Makalah Kel 4 Terapi Akupresur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PENTALAKSANAAN KEPERAWATAN
TERAPI AKUPRESUR”

Dosen : Dwi Agustian Faruq, Ners, M.Kep.

Di Susun Oleh:
Mahasiswa Kelompok 4
Tingkat II B/Semester IV

1. Armeliati 2018.C.10a.0959
2. Cia 2018.C.10a.0962
3. Dhea Permatasari Iskandar 2018.C.10a.0964
4. Erna Sari 2018.C.10a.0966
5. Tetenia Diyanti 2018.C.10a.0987

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi pembaca dan mahasiswa
terutama yang berada di STIKES Eka Harap tentang “Penatalaksaan
Keperawatan Terapi Akupresure” sehingga diharapkan dengan mempelajari
laporan pendahuluan ini mahasiswa maupun lainnya mendapatkan tambahan
pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 23 Juni 2021


Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................5
2.1.1 Definisi Terapi Akupresure...............................................................5
2.1.2 Sejarah Terapi Akupresure ...............................................................6
2.1.3 Klasifikasi Terapi Akupresure.......................................................10
2.1.4 Manfaat Terapi Akupresure............................................................13
2.1.5 Titik Terapi Akupresure..................................................................18
2.1.6 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Akupresure............................20
2.1.7 Metode Terapi Akupresure.............................................................21
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................33
3.1 Kesimpulan..............................................................................................33
3.2 Saran........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

iii
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 5
Gambar 1.2..........................................................................................................9
Gambar 1.3........................................................................................................12
Gambar 1.4 ......................................................................................................14
Gambar 1.5 .......................................................................................................14
Gambar 1.6 .......................................................................................................16

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena
tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Konsep sehat memiliki tiga karakteristik, yaitu
merefleksikan perhatian pada individu, memandang sehat dalam konteks
lingkungan internal maupun eksternal, dan sehat diartikan sebagai hidup yang
kreatif dan produktif. Sedangkan sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi fisik,
emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau spriritual seseorang berkurang
atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (Potter & Perry,
2005). Keadaan ini tentunya akan berakibat pada kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari harus didukung dengan kebugaran fisik dan mental yang memadai. Namun,
aktivitas yang berlebihan justru menyebabkan seseorang sulit untuk mendapatkan
kebugaran fisik dan mental yang stabil setiap harinya. Keadaan ini dapat timbul
dengan salah satu penyebabnya adalah kondisi kelelahan otot atau kelelahan fisik
yang sering disebut sebagai keletihan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
letih diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi badan yang penat, lelah, payah,
dan hilang tenaga. Keletihan juga dipahami sebagai suatu keadaan menurunnya
kapasitas fisik akibat melakukan suatu aktivitas (Giriwijoyo & Sidik, 2012).
Berbagai cara untuk mencegah terganggunya produktivitas dan kreativitas
seseorang akibat keletihan serta upaya untuk mempercepat proses pemulihan,
sesungguhnya sudah banyak yang bisa dilakukan, antara lain seperti metode
massage, istirahat, dan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan
bergizi yang dapat mengembalikan fungsi tubuh agar kembali bugar (Giriwijoyo,
2010). Selain itu, proses pemulihan kondisi tubuh akibat keletihan dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dari penyebabnya.
2

Penanganan yang bisa dilakukan adalah berolahraga lebih teratur, mengatur


sirkulasi udara lebih baik, istirahat yang cukup, serta mengubah rutinitas atau
kebiasaan sehari-hari yang berpeluang menghabiskan banyak tenaga dan pikiran
(Anas, 2006).
Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan muncul salah satu metode
keperawatan komplementer, yaitu akupresur yang saat ini mulai digunakan untuk
menangani kasus keletihan. Akupresur merupakan salah satu terapi non
farmakologis yang perkembangannya sangat pesat dan WHO telah mengakui
keberhasilan terapi ini dalam menangani banyak kasus, lebih dari 100 kasus.
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan
perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan dari
ilmu akupuntur. Teknik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai
pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik yang sama seperti yang digunakan
pada terapi akupunktur dengan mengalirkan energi yang dalam bahasa Cina
disebut Chi atau Qi (Hartono, 2012). Titik akupresur terletak di seluruh tubuh
dekat dengan permukaan kulit dan terhubung satu sama lain melalui jaringan yang
komplek yaitu meridian (Andarmoyo, 2013). Jika energi dalam tubuh berkurang
satu atau lebih, maka meridian kesehatan tubuh akan terpengaruh (Charandabi,
2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Song, Seo, Lee, Son, Choi, et al
(2015) menyebutkan adanya efek positif bagi hasil utama penggunaan terapi
akupresur yaitu dapat meringankan gejala berbagai masalah kesehatan yang salah
satunya adalah menurunkan skor keletihan dan gangguan tidur pada seseorang
yang sedang tidak mengalami suatu penyakit. Selain itu, berdasarkan salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Eglence, Karatas & Tasci (2013), menunjukkan
bahwa terapi akupresur yang diterapkan dengan menggunakan pena akupunktur,
efektif dalam mengurangi keletihan pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Dalam penelitian dengan subjek yang sama, yaitu pada pasien hemodialisis di Iran
menunjukkan bahwa terapi akupresur dengan cepat dan efektif meningkatkan
kualitas tidur pasien (Shariati, Jahani, Hooshmand & Khalili, 2012). Hal ini
menjadi poin penting mengingat bahwa salah satu gejala keletihan adanya rasa
kantuk karena kualitas tidur yang terganggu.
3

