TF Rispam RISPAM 2020-2035 PDF
TF Rispam RISPAM 2020-2035 PDF
TF Rispam RISPAM 2020-2035 PDF
i
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Tabel x
BAB 1. PENDAHULUAN
iii
2.1.6. Kondisi Kependudukan 2–8
iv
3.3. PENDEKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR 3 – 18
v
BAB 5. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
vi
8.2. DASAR PENENTUAN ASUMSI 8–3
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Ruang Lingkup Kegiatan 1–8
Gambar 3.2. Kontinuitas Air PDAM Kota Magelang Tahun 2013-2017 3–7
Gambar 3.6. Sumber Mata Air Kalegen dan Wulung Kabupaten Magelang 3 – 11
viii
Gambar 6.1. Mata Air Kalegen 6–5
Gambar 6.6. Sebaran Mata Air Penyuplai Kebutuhan Air Minum di Kota
Magelang 6 – 10
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Magelang 2–4
Tabel 2.4. Curah Hujan, Hari Hujan dan Rata-rata Curah Hujan Menurut
Bulan di Kota Magelang 2–8
Tabel 2.20. Tabel 2.20. Capaian Indikator Kinerja Sasaran RPJMD Kota
Magelang Tahun 2016-2021 pada Akhir Tahun 2018 2 – 64
x
Tabel 3.3. Lokasi Mata Air PDAM 3 – 12
Tabel 4.6. Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi 4 – 17
Tabel 5.3. Kriteria Perencanaan Air Bersih menurut Ditjen Cipta Karya 5 - 20
xi
Tabel 6.7. Reservoir PDAM Kota Magelang 6 - 20
Tabel 8.1. Realisasi dan Prediksi Pendapatan Daerah Dalam APBD Kota
Magelang Tahun 2017 - 2020 8-8
Tabel 9.4. Profil Pegawai PDAM Kota Magelang menurut pendidikan (Juli
2018) 9-5
xii
1. PENDAHULUAN BAB 1
PENDAHULUAN
xiii
1.1. LATAR BELAKANG
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang.
Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus
meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian
terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah
bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah
bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi
biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut
ataupun darat.
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan konsumtif dan non-
konsumtif. Air dikatakan digunakan secara konsumtif jika air tidak dengan segera tersedia
lagi untuk penggunaan lainnya, misalnya irigasi (di mana penguapan dan penyerapan ke
dalam tanah serta penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang
cukup besar). Jika air yang digunakan tidak mengalami kehilangan serta dapat dikembalikan
ke dalam sistem perairan permukaan (setelah diolah jika air berbentuk limbah), maka air
dikatakan digunakan secara non-konsumtif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu fungsi air bagi manusia
adalah sebagai air minum. Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
kehidupan manusia. Oleh karenanya air minum wajib tersedia dalam kualitas dan kuantitas
yang memadai. Penyediaan air minum berhubungan erat dengan jumlah air baku yang
tersedia, yang untuk selanjutnya diolah menjadi air minum dan didistribusikan kepada
masyarakat. Kondisi geografis, topografis dan geologis serta sumber daya manusia yang
berbeda di setiap wilayah di Indonesia berpengaruh terhadap penyediaan air baku. Tingkat
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 2
pelayanan air minum yang berbeda juga berdampak pada penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang berbeda pula untuk masing-masing wilayah.
Maksud, Tujuan dan Sasaran kegiatan “Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Kota Magelang” ini antara lain :
1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ini yaitu, memberikan
arahan strategis bagi pemerintah dalam mengidentifikasi kebutuhan air minum, penentuan
program untuk mencapai target pelayanan SPAM, acuan pengembangan prasarana dan
sarana air minum dan sebagai syarat teknis untuk penyusunan program jangka panjang
terkait rencana pengembangan air minum.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota
Magelang adalah:
A. Tersusunnya dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum sebagai
pedoman penyelenggaraan pengembangan SPAM di Kota Magelang.
B. Terselenggaranya sistem pengembangan air minum yang dapat melayani seluruh
kebutuhan masyarakat Kota Magelang.
1.2.3. Sasaran
Sasaran penyusunan kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota
Magelang adalah :
A. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan SPAM
B. Tersusunnya strategi dan program pengembangan SPAM
C. Memberikan arahan bagi perencanaan pengembangan SPAM untuk periode 20 tahun
kedepan.
Lingkup kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Magelang
sebagai berikut :
A. Persiapan Pengumpulan Data
Persiapan pengumpulan data dari pekerjaan ini yaitu dilakukan dengan beberapa fokus
persiapan antara lain :
a. Pemahaman Pekerjaan
b. Koordinasi dengan pihak terkait
c. Penyiapan data awal dan instrumen studi
d. Rencana jadwal studi perencanaan
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi data sistem penyediaan air minum eksisting, kondisi air
baku, cakupan pelayanan dan data permasalahan terkait air.Pengumpulan data dari
pekerjaan ini dilakukan dengan metode survey, dengan beberapa hal fokus pengamatan,
antara lain:
a. Survey instansional
b. Survey daerah studi perencanaan
c. Pengukuran elevasi muka air tinggi dan rendah
d. Sampel air
e. FGD dengan stakeholder terkait
C. Analisis Data meliputi :
a. Melakukan review studi terlebih dahulu
b. Menganalisis kebutuhan air minum masyarakat dan kebutuhan debit air
c. Menganalisis daerah pelayanan dan jalur pipa
d. Menganalisis kebutuhan sistem air minum eksisting dan rencana interkonektingnya
dengan sistem air minum yang dibangun
D. Dasar PIJAK dan KONSEP
a. Menentukan konsep penyediaan air minum
b. Menentukan konsep pendistribusian air minum
E. Kesimpulan
a. Melakukan perhitugan-perhitungan desain jaringan pipa transmisi dan distribusi dan
hidrant umum
b. Menentukan sistem pola pelayanan dan penyediaan air, serta pembagian peran
c. Menentukan skala prioritas program
Keluaran (output) yang dihasilkan dari kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) Kota Magelangadalah Dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air
Minum (RISPAM) Kota Magelang yang siap ditindaklanjuti oleh penyelenggara SPAM
Pemerintah Kota Magelang untuk menjadi dokumen Legal Pemerintah Kota Magelang
mengenai Rencana Induk Pengembangan Air Minum.
Keluaran ini akan dilakukan dalam beberapa tahap bentuk laporan secara berjenjang,
meliputi laporan pendahuluan, laporan antara dan laporan akhir.
A. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan merupakan laporan awal pelaksanaan yang telah didiskusikan
dengan pihak pemberi tugas. Laporan pendahuluan memuat tanggapan terhadap
Kerangka Acuan Kerja dan rencana/program kerja pelaksanaan secara keseluruhan
dari kegiatan yang disampaikan oleh pemberi tugas, berkaitan dengan rencana survey,
jenis survey yang akan dilaksanakan. Serta dilengkapi rancangan awal yang berisi
rencana kerja konsultan perencana dan masukan penyajian desain obyek/kawasan
strategis dan prioritas daerah.
B. Laporan Antara
Laporan antara memuat hasil pengumpulan data dan hasil analisa/konsep serta gambar
sementara perencanaan dan perancangan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) Kota Magelang.
C. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat perencanaan dan rancangan akhir yang telah didiskusikan
dengan pihak terkait, berisikan rencana dan rancangan meliputi kompilasi data survey,
hasil sintesa analisis, konsep pengembangan, dan rekomendasi dari Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Magelang.
Sistematika penyusunan Laporan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kota Magelanga dalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang,maksud dan tujuan, sasaran,
lingkup kegiatan dan lokasikegiatan serta keluaran yang diharapkan dalam
kegiatanPenyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang.
Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi studi yang meliputi kondisi fisik dasar, rumah
dan lahan, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi sosial ekonomi budaya hanya
untuk Provinsi yang masuk ke dalam lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota
Magelang.
Bab ini menguraikan kondisi eksiting SPAM Kota Magelang yang masuk ke dalam lingkup
rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang yang meliputi aspek teknis, permasalahan
aspek teknis, skematik SPAM eksisting serta aspek non teknis
Bab ini menguraikan kriteria teknis, metoda dan standar Penyelenggaraan SPAM yang
meliputi periode perencanaan, standar pemakaian air, kebutuhan air, kehilangan sistem
serta metoda proyeksi penduduk
Bab ini menguraikan rencana pemanfaatan ruang, rencana daerah pelayanan, proyeksi
jumlah penduduk dan proyeksi kebutuhan air minum di Provinsi yang masuk ke dalam
lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang
Bab ini menguraikan potensi sumber-sumber air baku di wilayah Kota yang masuk ke
dalam lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang yang dapat dimanfaatkan
untuk Penyelenggaraan SPAM
Bab ini menguraikan rencana pola pemanfaatan ruang dan kawasan Provinsi yang masuk
ke dalam lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang Penyelenggaraan
daerah pelayanan, rencana pentahapan Penyelenggaraan dan skenario/konsep
Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang
Bab ini menjelaskan biaya investasi serta pola investasi yang dilakukan dengan
pentahapan serta sumber pendanaan disesuaikan dengan kondisi kinerja BUMD /UPTD.
Selain itu juga menjelaskan gambaran asumsi-asumsi yang berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap hasil perhitungan proyeksi finansial.
Bab ini menjelaskan mengenai bentuk badan pengelola yang akan menangani SPAM
Provinsi; sumber daya manusia, baik jumlah maupun kualifikasinya;
Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang
letaknya secara geografis berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang. Dengan
demikian wilayah Kota Magelang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Magelang.
Posisi tersebut menjadikan daya tarik geografis alami Kota Magelang karena berada pada
persilangan simpul ekonomi, transportasi dan pariwisata antara wilayah Semarang –
Magelang - Yogyakarta dan Purworejo - Temanggung. Jaraknya 65 km dari Semarang dan 42
km dari Yogyakarta. Posisi strategis ini didukung dengan penetapan Kota Magelang sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) kawasan PURWOMANGGUNG (Kabupaten Purworejo,
Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung)
dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah.
Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri.Dengan
kondisi fisik tersebut, kecenderungan pertumbuhan alamiah Kota Magelang adalah ke arah
utara dan selatan dengan dominasi area terbangun di daerah yang mempunyai topografi
relatif datar.
Tabel 2.3. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di
KotaMagelang
Tabel 2.4. Curah Hujan, Hari Hujan dan Rata-rata Curah Hujan Menurut Bulan di Kota Magelang
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Rata-rata Curah Hujan
(mm/hari)
Januari 713 24 29,71
Februari 450 23 19,57
Maret 447 17 26,29
April 615 21 29,29
Mei 170 6 28,33
Juni 127 10 12,7
Juli 80 6 13,33
Agustus 0 0 0
September 128 4 32
Oktober 207 18 11,5
November 369 25 14,76
Desember 383 18 21,28
Sumber : Kota Magelang dalam Angka, 2018
Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Magelang Selatan 20.637 20.194 40.831
2. Magelang Tengah 21.486 22.793 44.279
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,95 4,92 4,99 5,22 5,22
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,58 2,70 2,75 2,79 2,84
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Magelang Menurut Lapangan Usaha, 2018
Dari data tersebut alokasi APBD Kota Magelang untuk program air bersih mengalami
peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya, kenaikan pada tahun 2014 - 2018 rata-
rata berkisar 0.29 %.
