Modul PDTK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 111

MODUL PANDUAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA

Nama :…………………………………
NIM : ………………………………..
Kelompok : ………………………………..

LABORATORIUM PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, atas
berkat dan rahmatnya sehingga modul ini dapat selesai disusun. Modul ini merupakan
panduan untuk pelaksanaan praktikum dasar teknik kimia yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi S1 Teknik Kimia. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat lebih
memahami tentang proses-proses dasar yang dilakukan dalam suatu operasi di suatu pabrik
kimia atau operasi proses lainnya secara umum.
Modul panduan praktikum ini terbagi ke dalam dua belas modul praktikum. Enam

rta
ya ia
modul pertama berkaitan dengan proses yang bersifat difusional, sedangkan enam modul

og im
ka
terakhir berkaitan dengan proses mekanis. Adapun sistematika tiap modul terdiri atas latar
belakang, tujuan, dasar teori, alat-bahan, cara kerja, serta tabel kerja praktikum.
" Y ik K
Tentu saja masih ada kekurangan dalam penyusunan modul praktikum ini. Oleh
karena itu, penyusun sangat berharap adanya kritik, saran, serta masukan terhadap modul ini.
an n

Besar harapan penyusun agar modul praktikum ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-
er ek

besarnya baik bagi penyusun sendiri maupun segenap mahasiswa dan asisten laboratorium
yang menggunakan modul praktikum ini.
et T
"V an

Tim Penyusun
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY i


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
MODUL 1 PENGERINGAN ....................................................................................... 1
MODUL 2 HETP (HIGH EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE) ...................... 11
MODUL 3 DIFUSIVITAS INTEGRAL .................................................................... 18
MODUL 4 KOEFISIEN TRANSFER MASSA ......................................................... 29

rta
ya ia
MODUL 5 COOLING TOWER ................................................................................. 38

og im
MODUL 6 LEACHING ............................................................................................. 45

ka
MODUL 7 ALIRAN FLUIDA................................................................................... 53
" Y ik K
MODUL 8 MIXING TIME ......................................................................................... 64
MODUL 9 FILTRASI ............................................................................................... 72
an n
MODUL 10 SEDIMENTASI..................................................................................... 82
er ek

MODUL 11 DINAMIKA PROSES: PENGOSONGAN TANGKI & PENGUKURAN


SUHU ................................................................................................... 93
et T

MODUL 12 PEMANASAN TANGKI HORIZONTAL BERPENGADUK ............. 100


"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY ii


Pengeringan

MODUL 1
PENGERINGAN
MODUL 1 PENGERINGAN
A. Latar Belakang

Proses pengeringan zat padat merupakan operasi teknik kimia yang paling banyak
dijumpai di industri, terutama pada industri bahan makanan. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan mikroorganisme terhambat
sehingga bahan yang dikeringkan memiliki waktu simpan lebih lama. Dalam mempelajari
proses pengeringan, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain variasi bentuk dan ukuran

rta
ya ia
bahan, jenis bahan serta metode pemberian kalor yang dibutuhkan untuk penguapan, dari

og im
ka
hal tersebut ditentukan kondisi fisik bahan dan operasi.
Proses pengeringan dilakukan dengan cara penguapan air. Cara tersebut dilakukan
" Y ik K
dengan mengalirkan udara panas ke sekeliling bahan sehingga tekanan uap air bahan lebih
besar daripada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan perpindahan
an n

massa uap air dari bahan ke udara. Kemampuan udara membawa uap air semakin besar
er ek

apabila perbedaan kelembapan udara dan bahan semakin besar. Faktor lain yang
mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan udara yang mengalir.
et T
"V an

B. Tujuan Percobaan
a. Menentukan hubungan antara kadar air dalam bahan dengan waktu pengeringan (x vs t)
s

b. Menentukan hubungan antara kecepatan pengeringan dngan waktu pengeringan (R vs t)


PN ru

c. Menentukan hubungan antara kecepatan pengeringan dengan kandungan air dalam


Ju

bahan (R vs x)
d. Menentukan koefisien kecepatan pengeringan (KG)