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Pelayanan


Perawatan Holistik Latu Usadha, didapatkan data selama 3 bulan terakhir
terhitung sejak awal Bulan Mei hingga akhir Bulan Juli 2015, klien yang datang
ke Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha sebanyak 885 orang. Dimana
sebanyak 320 klien pada Bulan Mei, 273 klien pada Bulan Juni, dan 292 klien
pada Bulan Juli dengan rata-rata perbulannya sebesar 24,4% klien datang dengan
keluhan keletihan. Kasus keletihan ini berada di urutan ketiga terbanyak setelah
masalah nyeri (akut dan kronis) dan hipertermi. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap seorang perawat yang bekerja di Pelayanan Perawatan Holistik Latu
Usadha dikatakan bahwa setiap harinya sekitar 2-3 orang datang dengan keluhan
keletihan disertai keluhan nyeri dan kaku pada bagian leher dan bahu, badan
lemas, dan tidak bergairah. Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha merupakan
tempat praktik mandiri perawat yang memberikan pelayanan holistik kepada
masyarakat dengan mengedepankan pemberian pelayanan keperawatan terapi
komplementer yang salah satunya adalah terapi akupresur. Terapi akupresur
secara empiris dapat meningkatkan hormon endorphin pada otak yang secara
alami dapat membantu mengontrol rasa nyeri sehingga dianggap dapat
mengurangi tingkat keletihan. Teknik ini juga aman untuk dilakukan sendiri
walaupun belum pernah melakukan sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk yang
ada dengan benar. Sampai saat ini penggunaan terapi akupresur dalam
meminimalisir tingkat keletihan belum banyak diketahui di Indonesia. Perawat
harus memahami situasi ini sebagai suatu masalah yang harus dihadapi secara
bersama-sama. Situasi ini juga sangat tepat dimanfaatkan untuk melihat peran
perawat dalam melakukan penanganan dengan mengedepankan aspek pelayanan
promotif dan preventif yang berguna untuk mencegah masalah berkelanjutan yang
lebih besar dan berdampak buruk bagi kehidupan seseorang akibat keletihan.
Berdasarkal fenomena yang terjadi pada uraian latar belakang di atas maka
dari itu penyusun tertari untuk membuat sebuah makalah dengan judul “
Penatalaksanaan keperawatan terapi akupresure”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu : Bagaimana penerapan Penatalaksanaan Keperawatan terapi akupresure ?
4

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami
dan mengetahui materi tentang terapi akupresure dan penatalaksaan
keperawatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui materi tentang pengertian
tentang terapi akupresure
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan penatalaksaan keperawatan terapi akupresure ini
yaitu :
1) Bagi Pendidikan/Institusi
Sebagai salah satu referensi bagi pengajar maupun mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan terapi akupresure
2) Bagi Pembaca/ Mahasiswa
Sebagai salah satu referensi dan membantu mahasiswa dalam memahami,
mengetahui dan menambah wawasan tentang terapi akupresure serta asuhan
keperawatannya.
3) Bagi Penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapat serta
sebagai acuan dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Terapi Akupresure


