SILVIA YULIANTI 18110028 - Ringkasan Blockchain Dalam Zakat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SILVIA YULIANTI

NO BP : 18110028
KELAS : 6SA1+6SA2
MATA KULIAH : AKUNTANSI ZAKAT

Tulisan Tentang Block Chain Dalam Zakat

Zakat Berbasis Blockchain

Berbicara mengenai blockchain, blockchain itu sendiri adalah teknologi baru yang
dikembangkan untuk sistem penyimpanan data digital. Teknologi ini terhubung melalui
kriptografi dan penggunaannya sendiri tak bisa lepas dari mata uang Bitcoin dan
Cryptocurrency. Sebagai sebuah teknologi, blockchain masih tergolong baru. Sekitar tahun 2009,
teknologi ini mulai dikenal. Dan sebagaimana watak teknologi, dia terus berkembang, mengikuti
dinamika peradaban. Sebagai sebuah tools, sebenarnya blockchain ini, tidak berbeda dengan
teknologi lainnya. Tergantung siapa dan bagaimana cara penggunaanya. Bahkan, dalam sebuah
diskusi, sesungguhnya blockchain ini sebuah teknologi yang syar’i. Dimana, dia menyediakan sebuah
sistem yang memungkinkan setiap orang dengan syarat tertentu, bisa memverifikasi atas apa yang
dilakukannya. Persis, bagaimana ketatnya standar sanad dalam ilmu hadits. Dengan teknologi
bawaan blockchain yang terdistribusi, sehingga memungkinkan banyak pihak sebagai verifikator, atas
yang dilakukan oleh orang lain.
Semua tercatat dalam ledger (buku besar), sehingga praktis, apa yang tercatat di ledger
tersebut juga diketahui, dilihat, disimpan dan selanjutnya di verifikasi oleh pihak lainnya.
Dengan demikian maka, blockchain merupakan teknologi yang mengajarkan kejujuran, sebab
semua informasi tercatat dan tersebar ke berbagai pihak. Sehingga tidak ada alasan bagi umat
Islam untuk tidak menguasai teknologi blockchain ini, sebagai sebuah teknologi masa depan.
Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa umat Islam seringkali tertinggal dalam hal
teknologi? Termasuk berkenaan dengan blockchain tersebut.
Hal ini, tentu bukan hanya mengundang sejumlah pertanyaan, tetapi layak menjadi
perhatian khusus, terutama bagi generasi muda Islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam
itu unggul dan tidak ada yang mengunggulinya. Sehingga Islam menganjurkan umatnya untuk
menjadi cerdas. Namun kenyataannya daam beberapa sisi umat Islam saat ini selalu menjadi
terbelakang. Padahal Islam sempat menguasai teknologi dan peradaban dunia. Mungkin ini
terjadi karena selama ini, kita selalu memperdebatkan masalah yang sebenarnya tidak perlu
diperdebatkan. Dan seharusnya dengan panduan Alquran dan Hadist sebagai suatu dan dengan
tuntunan ulama, seharusnya umat ini benar-benar unggul.
Kembali tentang technologi blockchain, umat Islam khususnya di indonesia saat ini
hanya tahu sedikit tentang ini. Sehingga kita sering mendengarkan penghakiman yang sepihak
dari ulama dan bahkan keluar fatwa haram berkenaan dengan blockchain ini. Semestinya
sebelum keluar fatwa, perlu adanya kajian komprehensip berkenaan dengan blockchain ini.
Sering kita jumpai adalah ulama yang belum mengerti tentang teknologi secara menyeluruh.
Ada yang masih belum bisa membedakan antara bitcoin dan blockchain, sehingga wajar keluar
fatwa tersebut. Dan di lain pihak para pelaku, praktisi dan teknolog yang kurang faham
dengan faqih terhadap ilmu agama. Mereka tidak bisa dibenturkan dengan sudut pandang
masng-masing, namun harus duduk bersama dan sekali lagi melakukan kajian yang
komprehensip, sehingga nantinya akan menghasilkan fatwa kontemporer. Dan dari sini umat
akan mendapatkan panduan yang tepat. Sedikit penjelasan tentang bitcoin, agar kita bisa
membedakannya dengan blockchain. Bitcoin adalah sebuah uang elektronik yang di buat pada
tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto. Nama tersebut juga dikaitkan dengan perangkat lunak
sumber terbuka yang dia rancang, dan juga menggunakan jaringan peer-to-peer tanpa
penyimpanan terpusat atau administrator tunggal di mana Departemen Keuangan Amerika
Serikat menyebut bitcoin sebuah mata uang yang terdesentralisasi .

Tidak seperti mata uang pada umumnya, bitcoin tidak tergantung dengan mempercayai
penerbit utama. Bitcoin menggunakan sebuah database yang didistribusikan dan menyebar ke
node-node dari sebuah jaringan P2P ke jurnal transaksi, dan menggunakan kriptografi untuk
menyediakan fungsi-fungsi keamanan dasar, seperti memastikan bahwa bitcoin-bitcoin hanya
dapat dihabiskan oleh orang memilikinya, dan tidak pernah boleh dilakukan lebih dari satu kali.
Problem di bitcoin dari sisi syar’i adalah tidak adanya underlying ( aset yang dijadikan sebagai
dasar transaksi) dan penyangga dari mata uang (bitcoin) yang dikeluarkan sebagai alat
pembayaran itu. Dan inilah yang memicu ulama untuk mengeluarkan fatwa haram, karena
adanya unsur spekulasi dan juga maisyir dan ghoror-nya tinggi. Singkatnya, bitcoin adalah
termasuk mata uang digital yang berbasis trust (kepercayaan) dan berjalan dengan
menggunakan platform blockchain. Sementara itu, dari sisi teknologi, sesungguhnya kita
dapati fakta bahwa blockchain ini merupakan teknologi yang hebat, dan olehnya bisa
menjadi platform bagi banyak sistem yang ada di bawahnya. Secara umum, blockchain adalah
dompet yang terdiri dari buku besar (ledger) atau catatan yang akurat dan dapat diakses oleh
publik (dompet ledger publik). Teknologi ini bisa digunakan tidak hanya untuk
penggunaan bitcoin, tetapi bisa juga banyak aplikasi lainnya. Misalnya aplikasi pembayaran,
voting, peternakan, pendidikan, keuangan, manajemen aset dan lainnya. Sehingga saat ini,
banyak developers blockchain yang sukses mengembangkan teknologi ini untuk berbagai
kepentingan