C. Dasar Teori
U

Transfer massa adalah gerakan molekul-molekul atau elemen fluida yang


disebabkan karena adanya suatu gaya pendorong (Hardjono, 1989). Beda konsentrasi,
beda tekanan dan beda suhu merupakan gaya pendorong dalam proses transfer massa. Bila
suatu zat dikontakkan dengan udara yang kelembapannya lebih rendah dari kandungan
kebasahan zat padat, zat padat akan melepaskan sebagian dari kebasahan dan mengering
sampai seimbang dengan udara. Bila udara lebih lembab dari zat padat yang berada dalam

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 1


Pengeringan

keseimbangan dengan udara, zat padat akan menyerap kebasahan dari udara sehingga
tercapai keseimbangan.
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair
lain dari bahan padat sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam bahan padat
itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima (Mc. Cabe, 1993). Pengeringan
merupakan suatu cara mengurangi kandungan air suatu bahan dengan jalan
memasukkannya ke dalam alat pengering atau oven sehingga terjadi penguapan dari zat
cair yang ada dalam bahan tersebut. Tidak semua pengeringan dilakukan didalam oven.

rta
Ada beberapa cara pengeringan atau menghilangkan air yang tidak termasuk dalam

ya ia
operasi pengeringan yaitu dengan cara penekanan (Treyball, 1985).

og im
ka
Secara umum, kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini :
1. Luas transfer massa ( A )
" Y ik K
Air yang menguap melalui permukaan bahan. Adapun air di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Salah satu cara
an n

mempercepat pengeringan adalah dengan memotong-motong bahan pangan yang


er ek

akan dikeringkan. Pemotongan atau pengirisan akan memperluas permukaan bahan


sehingga air lebih mudah keluar. Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis
et T

akan mengurangi jarak gerakan panas ke pusat bahan pangan.


"V an

2. Kelembapan ( H )
Jika suhu lebih tinggi dan kelembapan lebih rendah maka kecepatan
s
PN ru

pengeringan akan lebih cepat. Udara lembab akan menurunkan kecepatan penguapan
sehingga pengering akan berjalan lama.
Ju

3. Tekanan ( P )
Semakin kecil tekanan udara maka semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tertampung
U

dan disingkirkan dari bahan pangan. Jika tekanan udara semakin besar maka udara
disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.
Dalam proses pengeringan dapat dibuat suatu kurva hubungan sebagai berikut :
a. Hubungan antara kadar air (x) dan waktu pengeringan (t)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 2


Pengeringan

rta
ya ia
og im
Gambar 5. Kurva hubungan antara kadar air (x) dengan waktu (t)

ka
Keterangan :
A’
A–B
" Y ik K
: Daerah permukaan bagian atas yang basah
: Periode yang terjadi setelah analisa pengeringan
B–C : Daerah bagian kecepatan yang konstan, setelah ditambah kelembapannya
an n

C–D : Periode pengeringan mendekati jenuh


er ek

D–E : Daerah pada saat kecepatan pengeringan mulai menurun lebih cepat dari sebelumnya
et T

E : Daerah dengan kadar air bahan padat sudah mendekati kandungan air pada
kesetimbangan, setelah pengeringan dapat dihentikan karena keadaan telah konstan.
"V an

Dari grafik dapat dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengeringan (t) yang
dilakukan maka semakin berkurang kadar air ( X ) dalam suatu bahan
s
PN ru

b. Hubungan kecepatan pengeringan (R) dengan kadar uap air (x)


Ju
U

Gambar 6. Kurva hubungan antara kecepatan pengeringan (R) dengan kadar uap air (x)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 3


Pengeringan

Keterangan :
A – B: Kecepatan pengeringan mungkin naik atau turun tergantung kandungan airnya
B : Kecepatan pengeringan konstan
B – C: Proses pengeringan terjadi, yaitu cairan yang terdapat dalam bahan padat teruapkan
C – D: Periode dengan kadar air semakin kecil

c. Hubungan antara kecepatan pengeringan (R) dengan waktu pengeringan (t)

