Tugas Kelompok 2 (Revisi)
Tugas Kelompok 2 (Revisi)
Tugas Kelompok 2 (Revisi)
Disusun oleh :
Aprilia Hidayani( P2MK200204009 )
Ihwal Nur Kasmar (P2MK200204011)
Karissa Maria S. ( P2MK200204017)
Niko Ferdian (P2MK200204005)
Nofya kadir (P2MK200204009)
Regina Rizki Ariandini (P2MK200204002)
Rani puji rahayu (P2MK200204012)
Yosepus A. Awantano.(P2MK200204020)
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................1
1. Proporsi, Rasio, Rate............................................................................................1
1.1 Proporsi.......................................................................................................1
1.2 Rasio............................................................................................................1
1.3 Rate..............................................................................................................2
2. Crude, Specific, dan Standardized Rates.............................................................7
2.1 Crude Rate...................................................................................................7
2.2 Specific rate.................................................................................................7
2.3 Metode standarisasi langsung......................................................................8
2.4 Metode standarisasi tidak langsung.............................................................8
2.5 Adjusted Rates.............................................................................................8
3. Years of Potential Life Lost..................................................................................9
4. Insiden dan Prevalen..........................................................................................10
4.1 Prevalensi dan Insidensi dan Hubungannya terhadap Waktu...................10
4.2 Hubungan Antara Prevalensi, Insidensi dan Durasi Penyakit...................11
4.3 Studi Prevalensi dan Insidensi...................................................................12
4.3.1 Studi Prevalensi................................................................................12
4.3.2. Studi Insidensi..................................................................................14
5. Risk Rasio (RR) & Odds Rasio (OR)................................................................16
5.1 Risiko Rasio (Risk Ratio/Relative Risk)....................................................16
5.2 Odds Ratio................................................................................................18
6. Tipe Desain Epidemiologi.................................................................................20
6.1 Epidemiologi Deskriptif............................................................................20
6.2 Epidemiologi Analitik...............................................................................22
6.3 Studi Eksperimental..................................................................................23
7. Sumber Informasi dan Data Static Mortalitas....................................................24
KESIMPULAN......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Hubungan antara insidensi, prevalensi dan durasi waktu pada pasien
asma di Amerika Serikat........................................................................................12
Tabel 7. Hubungan antara status kebiasaan dan kejadian patah tulang pinggul
pada wanita lansia di Geelong, Australia...............................................................19
Tabel 8. Hubungan antara aktifitas fisik dan kejadian patah tulang pinggul pada
wanita lansia di Geelong, Australia.......................................................................19
TINJAUAN PUSTAKA
1. Proporsi, Rasio, Rate
1.1 Proporsi
Adalah ukuran yang membandingkan kuantitas (A) sebagai numerator dan
kuantitas lainnya sebagai denominator yang mengandung kuantitas numerator
(A+B). Atau proporsi adalah suatu penyebaran persentase yakni proporsi dari
jumlah peristiwa-peristiwa dalam sekelompok data yang mengenal masing-
masing kategori atau sub-kelompok dari kelompok itu. Nilai proporsi digunakan
untuk menyatakan besar relatif suatu kelompok terhadap total semua kelompok.
Contoh ukuran yang menggunakan proporsi : jumlah yang sakit diare pada
kelompok yang makan sajian pesta.
Adapun cara menghitung proporsi adalah sebagai berikut:(1)
Tingkat
Frekuensi Proporsi %
Pendidikan
Tidak tamat SD 5 5/53 9,4
Tamat SD 23 23/53 43,4
Tamat SLTP 10 10/53 18,9
Tamat SLTA 11 11/53 20,8
Tamat Diploma 4 4/53 7,5
Jumlah 53 100
1.2 Rasio
Rasio adalah ukuran yang membandingkan kuantitas (A) numerator dan
kuantitas (B) denominator. Suatu pecahan dimana numerator tidak termasuk
denominator. Rasio merupakan suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian dari
1
suatu peristiwa terhadap peristiwa lainnya. Rasio digunakan untuk
membandingkan satu hal/kondisi dengan satu hal yang bukan merupakan bagian
dari pembandingnya. Misalnya rasio jumlah laki-laki terhadap perempuan.(1)
1.3 Rate
Rate merupakan besarnya peristiwa yang terjadi terhadap jumlah
keseluruhan penduduk dimana peristiwa itu berlangsung dalam suatu batas waktu
tertentu. Rate digunakan untuk mengukur kemungkinan (probability kejadian
dalam populasi terhadap beberapa peristiwa tertentu misalnya kasus atau kematian
karena penyakit infeksi. Ada 3 unsur diperhatikan dalam menghitung rate yaitu:
jumlah penyakit, besar populasi, jangka waktu untuk memperoleh kejadian
penyakit.(1)
Rumus untuk menghitung rate :
Keterangan :
A : jumlah orang dalam suatu populasi yang dianggap terkena penyakit
B : jumlah orang dalam suatu populasi yang tidak terkena penyakit
K : nilai konstanta, biasanya dinyatakan bernilai 100, 1000 atau 10.000
1. Ukuran Morbiditas
a. Insidensi
2
Insidensi adalah jumlah kejadian/penyakit (kasus baru) pada kelompok
penduduk tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu.