2.2.3. Drainase
Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan
pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
(RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding
Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang
masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan
prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari
permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.
Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai
drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan
sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan
sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga
tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan
drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM
dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation
(Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan
kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman
mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat
perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Perumusan strategis pengembangan Drainse Kota Magelang dilakukan dengan melakukan
identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen
RPJMN, RPJMD, RTRW Kota, Renstra Dinas, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya
yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kota Magelang.
Adapun Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan Kota Magelangantara
lain :
3. Pendanaan
Saluran Drainase yang ada di Kota Magelang terdiri atas Saluran Drainase Primer,
Sekunder dan Tersier. Saluran Drainase Primer merupakan Saluran Drainase dengan
skala pelayanan yang cukup luas, yang merupakan saluran induk yang berhubungan
langsung dengan pembuangan akhir, Saluran Drainase primer ini merupakan
kewenangan daripada Dinas Pekerjaan Umum, demikian pula dengan Saluran Drainase
Sekunder.
Akan tetapi untuk Saluran Drainase Tersier, pendanaannya dapat diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum maupun oleh program Pemerintah seperti halnya dengan PNPM,
BSPS, dsb.
Permasalahan drainase perkotaan merupakan permasalahan yang dihadapi kota
Magelang dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin
dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan
pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan
kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah
dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis
yang ada di kawasan tersebut.
Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis
dan non teknis pada sub sektor drainase. Adapun Permasalahan Pembangunan Sektor
Drainase di Kota Magelang secara umum adalah:
- Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;
- Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.
Tantangan yang dihadapi secara umum di Kota Magelang adalah mencegah penurunan
kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan
efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan
pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang
menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya
lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan
ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar
bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan
dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat
sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang
2.2.4. Irigasi
Saluran irigasi Kota Magelangmerupakan saluran air buatan Belanda yang mengalir di
tengah Kota Magelang. Selain melewati tengah kota, saluran ini memiliki keunikan lain yaitu
pada jalur-jalur tertentu letaknya lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. Ditambah lagi adanya
bangunan pelengkung yang berfungsi sebagai jembatan saluran air dan membuka akses
jalan. Saluran irigasi dengan panjang sekitar 6 km dan lebar antara 1,6 – 3,8 m
inimerupakan saluran irigasi buatan yang merupakan saluran sekunder dari Saluran Irigasi
Progo-Manggis yang sifatnya terbuka.
Irigasi ini mengikuti alur jalan utama KotaMagelang. Hal tersebut didukung oleh kondisi
morfologi Kota Magelang yangberbentuk pita (ribbon shaped city). Bentuk kota seperti ini
dipengaruhi oleh perananjalur memanjang atau jalur transportasi yang dominan serta
adanya kendala yangmenghambat perluasan areal ke samping.
Irigasimengalir di tengah Kota Magelang dari Kampung Pucangsarihingga Kampung Jagoan
dengan melewati enam kelurahan, yaitu KelurahanKedungsari, Kelurahan Potrobangsan,
Kelurahan Magelang, Kelurahan Cacaban,Kelurahan Kemirirejo, dan Kelurahan Jurangombo
Utara. Irigasi inimengalirmelewati pemukiman penduduk dan beberapa komponen kota
,seperti kompleksmiliter, kompleks kabupaten (sekarang kompleks BPPK), dan Masjid Agung
KotaMagelang.
Sebagai saluran sekunder Saluran Irigasi Progo-Manggis (Kali Manggis),pembangunan
saluran irigasibertujuan untuk menyalurkan distribusi airsebagai irigasi persawahan di Kota
Magelang yang tidak dilalui secara langsungoleh saluran primer Kali Manggis. Kontur tanah
yang naik-turun, menyebabkan tidaksemua areal persawahan di Kota Magelang, khususnya
di bagian tengah kota,mendapatkan supali air dari saluran primer irigasi, baik dari
KaliManggis maupun Kali Bening.
Oleh sebab itu, pemerintah Belanda membuat saluran irigasisebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Pembangunan saluran air tentu membawa dampak terhadap pertanian,lingkungan alam,
dan kondisi sosial masyarakat.Irigasi sangat penting khususnyabagi
persawahan.Keberadaan irigasimemberikan kemudahan dalam halketersediaan air irigasi
bagi petani di Kota Magelang.Beberapa areal persawahanyang tidak dilalui oleh Kali Bening
atau Kali Manggis, sudah bisa menikmati saranapengairan yang berasal dari irigasi.Selain
itu, keberadaan irigasi menjadikan para petani tidak terlalu bergantung pada iklim untuk
melakukankegiatan pertanian.Dengan adanya irigasi,produktivitas padi dapat meningkat dari
satu kali panen menjadi dua atau tiga kalipanen dalam setahun.
Seiring dengan perkembangan zaman, penduduk Kota Magelang menjadisemakin
bertambah.Pertambahan penduduk ini menjadikan areal persawahanbanyak mengalami alih
fungsi menjadi pemukiman.Dampak negatif dari pendudukyang semakin bertambah adalah
banyak rumah penduduk yang dibangun disepanjang saluran irigasi. Diharapkan kepada
dinas terkait dalam hal pengairan sebagaiorganisasi pemerintah yang bertanggung jawab
dengan keberadaan irigasi untuk menjaga kelangsungan saluran irigasisebagai peninggalan
teknologipengairan yang sudah maju pada masa lalu agar tetap berfungsi dengan baik.
Lahan pertanian di Kota Magelang sangat sempit. Luas tanah sawah hanya sebesar
177,46 hektar dari 1.854 hektar luas wilayah secara keseluruhan. Luas
tegal/kebun/ladang sekitar 13,68 hektar, luasan kolam sebesar 6,8 hektar, dan
lahan yang untuk perkebunan/hutan rakyat 99,56 hektar. Oleh karenanya produk
pertanian di Kota Magelang tidak cukup potensi. Dari luasan sawah tersebut,
produksi padi yang dihasilkan sebanyak 3.001,2 ton dengan rata-rata produksinya
sebanyak 6,03 ton per hektarnya. Produk pertanian lainnya yang dihasilkan juga
sangat terbatas. Hasil pertanian yang bisa tercatat hanya jagung (14 ton), ketela
pohon (16 ton), dan kacang tanah (0,89 ton) dan selain itu pada tahun 2018 kota
magelang menjadi penghasil tanaman hias anggrek yang mencapai 2.253 Tangkai
dan untuk penghasil buah-buahan kota magelang paling banyak yaitu buah manga
Dari Angka- angka indeks Impisit PDRB dapat di ketahui Kenaikan Harga Dari waktu ke
waktu baik secara Agregat maupun secara sektoral Secara Agregat Indeks implisit Dikota
Magelang Tahun 2018 sebesar 133,38
4. Industri Kecil
Jumlah industri kecil Kota Magelang pada tahun 2017 (data BPS Kota Magelang 2017)
adalah sebanyak 600 unit, dimana sektor industri kecil ini dapat menyerap tenaga
kerja sebanyak 3703 tenaga kerja. Kecamatan yang terbanyak memiliki kegiatan
Industri Kecil adalah Kecamatan Magelang Selatan yaitu 261 industri. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
5. Industri Menengah
Jumlah industri Menengah Kota Magelang pada tahun 2017 (data BPS Kota Magelang
2017) adalah sebanyak 20 unit, dimana sektor industri menengah ini dapat menyerap
tenaga kerja sebanyak 1548 tenaga kerja. Kecamatan yang terbanyak memiliki
kegiatan Industri Menengah adalah Kecamatan Magelang Selatan yaitu 9 industri.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
6. Perusahaan
Jumlah perusahaan menurut sektor yang ada di Kota Magelang saat ini telah mencapai
2512 buah, dengan tenaga yang bisa diserap dari jumlah perusahaan tersebut
mencapai 4989 orang. Tidak hanya itu, dengan adanya perusahaan tersebut, nilai
investasi Kota Magelang pada tahun 2017 mencapai Rp 976.135.000. Selengkapnya
data mengenai Perusahaan dan jumlah karyawan yang berada di Kota Magelang dapat
dilihat pada tabel 2.10
Magelang Selatan 4 3 7
Magelang Selatan 2 6 8
Magelang Utara 1 3 4
Total 7 12 19
Magelang Selatan 3 1 4
Magelang Selatan - 4 4
Magelang Utara - 1 1
Total 3 6 9
2. Kesehatan
Sebagai salah satu penentu indeks pembangunan manusia, kualitas kesehatan
antara lain ditentukan oleh derajat kesehatan, perilaku sehat, kesehatan lingkungan,
dan pelayanan kesehatan.
Derajat kesehatan ibu dan anak selalu mendapat perhatian karena masih adanya
kasus-kasus seperti:
a. Kematian bayi, kematian ibu melahirkan dan kematian balita.
b. Berat bayi yang lahir dengan berat badan rendah.
c. Penderita kurang energi protein (KEP) dan status balita dengan gizi buruk.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat antara lain dilaksanakan melalui RSU,
Puskesmas, Poliklinik, RS Bersalin, Posyandu, dan fasilitas prasarana kesehatan
lainnya. Selain itu secara berkala juga dilakukan pemeriksanaan kualitas lingkungan
di permukiman, penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pelayanan
Asuransi Kesehatan (Askes) termasuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui Askeskin, dan sebagainya.
Pembangunan kesehatan pada waktu yang akan datang secara terus menerus
menghadapi tantangan antara lain :
a. Peningkatan derajat kesehatan yang terus menerus.
b. Peningkatan tuntutan pelayanan yang semakin berkualitas, yang dipengaruhi
oleh jangkauan pelayanan kesehatan Kota Magelang yang telah mencapai
wilayah sekitar.
Tantangan tersebut harus diupayakan antara lain dengan memelihara dan
meningkatkan sarana prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau. Merata berarti tersebar di seluruh wilayah kota, dan terjangkau berarti
mampu dengan mudah diakses oleh masyarakat baik biaya pengobatan maupun
transportasinya.
Sarana prasarana dimaksud mencakup gedung yang memenuhi persyaratan
standar pelayanan, serta peralatan kesehatannya sesuai jenis pelayanan medis
yang dibutuhkan dengan kualitas yang prima sehingga masyarakat tidak perlu ke
luar daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pemenuhan sarana prasarana
Sementara pemeluk agama di Kota Magelang pada tahun 2018 didominasi oleh pemeluk
agama Islam yaitu sebanyak 110.302 orang, pemeluk agama Katholik 6.867orang, pemeluk
agama Kristen 12.118 orang, pemeluk agama Budha 597 orang, pemeluk agama Hindu 123
oarang, pemeluk agama Konghucu 9 orang dan pemeluk agama lainnya sebanyak 14 orang.