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
an n

Gambar 7. Kurva hubungan antara kecepatan pengeringan dengan waktu pengeringan


er ek

Keterangan :
A – B : Daerah laju pengeringan naik jika laju ditingkatkan
et T

B –C : Daerah kecepatan pengeringan konstan


"V an

C : Titik saat kecepatan konstan berakhir dan kecepatan pengeringan mulai turun
C – D : Kecepatan pengeringan turun drastis
s
PN ru

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Ju

a. Neraca digital e. Termometer Twet


b. Penjepit f. Termometer Tdry
c. Oven g. Pompa vacuum
d. Termometer Toven
U

2. Bahan
a. Silinder berlubang kotak
b. Silinder berlubang bulat
c. Bola pejal
Keseluruhan material berbahan dasar kayu.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 4


Pengeringan

(a) (b) (c)

Gambar 8. (a) Silinder Berlubang Kotak (b) Silinder pejal, dan (c) Bola pejal

rta
ya ia
3. Rangkaian Alat

og im
Keterangan : 7 1

ka
Oven
" Y ik K
Tdry
Twet
an n
Pompa Vakum
er ek

Heater
2
Termostat 5 6 3 4
et T

Termometer Gambar 8. Rangkaian alat Drying


"V an
s

E. Cara Kerja
PN ru

Langkah Kerja
Ju

1. Rendam ketiga bahan ke dalam air selama 30 menit.


2. Timbang ketiga bahan tersebut dan catat sebagai berat awal bahan.
0
3. Atur oven pada pada suhu 80 C dan jaga tekanan agar tetap konstan.
4. Masukkan bahan yang telah ditimbang ke dalam oven yang telah diatur. Secara
U

bersamaan hidupkan pompa vakum dan stopwatch.


5. Setelah selang waktu tertentu, catat Twet, Tdry, dan Toven. Matikan pompa lalu
keluarkan bahan dan timbang berat bahan.
6. Ulang percobaan terus menerus hingga diperoleh berat yang konstan.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 5


Pengeringan

Analisis Perhitungan
1. Luas Permukaan Bahan
a. Luas permukaan silinder berlubang kotak
= ( )+( ) [( )+8 ]…………………………….(1)
b. Luas permukaan silinder pejal
=2 +2 ………………………………(2)
c. Luas permukaan bola pejal
=4 ………………………………(3)
2. Kecepatan pengeringan (R)

rta
ya ia
= ………………………………(4)

og im
ka
3. Kandungan air (X%)

= " Y ik K 100% ………………………………(5)

4. Konstanta kecepatan pengeringan

=
an n
………………………………(6)
er ek

a. Mencari Pai
Twet diketahui (dari Wet bulk Termometer)
et T

= ................................................ (7)
"V an

dengan menggunakan steam table diktat OTK II Ir. Harjono apendik IV


s

halaman 288 maka diperoleh Pai.


PN ru

b. Mencari Pa
Ju

………………………………(8)
Untuk mencari Ya digunakan gambar 5-6, halaman 158 diagram
kelembaban system udara uap air pada tekanan 1 atm dari diktat OTK II Ir.
Harjono dengan mengetahui terlebih dahulu Tdry dan Twet.
U

Daftar Simbol:
Wn = Berat bahan sebelum dikeringkan (gr)
Wn+1 = Berat bahan setelah dikeringkan (gr)
A = Luas permukaan aktif bahan (cm2)
T = Selang waktu (menit)
Wd = Berat kering (gr)
R = Kecepatan pengeringan (gr/cm2 menit)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 6


Pengeringan

Pai = Tekanan jenuh pada Twet (gr/cm2)


Pa = Tekanan uap jenuh (gr/cm2)
Ya = Molal humidity
Pt = Tekanan total (atm)
KG = Konstanta kecepatan pengeringan (menit)-1
D = Diameter (cm)
L = Tinggi silinder (cm)

F. Daftar Pustaka

rta
ya ia
Hardjono, Ir. 1989, Operasi Teknik Kimia II, edisi ke-1, hal. 192-240, Universitas Gadjah

og im
ka
Mada, Yogyakarta
McCabe, W.L., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, Operasi Teknik Kimia, Jilid 2, edisi 4,
" Y ik K
hal 204, 249-267, Erlangga, Jakarta
Perry, R.H., 1984, Chemical Engineer’s Handbook, 6th ed. McGraw Hill Book Company,
an n