Rumus :
Pada penyakit menular tertentu dengan masa inkubasi yang pendek dapat
dihitung attack rate (angka serangan), misal pada wabah atau kejadian luar
biasa yang biasanya berlangsung tidak terlalu lama (beberapa hari atau
minggu saja).(1)
Rumus :
b. Prevalensi
Angka prevalensi juga merupakan angka kejadian penyakit pada suatu
populasi tertentu dalam jangka waktu tertentu. Prevalensi selain mencakup
kasus baru juga mencakup kasus lama pada jangka waktu tertentu.(2)
1) Point prevalensi, yaitu jumlah seluruh penderita (lama dan baru) yang
ada pada suatu saat tertentu.(1)
Rumus:
3
2) Period prevalensi, yakni jumlah seluruh penderita (lama dan baru ) yang
ada pada suatu periode tertentu.
Rumus:
2. Ukuran Mortalitas
a. Crude Death Rate (CDR)
CDR atau angka kematian kasar adalah jumlah kematian yang dicatat
selama satu tahun per 1000 penduduk di pertengahan tahun yang sama.(1)
Rumus :
Rumus :
4
jumlah kematianusiatertentu pada tahun tertentu
ASDR= x 1000 (9)
jumlah penduduk di pertengahantahun yang sama
Rumus :
Rumus :
(11)
5
Rumus :
Rumus :
Rumus :
3. Ukuran Fertilitas
a. Crude Birth Rate (CBR)
6
Angka kelahiran kasar adalah jumlah kelahiran yang dicatat selama satu
tahun per 1000 penduduk di pertengahan tahun yang sama.(2)
Rumus:
Rumus:
7
Numerator : jumlah seluruh kematian selama interval waktu tertentu
8
4. Hitung SMR : Jumlah kematian yang diobservasi Jumlah “expected deaths”
5. Hitung rate yang distandardisasi: SMR x Crude Death Rate populasi
standard
9
sebelum titik akhir. dua titik akhir yang paling umum digunakan adalah usia 65
tahun dan harapan hidup rata-rata, misalnya, 76,2 untuk wanita dan 70,4 untuk
pria di Malaysia (2004).(7)
10
Terdapat dua ukuran pada prevalensi, yaitu point prevalence (prevalensi
sesaat) dan period prevalence (prevalensi periode). Prevalensi sesaat diukur pada
titik waktu tertentu. Prevalensi periode adalah jumlah orang yang diidentifikasi
pada saat periode tertentu (biasanya periodenya pendek). Prevalensi periode juga
dapat memasukkan orang-orang yang menjadi kasus pada saat periode waktu
tersebut.(9)
Sedangkan insidensi adalah fraksi atau proporsi dari suatu kelompok yang
pada awalnya bebas dari penyakit yang menghasilkan kondisi tertentu dalam
periode waktu tertentu. Insidensi selanjutnya merujuk pada kasus baru dari
peyakit yang muncul pada suatu populasi yang pada awalnya bebas dari penyakit
atau outcome seperti gejala-gejala, disabilitas atau kematian yang muncul pada
pasien dengan suatu penyakit.(8)
11
Penyakit yang dengan laporan durasi yang singkat akan lebih cenderung
untuk luput dari studi prevalensi. Sebagai contoh, 25%-40% seluruh kematian
akibat penyakit jantung coroner terjadi dalam 24 jam sejak onset dari gejala-gejala
pada orang-orang yang sebelumnya tidak memliki gejala ataupun bukti penyakit
coroner tersebut. Oleh karena itu, studi prevalensi akan tidak menganggap beban
utama pada penyakit jantung koroner. Sebaliknya, penyakit dengan durasi waktu