2.1.1 Definisi Terapi Akupresure
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional
yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun- temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Menurut Wong, (2011), menjelaskan perbedaan akupresur dengan
akupunktur, akupresur dilakukan dengan menggunakan jari tangan sedangkan
akupunktur dengan menggunakan jarum, namun menggunakan titik tekan yang
sama pada meridian organnya. Meridian merupakan jalur-jalur aliran energi vital
yang ada pada tubuh manusia yang menghubungkan masing-masing bagian tubuh
membentuk sebuah kesatuan yang utuh dalam tubuh (Kemenkes, 2015).
Akupresur merupakan suatu metode tusuk jari yang didasarkan pada
pengetahuan bahwa semua organ tubuh manusia dihubungkan satu sama lain oleh
suatu saluran (meridian) yang menjelajahi seluruh permukaan tubuh untuk
menghantarkan energi ke seluruh tubuh (Sunetra, 2004).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan
akupresur adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan tradisional jenis
keterampilan dengan cara merangsang titik tertentu melalui penekanan pada
permukaan tubuh dengan menggunakan jari maupun benda tumpul untuk tujuan
kebugaran atau membantu mengatasi masalah kesehatan (Kemenkes, 2011)
2.1.2 Sejarah Akupresure
Pada mulanya pijat digunakan untuk mengatasi keluhan nyeri pada bagian
tertentu tubuh sebagai bagian dari reflex alami manusia. Misalnya pada sakit
kepala, orang cenderung memijat atau menyentuh bagian kepala dan tanpa
disadari orang tersebut sudah melakukan terapi pijat pada bagian yang sakit. Pada
awalnya, terapi pijat dilakukan tanpa memperhitungkan baik anatomi atau struktur
otot orang yang dipijat maupun konsep aliran energi yin dan yang. Sejalan dengan
waktu dan bertambahnya pengalaman, terapi pijat kemudian berkembang dalam
dua arah yaitu pijatmasase yang termasuk dalam disiplin ilmu
fisioterapi dan akupresur yang termasuk dalam pengobatan alternative
atau komplementer. Fisioterapi berpedoman pada struktur anatomi otot dan saraf
bagian yang4 dipijat,sedangkana kupresur berbasis pengetahuan oriental
tentang aliran energy yin dan yang.
Selain digunakan untuk dasar terapi akupresur, konsep yin- yang
digunakan sebagai landasan bagi pengobatan akupuntur dan terapi oriental lainnya
termasuk gizi makrobiotik.Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang
berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena tekhnik pijat
akupresur adalah turunan dari ilmu akupuntur. Tekhnik dalam terapi ini
menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-titik
yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur.
Perkembangan akupresur di Indonesia mulai terjadi sejak kedatangan
imigran cina ke Indonesia.Para pengobat dari cina ini berbur dengan penduduk
local dan menerapkan ilmu pengobatannya bersama cara-cara local seperti
mengurut, mengerok, dan minum ramuan jamu local. Dengan demikian, sekalipun
akupresur berasal dari cina, ternyata metode pengobatan komplementer yang
murah dan memberikan rasa nyamanini dapat dipadu dengan cara-cara
pengobatan local terutama di pulau jawa. Pengobatan komplementer yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan memberikan kenyamanan dapat
berjalan berdampingan dengan pengobatan barat yang lebih menguntungkan
tindakan mengatasi penyebab dan/atau menghilangkan gejala. Jika pengobatan
barat berbasis bukti lewat penelitian ilmiah maka pengobatan oriental termasuk
pengobatan local berbasis empiris yang dibuktikan oleh kemampuannya bertahan
selama berates tahun. Saat ini, semua tumbuhan herbal yang diguakan sebagai
pengobatan juga telah diteliti khasiatnya oleh fakultas farmasi di Indonesia.
Sementara di tempat asalnya, penelitian telah banyak dilakukan terhadap
pengobatan komplementer seperti akupresur dan herbal sehingga keberadaan
kedua jenis terapi ini sekarang sudah di akui oleh departemen kesehatan
setempat.Pendidikan seperti akupunktur medic dan herbal medic juga sudah mulai
banyak diselenggarakan oleh lembaga-lembaga baik milik pemerintah maupun
milik swasta yang diakui oleh pemerintah.
2.1.3 Klasifika Akupresure
Akupresur berkembang dari naluri manusia untuk memegang, menekan,
atau memijat-mijat bagian tubuh ketika terluka atau cedera. Para pendeta Tao dari
zaman China Kuno memformulasikan pengematan mereka akan naluri
pengobatan sendiri (self jealing) ini menjadi suatu sistem yang dinamakan “Tao
Yin” (‘Tao’ berarti ‘jalan’, sedang ‘Yin’ berarti keluhan-keluhan yang spesifik
sekaligus suatu sistem untuk memelihara kesehatan secara umum. Tao-Yin
berkembang menjadi “Do-in”, seni mempertahankan keremajaan melalui
pemijatan diri sendiri. Selanjutnya, tabib-tabib China menambahkan serangkaian
sistem diagnosis dan penanganan penyakit untuk merangkai suatu pendekatan
medis yang lebih lengkap.
Akurperesur kini mewakili serangkaian teknik pijat, yang menggunakan
tekanan secara manual untuk menstimulasi titik-titik energi ditubuh. Sang terapis
melakukan tekanan dalam bobot ringan sampai sedang dengan jari-jari tangannya,
dan kadang- kadang juga dengan siku, lutut, atau kaki ke titik-titik yang sama
yang digunakan dalam Akupuntur. Banyak ragam Akurpresur telah berkembang
seiring dengan waktu.
2.1.3.1 Shiatsu
Secara harfiah kata shiat-su berarti jari (shi) dan tekanan (atsu),
serangkaian penekanan menggunakan jari secara berirama, keseluruh bagian
tubuh sepanjang meridian energi. Terapi ini juga termasuk peregangan dan
tepukan. Titik-titik tekan hanya disentuh antara 3-5 detik. Penanganan ini bisa
merangsang sekaligus menenangkan. Shiatsu adalah versi Jepang dari
Akurpresur, dan kini menjadi semakin populer di dunia barat.
2.1.3.2 Jin Shin
Suatu pola penekanan yang lembut dan berkepanjangan pada titik-titik
Akupuntur yang penting pada meridian dan jalur-jalur yang terpilih, setiap titik
ditekan selama 1-5 menit. Terapi ini dilakukan dalam keadaan meditatif untuk
menyeimbangkan chi, sang energi vital.
2.1.3.3 Do-in
Suatu bentuk pemijatan terhadap diri sendiri pada otot dan titik-titik
meridian. Do-in juga mencakup gerakan, peregangan, dan latihan pernafasan.
2.1.3.4 Tui-Na
Ini adalah versi China untuk pijat yang merangsang titik-titik akurpresur
dengan menggunakan berbagai ragam gerakan tangan.
2.1.4 Manfaat Akupresure
2.1.4.1 Promotif
Akupresur dipraktikkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun
tidak sedang sakit.
2.1.4.2 Pencegahan penyakit (Preventif)
Akupresur dipraktikkan secara teratur pada saat-saat tertentu menurut
aturan yang sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya adalah mencegah
masuknya sumber penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh
2.1.4.3 Mengatasi keluhan dan upaya pengobatan (Kuratif)
Akupresur dapat digunakan menyembuhkan keluhan sakit, dan
dipraktikkan ketika dalam keadaan sakit
2.1.4.4 Memulihkan kondisi tubuh (Rehabilitasi)
Akupresur dipraktik untuk meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit.
2.1.4.5. Manajemen Stress dan keseimbangan tubuh energi
Akupresur membantu seseorang dalam pengelolaan stres. Ini menenangkan
ketegangan syaraf dan meningkatkan ketahanan stres individu karena langsung bekerja
pada sistem saraf otonom. Akupresur meningkatkan relaksasi tubuh dan menciptakan
pikiran positif.
2.1.4.6. Meringankan Nyeri
Akupresur dikenal memiliki efek jangka panjang pada nyeri di bagian tubuh yang
berbeda. Akupresur dipraktekkan di seluruh dunia untuk mengobati radang sendi, nyeri
otot di lengan dan leher, nyeri leher, nyeri sendi, spondilitis, osteoartritis, nyeri yang
disebabkan oleh olahraga dan atletik dan nyeri tubuh lainnya.
2.1.4.7. Berkaitan dengan Bersalin
Akupresur sangat membantu dalam menangani perubahan dan risiko kehamilan.
2.1.5 Titik Akupresure
Titik akupresur merupakan tempat terpusatnya energy vital (qi) sekaligus
merupakan tempat untuk melakukan penekanan sehingga tercapai keseimbangan
yin yang dalam tubuh.
2.1.5.1 Jenis-jenis
Titik akupresur ada 3 jenis yaitu :
a. Titik akupresur umum adalah titik akupresur yang terletak dijalur
meridian umum dan meridian istimewa.
b. Titik akupresur ekstra adalah titik akupresur yang terletak di luar
jalur meridian umum dan meridian istimewa.
c. Titik nyeri adalah titik akupresur yang bukan merupakan titik
akupresur umum maupun titik akupresur ekstra. Pada titik tersebut
akan dirasakan nyeri apabila dilakukan penekanan (dalam fase pasif)
maupun tidak dilakukan penekanan (dalam fase aktif).
2.1.5.2 Penamaan
a. Titik akupresur umum diberi nama sesuai dengan nama meridian
serta urutan letak sesuai jalur meridian, misalnya titik LI 4 artinya
titik nomor 4 pada jalur meridian usus besar (Large Intestine).
b. Titik akupresur ekstra diberi nama dengan awalan EX yang berarti
ekstra point diikuti area letak titik, yaitu :
 Head Neck (HN) yang berarti kepala leher
 Back (B) yang berarti punggung
 Lower Extremity (LE) yang berarti tungkai bawah
Urutan lokasi titik akupresur ekstra dimulai dari lokasi yang lebih
tinggi, misalnya titik EX-HN 3 artinya titik nomor 3 pada regio kepala dan
leher (HN) (Kemenkes RI, 2015)
2.1.6 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Akupresure
2.1.6.1 Indikasi Terapi Akupresur
Terapi akupresur dapat mengatasi beberapa kondisi nyeri seperti : Sakit
kepala tipe tegang , migren, sakit gigi, nyeri sendi, depresi dan
kecemasan, nyeri tulang belakang.
2.1.6.2 Kontraindikasi Terapi Akupresur
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan akupresur
a) Kebersihan terapis
Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
antiseptic sebelum melakukan dan setelah melakukan terapi
sangatlah penting.Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
penularan penyakit antara terapis dengan pasien.
b) Bagian-bagian yang tidak dapat dipijat
Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas, tepat
pada bagian tulang yang patah, dan tepat bagian yang bengkak.
c) Pasien dalam kondisi gawat
Penyakit-penyakit yang tidak boleh dipijat adalah tiga penyakit
yang dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, yaitu ketika terjadi
serangan jantung, gagal napas olehparu-paru, dan penyakit pada
saraf otak (misalnya stroke, pecah pembuluh darah, dan cidera
otak).Apabila terapis menemukan gejala-gejala diatas segera
rujukke rumah sakit karena penanganan yang keliru dapat
menyebabkan pasien terlambat mendapatkan pengobatan yang
lebih baik
2.1.7. Cara Pemijatan Akupresur
2.1.7.1. Cara pemijatan bisa dilakukan dengan :
1. Pijatan bisa kita lakukan setalah menemukan titik meridian yang tepat,
yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal.
2. Pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan jari tangan, (Jempol dan Jari
telunjuk).
3. Semua titik berpasangan kecuali untuk jalur meridian Ren dan Tu.