Inc., New York


er ek

Treybal, R.E. 1981, Mass Transfer Operation, 4th ed, p. 668, McGraw-Hill Book
Company, Tokyo.
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 7


Pengeringan

TABEL KERJA PRAKTIKUM

HASIL PERCOBAAN:
1. SILINDER BERLUBANG PERSEGI
Berat bahan sebelum direndam : gram
Jari-jari luar (r) : cm
Jari-jari dalam (s) : cm
Panjang Silinder (L) : cm
Luas Permukaan : cm2

rta
o

ya ia
Twet mula-mula : C
o
Tdry mula-mula : C

og im
ka
Berat bahan setelah direndam air : gram
Suhu Oven " Y ik K : °C

No. Waktu (s) Berat Bahan (gram) Twet Tdry W


an n
1.
er ek

2.
3.
et T

4.
5.
"V an

6.
7.
s

8.
PN ru

9.
10.
Ju

11.
12.
13.
14.
15.
U

16.
17.
18.
19.
20.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 8


Pengeringan

2. SILINDER PEJAL
Berat bahan sebelum direndam : gram
Jari-jari (r) : cm
Panjang Silinder (L) : cm
Luas Permukaan : cm2
o
Twet mula-mula : C
o
Tdry mula-mula : C
Berat bahan setelah direndam air : gram
Suhu Oven : °C

rta
ya ia
og im
No. Waktu (s) Berat Bahan (gram) Twet Tdry W

ka
1.
2.
3.
" Y ik K
4.
an n
5.
6.
er ek

7.
8.
et T

9.
"V an

10.
11.
s

12.
PN ru

13.
14.
Ju

15.
16.
17.
18.
19.
U

20.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 9


Pengeringan

3. BOLA PEJAL
Berat bahan sebelum direndam : gram
Diameter Bola : cm
Luas Permukaan : cm2
o
Twet mula-mula : C
o
Tdry mula-mula : C
Berat bahan setelah direndam air : gram
Suhu Oven : °C

rta
ya ia
No. Waktu (s) Berat Bahan (gram) Twet Tdry W

og im
1.

ka
2.
3.
4.
" Y ik K
5.
an n
6.
7.
er ek

8.
9.
et T

10.
"V an

11.
12.
s

13.
PN ru

14.
15.
Ju

16.
17.
18.
19.
20.
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 10


HETP

MODUL 2
HETP (HIGH EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)

MODUL 2 HETP (HIGH EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)


A. Latar Belakang
Dalam industri sering dibutuhkan bahan-bahan yang relatif murni terhadap bahan-
bahan lainnya, baik dalam proses industri maupun hasil industri. Metode yang digunakan
untuk memisahkan suatu bahan dari campurannya dengan bahan lain, antara lain: filtrasi,
ekstraksi, kristalisasi, distilasi, dan sebagainya. Metode distilasi lebih sering digunakan

rta
untuk bahan-bahan yang terdiri dari cairan-cairan, yaitu dengan menggunakan menara

ya ia
pemisah, baik jenis dengan bahan isian maupun dengan plate.

og im
ka
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia
berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih yang
" Y ik K
berbeda. Distilasi menggunakan panas sebagai agen pemisah campuran, campuran zat
dididihkan hingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
an n

cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu
er ek

Konsep HETP pada dasarnya merupakan distilasi yang dipakai untuk mencari
tinggi kolom bahan isian yang ekuivalen dengan satu plate teoritis. Konsep HETP juga
et T

dipergunakan untuk membandingkan suatu efisiensi menara isian, kecepatan dan sifat
"V an

fluida, keadaan operasi pada umumnya oleh variasi keadaan dispersi cairan dipermukaan
bahan isian.
s
PN ru

B. Tujuan percobaan
Ju

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan perbandingan tinggi kolom bahan isian
yang ekuivalen terhadap satu plate teoritis.