yang lama akan dengan baik dipresentasikan pada survey prevalensi, walaupun
insidensi nya rendah. Angka insidensi penyakit chron hanya sekitar 2 sampai per
100.000/tahun, namun prevalensinya lebih dari 100/100.000, dikarenakan
perjalanan penyakit yang bersifat kronis.(8)
Sebagai contoh, tabel 4 menunjukkan perkiraan insidensi tahunan dan
prevalensi rate dari penyakit asma. Insidensinya akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia, karena memang faktanya penyakit asma muncul pada awalnya
sewaktu anak-anak. Namun prevalensinya akan tetap stabil sepanjang masa
hidupnya, yang demikian mengindikasikan bahwa asa cenderung kronis dan
terutama menjadi kronis pada orang-orang yang semakin tua.(8)
Selain itu, karena kasus-kasus prevalensi tidak bertambah dari segi
ukurannya, namun dengan meningkatnya usia, jumlah pasien yang sedang dalam
penyembuhan dari asma kurang lebih sama dengan jumlah pasien baru yang
menderita asma.(8)
Tabel 4. Hubungan antara insidensi, prevalensi dan durasi waktu pada pasien
asma di Amerika Serikat(8)
Durasi =
Usia Insidensi per
Prevalensi prevalensi/insidensi per
(tahun) tahun
tahun
0-5 6/1000 29/1000 4,8 tahun
6-16 3/1000 32/1000 10,7 tahun
17-44 2/1000 26/1000 13.0 tahun
45-64 1//1000 33/1000 33.0 tahun
65+ 0 36/1000 33.0 tahun
Total 3/1000 30/1000 10.0 tahun
12
Karakteristik Insidensi Prevalensi
Kasus baru yang terjadi Semua kasus yang
pada suatu populasi yang dihitung pada survey
Numerator sebelumnya bebas dari tunggal atau pemeriksaan
penyakit pada periode pada suatu kelompok
waktu tertentu
Denominator Semua orang yang rentan Semua orang diperiksa,
tetapi tanpa penyakit pada termasuk kasus dan bukan
awal periode tertentu kasus
Waktu Durasi pada suatu periode Pada titik waktu tertentu
Studi kohort Prevalensi (cross-
Cara mengukur
sectional)
15
P=
^ =10 %
150
13
Selain itu, alternative untuk prevalensi sesaat adalah dengan prevalensi
periode (PP), di mana memerlukan asumsi dari populasi yang stabil untuk
perkiraan. PP diperkirakan dengan rasio dari jumlah orang (C) yang diobservasi
memiliki kondisi kesehatan (misalnya penyakit) kapanpun selama periode waktu
follow up, misalnya mulai dari T0 sampai T1, terhadap ukuran (N) dari populasi
untuk periode yang sama, formula untuk PP adalah :(9)
C∗¿ C+ I
PP= = ¿ (18)
N N
(25+15)
PP= =0,27=27 %
150
14
mengukur insidensi kita dapat menggunakan rumus P= (I x D), dengan P sebagai
prevalensi, I sebagai insidensi dan D sebagai durasi.(11)
1. Insidensi Kumulatif
Pada titik ini, bentuk ‘insidensi’ digunakan untuk mendeskripsikan rate dari
kejadian baru pada sebuah kelompok orang pada ukuran yang tetap, di mana
seluruh anggota yang diobservasi pada suatu periode waktu. Hal ini disebut
insidensi kumulatif karena kasus-kasus baru diakumulasikan pada waktu tertentu.
(12)
Rumus untuk menghitung insidensi kumulatif adalah :
I
CI = (19)
N
15
satu person-year kepada dominator. Densitas insidensi ditunjukkan sebagai angka
dari kasus-kasus baru per total angka dari person-years yang beresiko.