Gambar 1.1. Posisi Akupresur


Gambar 1.2. teknik Akupresur
2.1.7.2. Lama dan banyaknya tekanan (pemijatan) :
1. Pijatan untuk menguatkan (Yang), untuk kasus penyakit dingin, lemah,
pucat/lesu, dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk
masing-masing titik dan pemutaran pemijatannya searah jarum jam.
2. Pemijatan yang berfungsi melemahkan (Yin) untuk kasus penyakit
panas, kuat, muka merah, berlebihan/hiper dapat dilakukan dengan
minimal 50 kali tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam.
 Untuk penyakit yang baru (akut), akupresur dapat dilakukan 2 hari
sekali, sedangkan untuk penyakit yang sudah lama (kronis), akupresur
bisa dilakukan 1 minggu sekali. Alangkah lebih jika terapi dibarengi
dengan minum ramuan herbal, untuk membantu proses penyembuhan.
 Terapi akupresur/totok menjadi bagian dari terapi komplementer yang
diakui memiliki beberapa manfaat bagi tubuh, termasuk
menghilangkan nyeri, mengurangi stres dan
meningkatkan/melancarkan sirkulasi darah, serta memberikan efek
melemaskan tubuh. Teori akupresur mengajarkan akan adanya
energi/kekuatan yang tidak dapat dilihat dari setiap individu. Energi
yang tidak terlihat ini mengalir ke seluruh tubuh baik di luar di sekitar
tubuh maupun di dalam cairan tubuh, seperti dalam darah dan aliran
limfe.
 Akupresur merupakan teknik pengobatan Cina kuno/Traditional Chinese
Medicine (TCM), berasal dari teknik pengobatan akupunktur awalnya.
Akupunktur melibatkan jarum halus yang ditusukkan ke dalam titik-titik
tertentu pada tubuh untuk menghilangkan nyeri dan berbagai keluhan.
 Terapi akupresur dapat dilakukan di berbagai bagian tubuh, termasuk
pada wajah. Ini merupakan alat untuk menyehatkan kulit, yang juga
dapat membuat panjang umur. Facial akupresur/totok wajah membuat
kulit wajah Anda bersih dan kencang. Facial akupresur/totok wajah
menghasilkan aliran darah lokal di kapiler-kapiler wajah dan
melepaskan Anda dari berbagai keluhan seperti sakit kepala, insomnia,
ketegangan saraf, sinus, mata lelah, dan sumbatan hidung.
 Facial akupresur bekerja secara spesifik untuk menghasilkan kesehatan
kulit. Cara kerja dari facial akupresur pada wajah adalah sebagai
berikut:
1) Membantu mengatur aliran bebas dari Qi dan darah serta memfasilitasi
penyerapan nutrisi-nutrisi.

2) Merangsang/menstimulasi drainase limfatik dan membantu kulit untuk


bernapas.
3) Merangsang/menstimulasi kulit untuk memproduksi kolagen, serta
melembutkan dan menghaluskan kulit, juga mengatur keseimbangan
hormon.
4) Mengatur kerja normal dari organ-organ dalam dan menyebabkan
kontraksi otot.
2.1.8. Kekurangan dan Kelebihan Akupresur
2.1.8.1.Kekurangan Akupresur
akupresur distimulasinya satu per satu. Kekurangan lainnya, akupresure
tidak bisa menjangkau titik yang dalam, seperti titik yang ada didaerah paha,
pantat dsb. Walaupun bisa, harus dengan tenaga yang kuat untuk
menjangkaunya.
2.1.8.2.Kelebihan Akupresur
Kelebihan akupresur atau pengobatan totok jari adalah akupresur bisa
diterapkan kepada setiap orang, khususnya orang yang takut dengan jarum
akupunktur, jadi walaupun anak kecil, tidak akan ketakutan, selain dari itu,
pengobatan akupresur tidak mempunyai resiko penularan penyakit kalau
dibandingkan dengan menggunakan jarum akupunktur, kalau tidak super hati-
hati atau akupunkturisnya tidak hati-hati atau ceroboh, menggunakan jarum
bekas orang lain ditambah tidak steril, maka hal itu akan menjadikan
malapetaka buat pasiennya.
2.1.9. Metode Akupresure
Metode akupresur sudah lama diterapkan di Cina seperti ditulis pada buku
Acupunture without needle karya Dr. Cemey (Hadikusumo, 1996 dalam
Kemenkes RI 2015). Berbagai teori yang mendasari mekanisme kerja akupresur
adalah :
2.1.9.1.Teori endorphin, yaitu dilepaskannya zat yang dapat menghilangkan rasa
nyeri
2.1.9.2.Teori kekebalan tubuh, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akupresur adalah satu bentuk fiseoterapi dengan memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Berguna untuk mengurangi
bermacam- macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan kelelahan dan
penyakit. Dan sangat bermanafat bagi : meningkatkan daya tahan dan kekuatan
tubuh (promotif),mencegah timbulnya penyakit (preventif),mengatasi keluhan dan
upaya pengobatan (kuratif),dan memulihkan kondisi tubuh( rehabilitasi).
Beberapa kondisi yang diindikasikan untuk dilakukan terapi akupresur yaitu
sakit kepala tipe tegang dan migren, sakit gigi, untuk kesehatan sendi, siku tangan,
pergelangan tangan dan tangan, kesehatan tulang belakang,, kesehatan sendi
pinggul, kesehatan sendi lutut, kesehatan pergelangan kaki, kesehatan telapak
kaki, serta acupoint untuk membantu lebih rileks. Sedangkan kondisi yang tidak
diperbolehkan dilakukan terapi akupresur yaitu pada daerah patah tulang, kulit
yang terkelupas, pasien gaga jantung, gagal nafas, pasien yang memiki masalah
saraf pusat misalnya stroke dan kondisi gawat lainnya.
3.2 Saran
Bagi Mahasiswa Keperawatan, setelah membaca makalah ini hendaklah
dapat benar- benar memahami konsep umum dari terapi komplementer
akupresur. Serta terus memperbaharui pengetahuan keperawatan khususnya pada
terapi akupresur.
DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Muhamad N.2017. Dasar Ilmu Akupresur dan Moksibasi. Cimahi:


Bhimaristan Publishing
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2017. Buku Saku 1 Petunjuk Praktis
TOGA dan Akupresur. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan akupresur mandiri
bagi pekerja di tempat kerja. Jakarta : Departemen Kesehatan
Majid, Yudi Abdul. Puji Setya Rini. 2016. Terapi Akupresur Memberikan Rasa
Tenang Dan Nyaman Serta Mampu Menurunkan Tekanan Darah Lansia.
[Online]. Tersedia di https://media.neliti.com/media/publications/195274-
ID-terapi-akupresur-memberikan- rasa-tenang.pdf. Diakses pada 12
Februari 2019
Juwita, Linda. 2015. Literature Review: Terapi Komplementer Akupresur Pada
Titik Perikardium 6 Dalam Mengatasi Mual Dan Muntah Pada Kehamilan.
[Online]. Tersedia di
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/download/712/707.
Diakses pada 14 Februari 2019
Syarif, Hilman.2016. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Akut
Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker; A Randomized Clinical Trial.
[Online]. Tersedia di
http://wwwjurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6372/5235. Diakses
pada 15 Februari 2019
TERAPI AKUPRESUR MEMBERIKAN RASA TENANG DAN NYAMAN SERTA
MAMPU MENURUNKAN TEKANAN DARAH LANSIA ACUPRESSURE GIVING QUIET
AND COMFORTABLE AND ABLE TO REDUCE BLOOD PRESSURE ELDERLY

Yudi Abdul Majid1, Puji Setya Rini2

STIKES Muhammadiyah Palembang. Jln. A. Yani 13 Ulu Palembang


[email protected]

ABSTRAK

Hipertensi yang terjadi pada lansiaberdampak buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup lansia. Kekhawatiran
akan efek samping dari penggunaan obat-obatan yang dikeluhkan penderita hipertensi menjadikan terapi
komplementer sebagai alternatif pilihan terapi. Sebagai terapi komplementer yang lebih murah, mudah, dan aman
akupresur dapat dijadikan salah satu terapi untuk mengatasi hipertensi pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh akupresur terhadap tekanan darah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang.Rancangan penelitian adalah quasi experimen dengan pendekatan pre and post test control group.
Pemilihan sampel dengan teknik concecutive sampling yang terdiri dari 32 responden, yang terbagi menjadi 16
responden kelompok perlakuan dan 16responden kontrol. Kelompok perlakuan di intervensi akupresur sebanyak 3 kali
dalam seminggu.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah (sistole dan
diastole) responden antara sebelum dan sesudah akupresur pada kelompok perlakuan (p value 0,001) dan terdapat
perbedaan yang bermakna tekanan darah (siastole) responden kelompok perlakuan dan kontrol setelah akupresur (p
value 0,008). Perbedaan tersebut terlihat dari penurunan rata-rata tekanan darah antara sebelum dan sesudah
akupresur. Terapi akupresur yang dilakukan akan menstimulasi sel saraf sensorik disekitar titik akupresur akan
diteruskan kemedula spinalis, kemudian ke mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya
diaktifkan untuk melepaskan hormon endorfin yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman. Akupresur juga
menstimulai pelepasan histamin yang berpengaruh pada vasodilatsi pembuluh darah, kedua manfaat akupresur
tersebut dapat menurunkan tekanan darah lansia.

Kata Kunci: Akupresur, Hipertensi, Lansia

ABSTRACT

Acupressure is theOne of the complementary therapy. The objective of the research was to determine the effect of
acupressure on elders’ blood pressureat Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang.The research design used was
quasi-experiment withpre and post-test control group approach. Sampling was carried out by a concecutive sampling
technique, involving 32 respondents. The intervention group received an acupressure intervention 3 timesa week.
Theresults showed that there was a significant difference in the respondents’ blood pressureefore and after an
acupressure in the intervention group (p value 0,001).Acupressure therapy performed will stimulate sensory nerve cells
around the acupressure point will be forwarded to medula spinal, then to hypothalamic pituitary mesensefalon
complex and enabled to release endorphins that can provide a sense of calm and comfortable. stimulation histamine
release vasodilation that affect blood vessels, both the benefits of acupressure can reduce blood pressure elderly.

Keywords: Acupressure, Hypertension, Elderly


1. PENDAHULUAN hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita
sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun
Pembangunan kesehatan merupakan bagian 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi
dari pembangunan nasional yang bertujuan 29,2% (Apriany, 2012). Studi pendahuluan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan yang dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat Werdha Teratai Palembang. Dari 10
agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Responden yang diwawancarai dan diukur
Salah satu indikator keberhasilan tekanan darahnya 6 diantaranya menderita
pembangunan kesehatan adalah meningkatnya hipertensi. Dari 6 lansia yang menderita
umur harapan hidup. Meningkatnya umur hipertensi tersebut mengeluhkan berbagai
harapan hidup artinya persentase penduduk keluhan yang menyertai seperti kepala sering
lanjut usia (lansia) semakin meningkat pusing, penglihatan berkurang, tidak bisa tidur,
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). dan kesulitan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Dengan keluhan tersebut
Menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998 berdampak buruk terhadap kesehatan dan
tentang kesejahteraan lansia, yang dimaksud kualitas hidup lansia.
dengan lansia adalah seseorang baik laki-laki
maupun perempuan yang telah berusia 60 Berbagai upaya penatalaksanaan hipertensi
tahun atau lebih (Kementerian Sosial RI, yaitu dengan penatalaksanaan farmakologis
2008). Jumlah lansia di dunia tumbuh dengan atau nonfarmakologis. Secara farmakologis
sangat cepat bahkan tercepat dibanding penatalaksanaannya dengan pemberian obat
kelompok usia lainya. Saat ini jumlah lansia di anti hipertensi. Terapi non farmakologis untuk
dunia mencapai 500 juta jiwa dengan usia rata- penderita hipertensi salah satunya adalah
rata 60 tahun. Badan kesehatan dunia akupresur (Sukanta, 2009).
memprediksi penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2020 mendatang mencapai 11,44 Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan
% atau tercatat 28,8 juta lansia, begitu juga memberikan penekanan dan pemijatan pada
proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada
Nasional (BAPPENAS) jumlah lansia pada prinsip ilmu akupunktur (Fengge, 2012).
tahun 2025 diperkirakan akan meningkat Penekanan ujung-ujung jari tangan pada
menjadi 36 juta jiwa, jumlah tersebut daerah tertentu dipermukaan kulit yang
merupakan jumlah penduduk lansia terbesar di berdampak positif terhadap kondisi fisik,
dunia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mental dan sosial (Hartono, 2012). Dengan
pada tahun 2012 mencapai 18,55 juta jiwa atau dasar tersebut peneliti tertarik untuk
7,78 % dari total penduduk Indonesia (BPS, mengetahui pengaruh akupresur terhadap
2012). Jumlah tersebut menempatkan tekanan darah lansia di Panti Sosial Tresna
Indonesia pada urutan ketiga dari negara- Werdha Teratap Palembang.
negara Asia dengan jumlah lansia terbesar
setelah Cina dan India (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). 2. METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah quasi