Zakat Tracking

Dalam kaitannya tentang pemanfaatan teknologi blockchain ini, Pendiri dan Managing
Director Eethiq Advisors yang berbasis di Luksemburg, Rachid Ouaich juga akan
mengembangkan sebuah platform dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang dapat
menangkap operasi investasi sesuai dengan standar etika dan persyaratan syariah untuk
kepentingan umat. Dan Platform tersebut akan dibangun di atas protokol blockchain, dan
ditambah dengan analisis data dan kecerdasan buatan. Kemudian akan menjadi ‘antarmuka’
antara sistem perbankan dan klien pengguna akhir, “. Sehingga solusinya ini bertujuan untuk
memastikan semua transaksi melibatkan pengalihan aset dan layanan riil, sementara pada saat
yang sama memastikan bahwa transfer dan kepemilikan dapat dilacak, dapat diaudit, dan aman
setiap saat. Sedangkan menurut para mitranya, bahwa solusinya ini bertujuan untuk
memastikan semua transaksi melibatkan pengalihan aset dan layanan riil, sementara pada saat
yang sama memastikan bahwa transfer dan kepemilikan dapat dilacak, dapat diaudit, dan aman
setiap saat. Dan hal ini membuat platform menjadi pasar terbuka. “Ini berarti semua klien yang
ingin berinvestasi melalui rekening investasi bagi hasil syariah harus dapat memilih untuk
melakukannya melalui platform ini. Pada gilirannya, semua bank yang ingin memiliki akses
ke klien tersebut akan tertarik mengikuti program ini,”kata Ouaich.

Sementara itu pemanfaatan di bidang zakat, adalah menggunakan teknologi blockchain untuk
melacak sumbangan amal dan zakat dan memberi para donatur kemampuan untuk melacak
setiap rupiah (harta) yang diberikan pada setiap saat, dengan pasti bahwa catatan tidak akan
pernah hilang, dan bukti bahwa ia telah pergi ke tempat yang seharusnya pergi.
Artinya blockchain dipergunakan untuk mencatat zakat dari muzakki, yang di kelola oleh
BAZNas atau LAZNas, dan kemudian di distribusikan ke muzaki (8 asnaf) yang berhak
menerima. Semua muzaki, bisa mengetahui alur dari zakatnya kemana di tasyarufkan. Dan ini
tidak hanya diketahui oleh BAZNas ata LAZNas yang menerimanya, tetapi kepada siapa saja
yang terhubung dalam sebuah sistem blockchain tersebut. Hal ini akan menjamin keakuratan
dari pentasyarufan (penyaluran) zakat yang tepat sasaran. Serta menjamin tidak terjadinya
tumpang tindih mustahik. Dan selanjutnya mempermudah dan membantu bagi akuntan publik
dalam meng-auditnya. Dan juga bagi Kemenag, dalam rangka audit syariah,dlsb.

Sekalilagi, teknologi blockchain sangat memungkinkan untuk melakukan itu semua. Sehingga
BAZNas dan LAZNas dapat bekerja secara profesional, transparan dan akuntabel.
Meminimalisir terjadinya penyimpangan. Karena banyak pihak yang berfungsi
sebagai ‘auditor’ bersebab data yang terdistribusi itu. Jika hal ini bisa diterapkan, maka dunia
perzakatan akan semakin bergairah lagi. Sebab, salah satu alasan mengapa dari potensi zakat
sebesar 217 T , baru tergali sekitar 5-6 T, adalah karena belum percayanya umat kepada
BAZNas dan LAZNas. Demikian juga, bahwa belum memanfaatkan teknologi.
Maka blockchain ini, menjadi jawabannya. Dan sejak dini sudah diperkenalkan kepada
generasi jaman now, anak milenial, yang nantinya menjadi muzaki pada masanya. Ini tantangan
bagi BAZNas dan LAZNas untuk mulai mempersiapkan diri, berkenaan dengan perkembangan
teknologi tersebut. Demikian juga untuk mentriger DSN MUI, agar segara duduk bersama
dengan pakar dan praktisi blockchain, dan segera menerbitkan fatwa (panduan)
pemanfaatan blockchain ini bagi umat, selengkap-lengkapnya, tentu dari aspek syar’i dan
memperhatikan halal-haram dlsb. Sehingga menjelaskan,sekaligus mengkonfirmasi bahwa,
Islam itu tidak bertetentangan dengan teknologi. Bahwa Islam itu dulunya sebagai pioner
teknologi, dan kini saatnya untuk merebut kembali. Olehnya, sekarang saatnya zakat
berbasis blockchain mesti mulai diimplementasikan, agar umat tetap menjadi leader, tidak jadi
sekedar follower lagi.

Anda mungkin juga menyukai