Pendekatan dengan person-years juga berguna untuk memperkirakan
insidensi dari penyakit pada populasi yang besar ketika perhitungan yang akurat
dari kasus-kasus yang baru tersedia bersama dengan perkiraan populasi yang
beresiko, meskipun populasi, yang disebut populasi dinamis, secara terus-menerus
berganti. 7
Kebanyakan ukuran dan komposisi dari populasi cenderung stabil selama
periode waktu tertentu, meskipun anggota-anggota dari populasi secara terus-
menerus berganti. Sebagai contoh, pendaftaran kanker memiliki perhitungan yang
akurat dari jumlah kasus kanker baru pada daerah mereka, tetapi mereka hanya
memiliki perkiraan yang baik dari ukuran populasi karena orang-orang masuk dan
keluar dari daerah tersebut terus-menerus.
Kerugian dari pendekatan person-years ialah bahwa pendekatan itu akan
membengkak bersama dengan perbedaan panjangnya follow up. Jumlah pasien
yang sedikit yang difollow dalam waktu yang lama menyumbangkan jumlah yang
sama dengan jika jumlah pasien yang banyak yang difollow pada waktu yang
singkat.
16
Risk Ratio = cumulative
incidence ratio
Risk ratio disebut juga sebagai cumulative incidence ratio (rasio insidensi
kumulatif) dan berkaitan dengan rate ratio. Rasio insiden sikumulatif
(cumulative incidence ratio / CIR) merupakan rasio angka insidensi kumulatif dari
kelompok yang terpapar penyakit dan angka insidensi kumulatif kelompok yang
tidak terpapar penyakit. Insidensi kumulatif kelompok terpapar merupakan
proporsi dari kasus baru pada kelompok yang terpapar, sedangkan insidensi
kumulatif kelompok tidak terpapar merupakan proporsi dari kasus baru pada
kelompok yang tidak terpapar. Perhitungan Risk Ratio bisa dilakukan pada
penelitian dengan desain studi experimental ataupun kohort.(15)
a
Insidensi Kumulatif Kelompok Terpapar ( )
N1
Risk Rasio= (20)
b
Insidensi Kumulatif Kelompok tidak Terpapar ( )
N0
Berikut ini merupakan contoh dari perhitungan Risk Ratio pada penelitian
experimental.(15) Najmah dkk ingin menguji efektivitas intervensi pemodelan
kawasan tanpa rokok pada tingkat rumah tangga di Ogan Ilir yang diadopsi dari
17
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Salah satu variable yang
dilihat adalah perilaku merokok di dalam rumah (outcome) pada kelompok yang
diberikan intervensi terpadu dan tidak (paparan). Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut :
70
Insidensi kelompok tidak terpapar= =0,7
100
18
paparan pada kontrol. Odds kasus artinya perbandingan jumlah kasus terpapar
dengan kasus tidak terpapar, sedangkan odds kontrol artinya perbandingan jumlah
kontrol terpapar dan kontrol tidak terpapar. Rumus Odds Ratio adalah:
a
Odds Kasus ( )
b
Odds Ratio ( ¿ ) = (21)
c
Odds Kontrol( )
d
Odds ratio mirip dengan risk ratio, terutama jika diterapkan pada penyakit
langka. Odds ratio merupakan sebuah pendekatan relative risk yang digunakan
dalam studi case control. Laju insidensi pada studi case control hampir tidak
mungkin diketahui karena paparan tidak diamati dari awal penelitian [1,3,5]. Akan
tetapi, meskipun kita tidak dapat menghitung angka insidensi desain case control
tersebut, ada perhitungan risiko yang berkontribusi atau Attributable risk sehingga
kita dapat menghitung proporsi yang berkontribusi (Attributable Fraction) pada
penyakit tersebut.
¿−1 (22)
Attributable Fraction ( AF ) = x 100
¿
Berikut ini adalah contoh perhitungan OR. Suatu penelitian kasus kontrol
ingin mengetahui hubungan antara kebiasaan minum alkohol dan kejadian patah
tulang panggul pada wanita lansiadi Geelong, Australia pada wanita lansia. Kasus
adalah kelompok wanita patah tulang pinggul, dan kontrol adalah wanita lansia
yang tidak patah tulang pinggul.(15)
Tabel 7. Hubungan antara status kebiasaan dan kejadian patah tulang pinggul
pada wanita lansia di Geelong, Australia
Kebiasaan Status Patah Tulang Pinggul
Total
Minum Alkohol Ya (kasus) Tidak (kasus)
Ya 35 10 45
Tidak 9 444 453
Total 44 454 498
19
35
Odds Kasus= =3,88
9
10
Odds Kontrol= =0,02
444
Hasil perhitungan yang didapat OR adalah 172x. Artinya, risiko terjadinya patah
tulang pinggul pada wanita lansia di Geelong pada wanita peminum alkohol
adalah 172x lebih tinggi dibandingkan risiko terjadinya patah tulang pinggul pada
wanita bukan peminum alkohol.