C. Dasar Teori
Untuk mengetahui tinggi bahan isian yang harus digunakan untuk menghasilkan
U

produk dengan komposisi yang sama dengan satu plate teoritis pada menara bertingkat
digunakan dengan istilah HETP (High Equivalent of Theoritical Plate). HETP adalah
tinggi bahan isian yang akan memberikan perubahan komposisi yang sama dengan
perubahan komposisi yang diberikan satu plate teritis. Variabel yang mempengaruhi
HETP antara lain: tipe dan ukuran bahan isian, kecepatan aliran masing-masing fluida,
konsentrasi fluida, diameter menara, sifat fisis bahan di fraksinasi. (Treybal, R.E., 1981)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 11


HETP

HETP dalam penggunaannya sering digunakan dalam perhitungan menara distilasi dengan
bahan isian.
Di dalam distilasi ada beberapa cara untuk menentukan jumlah plate teoritis sebagai plate
minimum, yaitu dengan cara:
Metode McCabe-Thiele
Komposisi uap dan cairan di dalam kolom distilasi dianggap mencapai kesetimbangan
dan memenuhi persamaan berikut:
ab .X a
Ya
1 ab 1 Xa

rta
ya ia
Di mana :
Ya = fraksi mol uap

og im
ka
Xa = fraksi mol air

" Y ik K
Syarat syarat metode McCabe Thiele :
Apabila sistem campuran yang disuling menghasilkan diagram komposisi uap jenuh
dan cair jenuh atau garis operasi mendekati garis lurus atau sejajar.
an n

Jika persyaratan a) dapat dipenuhi, maka Ln/Vn+1 pada seksi rektifikasi dan Lm/Vm+1
er ek

pada seksi striping bernilai tetap. Keadaan semacam ini dikenal sebagai “Constant
et T

molal ever flow and vaporation”.


Tekanan di seluruh menara dianggap tetap.
"V an

Panas pencampuran ( Hs) dapat diabaikan.


s

Panas laten penguapan ( ) rata – rata tetap.


PN ru

Persamaan garis operasi untuk seksi enriching / rektifikasi (Garis Operasi Atas):
Ju

R Xd
Yn 1 Xn
R 1 R 1
Sedangkan persamaan garis operasi dari seksi striping (Garis Operasi Bawah)
L B
U

Y Xm Xb
V V
Penentuan jumlah plate minimum (N pmin) dilakukan dengan asumsi refluks total di
mana seluruh uap yang terembunkan dalam kondensor dikembalikan ke dalam kolom
sebagai refluks sehingga tidak ada hasil distilat (D = 0). Perbandingan refluks (Lo/D)
adalah tak terhingga. Pada kondisi ini, slope dari garis operasi atas = 1.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 12


HETP

Metode Fenske Underwood


Pa
d , pada suhu puncak (td)
Pbd
Pa
w , pada suhu bawah (tw)
Pbd
Di mana : Paº = tekanan uap murni komponen a
Pbº = tekanan uap murni komponen b
Untuk campuran ideal, metode ini didasarkan atas volatilitas relatif ab antar
komponen, dengan terlebih dahulu menetapkan d dan w.

rta
ya ia
Ya 1 X a
ab
X a (1 Ya )

og im
ka
Di mana:
" Y ik K
Y = mol fraksi uap
X = mol fraksi cairan
Untuk mendapatkan Nmin dengan logaritma menghasilkan:
an n

Xd 1 Xb
er ek

log
Xb 1 Xd
N min 1
log ab
et T

Jika perubahan nilai ab dari dasar kolam tidak terlalu menyolok, maka untuk ab
"V an

digunakan rata-ratanya
s

P alkohol
d , pada suhu puncak (td)
PN ru

P aquades

P
Ju

alkohol
w , pada suhu bawah (tw)
P aquades

3. Metode Ponchon – Savorit


(Menggunakan diagram entalpi komposisi)
U

HETP sering digunakan untuk perhitungan menara distilasi dengan memakai bahan
isian. Dengan metode di atas, jumlah plate minimum dapat diketahui, sehingga harga
HETP dapat dihitung:
Tinggi packing kolom bahan isian
HETP
Jumlah plate minimum
Manfaat dari HETP adalah untuk menghitung tinggi kolom bahan isian dengan terlebih
dahulu menentukan jumlah plate teoritis.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 13