Meningkatnya jumlah lansia tersebut diiringi
experiment dengan pendekatan pre and post
dengan permasalahan kesehatan yang
dihadapi. Salah satu permaslahan kesehatan test control group. Intervensi akupresur
yang banyak dialami lansia adalah hipertensi. dilakukan pada kelompok perlakuan di
Menurut survey yang dilakukan oleh Word beberapa titik akupunktur yaitu (Titik Lr 2
Health Organization (WHO) pada tahun 2000, (Xingjian), Titik Lr 3 (Taichong), Titik Sp 6
jumlah penduduk dunia yang menderita (Sanyinjiaoi), Titik Ki 3 (Taixi), Titik Li 4 (Hegu),
Titik PC 6 (Neiguan). Pengukuran tekanan
darah
dilakukan sebelum intervensi dan sesudah dilakukan dengan menggunakan rumus
intervensi pada hari ketiga. federer. Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan jumlah sampel 32 responden yang
Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia terbagi menjadi 16 kelompok intervensi dan 16
yang tinggal di Panti Sosial X Palembang yaitu kelompok kontrol.
62 lansia. Teknik sampling yang digunakan
adalah consecutive sampling yaitu metode Kriteria inklusi responden yang disertakan
pemilihan sampel yang dilakukan dengan dalam penelitian ini: a) lansia yang menderita
memilih semua individu yang ditemui dan hipertensi, b) bersedia menjadi responden dan
memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah 3) dapat bekerjasama dalam penelitian. Kriteri
sampel yang diinginkan terpenuhi Dharma ekslusi responden dalam penelitian ini adalah
(2011). Penentuan jumlah sampel lansia yang mengkonsumsi obat hipertensi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Responden

Variabel n Mean SD Min Max 95% CI


Perlakuan 16 66,31 3,61 60 72 64,39 – 68,24
Usia
Kontrol 16 66,13 4,15 60 71 63,92 – 68,33
Keterangan: *Uji t Independen

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah
usia responden tidak jauh berbeda dimana rata- Responden Sebelum Akupresur
rata usia kelompok perlakuan (66,31 mmHg)
dan kontrol (66,13 mmHg).
Tekanan Darah Responden Sebelum Akupresur
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Tekanan Mean
Kelompok n SD
Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, Darah (mmHg)
dan Lama Tinggal di Panti Siastole 157,50 9,86
Intervensi 16
Diastole 96,69 6,17
Siastole 159,44 8,98
Kelompok Kontrol 16
Diastole 93,12 3,77
Karakteristik Kategori Perlakuan Kontrol
f % f % Dari tabel 3 diketahui rata-rata tekanan darah
Jenis Laki-laki 6 37,5 8 50,0 sebelum akupresur pada kelompok intervensi
Kelamin Perempuan 10 62,5 8 50,0 adalah 157,50 mmHg (siastole) dan 96,68
Tidak sekolah 5 31,3 5 31,3 mmHg (diastole) dan kelompok kontrol 159,44
SD 5 31,3 8 50,0 mmHg (siastole) dan 93,12 mmHg (diastole).
Pendidikan
SLTP 4 25,0 2 12,5
SMA 2 12,5 1 6,3
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah
Lama < 1 tahun 3 18,8 4 25,2
Responden Setelah Akupresur
tinggal Tahun 8 50,0 9 56,3
dipanti 5 tahun 5 31,3 3 18,8

Berdasarkan dari tabel 2 responden penelitian


lebih banyak perempuan. Tingkat pendidikan
responden lebih banyak dengan pendidikan SD
dan tidak sekolah. Sebagian besar responden
sudah tinggal dipanti selama 1 sampai 5 tahun.
Tekanan Darah Responden Setelah Akupresur
Tekanan Mean
Kelompok n SD
Darah (mmHg)
Siastole 147,81 12,79
Intervensi 16
Diastole 87,94 6,02
Siastole 158,69 8,15
Kontrol 16
Diastole 90,88 4,30
Dari tabel 4 diketahui bahwa setelah akupresur Tabel 6. Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah
terjadi penurunan rata-rata tekanan darah Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah
responden pada kelompok intervensi adalah Akupresur
147,81 (siastole) dan 87,94 (diastole) dan
kelompok kontrol 158,69 mmHg (siastole) dan
Kelompok Kontrol
90,88 mmHg (diastole). Tekanan Mean SD p
Variabel n
Darah (mmHg) (mmHg) value
Tabel 5. Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum 16 159,44 8,98
Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Siastole 0,101*
Sesudah 16 158,69 8,15
Akupresur Sebelum 16 93,12 3,797
Diastole 0,012
Kelompok Intervensi Sesudah 16 90,88 4,30
Tekanan Variabel n Mean SD p
Darah (mmHg) (mmHg) value Keterangan: * Uji wilcoxon
Sebelum 16 157,50 9,86
Siastole 0,001
Sesudah 16 147,81 12,79 Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tidak terjadi
Sebelum 16 96,69 6, 17 penurunan yg signifikan rata-rata tekanan
Diastole 0,001
Sesudah 16 87,94 6, 02
darah (siastole dan diastole). hasil uji statistik
tekanan darah sebelum dan sesudah akupresur
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-
rata tekanan darah sebelum dan seseudah
Dari tabel 5 dapat dilihat penurunan rata-rata akupresur pada tekanan darah diastole (0,012)
tekanan darah (siastole dan diastole). Hasil uji dan tidak terdapat perbedaan yang berarti
statistik menunjukan perbedaan rata-rata pada tekanan darah siastole (0,101).
tekanan darah sebelum dan seseudah akupresur
pada kelompok intervensi dengan nilai p value
0,001 baik pada siastole dan diastole.
Tabel 7. Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Akupresur

Kelompok Variabel n Mean (mmHg) SD (mmHg) p value


Intervensi 16 157,50 9,86
TD Siastole 0,539*
Kontrol 16 159,44 8,98
Intervensi 16 96,69 6,17
TD Diastole 0,058
Kontrol 16 93,12 3,77
Keterangan: * Uji Mann-Whitney

Dari tabel 7 diketahui bahwa hasil uji statistik (diastole). Artinya tidak terdapat perbedaan
perbedaan tekanan darah kelompok intervensi rata-rata tekanan darah diastole dan siastole
dan kontrol sebelum akupresur didapatakan antara kelompok intervensi dan kontrol
nilai p value 0,539 (siastole) dan 0,058 sebelum akupresur.