Selengkapnya data mengenai jumlah penduduk yang memeluk agama masing-masing di
Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut
Sumber : Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang Tahun 2020
Total panjang jalan saat ini di Kota Magelang adalah 118,92km dengan jenis jalan yang
sudah beraspal permukannya, sedangkan kondisi jalan tersebut saat ini adalah, kondisi baik
70,08 km, kondisi sedang 38,98 km dan kondisi rusak 9,15 km serta rusak berat 0,7 km.
Selengkapnya data mengenai data jalan dan kondisi jalan yang berada di Kota Magelang
dapat dilihat pada tabel berikut
2.2.9. Telepon
Berbicara mengenai telepon tidak lepas dari bidang informasi dan komunikasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di bidang informasi dan komunikasi mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan teknologi memberi kontribusi signifikan
terhadap terjadinya perubahan dan kemajuan di dunia modern. Dengan pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi begitu cepat berkembang dan menyebar nyaris
tanpa batas. Ilmu pengetahuan dan teknologi cepat menyebar, ditirukan dan
dimanfaatkan di seluruh penjuru dunia, suatu langkah menuju efektivitas dan efisiensi
yang tinggi. Keluasan dan ketinggian keilmuan ditunjukkan dengan daya respons yang
KAWASAN BUDIDAYA
Arahan pengunaan lahan kawasan budidaya Kota Magelang berdasarkan Kota Magelang
Tahun 2011-2031 adalah :
Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau
BWK yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 701,36 ha. Secara
eksisting perumahan di Kota Magelang memiliki kepadatan yang sangat tinggi, sehingga
pengembangannya dimasa mendatang diarahkan secara vertikal. Selain itu diperlukan juga
pengembangan rumah susun untuk mencukupi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 39
tidak memiliki lahan untuk bermukim. Kawasan yang masih memungkinkan adanya
pengembangan permukiman adalah BWK III dan V.
Kawasan Perdagangan/Jasa
Pengembangan kawasan perdagangan/jasa diarahkan di sekitar jalan arteri primer di BWK
IV khusus untuk perdagangan/jasa skala regional, jalan arteri sekunder di BWK I, BWK II,
BWK IV dan BWK V dan jalan lokal primer/sekunder di BWK I dengan luas keseluruhan ±
120,86 ha.
Kawasan Perkantoran
Fasilitas perkantoran utama yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan perkantoran
antara lain meliputi perkantoran pusat peme-rintahan Kota Magelang, kantor dinas/instansi
pemerintahan Kota Magelang, kantor instansi vertikal di Kota Magelang, kantor pemerin-
tahan kecamatan, maupun sarana perkantoran niaga. Fasilitas/ kegiatan lain yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan ekonomi, sosial dan budaya yang layak dan
dapat dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi kantor pemerintah
kelurahan, kantor niaga dan perbankan, koperasi, kantor jasa, gedung pertemuan, museum,
fasilitas kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, dan
kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan perkantoran
diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWK yang ada di wilayah Kota Magelang dengan
luas keseluruhan ± 48,76 ha.
Kawasan Pendidikan
Pengembangan fasilitas pendidikan diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau
BWK yang ada di wilayah Kota Magelang guna memeratakan sistem pelayanan kepada
masyarakat. dengan luas keseluruhan ± 107,92 ha.
Kawasan Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan tersebar pada seluruh wilayah
perkotaan guna memeratakan sistem pelayanan kepada masyarakat. Pengembangan
kawasan kesehatan diarahkan di BWK I, BWK II, BWK III dan BWK V dengan luas
keseluruhan ± 42,46 ha.
Kawasan Peribadatan
Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi eksisting yang
ada saat ini sudah sangat mencukupi. Sehingga dalam pengembangannya hanya
berorientasi pada perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas peribadatan yang ada.
Pengemba-ngan kawasan peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWK yang ada di
Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha.
Kawasan Rekreasi/Olah Raga
Rencana pengembangan kawasan rekreasi di Kota Magelang diarahkan dalam dua bentuk,
yaitu rekreasi terbuka dan rekreasi tertutup.
Untuk rekreasi terbuka direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga, lapangan dan
taman-taman kota yang direncanakan ada di setiap pusat kawasan sebagai sarana interaksi
sosial bagi masyarakatnya. Untuk rekreasi yang tertutup direncanakan berbentuk sarana
rekreasi bioskop, tempat olahraga, arena permainan dan sebagainya. Fasilitas rekreasi
tersebut berada pada kawasan pusat kota dan sub pusat kota, serta kawasan perdagangan
terutama yang berupa pasar swalayan. Sarana (fasilitas) rekreasi/olah raga yang diarahkan
Dari seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah terlihat bahwa hanya 38% atau kurang dari 13
Kabupaten Kota yang sudah memiliki kebijakan terkait dengan pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat, sedangkan 62% atau
22 Kabupaten /Kota belum memiliki kebijakan terkait dengan pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat. Masih tingginya
presentase kabupaten dan kota yang belum memiliki kebijakan yang dimaksud
menunjukkan bahwa masih rendahnya konsentarasi kabupaten/kota dalam mengatur dan
mengelola pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya
masyarakat segi pembuatan kebijakan. Belum adanya kebijakan di beberapa
Kabupaten/Kota seperti di atas diakibatkan beberapa alasan yang cukup beragam atara
lain; sedang dalam proses pembuatan, sedang menyiapkan draf SK Bupati tentang
pembentukan kelompok kerja pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial
budaya masyarakat, belum menerima Permendagri tentang kerja pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat , kemudian masih
mengandalkan pelaku budaya yang ada di daerah.
Urusan Kebudayaan diindikasikan dalam 7 indikator yang mencakup 7 target. Ketujuh
indikator tersebut, terdistribusi ke dalam 1 indikator yang termasuk dalam sasaran
terdatanya lembaga/ kelompok seni dan budaya, 4 indikator yang termasuk dalam sasaran
meningkatnya pembinaan lembaga/ kelompok seni dan budaya, serta 2 indikator yang
termasuk dalam sasaran terpeliharanya museum dan peninggalan purbakala serta cagar
budaya.
Indikator yang kinerjanya telah tercapai adalah: jumlah festival seni dan budaya, jumlah
gedung kesenian, jumlah museum yang dikelola, dan Jumlah Benda, Situs dan Kawasan
Cagar Budaya yang dilestarikan. Sedangkan indikator yang akan tercapai yaitu jumlah
kelompok seni dan budaya, rasio kelompok seni dan budaya yang dibina, dan frekuensi temu
pelaku seni dan budaya.
Apabila ditinjau per sasaran, sasaran terdatanya lembaga/ kelompok seni budaya dengan
indikator jumlah kelompok seni dan budaya di Kota Magelang dikategorikan akan tercapai
dengan capaian 162 kelompok dari target 163 kelompok pada tahun 2013 dan 165
kelompok pada tahun 2015. Kelompok seni dan budaya di Kota Magelang meliputi
kelompok-kelompok drum band, kubro siswo, kuntulan, ketoparak, jathilan, wayang orang,
dagelan/ lawak, karawitan, orkes keroncong, samproh/ kasidah, orkes melayu, group band,
grup tari, seni lukis/seni rupa, tari jawa tradisional, wayang kulit, dalang, dekorasi, seni
pahat, dan campursari.
Sasaran meningkatnya pembinaan lembaga/ kelompok seni dan budaya dengan 4 indikator,
dengan capaian 2 indikator telah tercapai yaitu jumlah festival seni dan budaya dan jumlah
gedung kesenian, sedangkan 2 indikator lainnya akan tercapai yaitu rasio kelompok seni dan
budaya yang dibina dan frekuensi temu pelaku seni dan budaya.
Festival seni dan budaya yang diikuti delegasi Kota Magelang pada tahun 2013 sebanyak 4
kali sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu pengiriman duta seni dan budaya dari Kota
Magelang pada Apeksi di Palangkaraya, Parade Seni di Semarang, Pentas Seni di PRPP Jawa
Tengah di Semarang dan Parade Seni di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta.
Kesehatan lingkungan sangat didukung oleh sanitasi yang baik dan itu penting bagi
kehidupan masyarakat maupun keberlangsungan kehidupan sebuah negara dan
menggambarkan kompleksitas permasalahan sanitasi, tidak hanya terkait permasalahan
fisik perkotaan namun juga permasalahan non-fisik, dan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan di sebuah wilayah. Fakta saat ini menunjukkan bahwa perbaikan fisik tidak
serta merta
mengarah pada perbaikan kesehatan apabila tidak disertai perbaikan non-fisik berupa
perilaku higienis dari masyarakat. Maka segala upaya yang dilakukan pemerintah tidak akan
berhasil tanpa adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sektor sanitasi. Upaya perbaikan kondisi sanitasi mensyaratkan kerjasama
antara berbagai pemangku kepentingan terkait, utamanya masyarakat dengan pemerintah,
untuk mendapatkan hasil pembangunan yang efektif dan efisien.
Di Indonesia, upaya perbaikan kondisi sanitasi telah dilakukan pemerintah beberapa tahun
terakhir, hingga akhirnya lahir Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP).
Kota Magelang merupakan salah satu kota yang dilibatkan, terintegrasi dengan pemerintah
provinsi dan pusat. Pada tingkat provinsi, koordinasi dilakukan dengan Pokja Provinsi
sedangkan pada tingkat pusat koordinasi kebijakan dilakukan oleh komisi pengendali dan
tim teknis pembangunan sanitasi yang menyatukan semua pemangku kepentingan utama
dari lingkungan pemerintah (BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam
Negeri, Departemen Keuangan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Departemen
Perindustrian) dan didukung oleh mitra pembangunan Indonesia dan lembaga donor
internasional dibawah payung kelompok donor sanitasi. Di Kota Magelang, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah berperan sebagai koordinator pembangunan sektor
sanitasi dibantu instansi terkait lainnya.
Terkait dengan PPSP, terdapat beberapa dokumen yang perlu disusun Kota Magelang secara
berurutan yaitu Buku Putih dan dilanjutkan SSK (Strategi Sanitasi Kota). Buku Putih Sanitasi
pada hakekatnya merupakan gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas/
arah pengembangan kabupaten/ kota dan masyarakat saat ini. Kegunaan Buku Putih ini
merupakan dokumen yang memuat data dasar (baseline) kondisi sanitasi Kota Magelang
saat ini sebagai dasar penyusunan SSK pada tahap selanjutnya.
Melihat latar belakang di atas maka Buku Putih memegang peran penting dalam PPSP dan
pembangunan sanitasi pada umumnya, untuk pencapaian Millenium Development
Goal’s(MDG’s) dari sektor Lingkungan, Kesehatan dan Ekonomi demi mewujudkan
pembangunan berkelanjutan. Validitas dan reliabilitas dokumen buku putih akan
menentukan ketepatan prioritas dan lokasi pembangunan sanitasi sehingga pada akhirnya
menentukan keefektifan program. Apabila terjadi sebaliknya maka program pembangunan
yang dilakukan menjadi salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan riil masyarakat dan pada
akhirnya tidak mampu mengatasi permasalahan
sanitasi. Untuk itu diperlukan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan yang terlibat.