Tabel 8. Hubungan antara aktifitas fisik dan kejadian patah tulang pinggul pada
wanita lansia di Geelong, Australia
8
Odds Kasus= =0,22
36
179
Odds Kontrol= =0,65
275
Hasil perhitungan yang didapat ialah 0,34. Artinya, risiko terjadinya patah
tulang pinggul pada wanita lansia di Geelong pada wanita lansia dengan aktifitas
fisik aktif adalah 0,34 kali (atau melindungi kejadian patah tulang pinggul sebesar
20
66%) lebih rendah dibandingkan risiko terjadinya patah tulang pinggul pada
wanita dengan aktifitas fisik sedang dan terbatas.
21
seri perlu juga didapat data populasi. Secara sistematis variabel dikelompokkan
kedalam tiga kelompok besar yaitu :(17)
1) Kelompok orang, meliputi; demografi, genetik dan umur. Kelompok
demografi meliputi alamat, umur, sex, sosial ekonomi, ras, pendidikan,
pekerjaan, status. Kelompok orang dari segi genetik meliputi riwayat
keluarga. Sedangkan dari kelompok prilaku meliputi morokok, minuman
keras, hobby, olahraga dan tidur.
2) Kelompok tempat, meliputi alamat, lingkungan kerja, dataran tinggi –
rendah.
3) Kelompok waktu, meliputi pagi - siang – malam; bulan; musim (panas-
hujan).
2. Studi korelasi
Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu
populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu
yang berbeda.(17)
Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada
minat seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan
mengkonsumsi makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal
dan lain-lain. Contohnya adalah :(17)
22
1) Peneliti melakukan observasi atau pegukuran variabel pada satu saat
tertentu.
2) Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik
pemajanan (eksposur) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang
sama. Variabelnya bebas dan terikat yang dikumpulkan dalam waktu
yang sama.
3) Hanya menggambarkan asosiasi bukan sebab-akibat.
4) Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan
tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
5) Desain ini dapat digunakan pada deskriftif dan analitik.
1. Cross sectional
Rancangan cross sectionaladalah suatu rancangan epidemiologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi
penyakit tersebut dengan mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit
tersebut secara serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu.Penelitian
cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama.Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia defisiensi
besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL) denagn menggunakan
rancangan atau pendekatan cross sectional.(17)
23
status penyebab penyakitnya.Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan
antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada balita dengan prilaku pemberian
makanan oleh ibu.
3. Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar
status penyakitnya. Terdapat dua jenis kohort(17) :
1) Closed cohort, yaitu kohort dengan keanggotaan tertutup dimana tidak ada
penambahan anggota baru sejak studi atau follow up sejak studi dimulai.
2) Open cohort. Yaitu kohort dengan keanggotaan terbuka dimana dalam
perjalanan waktu pengamatan dapat menambahkan anggota baru.
24
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan
tertentu dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.(17)
3. Eksperimen Laboratorium
Merupakan studi yang dilakukan di laboratorium dengan unit eksperimen
individu atau bahan sediaan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor biologis atau perilaku yang dicuirigai menjadi penyebab suatu penyakit.
(17)
4. Uji Klinik
Adalah eksperimen dengan pasien atau individu yang mengalami penyakit
sebagai subjek penelitiannya. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek
profilaktik atau efikasi terapi terhadap suatu penyakit.(17)
5. Eksperimen Lapangan
Adalah eksperimen yang dilakukan di lapangan/masyarakat dengan subjek
penelitian individu yang sehat.(17)
6. Intervensi Komunitas
Adalah eksperimen dengan komunitas sebagai unit studi. Hal ini
dimungkinkan karena studi tidak praktis jika dilakukan kepada individu.(17)
25
mortalitas dan morbiditas yang bisa dimanfaatkan dalam pencegahan suatu
penyakit.(18)
Sumber informasi dan data yang dapat digunakan pada statistik mortalitas
meliuti:(19)
1. Sistem registrasi vital
Sistem registrasi vital merupakan sistem yang dibentuk dalam mencatat
persitiwa penting seperti kelahiran kematian dan perkawinan. Jika sistem ini
bekerja dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data
dalam melihat kematian. Di Indonesia, sistem ini belum terintegrasi secara
nasional.