HETP

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Piknometer
b. Pipet
c. Kondensor
d. Corong
e. Gelas ukur
f. Refraktometer

rta
ya ia
g. Tabung reaksi
2. Bahan

og im
ka
a. Alkohol
b. Aquades " Y ik K Gambar 1. Rangkaian alat HETP
an n

E. Cara Kerja
er ek

Langkah Kerja
et T

1. Periksa terlebih dahulu rangkaian alat percobaan.


2. Buat larutan umpan, yaitu campuran alkohol dan aquades dengan perbandingan
"V an

volume 150 ml: 200 ml ; 175 ml:175 ml dan 200 ml:150 ml.
s

3. Masukkan umpan ke dalam labu leher tiga, usahakan jangan sampai tumpah.
PN ru

Hidupkan pendingin balik dan pemanasnya. Atur kran pada posisi refluks total.
4. Catat secara periodik perubahan suhu residu dan destilat, sehingga dapat diketahui
Ju

berapa lama dicapai suhu keduanya tetap. Setelah suhu destilat dan residu konstan,
ambil distilat dengan memutar kran refluks, kemudian amati indeks biasnya. Setelah
cukup, kran dikembalikan ke posisi refluks total.
5. Matikan pemanas, ambil residu dan tampung seperti pada pengambilan destilat. Amati
U

indeks biasnya.
6. Hidupkan pemanas seperti semula.
7. Amati indeks bias distilat dan indeks bias residu dengan refraktomer.
8. Ulangi percobaan mulai dari langkah ke-3.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 14


HETP

Analisis Perhitungan
a. Penentuan densitas alkohol
Menera piknometer sebagai berikut:
Berat piknometer kosong = A gram
Berat piknometer + aquadest = B gram
Berat aquadest (B-A) = C gram
Dari tabel 2-28 pada buku Perry’s Chemical Engineering Handbook 7th edition,
didapatkan densitas aquadest sebesar aquadest gram/mL sehingga:

rta
ya ia
Menentukan densitas alkohol:

og im
ka
Berat piknometer + alkohol = D gram
" Y ik K
Berat alkohol (D-A) = E gram

=
an n
er ek

b. Penentuan kadar alkohol


et T

Dengan mengetahui densitas alkohol pada suhu T, maka dari tabel 2-110 pada buku Perry’s
Chemical Engineering Handbook 7th edition akan didapatkan kadar alkohol sebesar K%.
"V an

c. Pembuatan grafik standar


s

Untuk membuat grafik standar antara fraksi mol dengan indeks bias diperlukan
PN ru

beberapa campuran dengan berbagai perbandingan untuk menghitung fraksi mol


Ju

dengan data-data:
Kadar alkohol :K%
Alkohol : L ml
Aquadest : M ml
U

Densitas alkohol

Maka : Alkohol = alkohol x L x K % = S gmol.


BM alkohol
Aquadest = ( aquadest x M) + alkohol x L (100% - K%)
BM aquadest
= R gmol
S
Sehingga fraksi alkohol: X = = Q mol
S R

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 15


HETP

dari harga fraksi mol alkohol tersebut dan indeks bias dapat dibuat grafik standar.
d. Penentuan fraksi mol destilat dan residu sampel
Dengan mengetahui indeks bias sampel dan dengan menggunakan grafik standar,
didapat fraksi mol destilat dan residu.
e. Penentuan sifat penguapan (volatilitas) rata – rata ( ab)

Harga d dan w dicari dengan menggunakan rumus :


°
= ° ; P pada suhu td

rta
ya ia
°
= ° ; P pada suhu tw

og im
ka
=
" Y ik K
Pº alkohol dan aquadest dapat dilihat pada fig. 543, p. 583, G.G. Brown, “Unit
Operation”.
f. Penentuan HETP
an n

Terlebih dahulu hitung jumlah plate minimum (Npmin). Npmin pada percobaan ini
er ek

diasumsikan sebagai kondisi kondensor dan reboiler total, dengan cara:


(1) Metode Mc Cabe Thiele
et T

Metode ini menggunakan grafik antara fraksi mol uap (Y) vs fraksi mol cairan
"V an

(X). dalam penggambaran kurvanya digunakan diagram kesetimbangan etanol –


aquadest yang terdapat pada G.G. Brown, “Unit Operation”, p.582.
s
PN ru

(2) Metode Fenske Underwood Dengan rumus :

Xd 1 Xb
Ju

log
Xb 1 Xd
N min 1
log ab
Maka harga HETP :
HETP = Tinggi kolom bahan isian/ Npmin
U

F. Daftar Pustaka

Brown, G.G., 1978 ,”Unit Operation”, 14th ,John Willey and Sons, New York
Perry, R.H.,1984,“Chemical Engineers Handbook”,7th edition,Mc Graw Hill Book
Company Inc., New York
Treyball, R.E., 1981,”Mass Transfer Operation”, 4th edition, Mc Graw Hill Book
Company Inc., Tokyo

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 16


HETP

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Hasil Pengamatan
Suhu Aquades : °C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + aquades : gram
Berat aquades : gram
Berat piknometer + alcohol : gram
Berat alkohol : gram
Densitas aquades : gr/ml
Volume piknometer : ml

rta
ya ia
Densitas alkohol : gr/ml

og im
Tinggi bahan isian : cm

ka
Tabel indeks bias larutan standar:
No Alkohol
" Y ik K
Aquades Mol Mol Fraksi Mol Indeks
(ml) (ml) Alkohol Aquades Alkohol (X) Bias (n)
1
an n

2
er ek

3
et T

4
5
"V an

6
s

7
PN ru

8
Ju

9
10

Indeks Bias Umpan dan Residu


U

No Umpan (ml) Indeks Bias Suhu


Aquades Alkohol Distilat Residu Tw Td
1
2
3

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 17


Difusivitas Integral

MODUL 3
DIFUSIVITAS INTEGRAL
MODUL 3 DIFUSIVITAS INTEGRAL

A. Latar Belakang
Fenomena transfer massa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
contoh, pergerakan asap dari cerobong mengepul ke udara sekeliling dengan jalan difusi.
Begitu pula dengan gula yang dimasukkan ke air, maka gula akan melarut dengan
menyebar di dalam air teh dengan jalan difusi. Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau

rta
ya ia
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian yang berkonsentrasi tinggi ke bagian

og im
ka
yang berkonsentrasi rendah. Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi yaitu ukuran
partikel, kecepatan partikel bergerak, luas suatu area, jarak antara dua konsentrasi, dan
" Y ik K
suhu. Dengan mengetahui difusivitas (koefisien difusi) suatu zat, dapat diketahui
kemampuan penyebaran massa zat tersebut ke dalam fase zat lain. Semakin besar harga
an n
difusivitas suatu zat, maka zat tersebut dikatakan mempunyai kemampuan transfer massa
er ek

yang besar pula. Dalam industri kimia, koefisien difusi berperan dalam perhitungan waktu
proses yang selanjutnya digunakan dalam perancangan kapasitas alat.
et T

B. Tujuan Percobaan
"V an

Menentukan koefisien difusivitas integral (DAB) yang merupakan perbandingan luas


s

dengan waktu dalam satuan cm2/detik dari larutan asam oksalat yang berbeda.
PN ru

C. Dasar Teori
Ju

Difusi adalah perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke rendah. Oleh karena
itu, perpindahan komponen atau molekul terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi
(Singh and Heldman, 2001). Difusi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk transfer
massa yang disebabkan oleh adanya gaya dorong (driving force) yang timbul karena
U

gerakan-gerakan molekul atau elemen fluida. Difusivitas cairan tergantung pada sifat –
sifat komponen, temperatur serta konsentrasi cairan tersebut. Namun, dalam pelaksanaan
percobaan ini faktor temperatur diabaikan. Hal ini karena perbedaan temperatur yang kecil
menyebabkan perbedaan densitas yang kecil, sehingga massa tidak berubah secara
signifikan. Walaupun penyebab difusi umumnya adalah gradien konsentrasi, difusi dapat
juga terjadi akibat gradien tekanan, gradien suhu, ataupun medan gaya yang diterapkan
dari luar (seperti pada pemisah sentrifugal). Difusi molekuler yang terjadi karena gradien