Pemerintah Daerah dapat bersinergi dalam rangka mengawal kegiatan ini secara bersama–
sama dengan harapan dapat memenuhi target Kinerja Kelembagaan secara kuantitatif
maupun kualitatif.
Zona Komesial, dimana perumahan yang ada pada kawasan ini adalah :
− K1 – Perumahan kampung
− K2 – Perumahan deret
− K3 – Perumahan kopel
− K4 – Perumahan tunggul
− K5 – Rumah dinas
− K6 – Rumah susun
Zona Perumahan, dimana perumahan yang ada pada kawasan ini adalah :
− R1 – Perumahan kampung
− R2 – Perumahan deret
− R3 – Perumahan kopel
− R4 – Perumahan tunggul
− R5 – Rumah dinas
− R6 – Rumah susun
Jenis rumah yang diperbolehkan berupa :
− Rumah tinggal : semua jenis perumahan, sedang rumah deret (R2) dan rumah
susun (R6), pada kawasan dengan intensitas kepadatan bangunan tinggi. Jenis
rumah susun masih diperbolehkan pada semua BWK.
− Kegiatan komersial : hanya diperkenankan berupa jenis kegiatan perdagangan dan
jasa dengan skala lingkungan, misal kios, warung, praktek dokter, wartel.
− Fasilitas pelayanan : hanya diperkenankan berupa jenis kegiatan pelayanan
dengan skala lingkungan, misal TK, SD, tempat pembayaran listrik/PBB, dan
sebagainya.
− RTH : semua jenis RTH diperkenankan.
− Pertanian : semua jenis kegiatan pertanian diperkenankan.
Jenis kegiatan yang diperbolehkan terbatas adalah :
− Kegiatan perdagangan berupa toko.
− Semua kegiatan pelayanan yang diperkenankan.
Jenis kegiatan yang diperbolehkan bersyarat adalah :
− Kegiatan pelayanan maupun komersial yang mempunyai intensitas kegitan tinggi.
Gambar 3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Pelanggan PDAM Kota Magelang 2013 - 2017
Sumber: PDAM Kota Magelang, 2018
Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat kenaikan jumlah pelanggan
PDAM sekitar 1-4 %. Kenaikan terbesar pada tahun 2017 dengan 4,58% pelanggan.Pada
tahun 2017 kategori pelanggan yang terbanyak adalah kategori pelanggan rumah tangga
sebanyak 50.201 (89,04%), yang terkecil sebesar 0,05% adalah kategori pelanggan khusus.
Tabel 3.2. Tabel Jumlah Kategori Pelanggan PDAM Kota Magelang Tahun 2013 – 2017
Tahun %
No Kategori Pelanggan
2013 2014 2015 2016 2017 2017
5 Industri 22 21 21 19 19 0.07%
B. Kuantitas Air
Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah pemakaian air dari tahun 2013-2017 cenderung
meningkat.Jumlah pemakaian air pelanggan pada tahun 2013 sebanyak 8.337.056 m3 dan
tahun 2017 sebanyak9.431.745 m3. Dari tahun 2013-2017, jumlah pemakaian air
mengalami kenaikan sebanyak 1.094.689m3, atau naik 13,13% selama 4 tahun.
▪ Berdasarkan pemakaian air pada tahun 2017 dapat dirinci sebagai berikut :
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan tiap tahun : 322,02 m3/pelanggan/tahun
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan tiap bulan : 26,83 m3/pelanggan/bulan
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan RT tiap tahun : 228,83 m3/pelanggan RT/tahun
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan RT tiap bulan : 19,05 m3/pelanggan RT/bulan
▪ Pemakaian rata-rata tiap orang tiap tahun : 57,17 m3/orang/tahun (jumlah pelanggan
RT dihuni 4 orang)
▪ Pemakaian rata-rata tiap orang tiap hari : 156,60 liter/orang/hari
Kuantitas air yang didistribusikan oleh PDAM Kota Magelang telah memenuhi kebutuhan
rata-rata/bulan/rumahtangga sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun
2017 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Pasal 1 ayat (10) “Standar kebutuhan
pokok air minum adalah kebutuhan air sebanyak 10 meterkubik/kepala keluarga/bulan atau
60 liter/orang/hari, atau sebesar satuan valume lainnya”. Pemakaian rata-rataer pelanggan
PDAM Kota Magelang untuk pelanggan rumah tangga sebesar 19,05 m3/bulan dan
pemakaianrata-rata keseluruhan per pelanggan sebesar 26,83 m3/bulan.
B. Idle Capacity
Menurut gambar di atas menunjukkan tidak ada idle capacity pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2017.Tahun 2013 kapasitas produksi riil sebesar 14.348.201,00 m³, volume
produksi air sebesar4.348.201,00 m³, jadi tidak ada idle capacity. Sedangkan pada tahun
2017 kapasitas produksi riilsebesar 15.261.401,00m³, jadi tidak ada idle capacity
Gambar diatas menunjukkan kontinuitas air PDAM Kota Magelang tahun 2013–2017. Pada
tahun 2013, kontinuitas air yang distribusikan ke pelanggan selama 20,00 jam/hari
kemudian turun menjadi selama 19,18 jam/hari pada tahun 2015, selanjutnya naik
menjadi selama 20,47 jam/hari pada tahun 2016, dan pada tahun 2017 turun menjadi
selama19,41 jam/hari. Hal ini disebabkan adanya penambahan pelanggan tidak diimbangi
dengan penambahan kapasitas produksi serta posisi letak geografis pipa transmisi dan
Ketiga reservoir tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak seimbangnya
antara suplai air masuk dengan kebutuhan konsumen yang dilayani. Sehingga Reservoir
harus dioperasikan secara manual dengan system buka-tutup valve.
Gambar 3.6. Sumber Mata Air Kalegen dan Wulung Kabupaten Magelang
Tabel 3.4. Kapasitas Terpasang, Kapasitas Tidak Dimanfaatkan, Kapasitas Riil, Volume
Produksi, dan Kapasitas Menganggur Masing-masing Mata Air dari PDAM Kota Magelang
Gambar 3.7.Kapasitas Produksi Terpasang, Kapasitas Produksi Riil dan Efisiensi Produksi Air
Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018
Jaringan pipa yang sudah tua atau keropos dan meter air yang tidak akurat menjadi salah
satu penyebab hilangnya air di mata air. Apabila kejadian itu tetap dibiarkan terjadi tanpa
segera diambil tindakan/solusi, maka tingkat kehilangan air akan terus meningkat secara
drastis dan membuat debit air yang ada tidak dapat menyukupi kebutuhan air para
pelanggan.
Grafikdi atas menunjukkan presentase tingkat kehilangan air PDAMKota Magelang di unit
produksi pada tahun 2013–2017. Presentase tingkat kehilangan air di unit produksi dari
tahun2013 sebesar 1,00% kemudian turun menjadi 0,82% pada tahun 2014, pada tahun
2015 naik kembali menjadi 1,21% sampai dengan tahun 2017menjadi 1,72%.
Penyebab kehilangan air diunit produksi PDAM Kota Magelang dikarenakan jaringan pipa
yang sudah tua/keropos dan meter air yang tidak akurat/rusak (meter induk diinstalasi
produksi MA.Kalimas I dan MA. Kalegen)
Grafik diatas ini merupakan grafik presentase tingkat kehilangan air di unit distribusi dari
tahun 2013 sebesar 41,06% kemudian naik menjadi 42,27% pada tahun 2014, selanjutnya
turun terus menjadi 37,12% pada tahun 2017. Prosentase tingkat kehilangan air pada
tahun 2013-2017 lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan sebesar
20,00%.
Penyebab kehilangan air diunit distribusi dikarenakan umur pipa yang sudah tua (using)
sehingga sering bocor dan meter air pelanggan tidak akurat/rusak, meter induk di jaringan
distribusi MA.Kalimas I dan MA.Kalegen sebagian rusak. Kondisi ini secara langsung akan
mengganggu pelayanan air bersih kepada masyarakat seperti rendahnya tekanan air
B. Kuantitas air
Tergantung jumlah dan ketersediaan air yang akan diolah pada penyediaan air bersih
yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akan dilayani.
Secara umum penyediaan air bersih berasal dari sumber air permukaan atau air dalam
tanah. Untuk wilayah kelurahan pipa reja, sumber penyediaan air yang dikelola oleh
PDAM berasal dari air sungai. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan adalah
agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terlayani dangan baik.
Untuk hal-hal yang dapat mengurangi jumlah air yang didistribusikan antara lain
disebabkan oleh banyaknya sambungan pipa dan panjangnya jalur pipa sedapat
mungkin dihindarkan.
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih dapat ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga bisa ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Dan kuantitas adalah syarat yang
terpenting dalam melayani konsumen agar kebutuhannya sehari – hari berjalan sesuai
dengan kemampuan konsumen masing – masing.
Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus kontinuitas
C. Kontinuitas air
Menyangkut kebutuhan air yang terus menerus digunakan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia apalagi air sangat dibutuhkan pada musim kemarau tiba.
Kontinuitas adalah di mana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun
dimusim kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan
jaringan distribusi air adalah agar kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara terus-
menerus walaupun musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar kontinuitas air tetap
tersedia adalah dengan membuat tempat penampungan air (reservoar) untuk
menyimpan air sebagai persediaan air musim kemarau.
Persyaratan kontinuitas juga sangat penting untuk menghitung aliran kelanjutan
pemakaian air baku untuk air bersih secara terus – menerus setiap harinya. Kontinuitas
aliran dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
a. Aspek kebutuhan konsumen
Aspek kebutuhan konsumen, sebagian besar konsumen memerlukan air untuk
kehidupan dan pekerjaannya dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan. Karena itu
diperlukan aspek ini pada waktu yang tidak ditentukan.
b. Aspek pelayanan reservoir
Aspek ini diperlukan karena fasilitas energi reservoir yang siap setiap saat.
Sistem pada air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap
saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir
tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen
terhadap pemakaian air. Pemakaian air dapat diprioritaskan, yaitu minimal selama 12
jam per hari pada jam – jam aktifitas kehidupan . jam aktifitas di Indonesia adalah pukul
06.00 sampai dengan 18.00.
2) Potensi Tanah
a) perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei terhadap
10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal di desa
tersebut.
b) Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.
3) Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:
Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan dengan
mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai dan kecepatan
rata-rata alirannya, dengan rumus:
dimana:
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope
m = koefisien Bazin
Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari maksimum.
Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Tabel 4.2. Besar Debit dan Jumlah Pompa
Penyusunan perencanaan teknis unit produksi didasarkan pada kajian kualitas air yang akan
diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam
penetapan proses pengolahan air dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum
(output).Di Kota Magelang Sistem jaringan transmisi merupakan Jaringan induk dari mata air
sampai dengan Reservoir, dengan komponen sebagai berikut
A. Mata Air
B. BPT ( Bak Pelepas Tekan )
C. Reservoir
D. Jaringan Pipa transmisi
E. Sistem Pengolahan Air
KAPASITAS (l/dt)
NO MATA AIR ELEVASI PENGOLAHAN
SUMBER PRODUKSI DISTRIBUSI
4.1.3.3. Reservoir
Berfungsi untuk mengumpulkan / menampung air yang berasal dari sumber air melalui
jaringan pipa Transmisi untuk kemudian diatur pendistribusianya ke pelanggan secara
manual ataupun secara otomatis.
Reservoir yang ada 4.650 m³ :
Bandongan
Debir air = 45 L/s
Kadar Chlor = 60 %
Sisa Chlor yang diharapkan = 0,5 ppm
Volume tangki kaporit = 600 L
Perhitungan:
Kebutuhan kaporit (kadar
100%)/hari = 45 L/s x 0,5 mg/L x 86400 s/600 L
= 3240 mg/L
Kebutuhan kaporit (kadar 60%)/hari = 3240 mg/L x 100/60
= 5400 mg/L
Kebutuhan kaporit/hari dalam kg = 5400 mg/L x 6000 L
= 3240000 mg
= 3,24 kg
Debit larutan kaporit = 3240000 mg /86400 s
= 37,5 mg/s
= 0,0069 L/s
Kalimas
Debir air = 100 L/s
Kadar Chlor = 60 %
Sisa Chlor yang diharapkan = 0,5 ppm
Volume tangki kaporit = 500 L
Perhitungan:
Kebutuhan kaporit (kadar
100%)/hari = 100 L/s x 0,5 mg/L x 86400 s/500 L
Tabel 4.6. Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi
Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
A. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.
B. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams:
Hf = 10,66-1,85 D-4,87 L
Kecepatan aliran dengan rumus:
V = 0,38464 C.D 0,63 I 0,54
Debit aliran dihitung dengan rumus:
1. Q = 0,27853 C.D 2,63 I 0,54
Dimana:
Q = debit air dalam pipa (m³/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope/kemiringan hidrolis
Ah = kehilangan tekanan (m)
2) Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air
berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan pipa
pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa
pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan.
Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil yang
sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak
pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya,
pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana.
Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:
❑ lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
❑ saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
❑ KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”
3) Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.
Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi,
pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:
a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.
b. Kebutuhan maksimum (Qmax)
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya.
Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan untuk
menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,5
(Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM
Kota Magelang, faktor hari maksimum (fm) yang digunakan sebagai kriteria desai adalah
1,2.
c. Kebutuhan Puncak (Q peak)
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut
mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk
dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya semakin
beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk,
maka fluktuasi pemakian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang tercantum dalam
Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15
– 3. Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Magelang, faktor jam puncak (fp)
yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,5.
Kebutuhan air ditentukan berdasarkan:
- Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan
- Pemakaian air (L/o/h)
Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun
- Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun
perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani dengan sambungan
rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b
Dimana:
a = jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)
b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
Kebutuhan air untuk domestik (rumah tangga) yaitu pemakaian air dilingkungan rumah
tangga dihitung berdasarkan :
- Jumlah penduduk
- Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani
- Pelayanan air
- Konsumsi pemakaian air (liter/orang/hari)
Pola penggunaan air di Wilayah Studi akan menentukan berapa standar konsumsi air yang
akan menjadi dasar untuk menghitung perkiraan kebutuhan air sampai dengan akhir tahun
perencanaan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 23
Disamping berdasarkan kepada pedoman standar konsumsi yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum, tetapi juga harus mengacu kepada konsumsi nyata (Real
Demand). Data yang cukup akurat untuk mengetahui kebutuhan nyata adalah data yang
dimiliki oleh PDAM. Kebutuhan akan diambil berdasarkan rata-rata pemakaian konsumsi
rumah tangga.
Selain PDAM, penyediaan air minum juga dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
wilayah PKW Kota Magelang dan pihak swasta melalui berbagai sistem penyediaan secara
teknis dapat kategorikan didalam standar air minum.
Didalam penyediaan air minum Non PDAM, standar konsumsi air minum menggunakan
standar pemakaian sebesar 70 L/o/hari - 110 L/o/hari.
Pada umumnya pengembangan penyediaan air minum Non PDAM menggunakan sumber
sebagai berikut :
1. Sumur Dangkal/Sumur Pompa.
2. Sumur Dalam/Sumur Bor.
3. Mata Air dengan kapasitas kecil dengan perlindungan.
4. Penampungan Air Hujan
Untuk periode perencanaan dalam penyusunan RISPAM di ikuti pedoman yang di atur dalam
Permen PU no. 18 Tahun 2007, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Strategi :
a. Pengembangan Rumah Susun Sewa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
perumahan yang sehat, murah dan terjangkau oleh semua kalangan, khususnya
kalangan masyarakat kelas bawah
b. Penertiban ijin mendirikan bangunan, baik pada bangunan yang sudah berdiri ataupun
dalam proses pembangunan
c. Penyediaan sarana prasarana pendukung kegiatan perumahan dengan standart
pelayanan yang sesuai dengan aturan teknis perkotaan, seperti pemenuhan pelayanan
persampahan, kesehatan, perdagangan, pendidikan, ruang bermain, dan sebagainya.
Strategi :
Penetapan kawasan khusus untuk pengembangan sektor informal sebagai sarana rekreasi
belanja :
a. Siang hari :
Pengembangan kawasan PKL di Jl. Pemuda sebagai pusat grosir (pakaian, anekan
makanan ringan, dan pernak-pernik) yang disertai dengan ketersedian area parkir
bersama, serta pedestrian ways yang aman dan nyaman.
b. Malam hari :
Pengembangan kawasan PKL di Jl. Jenggolo sebagai pusat kuliner/jajanan malam di
Kota Magelang (seperti : Kya-kya Kembang Jepun Surabaya). Dengan
memperdagangkan makanan khas dan unggulan Magelang dan sekitarnya.
Pengembangan kawasan PKL di Kawasan Armada Estate sebagai pusat kuliner malam
di bagian utara Kota Magelang.
Kebijakan dan Strategi Kawasan Alun-alun dan sekitarnya (Losmenan dan lain sebagainya)
Kebijakan Pengembangan Kawasan pusat Kota (CBD) sebagai aktivitas bisnis utama di Kota
Magelang.
Strategi :
a. Peningkatan sarana prasarana pendukung kegiatan, seperti penyediaan tempat parkir
bersama.
b. Penghijauan disepanjang kawasan alun-alun Kota dengan jenis tanaman/bunga yang
khas.
c. Peningkatan pelayanan sistem transportasi dan pengaturan traffic lalu lintas pada
kawasan CBD.
Kota magelang memiliki sumber yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air
baku pada sistem penyediaan air minum dan magelang memiliki idle capacity sumber air
yang cukup besar meningkatnya kebutuhan air minum bagi masyarakat, khususnya kota
magelang seiri dengan pertambahan populasi penduduk sekaligus meningkatnya jumlah
pelanggan PDAM setiap tahun.
Kota magelang masih mengandalkan sumber air yang berasal dari kabupaten magelang.
Namun hal ini perlu menjadi perhatian untuk ke depannya, mengingat semakin hari
kebutuhan akan air bersih akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Munculnya kendala pemenuhan dalam penlayanan sistem penyediaan air minum
perpipaan ini adalah sistem jaringan yang sebagaian besar sudah berusia cukup lama serta
mengalami kerusakan dan kebocoran.
Dari data BPS Kota Magelang tahun 2019, penduduk Kota Magelang pada tahun 2015
sebanyak 120.792 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak
121.112 jiwa, pada tahun 2017 mencapai 12.474 jiwa, dan pada tahun 2018 mencapai
121.872 jiwa. Maka laju pertumbuhan penduduk di Kota Magelang rata-rata adalah sebesar
0,35 % pertahun.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung proyeksi
perkembangan penduduk yaitu Metode Geometrik, Aritmatik dan Eksponensial. Setiap
meode memiliki rumus yang berbeda, namun pada hasil perhitungan yang dilakukan pada
tabel di bawah, dari ketiga rumus yang digunakan menunjukkan hasil yang sama.
Dari Data Penduduk sampai tahun perencanaan yaitu sampai tahun 2035 dengan rumus:
Berdasarkan hasil perhitungan dengan beberapa Metoda, maka proyeksi penduduk tiap
Kecamatan di Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut:
EKSISTING PROYEKSI
KECAMATAN/KEL r
URAHAN
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Magelang Selatan 40899 41022 0.003007 41145 41145 41146 41269 41393 41517 41642 41767 41892 42018 42144 42271 42397 42525 42652 42780 42909 43037
Magersari 7919 7943 0.003031 7967 7967 7967 7991 8015 8040 8064 8088 8113 8137 8162 8187 8211 8236 8261 8286 8311 8336
Rejowinangun 8026 8050 0.00299 8074 8074 8074 8098 8122 8147 8171 8195 8220 8244 8269 8294 8318 8343 8368 8393 8418 8443
Selatan
Jurangombo Utara 3924 3936 0.003058 3948 3948 3948 3960 3972 3984 3996 4009 4021 4033 4046 4058 4070 4083 4095 4108 4120 4133
Jurangombo 7755 7778 0.002966 7801 7801 7801 7824 7847 7871 7894 7917 7941 7964 7988 8011 8035 8059 8083 8107 8131 8155
Selatan
Tidar Utara 7796 7819 0.00295 7842 7842 7842 7865 7888 7912 7935 7958 7982 8005 8029 8052 8076 8100 8124 8148 8172 8196
Tidar Selatan 5479 5495 0.00292 5511 5511 5511 5527 5543 5559 5576 5592 5608 5625 5641 5657 5674 5690 5707 5724 5740 5757
Magelang Tengah 44349 44482 0.002999 44615 44615 44616 44749 44883 45018 45152 45288 45423 45559 45695 45832 45969 46107 46245 46383 46522 46661
Rejowinangun 10732 10764 0.002982 10796 10796 10796 10828 10861 10893 10925 10958 10990 11023 11056 11089 11122 11155 11188 11221 11255 11288
Utara
Kemirirejo 5293 5309 0.003023 5325 5325 5325 5341 5357 5373 5390 5406 5422 5439 5455 5471 5488 5504 5521 5538 5554 5571
Cacaban 7809 7832 0.002945 7855 7855 7855 7878 7901 7925 7948 7971 7995 8018 8042 8065 8089 8113 8137 8161 8185 8209
Magelang 7138 7159 0.002942 7180 7180 7180 7201 7222 7244 7265 7286 7308 7329 7351 7372 7394 7415 7437 7459 7481 7503
Panjang 5940 5958 0.00303 5976 5976 5976 5994 6012 6031 6049 6067 6085 6104 6122 6141 6159 6178 6197 6215 6234 6253
Gelangan 7437 7459 0.002958 7481 7481 7481 7503 7525 7548 7570 7592 7615 7637 7660 7682 7705 7728 7751 7773 7796 7819
Magelang Utara 36624 36734 0.003003 36844 36844 36845 36955 37066 37177 37288 37400 37512 37625 37738 37851 37964 38078 38192 38306 38421 38536
Wates 8257 8282 0.003028 8307 8307 8307 8332 8357 8383 8408 8433 8459 8484 8510 8536 8562 8587 8613 8639 8666 8692
Potrobangsan 8114 8138 0.002958 8162 8162 8162 8186 8210 8235 8259 8283 8308 8332 8357 8382 8406 8431 8456 8481 8506 8531
Kedungsari 7051 7072 0.002978 7093 7093 7093 7114 7135 7157 7178 7199 7221 7242 7264 7285 7307 7329 7350 7372 7394 7416
Kramat Utara 5772 5789 0.002945 5806 5806 5806 5823 5840 5857 5875 5892 5909 5927 5944 5962 5979 5997 6014 6032 6050 6067
12187 12223
Kota Magelang 2 8
0.003003 122605 122605 122606 122974 123343 123712 124083 124455 124828 125202 125577 125953 126331 126709 127089 127470 127852 128235
Pada tabel di atas, di tahun 2020 terdapat contoh perhitungan menggunakan tiga metode (Metode Aritmatik, Metode Geometrik, dan Metode
Eksponensial). Dari penggunaan tiga metode tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil dari metode satu dengan metode
lainnya.
Tabel 5.3. Kriteria Perencanaan Air Bersih menurut Ditjen Cipta Karya
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK
500.000 s/d 100.000 s/d 20.000 s/d
>1.000.000 <20.000
NO URAIAN 1.000.000 500.000 100.000
Kota
Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Desa
Metropolitan
1. Konsumsi Unit Sambungan
>150 120 – 150 90 – 120 80 – 120 60 – 80
Rumah (SR) (liter/orang/hari)
2. Konsumsi Unit Hidran (HU)
20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 – 40
(liter/orang/hari)
3. Konsumsi Unit Domestik
(liter/detik/ha)
Dari data tersebut maka dapat ditentukan proyeksi kebutuhan air pada sampai tahun 2034,
dengan asumsi sebagai berikut:
A. PDAM Kota Magelang setiap tahun menargetkan mampu menambah jumlah sambungan
antara 1.000 – 1.500 pelanggan pertahun
B. PDAM Kota Magelang mempertimbangkan ketersediaan air baku yang ada dengan
programprogram pengembangan air baku yang sudah dirintis dan ekspansi alternatif
sumber air baku lainnya.
C. Satu sambungan rumah melayani 4 jiwa.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 20
Proyeksi jumlah pelanggan dan kebutuhan air PDAM Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk 121872 122238 122606 122974 123343 123712 124083 124455 124828 125202 125577 125953 126331 126709 127089 127470 127852 128235
Jumlah Pelanggan (total jiwa) 113640 113981 114323 114666 115010 115355 115701 116048 116396 116745 117096 117447 117799 118153 118507 118863 119606
Jiwa Persambungan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
KEBUTUHAN DOMESTIK
Konsumsi Pemakaian Air
130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
(liter/jiwa/hari)
Jumlah Sambungan 27662 28317 29067 29817 30567 31317 32067 32817 33567 34317 35067 35817 36567 37317 38067 38817 39067
Kebutuhan SR 164,80 169,10 173,40 177,70 182,00 186,30 190,60 194,92 199,20 203,50 207,80 212,10 216,40 220,70 225,00 229,30 233,60
KAPASITAS PRODUKSI 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6
KAPASITAS RESERVOIR 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650
Aliran air sungai dapat berasal dari limpasan langsung air hujan, limpasan mata air, outlet
danau, atau rembesan air tanah dangkal pada dinding sungai.
Di Kota Magelang sumber air baku adalah sbb :
- Sungai Progo
- Sungai Elo
- Mata Air Kalimas
- Mata Air Wulung
- Mata Air Kalegen
- Mata Air Kanoman
- Mata Air Tuk Pecah
Berdasarkan kontinuitas alirannya sungai pada daerah perencanaan secara garis besar
dapat dikelompokan menjadi Sungai Perennial yaitu sungai yang selalu mengalir sepanjang
tahun dan Sungai Intermittant yang mengalir hanya dimusim penghujan. Sungai Pernial
umumnya sumber air berasal dari mata air atau rembesan air tanah pada sungai sungai
yang mempunyai daerah tangkapan air yang sangat luas. Sungai perennial juga sumber
airnya dapat berasal dari outlet danau atau bendungan.
Sungai Progo
2003 20.81 35.80 23.43 17.66 14.19 9.60 7.86 6.87 6.08 8.62 17.38 30.02
2004 18.87 17.55 23.18 15.66 11.61 7.16 7.65 5.78 5.37 5.02 9.88 3.13
2005 17.72 15.53 14.90 18.49 15.86 13.30 11.83 7.74 6.99 10.86 10.76 23.97
2006 33.50 32.74 27.75 28.74 22.49 13.78 9.73 7.06 4.17 2.12 5.28 14.34
2007 11.26 20.87 27.33 30.46 15.51 12.63 11.11 14.81 12.89 15.01 10.19 23.92
2008 45.60 40.31 63.16 46.42 30.74 16.44 10.90 14.56 9.10 21.28 56.56 39.49
2009 6.64 7.67 6.55 6.73 16.42 12.58 7.48 5.73 3.58 4.07 8.25 8.71
2010 12.12 13.47 17.31 10.99 tad 11.57 9.23 8.62 8.28 8.24 tad tad
2011 11.24 13.31 15.87 11.97 6.58 4.91 5.29 1.38 1.23 3.29 4.12 5.48
2012 38.83 43.08 20.52 20.35 20.32 20.04 18.74 15.17 7.38 12.05 29.97 53.91
Sungai Elo
Pengambilan sumber dari Mata Air Kanoman I menggunakan sistem perpompaan, dengan
spesifikasi pompa sebagai berikut:
1.1. Q 50 lt/dtk
1.3. Listrik 92 kw
2.1. Q 50 lt/dtk
2.3. Listrik 92 kw
3.1. Q 50 lt/dtk
3.3. Listrik 92 kw
Pengambilan sumber dari Mata Air Kanoman II menggunakan sistem perpompaan, dengan
spesifikasi pompa sebagai berikut:
No URAIAN KETERANGAN
1.1. Q 50 lt/dtk
1.2. Head 90 m
1.3. Listrik 92 kw
2.1. Q 25 lt/dtk
2.2. Head 90 m
2.3. Listrik 50 kw
No URAIAN KETERANGAN
1.1. Q 50 lt/dtk
1.3. Listrik 92 kw
5. Tuk Pecah + 315 m Perpompaan 207,818 84,00 84,00 Alun-alun 1750 m³ + 406 m
6. Kanoman I + 302 m Perpompaan 454,174 62,750 62,750 Gunung Tidar 1000 m³ + 406 m
Kota Magelang terdiri dari 3 kecamatan dan 17 kelurahan dengan total 121.673 jiwa
penduduk (BPS kota Magelang, 2018). Terdapat 5 mata air yang menjadi sumber mata air
penduduk kota magelang dan hanya 1 mata air yang berada di Kawasan kota, yaitu MA Tuk
pecah di kelurahan Wates. Berikut data luas dan jumlah penduduk di kota magelang per
kelurahan:
Tabel 6.5. Data Luas dan Jumlah Penduduk Di Kota Magelang
JALUR PIPA
DIAMETER TAHUN
NO MATA AIR PENGOLAHAN PANJANG (m) JENIS
(mm) PEMASANGAN
DARI KE
1. Kalimas I Gravitasi Kalimas I Depan dr. Tarno 7.832 ACP 300 1974
Wulung -
3. Gravitasi Wulung BPT Putihan 1.007 DCIP 250 1920
Kalegen
5. Tuk Pecah Perpompaan Tuk Pecah Jl. Sriwijaya 401 DCIP 350 2005
Dari data jaringan pemipaan PDAM Kota Magelang tersebut, dapat dipetakan kondisi dan titik kerusakan pipa atau permasalahan pipa, untuk
dapat mengurangi kebocoran air saat distribusi ke pelanggan PDAM.
Dari analisis distribusi tersebut kondisi pipa yang cukup tua (lebih dari 15 tahun) dapat disimpulkan bahwa:
Titik yang berpotensi terdapat permasalahan kebocoran.
1. ACP : berusia tua
2. DCIP : kebocoran sambungan pada karet (rubbering)
Berikut pemetaan titiknya.
1. Alun-alun 1750 m³
MA Tuk Pecah dan Reservoir Bandongan
2. Bandongan 1400 m³
MA Wulung dan Kalegen
3. Tidar 1000 m³
MA Kanoman I
4. Akmil 500 m³
MA Kanoman II
Reservoir Akmil
Reservoir Akmil berkapasitas 500 m3 terletak di lereng Gunung Tidar sisi selatan di komplek
Akmil, di suplai dari mata air Kanoman 2. Reservoir ini khusus mela-yani kesatuan Akademi
Militer dan pendistribusiannya dikelola sendiri oleh Akmil
Menurut Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang,
Tahun 2011-2031 Rencana pola ruang wilayah daerah menggambarkan rencana sebaran
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan perlindungan kawasan bawahannya, adalah kawasan resapan air yang terdapat
di Gunung Tidar dan kawasan lain yang ditentukan lebih lanjut, dan dilaksanakan dengan
arahan sebagai berikut:
a. pembuatan sumur-sumur resapan/biopori;
b. penataan pohon dan tegakan tinggi pohon hutan yang dikelola masyarakat dan wilayah-
wilayah sempadan sungai; dan
c. pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air.
Arahan kawasan perlindungan kawasan resapan air dilakukan dalam rangka peresapan air
untuk tujuan pengendalian genangan atau banjir pada kawasan tersebut dan/atau
sekitarnya, serta memperbanyak penyediaan kebutuhan air tanah, dan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan sempadan sungai sebagaimana yaitu Kawasan Sempadan Sungai Progo dan
Kawasan Sempadan Sungai Elo,
Kawasan sempadan irigasi meliputi Sempadan Kali Progo Manggis, Sempadan Kali Bening,
Sempadan Kali Kota, Sempadan Kali Ngaran, Sempadan Kali Gandekan, dan Sempadan
Kali Kedali.
Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan di sekeliling sumber air yang ada di Daerah dan
dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. penetapan sempadan kawasan sekitar mata air;
b. pengendalian bangunan dan kegiatan yang mengakibatkan penutupan jalannya mata
air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air dan
c. kegiatan yang diutamakan di sempadan adalah kegiatan penghutanan atau tanaman
tahunan yang produksinya tidak dengan menebang pohon.
RTH mempunyai proporsi paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Daerah,
yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam.
RTH tersebar di seluruh wilayah Daerah yang mempunyai arahan penyediaan sampai akhir
tahun rencana dengan proporsi sebagai berikut:
a. RTH Publik dengan total luas paling rendah sebesar kurang lebih 362 Ha (tiga ratus
enam puluh dua hektare); dan
b. RTH Privat dengan total luas paling rendah sebesar kurang lebih 181 Ha (seratus
delapan puluh satu hektare).
RTH Publik a dikembangkan oleh Pemerintah Daerah dan tersebar diseluruh wilayah
Daerah, meliputi:
a. RTH Publik Pekarangan;
b. RTH Publik Taman dan Hutan Kota;
RTH Publik Pekarangan, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas sebesar 5 Ha
(lima hektare), meliputi pekarangan rumah dinas, halaman kantor pemerintahan, taman
atap bangunan kantor pemerintahan, dan taman sekolah.
RTH Publik Taman dan Hutan Kota dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas
sebesar 267 Ha (dua ratus enam puluh tujuh hektare), meliputi:
a. taman kota seluas 5 Ha (lima hektare);
b. taman rekreasi seluas 28 Ha (dua puluh delapan hektare);
c. hutan kota seluas 70 Ha (tujuh puluh hektare);
d. taman kecamatan seluas 3 Ha (tiga hektare);
e. taman kelurahan seluas 5 Ha (lima hektare);
f. taman Rukun Warga (RW) seluas 8 Ha (delapan hektare);
g. taman Rukun Tetangga (RT) seluas 16 Ha (enam belas hektare);
h. sabuk hijau seluas 127 Ha (seratus dua puluh tujuh hektare);
i. taman lingkungan perumahan formal seluas 5 Ha (lima hektare).
RTH Publik Jalur Hijau Jalan, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas sebesar
5 Ha (lima hektare), meliputi taman pulau jalan, taman media jalan, dan RTH jalur pejalan
kaki.
RTH Publik Taman Fungsi Tertentu dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas
sebesar 85 Ha (delapan puluh lima hektare), meliputi:
a. RTH sempadan sungai seluas 24 Ha (dua puluh empat hektare);
b. RTH sempadan irigasi seluas 10 Ha (sepuluh hektare);
c. RTH pengamanan sumber air baku/mata air seluas 3 Ha (tiga hektare); dan
d. RTH pemakaman seluas 48 Ha (empat puluh delapan hektare).
Pengembangan RTH Publik Taman dan Hutan Kota dilaksanakan berdasarkan arahan
RTH Publik Jalur Hijau Jalan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengamanan dan perlindungan dengan mempertahankan luasan RTH Jalur Hijau Jalan
yang sudah ada;
b. penambahan luasan lahan untuk RTH Jalur Hijau Jalan secara bertahap;
c. penataan, pemeliharaan, dan pembangunan taman pulau jalan dan taman median
jalan di sepanjang jalan arteri primer dan sekunder dan kolektor primer dan sekunder
Daerah secara bertahap;
d. pembangunan dan pengoptimalan RTH jalur pejalan kaki di dalam taman dan RTNH;
e. pengembangan, pemeliharaan, dan pembangunan sarana dan prasarana pendukung
secara terbatas di RTH Jalur Hijau Jalan; dan
f. penataan, penanaman, dan pemeliharaan pohon jenis pelindung, peneduh, dan
tanaman hias sesuai dengan fungsi dan persyaratan penempatannya.
RTH Publik Taman Fungsi Tertentu dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengamanan dan perlindungan dengan mempertahankan luasan RTH Taman Fungsi
Pengembangan RTH Publik dan RTH Privat dilaksanakan sesuai dengan Rencana Induk
Ruang Terbuka Hijau, ketentuan peraturan perundang-undangan, dan aspek pembiayaan
Pemerintah Daerah.
Kawasan perlindungan suaka alam adalah kawasan perlindungan plasma nutfah yang
berada di Gunung Tidar dan kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut.
Lingkungan atau benda cagar budaya meliputi monumen, gapura, prasasti, makam, gua,
serta lingkungan cagar budaya lain yang dikemudian hari diketemukan dan ditetapkan
lebih lanjut.
Lingkungan bangunan cagar budaya meliputi bangunan tempat ibadah bangunan kawasan
kesehatan, bangunan kawasan pertahanan, bangunan sekolah, bangunan perkantoran,
dan bangunan rumah tinggal, serta bangunan lain yang dikemudian hari diketemukan dan
ditetapkan lebih lanjut.
Kawasan Budidaya
Pengembangan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga huruf c dan huruf d,
dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga yang menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup antara lain
berupa SPPL sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan
beroperasi;
b. kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga dapat berada di kawasan budidaya
lain sepanjang berfungsi sebagai pendukung dan tidak mengganggu lingkungan;
c. pelaksanaan pembangunan industri kecil dan industri rumah tangga tetap harus
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya
alam;
d. pengembangan kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga harus dilengkapi
dengan infrastruktur pendukung;
e. penataan infrastruktur pendukung industri kecil dan industri rumah tangga agar
bersinergi atau terpadu dengan infrastruktur perkotaan;
f. pengembangan diarahkan dalam bentuk suatu aglomerasi/klaster; dan
g. pengembangan kawasan sesuai dengan karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal berupa kawasan untuk
Pedagang Kaki Lima (PKL) dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengembangan areal khusus untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan bangunan tidak
permanen untuk tiap jenis dagangan Pedagang Kaki Lima (PKL);
b. pengembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar koridor jalan-jalan utama yaitu
jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder diarahkan hanya di satu sisi jalan;
c. pengaturan dan pengendalian persebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) pada wilayah-
wilayah tertentu sesuai dengan jenis dagangan, waktu dagangan, dan bentuk tempat
Kawasan peruntukan pertanian irigasi yang ditetapkan Pemerintah Daerah sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Daerah mempunyai luasan kurang lebih 120 Ha (seratus
dua puluh hektare) meliputi:
Prioritas rencana pengembangan RISPAM bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
secara kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan keterjangkauan menurut peraturan yang telah
ditentukan, rencana ini dilakukan untuk merespon permasalahan yang muncul dan analisis
dalam pekerjaan ini. Berikut beberapa strategi prioritas, antara lain:
1. Peningkatan cakupan daerah pelayanan dan kapasitas produksi air minum
2. Penurunan tingkat kehilangan air (NRW)
3. Peningkatan tekanan dan kontinuitas aliran air
4. Peningkatan dan penambahan sambungan baru
5. Penurunan konsumsi energi (Pompa)
Pendanaan tersebut bersumber dari sumber APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah, APBD Kota
Magelang, PDAM dan dari sumber dana lainnya.
Asumsi dalam penyusunan proyeksi keuangan, secara umum adalah meliputi asumsi
sebagai berikut:
a. Jangka Waktu Proyeksi keuangan selama 10 (sepuluh) tahun yang dimulai sejak tahun
2014 sampai dengan tahun 2023.
b. Tahun dasar yang digunakan untuk proyeksi keuangan adalah tahun 2013
c. Inflasi untuk barang modal sebesar 6% pertahun selama masa kerjasama.
d. Transaksi keuangan seluruhnya dalam bentuk mata uang Rupiah.
e. Biaya Bunga
f. Dalam perhitungan bunga dihitung atas dasar perkiraan bunga yang belaku yaitu
sebesar 7,5% per tahun.
g. Tarif
Perhitungan rekening air yang setiap bulan ditagihkan kepada setiap pelanggan dibuat
berdasarkan struktur tarif progresif. Dasar perhitungan tarif PDAM Kota Magelang
selama ini belum sepenuhnya memperhitungkan unsur pendapatan yang dianggarkan
untuk beberapa periode dan berdasarkan jumlah biaya yang harus ditanggungnya (Cost
Recovery) serta mempertimbangkan unsur kemampuan pelanggan. Kenaikan tarif air
tidak dapat dihindari dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu antara lain adanya inflasi
dan pertimbangan akibat adanya investasi baru.
Dalam analisa keuangan ini dilakukan untuk mendukung usulan tarif air minum yang
kenaikannya memang sudah harus dilakukan terkait dengan pemenuhun kebutuhan
biaya operasional/Full Cost Recovery (FCR) dan pertimbangan pemenuhan
pembiayaan program investasi dalam rangka peningkatan pelayanan air minum
kepada masyarakat. Salah satu tujuan usulan kenaikan tarif ini adalah memperbaiki
kinerja keuangan PDAM, sehingga PDAM Kota Magelang dapat memenuhi seluruh
kewajiban pinjaman serta dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik
kualitas maupun kuantintasnya. Diharapkan usulan tarif air minum tetap didasarkan
kepada strukturtarif yang selama ini berlaku.
Sejalan dengan program yang akan dilaksanakan, maka PDAM telah melaksanakan
langkah-langkah persiapan dengan melakukan penggalian kemungkinan sumber-
sumber dana untuk pemenuhan kebutuhan investasi baik untuk optimalisasi maupun
untuk pengembangan (ekspansi). Tarif yang diterapkan tetap akan menggunakan tarif
progresif. Diharapkan dengan penggolongan tarif baru dapat terwujud adanya tarif
subsidi silang. Masyarakat/pelanggan yang kaya memberikan subsidi kepada
pelanggan yang kurang mampu. Mengingat komposisi pelanggan yang ada di PDAM
Kota Magelang sebagian besar adalah pelanggan Rumah Tangga, maka untuk lebih
terwujudnya subsidi silang tarif pelanggan rumah tangga yang ada diterapkan tarif yang
lebih progresif.
Pembagian kelompok rumah tangga akan lebih dititik beratkan kepada penggolongan
kemampuan pelanggan rumah tangga. Kelompok Rumah tangga yang kaya akan
membayar lebih tinggi dibandingkan kelompok rumah tangga yang kurang mampu.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 4
Sebagai dasar penggolongan rumah tangga yang kaya dan yang kurang mampu antara
lain adalah jenis bangunan, letak bangunan, type bangunan, luas tanah, luas bangunan
dan lain lain. Sesuai dengan Keputusan Walikota Magelang dengan SK No.
539/299/112 Tahun 2016 tentang Penetapan Tarif Air Minum pada PDAM Kota
Magelang yang pemberlakuannya bertahap mulai bulan Januari 2017, dengan
penggolongan kelompok pelanggan yang sudah ada adalah sebagai berikut:
a. Hidran Umum
b. Sosial
c. Rumah Tangga
d. Sekolah
e. Instansi Pemerintah
f. Instansi TNI/ POLRI
g. Niaga Kecil
h. Niaga Besar
i. Industri Kecil
j. Industri Besar
Dalam proyeksi keuangan ini disiapkan perhitungan tarif air minum yang didasarkan
pada kondisi tarif air minum yang sudah ada, kemudian perhitungan tarif air minum
yang akan datang perhitungannya dikaitkan dengan adanya program investasi.
Sehingga proyeksi tarif air minum yang ada diperhitungkan dapat menutup seluruh
biaya operasi dan pemeliharaan dimasa yang akan datang dan pengembalian investasi
yang telah ditanamkan. Adapun tarif air minum yang diberlakukanbertahap dengan 3
tahapan yaitu Tahap I mulai Januari 2017 – Desember 2017, Tahap II mulai Januari
2018 – Desember 2019, dan Tahap III mulai Januari 2019 - Desember 2019.
TAHAP I
Harga Dasar = Rp .1550,-
TAHAP II
Harga Dasar = Rp. 1.700,-
TAHAP III
Harga Dasar : 1,850.-
PELANGGAN KELOMPOK PEMAKAIAN
Adapun beberapa asumsi yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan Prediksi
kemampuan keuangan daerah pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :
a. Pajak Daerah diperkirakan naik, dengan optimalisasi Penggunaan e-tax (pajak online),
Perubahan regulasi perpajakan daerah yang sudah out of datemenyesuaikan dengan
kondisi dan dinamika perekonomian daerah.
b. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah diperkirakan mengalami kenaikan.
c. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak diasumsikan sama dengan tahun
sebelumnya.
d. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus diasumsikan sama dengan tahun
sebelumnya.
e. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya diasumsikan
sama dengan tahun sebelumnya.
f. Dana penyesuaian dan otonomi khusus diasumsikan sama dengan tahun
sebelumnya
Tabel 8.2 Tabel Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018
Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Pendapatan APBD
No Tahun PAD (Rp)
(Rp) Daerah yang Sah (Rp) (Rp)
01. 2014 164.927.631.230 459.785.205.171 110.403.278.006 735.116.114.407
02. 2015 186.677.410.081 462.804.716.465 131.853.672.963 781.335.799.509
Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014 –
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Berdasarkan pada tren yang terjadi pada pendapatan daerah mama arah kebijakan untuk
meningkatkan pendapatan daerah adalah:
a. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan dengan
menggunakan teknologi informasi berbasis web service.
b. Penerapan dan penggunaan digitalisasi peta melalu one map policy untuk
mengoptimalkan pendapatan daerah (Fiscal Cadaster Policy).
c. Optimalisasi penerimaan pendapatan melalui entitas keuangan bisnis, berupa
pemeriksaan (audit) terhadap laporan keuangan wajib pajak daerah.
d. Penegakan law enforcement berupa denda pajak bagi wajib pajak yang menunggak
pembayaran pejakanya dan fasilitasi kerjasama dengan aparat penegak hokum untuk
melakukan penagihan terhadap wajib pajak yang mempunyai tunggakan pajak
daerah..
e. Optimalisasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani pajak daerah (fiskus)
melalui diklat pajak daerah (audit pajak dan pemeriksaan pajak).
f. Perubahan regulasi yang sudah out of date menyesuaikan dengan kondisi dan
dinamika perekonomian daerah.
g. Peningkatan Koordinasi dengan OPD penghasil dan BUMD.
h. Peneran konsep ear marking dalam pendapatan daerah.
Masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal dari hasil
pengelolaan pelayanan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Langkah-langkah optimalisasi
pendapatan daerah dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan tren yang cukup
positif. Walaupun sumbangan PAD setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun
kenaikannya masih relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan pendanaan yang
dibutuhkan dalam APBD secara keseluruhan. Untuk mengetahui perkembangan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) selama tahun 2014-2018 di Kota Magelang, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 8.3 Perkembangan PAD dan Proporsinya terhadap Pendapatan APBD Pemerintah
Kota Magelang Tahun 2014-2018
Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014 -
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Gambaran secara rinci obyek PAD berdasarkan kontribusi obyek pendapatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 8.4 Kontribusi Pajak Terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018
Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Tabel 8.5 Kontribusi Retribusi Terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-
2018
Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Tabel 8.6 Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan terhadap PAD
Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018
Hasil Pengelolaan Proporsi Hasil Pengelolaan
No. Tahun Kekayaan Daerah Yang PAD ( Rp ) Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan (Rp) Dipisahkan thd PAD ( % )
01. 2014 6.242.609.307 164.927.631.230 3,79
02. 2015 6.598.774.537 186.677.410.081 5,53
03. 2016 6.182.279.953 220.315.848.702 2,80
04. 2017 7.711.404.121 233.557.714.356 3,30
05. 2018 8.693.811.000 225.916.332.000 3,84
Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2018 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa Pajak Daerah menduduki posisi yang paling penting
peranannya dalam membiayai pembangunan di Kota Magelang. Peran Pajak Daerah di Kota
Magelang terhadap PAD idealnya semakin tahun semakin membaik, karena Kota Magelang
sebagai daerah perkotaan mengandalkan jasa sebagai salah satu sumber penghasil PAD.
BUMD merupalan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Daerah. BUMD didirikan dengan tujuan untuk memberikan manfaat bagi perkembangan
perekonomian Daerah pada umumnya, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat
sesuai kondisi, karakteristik, dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD,
merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014, bentuk BUMD ada
dua, yaitu perusahaan umum daerah (Perumda), dan perseroan daerah (perseroda).
Perusahaan umum daerah merupakan BUMD yang modalnya dimiliki satu daerah dan tidak
terbagi atas saham. Sementara, perseroda modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya
atau paling sedikit 51% dimiliki oleh satu daerah. Perseroda ini bisa dimiliki lebih dari satu
daerah.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 122Tahun2015tentangSPAM, penyelenggaraan
SPAM dilaksanakan oleh BUMN/ BUMD, UPT/ UPTD, Kelompok Masyarakat, dan atau Badan
Usaha.
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang mendukung keberhasilan
organisasi dimasa depan. Rencana pengembangan sumber daya manusia yang dirumuskan
diharapkan akan mendukung strategi pengembangan pelayanan pelanggan di beberapa
wilayah operasional.
Perubahan dan perkembangan suatu perusahaan tidaklah harus selalu disertai dengan
perubahan struktur organisasinya, namun yang harus dilakukan adalah menyesuaikan
dengan perkembangan dan sumber daya manusia yang ada sehingga kedinamisan akan
nampak dengan nyata yang juga akan diikuti oleh kedinamisan produktifitas. Struktur
organisasi yang ada saat ini adalah Struktur Organisasi yang berdasarkan Peraturan Direktur
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Magelang Nomor: 060/769/34 Tahun 2014 tanggal 14
Juli 2014 tentang susunan organisasi dan tata kerja PDAM Kota Magelang sebagai berikut:
• Unsur Pengawasan Umum : Dewan Pengawas
• Unsur Pimpinan : Direktur
• Unsur Pengawas Internal : Satuan Pengawas Internal
• Unsur Pelaksana : Bagian Administrasi
Bagian Teknik
Bagian Hubungan Langganan.
Sejalan dengan dibentuknya divisi SPAM, maka kebutuhan akan SDM harus disiapkan
dengan beberapa persyaratan dan kualifikasi sesuai dengan kebutuhan dari organisasi yang
baru dibentuk. Kebutuhan pejabat struktural PDAM dapat dilihat di Tabel berikut
Tabel 9.2. Jumlah Pegawai, Pelanggan dan Rasio PDAM Kota Magelang Tahun 2013-
2017
Tabel 9.3. Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap PDAM Tahun 2013-2017
Sedangkan ditinjau dari pendidikan, sebagian besar pendidikan karyawan PDAM pada bulan
Juli 2018 setingkat SLTA ke bawah sebesar 75,29%, sedangkan selebihnya sebesar 24,71%
berpendidikan perguruan tinggi.
Tabel 9.4. Profil Pegawai PDAM Kota Magelang menurut pendidikan (Juli 2018)
Pada kondisi tahun 2018 tersebut terlihat pada sebagain pegawai merupakan pegawai tetap
(81,1%) serta berpendididkan dibawah SLTA. Kondisi ini terjadi karena untuk memberikan
pelayanan pada konsumen. Namun secara umum kondisi sumber daya yang dimiliki tidak
menunjukkan tingkat pertumbuhan, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa indikasi, salah
satu indikasinya adalah ketepatan dalam menempatkan karyawan sesuai dengan bidang
dan keahlian, saat ini penempatan karyawan bukan berdasarkan kebutuhan dan keahlian
yang diperlukan, tetapi lebih pada keperluan. Apabila hal itu tetap dilakukan maka akan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 5
menjadikan masyarakat kurang percaya terhadap keberadaan PDAM Kota Magelang, dan
menganggap kinerja yang kurang baik.
Untuk menghitung jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh PDAM Kota Magelang adalah
dengan menghitung rasio 8 per 1.000 pelanggan atau 1 pegawai melayani 125
sambunganrumah (SR). Pada tahun 2018jumlah karyawan sekitar 144, sedangkan jumlah
SR sekitar 30.198 unit sehingga dibutuhkan karyawan sebanyak 242 karyawan. Dengan
demikian terdapat kekurangan sekitar 100 karyawan dan perlu adanya rekrutmen untuk
mendukung program pembuatan DMA dan penurunan NRW diperlukan rekrutmen SDM
dengan spesifikasi teknis/kompetensi yang diperlukan dan jumlahnya cukup. Kompetensi
yang dibutuhkan adalah
- IT yaitu GIS dan data base
- Sistem Penyediaan Air Minum
- Sistem Distribusi
- Model hidrolika
- Kepribadian baik
- Motivasi memajukan PDAM
Setelah rekrutmen pada tahap mendesak, SDM yang baru perlu diberikan diklat/training
tentang penurunan NRW sebagai upaya untuk standarisasi kompetensi pengetahuan NRW
bagi para petugas NRW karena kegiatan penurunan NRW memerlukan dedikasi yang tinggi
sehingga SDM yang baru siap untuk ditempatkan pada organisasi NRW pada Bidang Teknik.
Seluruh SDM bidang teknik juga perlu ditraining agar memiliki kemampuan berkaitan
perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan, tetapi juga berwawasan dan berkemampuan
untuk mengendalikan kehilangan air fisik dan administrasi
Kebutuhan Rencana Pengembangan SDM Sumber Daya Manusia merupakan salah satu
sumber daya yang mendukung keberhasilan organisasi dimasa depan. Rencana
pengembangan sumber daya manusia yang dirumuskan diharapkan akan mendukung
strategi pengembangan pelayanan pelanggan di beberapa wilayah operasional.
Pengembangan SDM dapat berupa pelatihan-pelatihan di bidang teknis, kelembagaan dan
keuangan yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan/pelatihan
Untuk menyiapkan dan mendapatkan SDM yang handal khususnya dalam bidang air minum,
dibutuhkan program pelatihan yang teratur dan terprogram seperti mengikuti pelatihan yang
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang sangat konsen terhadap pengembangan air minum,
seperti yang dilaksanakan oleh departemen PU, BPPSPAM, Perpamsi atau dari lembaga
donor/asing. Selain itu kegiatan studi banding dan mengikuti On Job Training ke PDAM yang
lebih maju sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan SDM.
Beberapa kegiatan yang diperlukan untuk pengembangan SDM diantaranya:
- Memperbaiki sistem rekruitmen pegawai
- Meningkatkan kinerja pegawai dengan pelatiahan yang sesuai dengan bidangnya secara
teratur