2. Sensus dan survei penduduk
Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data penduduk dan termasuk didalamnya data kematian. Sistem
ini di catat setelah beberapa waktu suatu kematian terjadi dan dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung data didapatkan dengan
menanyakan kepada responden tentang ada atau tidaknya suatu kematian yang
nantinya menghasilkan data sebagai Current mortality data. Secara tidak
langsung, maka data didapatkan secara survivorship dan biasanya data ini yang
digunakan di Indonesia.
3. Penelitian
Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan
dengan penelitian kelahiran atau disebut juga dengan penelitian statistik vital.
4. Perkiraan
Pendekatan melalui perkiraan dilakukan secara tidak langsung dimana
melakukan pendekatan dengan melihat tahapan kehidupan dari waktu ke
waktu. Hal ini memiliki kesulitan tersendiri yaitu dalam keterbatasan
sumberdaya untuk memastikan data, kemungkinan kesalahan sempling dan
perkiraan akan pola kematian yang tidak mudah.
26
Di negara maju sumber data yang digunakan dalam mortalias meliputi
registrasi vital, data berbagai penyebab kematian, data penyebab eksternal
kematian dan hasil pemeriksaan posmortem.(18)
1. Registrasi vital
Registrasi vital memuat semua informasi penting tentang kependudukan
termasuk kematian. Sebagian besar negara Eropa telah mengadopsi
penggunaan sertifikat medis penyebab kematian yang diusulkan oleh
WHO.Sertifikat ini diusulkan pada tahun 1977 (pada saat International
Classification of Diseases ICD-9) untuk memastikan komparabilitas yang lebih
baik dari statistik mengenai subjek ini antar negara.Penyebab kematian
dikodekan mengikuti Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah
Kesehatan dan saat ini menggunakan ICD-10. Sehingga data yang masuk ke
registrasi vital sesuai dengan sertifikat medis.
2. Data berbagai penyebab kematian
Dengan mengumpulkan sertifikat kematian kita dapat melihat penyebab
utama dan kondisi medis lainnya pada suatu kasus kematian. Walaupun pada
kenyataanya ditemukan berbagai macam kondisi yang terlibat pada suatu
kematian terutama pada usia lanjut. Kumpulan kondisi-kondisi ini dapat
dijadikan sebagai acuan data dalam statistik mortalitas terutama jika menilai
secara penyebabnya.
3. Data penyebab eksternal kematian
Dengan mengumpulkan data-data penyebab kematian external merupakah
hal yang penting dilakukan selain pengumpulan secara medis. Penyebab
kematian external ini meliputi kecelakan, kekerasan, bunuh diri dan terjatuh.
Di beberapa negara seperti AS dan brazil sudah mengumpulkan data ini.
sebagai contoh di brazil dilakukan integrasi data antara lalu lintas yang
dilakukan oleh polisi, data mortalitas dan data rumah sakit saling terhubung.
4. Autopsi
Data yang didapatkan secara autopsi merupakan hal cukup penting dalam
statistik mortalitas. Autopsi yang dapat dilakukan akan mengurangi angka
27
penyebab kematian yang disebabkan oleh hal yang tidak diketahui. Namun
autopsi sangat jarang dilakukan walaupun di negara maju.
28
KESIMPULAN
29
epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup, seperti
jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.Epidemiologi analitik
merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-faktor
penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi yaitu
tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu.
Sumber informasi dan data dalam statistik merupakan komponen utama
dalam menentukan mortalitas morbiditas dan status kesehatan. Di negara-negera
maju, data ini digunakan sebagai analisis tren terhadap kondisi kesehatan suatu
negara sehingga dapat meberikan kebijakan yang tepat. Berbagai macam sumber
informasi dan data digunakan dalam statistik mortalitas. Setiap sumber informasi
dan data memiliki kelebihan dan kekurangannya secara masing-masing.
Permasalahan umum yang sering terjadi meliputi keterwakilan populasi,
pelaporan yang tidak adekuat, permasalahan privasi dan etika, pembiayaan dan
perbedaan antar negara.
30
DAFTAR PUSTAKA