Tabel 8. Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol setelah Akupresur

Kelompok Variabel n Mean (mmHg) SD (mmHg) p value


Intervensi 16 147,81 12,79
Kontrol 16 158,69 8,15
TD Siastole 0,008*
Intervensi 16 87,94 6,02
TD Diastole 0,124
Kontrol 16 90,88 4,30
Keterangan : * Uji Mann Whitney

Dari tabel 8 diketahui bahwa hasil uji statistik responden yang dijadikan sampel adalah lansia
perbedaan tekanan darah antara kelompok yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi.
intervensi dan kontrol sesudah akupresur
didapatakan nilai p value 0,008 (siastole) dan
0,124 (diastole). Artinya terdapat perbedaa
nrata-rata tekananan darah siastole antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
namun tidak terdapat perbedaan rata-rata
tekanan darah diastole antara kelompok
intervensi dan kontrol setelah akupresur.

Berdasarkan hasil analisis diskriptif tekanan


darah lansia kelompok intervensi sebelum
dilakukan terapi akupresur menunjukan bahwa
seluruh responden memiliki tekanan darah
tinggi. Tekanan darah tertinggi sebelum
dilakukan akupresur adalah 172 mmHg
(siastole) dan 108 mmHg (diastole). Rata-rata
tekanan darah siastole adalah 157,50 dan
diastole 96,69. Begitu juga pada kelompok
kontrol dengan Tekanan darah tertinggi
sebelum dilakukan akupresur adalah 170
mmHg (siastole) dan 99 mmHg (diastole).
Rata-rata tekanan darah adalah 159,44 mmHg
(siastole) dan 93,12 mmHg (diastole). Hal ini
sesuai dengan kriteria sampel penelitian ini
yang menghendaki responden adalah lansia
yang menderita hipertensi. Jika dikategorikan
berdasarkan JNC VII dan JNC VI, responden
pada penelitian ini masuk pada hipertensi
derajat sedang.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan


darah diastolik dan siastole yang intermiten
atau menetap. Insiden hipertensi meningkat
seiring bertambahnya usia (Stockslager, 2008).
Penyebab lain dari hipertensi adalah aktivitas
atau olahraga, pola hidup, konsumsi tinggi
garam, konsumsi obat, merokok, minum kopi,
kelebihan berat badan, stres dan gangguan
tidur. Jika dihubungkan dengan faktor usia
semua responden telah masuk usia lansia
dengan rata-rata 66,31 tahun.. Aktivitas lansia
dipanti mayoritas sama yaitu mengikuti jadwal
yang telah ditetapkan panti. Untuk
menghindari adanya bias dalam penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian dan teori terkait dan sesudah akupresur dapat dilihat bahwa
maka peneliti berpendapat bahwa lansia terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah
beresiko untuk menderita hipertensi, hal ini sebelum dan seseudah akupresur pada
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelompok intervensi dengan nilai p value
penuruan struktur anatomi dan fisiologis 0,001 baik pada siastole dan diastole.
sistem kardiovaskuler karena proses
degeneratif pada lansia, selain itu berdasarkan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
wawancara pada beberapa responden Adam (2011) yang mengungkapkan bahwa
menyatakan mengalami gangguan tidur dan rangsangan akupresur dapat menstimulasi sel
banyak pikiran (stress emosional) sehingga mast untuk melepaskan histamine sebagai
gangguan tidur dan stress dapat menjadi mediator vasodilatasi pembuluh darah,
faktor penyebab peningkatan tekanan darah sehingga terjadinya peningkatan sirkulasi
pada lansia. darah yang menjadikan tubuh lebih relaksasi
dan pada akhirnya dapat menurunkan tekanan
Hasil penelitian menunjukanterjadinya darah
penuruan rata-rata tekanan darah sebelum dan
sesudah akupresur. Perubahan rata-rata Penuruan tekanan darah tersebut diyakini oleh
tersebut terlihat dari rata-rata tekanan darah peneliti sebagai pengaruh dari intervensi yang
siastole sebelum (157,50 mmHg) turun dilakukan. Akupresur adalah cara pengobatan
menjadi (147,81 mmHg). Rata-rata tekanan yang berasal dari Cina (Tradisional Chinese
darah diastole dari 96,69 mmHg turun Medicine) yang biasa disebut dengan pijat
menjadi 87,94 mmHg sesudah akupresur. akupunktur yaitu metode pemijatan pada titik-
Dari hasil uji statistik tekanan darah sebelum titik akupunktur (acupoint) ditubuh manusia
tanpa menggunakan jarum (Sukanta, 2008).
Menurut Rice (2006) akupresur adalah Akupresur merupakan terapi dengan prinsip
memberikan stimulus atau rangsangan pada healing touch yang lebih menunjukan prilaku
titik-titik meridian tubuh dengan caring pada responden, sehingga dapat
mengggunakan jari-jari yang bertujuan untuk memberikan perasaan tenang, nyaman,
mempengaruhi organ tubuh tertentu dengan perasaan yang lebih diperhatikan yang dapat
mengaktifkan aliran energi (qi) tubuh. Pada mendekatkan hubungan terapeutik antara
penelitian ini titik yang diintervensi adalah peneliti dan responden (Metha, 2007).
titik (Titik Lr 2 (Xingjian), Titik Lr 3
(Taichong), Titik Sp 6 (Sanyinjiaoi), Titik Ki 3 Pengaruh lain dari reaksi akupresur adalah
(Taixi), Titik Li 4 (Hegu), Titik PC 6 merangsang pengeluaran serotonin yang
(Neiguan). Memberikan stimulus pada titik berfungsi sebagai neurotransmiter pembawa
tersebut akan menstimulasi sel saraf sensorik signal rangsangan ke batang otak yang dapat
disekitar titik akupresur selanjutnya diteruskan mengaktifkan kelenjar pineal untuk
kemedula spinalis, mesensefalon dan komplek menproduksi hormon melatonin (Chen, Lin,
pituitari hipothalamus yang ketiganya Wu & Lin (1999). Hormon melatonin inilah
diaktifkan untuk melepaskan hormon endorfin yang dapat mempengaruhitekanan darah.
yang dapat memberikan rasa tenang dan Sebagaimana hasil penelitian “vascular helath
nyaman (Saputara & Sudirman, 2009). and risk management” yang menyatakan
Kondisi yang relaksasi tersebut akan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah
berpengaruh terhadap perubahan tekanan dengan melantonin terutama pada malam hari.
darah lansia. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Tsay, Cho, Chen (2004) yang
menyatakan bahwa akupresur efektif untuk
menenangkan suasana hati, mengurangi
kelelahan dan dapat menurunkan tekanan
darah.
Konsep pengobatan TCM (Traditional Akupresur pada titik-titik intervensi yang telah
Chinese Medicine) meyakini bahwa masalah dipilih peneliti dapat memperkuat fungsi
hipertensi pada seseorang karena adanya limpa, menambah darah sehingga dapat
ketidakseimbangan energi (chi) dan zat menenangkan shen. Perangsangan pada titik
fundamental (shen) dalam tubuh. Shen di tersebut dapat menguatkan energi dan unsur
diartikan sebagai materi kehidupan yang yin pada ginjal serta melemahkan unsur yang
mencakup semangat, hasrat, pikiran, jiwa dan jantung sehingga akan terjadi keseimbangan
kesadaran dalam bertindak. Ketika lansia energi dalam tubuh. Terjadinya keseimbangan
mengalami stress emosional, kurang energi tubuh tersebut akan mengoptimalkan
mendapat perhatian dari keluarga, merasa fungsi dan sistem organ dalam tubuh
keinginanya belum tercapai menyebabkan seseorang sehingga dapat terjadi peningkatan
kerja otak menjadi lebih berat sehingga kesehatan termasuk penurunan tekanan darah
terjadinya ketidakharmonisan hubungan (Sukanta, 2009).
fungsional antara organ dalam tubuh seperti
jantung, ginjal, limpa dan akhirnya akan Berdasarkan pembahasan di atas jelas bahwa
terganggunya shen dalam tubuh (Sukanta, akupresur memberikan pengaruh yang positif
2008 & Hartono, 2012). Gangguan pada baik secara fisik maupun psikologis pada
fungsi jantung dan energi pada limpa responden. Peneliti meyakini bahwa
menyebabkan hambatan saluran energi ke penurunan tekanan darah responden adalah
organ lain. Begitu juga ketika energi pada pengaruh akupresur yang dilakuan. Kelompok
ginjal lemah maka hubungannya dengan perlakuan menunjukan penurunan tekanan
jantung akan terputus sehingga shen jantung darah secara bermakna setelah akupresur,
tidak terpelihara dengan baik (Sukanta, 2008). sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami
perubahan tekanan darah yang bermakna . Hal
ini membuktikan bahwa akupresur Contohnya, penelitian eksperimen dengan
memberikan pengaruh terhadap penurunan membandingkan efektivitas beberapa terapi
tekanan darah lansia terhadap perubahan tekanan darah lansia

4. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah ada


pengaruh akupresur terhadap tekanan darah DAFTAR PUSTAKA
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang.
Adam, M. (2011). Pengaruh Akupresur
Saran yang dapat diberikan terkait dengan Terhadap Kekuatan Otot dan Rentang
hasil penelitian adalah sebagai berikut: Gerak Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke
a. Panti Pasca Rawat Inap di RSUP Fatmawati
Hasil penelitian ini hendaknya dapat Jakarta. Melalui
dipelajari dan menjadi intervensi perawat <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/2028
dalam upaya penatalaksanaan hipertensi 1860-TMuhamad Adam.pdf> [10/09/15]
lansia di panti atau komunitas BPS. (2012). Statistik Penduduk Lanjut Usia
b. Pendidikan 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan Nasional.melalui<http://www.bps.go.id/ha
kajian (evidence based practice)ditatanan sil_publikasi/stat_lansia_2012/files/search/
akademik sebagai upaya pengembangan searchtext.xml> [12/09/2015]
teori dan praktik keperawatan BPS. (2012). Data Statistik Indonesia.
komplementer. Melalui<http://www.datastatistik-
c. Penelitian lanjut
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data
dasar untuk penelitian lebih lanjut.
indonesia.com/portal/index.php? No. 3: 407-416.
option=co
m_supas&task=&Itemid=>[15/09/15]
Chen M.L., Lin L.C., Wu S.C & Lin J.G.
(1999). The effectiveness of acupressure
in improving the quality of sleep of
institutionalized residents. Journal of
Gerontology 54A: 389-394
Dharma, K, K. (2011). Metodologi Penelitian
Keperawatan Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta:
Trans Info Media
Fengge, A. (2012). Terapi Akupresur Manfaat
dan Teknik Pengobatan. Yogyakarta:
Crop Circle Corp
Hartono, R. I. W. (2012). Akupresur Untuk
Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha
Publishing
Kementerian Kesehatan RI. (2013).
Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Melalui
<http://www.depkes.go.id/downloads/B
ulet in%20Lansia.pdf/> [02/01/14]
Kementerian Sosial RI. (2008). Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.Artikel
Kementerian Kesehatan.
Melalui
<http://www.kemsos.go.id/> [02/01/14]
Saputra, K., Sudirman, S. (2009).
Akupunktur
Untuk Nyeri Dengan Pendekatan
Neurosain. Jakarta: Sagung Seto
Silvanasari, I, A. (2013). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kualitas Tidur
Yang Buruk Pada Lansia Di Desa
Wonojati Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember. Melalui
<http://hdl.handle.net/123456789/3229
> [13/03/14]
Sukanta, P. O. (2008). Pijat Akupresur Untuk
Kesehatan.Jakarta: Penebar Plus
Sukanta, P. O. (2009). Terapi Pijat Tangan
Cara Penyembuhan Aman, Mudah dan
Bermanfaat. Jakarta: Penebar Plus
Tsay S.L., Cho Y.C., Chen M. L. (2004).
Acupressure and Transcutaneous
Electrical Acupoint Stimulation in
Improving Fatigue, Sleep Quality and
Depression in Hemodialysis Patients.
Journal of Chinese Medicine. Vol. 32,
Profil Panti Sosial Tresna Werdha teratai
Palembang Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai