu vaksin dengan menggunakan VVM dapat

disimpulkan dengan kondisi VVM A, B, C, dan D, diantara kondisi vaksin

tersebut yang masih digunakan adalah vaksin dengan kondisi VVM A dan

VVM B. Bila dibandingkan dengan pemantauan mutu vaksin berdasarkan

expire date maka pemantauan VVM pada vaksin lebih diutamakan, untuk

itu bila terdapat vaksin dengan kondisi VVM C dan VVM D harus segera

dikeluarkan dari penyimpanan dan dipisahkan tersendiri bersama vaksin

rusak lainnya walaupun belum sampai pada tanggal kadaluarsa vaksin

tersebut.

Berdasarkan informasi yang didapat dilapangan pemenuhan stok

vaksin pada Puskesmas dilakukan setiap bulan dengan pengambilan vaksin

di Dinas Kesehatan Kabupaten dan disesuaikan dengan jadwal dan jenis

imunisasi yang akan dilakukan.

C. Profil penyimpanan vaksindi Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapat akumulasi

persentase penilaian di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende menurut

kategori sarana prasarana dalam kegiatan vaksin, keadaan lemari es

penyimpanan vaksin, serta kondisi dan tata letak vaksin dalam lemari

es sudah tergolong baik. Persentase perolehan kegiatan penyimpanan

27
vaksin berdasarkan kategori penilaian seperti berikut

Tabel 6. Profil penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani


Pulau Ende berdasarkan 3 kategori

Tidak
Sesuai
No. Aspek kategori sesuai
(%)
(%)
1. Sarana dan 75% 25%
prasarana yang
digunakan
dalam
penyimpanan
vaksin
2. Keadaan lemari 81 % 18 %
es
3. Pengelolaan 88 % 11 %
vaksin
Rata-rata 81%
( Sumber : Jurnal Penelitian, 2018 )

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa kegiatan

penyimpanan vaksin yang dilakukan di Puskesmas Ahmad Yani Pulau

Ende tergolong kategori baik, namun untuk kedepannya harus lebih

ditingkatkan terutama aspek sarana dan prasarana yang masih kategori

cukup karena sarana dan prasana merupakan hal yang sangat penting

dalam penyimpanan vaksin. Jika penyimpanan vaksin tidak benar maka

vaksin akan kehilangan potensi dan daya antigennya, sehingga tidak

berguna lagi bagi pengobatan.

28
29
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan tentang profil

penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende dengan

berdasarkan 3 indikator baik dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Kategori sarana prasarana dalam penyimpanan vaksin di Puskesmas

Ahmad Yani Pulau Ende di kategorikan cukup.

b. Kategori keadaan lemari es dalam penyimpanan vaksin di Puskesmas

Ahmad Yani Pulau Ende di kategorikan baik.

c. Kategori pengelolaan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende di

kategorikan baik.

d. Profil penyimpanan vaksin di Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende


dikategorikan baik.
B. Saran

1. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih memperhatikan ketersediaan

sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyimpanan vaksin serta

perawatan dan pemeliharaannya agar dapat terus berfungsi dengan baik

dalam menjaga kualitas mutu vaksin dalam penyimpanan.

2. Diharapkan agar petugas pengelola vaksin untuk terus meningkatkan

keterampilan serta pengetahuan agar dapat melakukan kegiatan

penyimpanan vaksin yang lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,


Jakarta: Rineka Cipta, 2006. CV Sagung Seto

Kementrian Kesehatan RI. 2005a. Pedoman penyelenggaraan Imunisasi.

Kementrian kesehatan RI. 2003. Pemantauan Pelayanan Imunisasi dan


Pengelolaan vaksin di Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Swasta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2004. Pedoman pengelolaan Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Ditjen Yanfar dan
ALKES:Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat


Puskesmas. Ditjen PP dan PL :Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2005b. Pedoman Teknis Pengelolaan Vaksin


dan Rantai Vaksin . Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2006. Materi-Materi Dasar Kebijakan program


imunisasi pelatihan pengelolaan program imunisasi kabupaten/kota.
Depkes RI: Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2006. Materi-Materi Dasar Kebijakan Program


Imunisasi Pelatihan pengelola Program imunisasi Kabupaten/Kota.
Depkes RI: Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengelolaan Vaksin, Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Depkes RI
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Undang – Undang Kesehatan RI Nomor 36.
Jakarta :Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Penyelengara Imunisasi. Peraturan Menteri


kesehatan RI Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi :Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Penyelenggaraan Imunisasi. Permenkes RI
Nomor 42. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat. Permenkes


RI : Jakarta

31
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Penyelenggaraan Imunisasi. Permenkes RI
Nomor 12. Jakarta
Kesehatan RI

Maulana, Mizra. 2009. Reproduksi, Kehamilan dan Merawat Anak. Tunas


Publishing.Yogyakarta.
Nossal. Vaccines, in:Fundamental Immonology. 5 Th Ed. Lippincott
Williams & Wilkins Company. Philadelphia, USA, 2003 P:13281330
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta:

32
Lampiran 1. Lembar Observasi Penyimpanan Vaksin

A. Sarana dan prasarana Aktual

No Aspek yang dinilai Ya Tidak

1. Ada petugas penaggung jawab vaksin √


2. Apakah petugas pernah mengikuti pelatihan √
3. cold chain
Tersedia Cold pack √
4. Tersedia cool pack (kotak dingin cair) √
5. Tersedia freeze tag atu freeze watch √
6. Tersedia lemari es penyimpan vaksin √
7. Tersedia vacinne carrier (tutup rapat, tidak √
retak dan bersih)
8. Tersedian SOP kebersihan pada tempat √
9. penyimpanan
Terdapat termometer dial atau muller √
10. Termometer dikalibrasi setahun sekali √
11. Tersedia suku cadang lemari es √
12. Tersedia generator atau genset jika terjadi √
pemadaman listrik
13. Terdapat area karantina utuk vaksin √
kadaluarsa atau rusak
14. Tersedia alat pemadam kebakaran √
15. Gedung tempat penyimpanan terhindar dari √
16. banjir
Gedung tempat penyimpanan dibangun √
menggunakan bahan kuat
17. Gedung tempat penyimpanan √
terhindar dari penumpukan debu
18. dan sampah
Tersedian buku grafik pencatatan suhu dan √
19. VVM
Tersedia kartu stok vaksin untuk setiap jenis √
20. vaksin thermostat
Tersedia √

33
B. Keadaan lemari es Aktual

No Aspek yang dinilai Ya Tidak

1. Ada penanggung jawab lemari es √


2. Terdapat SOP keadaan lemari es (perawatan √
3. lemari
Lemaries) es terawat (tidak berkarat) √
4. Su u ada e e e le a e e ada ada √
5. u u -
Suhu dicatat dua kali sehari dan dianalisa √
dalam 1 bulan terakhir
6. Suhu yang tercatat sesuai dengan yang ada di √
7. lemari es lemari es masih berfungsi dengan
Karet pintu √
8. baik
Jarak minnimal lemari es dangan dinding √
belakang adalah ± 15 cm
9. Jarak lemari es dengan lemari es lainnya √
10. adalah ±es15tidak
Lemari cm terpapar sinar matahari √
11. langsung
Setiap 1 unit lemari es/freezer menggunakan √
hanya 1 stop kontak listrik
12. Terdapat cool pack dalam lemari es √
13. Lemari es selalu dalam keadaan menyala √
14. Dilakukan perawatan lemari es secara berkala √
15. Lemari es dilengkapi dengan alarm otomatis √
jika terjadi penyimpanan vaksin
16. Lemari es tidak dibuka lemari 2 kali sehari √
17. Tidak terdapat bunga es dalam lemari √
e
18. s (jika ada
Lemari tebalnya
es tidak tidak lebih
di gunakan dari 2cm)
untuk √
menyimpan barang lain selain vaksin
19. Pada freeze tag masih menunjukan tanda √
20. centang
Lemari es yang digunakan type RCW 42 √
EK/RCW 50 EK
21. Termostat diatur secara berkala √
22. Termostat diberi selotip √

34
C. Pengelolaan vaksin Aktual

No Aspek yang dinilai Ya Tidak

1. Penyimpanan vaksin menggunakan rantai √


2. dingin
Semua vaksin disimpan pada suhu 2- ᵒ √
3. Tata letak dus vaksin mempunyai jarak √
minimal 1-2 cm atau 1 jari tangan
4. Vaksin sensitif panas (BCG, campak, Polio) √
diletakan dekatevaporator
5. Vaksin sensitif beku (DPT, TT, TD, Hep-B) √
diletakan berjauhan dengan evaporator
6. Vaksin yang telah rusak atau ED dipisahkan √
7. tersendiri
Pada semua vaksin terdapat VVM √
8. Tidak semua vaksin dengan kondisi VVM C √
atau D dalam lemari es
9. Tidak terdapat vaksin yang labelnya telah √
hilang dalam lemari es
10. Penataan vaksin berdasarkan prinsip FEFO √
11. Jumlah vaksin yang terdapat dalam lemari es √
sesuai dengan yang tercacat di kartu stok
12. vaksin
Pencatatan stok vaksin selalu dilakukan √
13. Pengeluaran vaksin memperhatikan FEFO, √
FIFO, dan kondisi VVM
14. Pelarut (penetes dengan dropper) disimpan √
pada suhu kamar
15. Tidak terdapat pembekuan pada vaksin √
tertentu (DPT, TD, TT, Hep-B)
16. Tersedia SOP penyimpan vaksin √
17. Tersedia SOP pengendalian stok vaksin √
18. Freeze tag diletakan diantara vaksin sensitif √
beku (DPT, TD, TT, Hep-B)

35
Lampiran 2. Rekapitulasi Penelitian Profil Penyimpanan Vaksin Di
Puskesmas Ahmad Yani Pulau Ende
A. Sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana Aktual


No Aspek yang dinilai Jawaban Jumlah %
Ada petugas penanggungjawab Ya 1 100%
1
Tidak 0%
Apakah petugas pernah mengikuti Ya 0%
2 pelatihan cold chain Tidak 1 100%
Tersedia coldpack Ya 0%
3
Tidak 0%
Tersedia cool pack (kotak Ya 1 100%
4 dingincair) Tidak 0%
Tersedia freeze tag atau Ya 1 100%
5 freezewatch Tidak 0%
Tersedia lemari es Ya 1 100%
6 penyimpananvaksin Tidak 0%
Tersedia vaccinne carrier (tutup Ya 1 100%
7 rapat, tidak retak danbersih Tidak 0%
Tersedia SOP kebersihan Ya 1 100%
8 padatempat penyimpanan Tidak 0%
Terdapat termometer Dial Ya 0%
9 atauMuller Tidak 1 100%
Termometer dikalibrasi setahun Ya 0%
10 sekali Tidak 1 100%
Tersedia suku cadang lemaries Ya 0%
11
Tidak 1 100%
Tersedia generator atau genset jika Ya 1 100%
12 terjadi pemadaman listrik Tidak 0%
Terdapat area karantina untuk Ya 0%
13 vaksin kadaluarsa atau rusak Tidak 1 100%
Tersedia alat pemadam kebakaran Ya 1 100%
14
Tidak 0%
Gedung tempat penyimpanan Ya 1 100%
15 terhindar dari banjir Tidak 0%
Gedung tempat penyimpanan
16 dibangun menggunakan bahan Ya 1 100%
yang kuat Tidak 0%

36
Gedung tempat penyimpanan Ya 1 100%
17 terhindar dari penumpukan debu
dan sampah Tidak 0%
Tersedia buku grafik pencatatan Ya 1 100%
18 suhu danVVM Tidak 0%
Tersedia kartu stok vaksin untuk Ya 1 100%
19 setiap jenis vaksin Tidak 0%
Tersedia termostat Ya 1 100%
20
Tidak 0%
Jumlah 20

Persentase = x 100%

= x 100%

= 75%

Keterangan :

Sesuai : 75%

Tidak sesuai : 25%

37
B. Kondisi Lemari Es

Keadaan Lemari Es Aktual


No Aspek yang dinilai Jawaban Jumlah %
Ada penanggung jawab lemari es Ya 1 100%
1
Tidak 0%
Terdapat SOP keadaan lemari es Ya 1 100%
2 (perawatan lemari es) Tidak 0%
Lemari es terawat (tidakberkarat) Ya 1 100%
3
Tidak 0%
Suhu pada termometer lemari es berada Ya 1 100%
4 pada suhu2-8°C Tidak 0%
Suhu dicatat dua kali sehari dan dianalisa Ya 1 100%
5 dalam satu bulan terakhir Tidak 0%
Suhu yang dicatat sesuai dengan yang ada Ya 1 100%
6 di lemari es Tidak 0%
Karet pintu lemari es masih berfungsi Ya 1 100%
7 denganbaik Tidak 0%
Jarak minimal lemari es dengandinding Ya 1 100%
8 belakang adalah ± 15cm Tidak 0%
Jarak lemari es dengan lemari es lainnya Ya 1 100%
9 adalah ± 15 cm Tidak 0%
Lemari es tidak terpapar sinar matahari Ya 1 100%
10 langsung Tidak 0%
Setiap satu unit lemari es/freezer Ya 1 100%
11 menggunakan hanya satu stop
kontaklistrik Tidak 0%
Terdapat cool pack dalam lemaries Ya 1 100%
12
Tidak 0%
Lemari es selalu dalam keadaanmenyala Ya 1 100%
13
Tidak 0%
Dilakukan perawatan lemari es Ya 1 100%
14 secaraberkala Tidak 0%
Lemari es dilengkapi dengan alarm Ya 0%
15 otomatis jika terjadi penyimpananvaksin Tidak 1 100%
Lemari es tidak dibuka lebih dari dua Ya 1 100%
16 kalisehari Tidak 0%
Tidak terdapat bunga es dalam lemari es Ya 0%
17 (jikaada tebalnya tidak lebih dari 2cm) Tidak 1 100%

38
Lemari es tidak digunakan Ya 1 100%
18 untukmenyimpan barang lain selainvaksin Tidak 0%
Pada freeze tag masih menunjukan Ya 1 100%
19 tandacentang Tidak 0%
Lemari es yang digunakan type RCW42 Ya 1 100%
20 EK/RCW 50EK Tidak 0%
Termometer diatur sercara berkala Ya 0%
21
Tidak 1 100%
Thermostat di beri selotip Ya 0%
22
Tidak 1 100%
Jumlah 22

Persentase = x 100%

= x 100%

= 81,81%

Keterangan

Sesuai : 81,81%

Tidak sesuai : 18,18%

39
C. Pengelolaan Vaksin

Pengelolaan vaksin Aktual


No Aspek yang dinilai Jawaban Jumlah %
Penyimpanan vaksin menggunakan Ya 1 100%
1 rantaidingin
Tidak 0%
Semua vaksin disimpan pada suhu2-8°C Ya 1 100%
2
Tidak 0%
Tata letak dus vaksin mempunyai Ya 1 100%
3 jarakminimal 1-2 cm atau 1 jaritangan Tidak 0%
Vaksin sensitif panas (BCG, Campak, Ya 1 100%
4 Polio) diletakan dekat denganevaporato Tidak 0%
Vaksin sensitif beku (DPT, TT, TD, Ya 1 100%
5 Hep-B) diletakan berjauhan
denganevaporator Tidak 0%
Vaksin yang telah rusak atau Ya 1 100%
6 EDdipisahkan tersendiri Tidak 0%
Pada semua vaksin terdapatVVM Ya 1 100%
7
Tidak 0%
Tidak semua vaksin dengan kondisi Ya 1 100%
8 VVM Catau VVM D dalam lemaries Tidak 0%
Tidak terdapat vaksin yang labelnya Ya 0%
9 telah hilang dalam lemaries Tidak 1 100%
Penataan vaksin berdasarkan Ya 1 100%
10 prinsipFIFO Tidak 0%
Jumlah vaksin yang terdapat dalam Ya 1 100%
11 lemari es sesuai dengan yang tercatat di
kartu stokvaksin Tidak 0%
Pencatatan stok vaksin selaludilakukan Ya 1 100%
12
Tidak 0%
Pengeluaran vaksin memperhatikan Ya 1 100%
13 FEFO, FIFO, dan kondisiVVM Tidak 0%
Pelarut (penetes dengan dropper) Ya 1 100%
14 disimpan pada suhu kamar Tidak 0%
Tidak terdapat pemebekuan pada vaksin Ya 1 100%
15 tertentu (DPT, TT, TD,Hep-B) Tidak 0%
Tersedia SOP Penyimpananvaksin Ya 1 100%
16
Tidak 0%
Tersedia SOP pengendalian stokvaksin Ya 1 100%
17
Tidak 0%

40
Freze tag diletakan diantara vaksin Ya 0%
18 sensitifbeku (DPT, TD, TT,Hep-B) Tidak 1 100%
Jumlah 18

Persentase = x 100%

= x 100%

= 88,88%

Keterangan :

Sesuai : 88,88%

Tidak sesuai : 11,11%

41
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Pengamatan

Kategori Jumlah Ya Tidak


No.
Pengamatan Butir Per

Materi

Jumlah % Jumlah %

1. Sarana Prasaran 20 15 75% 5 25%

2. Keadaan Lemari 22 18 81% 4 18%

Es

3. Pengelolaan 18 16 88% 2 11%

Vaksin

60 49 81% 11 18%

Hasil persentasi tentang gambaran penyimpanan vaksin di Puskesmas

Ahmad Yani Pulau Ende : 81%

Keterangan :

Kategori : Baik

42
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Gambar 1. Lemari es Type RCW 50 EK

Gambar 2. Vaksin dalam lemari es

Gambar 3. Vaccine Vial Monitor (VVM) pada vaksin

43
Gambar 4. Kartu stok vaksin

Gambar 5. Pengisian lembar observasi

44
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian

45
46
47
Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

48

Anda mungkin juga menyukai