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 18


Difusivitas Integral

tekanan (bukan tekanan parsial) disebut difusi tekanan (pressure diffusion). Adapun yang
disebabkan oleh gradien suhu disebut difusi termal (thermal diffusion), sedangkan yang
disebabkan oleh medan gaya dari luar disebut difusi paksa (forced diffusion).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu :
b. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel tersebut
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
c. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
d. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
e. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan

rta
ya ia
difusi.

og im
f. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak lebih

ka
cepat.
" Y ik K
Dalam teori kinetik yang disederhanakan, sebuah molekul bergerak secara garis
lurus dengan kecepatan yang seragam. Pada saat molekul tersebut bertumbukan dengan
molekul lain, maka terjadi perubahan kecepatan baik besarnya maupun arahnya.
an n

Molekul bergerak secara zig–zag, tetapi tetap menuju arah tertentu sesuai dengan
er ek

perbedaan konsentrasi yang menjadi gaya pendorongnya. Karena gerakan yang berliku
et T

– liku, waktu difusi menjadi lama. Adapun pengaruh dari tekanan dan temperature,
dengan adanya penurunan tekanan, jumlah tumbukan akan berkurang sehingga
"V an

kecepatannya akan bertambah. Sedangkan dengan kenaikan temperatur menyebabkan


s

gerakan molekul semakin cepat. Mekanisme terjadinya difusi dari sistem biner (dua
PN ru

komponen) dengan perbedaan konsentrasi dapat diilustrasikan oleh gambar berikut:


Ju

A B
U

CA CB
Gambar 1. Mekanisme terjadinya difusi dari sistem biner

Bagian A ke B pada awalnya mempunyai konsentrasi yang berbeda. Karena


adanya transfer massa maka konsentrasi massa pada A akan berkurang dan konsentrasi

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 19


Difusivitas Integral

B akan bertambah. Apabila proses difusi berlangsung dalam waktu yang relatif lama,
maka konsentrasi A dan B akan seimbang atau CA = CB.
Difusivitas/koefisien difusi adalah suatu faktor perbandingan antara fluks massa
terhadap gradien konsentrasi zat yang mendifusi. Zat yang terlarut akan mendifusi dari
daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah. Difusivitas/koefisien
difusi merupakan sifat spesifik sistem yang tergantung pada suhu, tekanan dan
komposisi sistem. DAB adalah koefisien difusi untuk komponen A yang mendifusi
melalui komponen B. Hubungan dasar difusi molekuler di atas pertama kali ditemukan
oleh Fick untuk sistem isotermal dan isobarik.

rta
ya ia
Koefisien difusi dapat dijumpai pada persamaan hukum Fick:

og im
dC A

ka
J Ax D AB (1)
dx
" Y ik K
Tanda negatif menunjukkan bahwa difusi terjadi dengan arah yang sejalan dengan
penurunan konsentrasi.
Neraca massa pada suatu proses difusi:
an n

Massa Masuk – Masuk Keluar – Massa yang Bereaksi = Massa Akumulasi


er ek

dC A dC A dC A
A. D AB A. D AB 0 A. x. (2)
et T

dx x
dx x x
dx
"V an

Persamaan (2) dibagi dengan A x, maka:

d dC A dC A
D AB (3)
s

dx dx dx
PN ru

d 2C A dC A
DAB (4)
Ju

dx 2 dx
d 2C A 1 dC A
(5)
dx 2 D AB dx

Bila dalam percobaan digunakan asam oksalat


U

Konsentrasi asam oksalat mula – mula dalam pipa kapiler adalah CA0 pada :
x=x
t=0
CA = CA0
Konsentrasi asam oksalat dalam pipa kapiler pada waktu t = ~ :
x=x
t=~
CA = 0

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 20


Difusivitas Integral

Pada ujung pipa kapiler yang tertutup tidak ada transfer massa :
x=0
t=t
d 2C A
0
dx 2
Konsentrasi asam oksalat pada ujung pipa kapiler pada setiap saat :
x = L ; t = t ; CA = CA

Penyelesaian dari persamaan diferensial (5) adalah:


n 2 2

rta
4 1 2n L 2n 1 D AB t

ya ia
CA . cos . exp (6)
n 1 2n 1 2L 4 L2

og im
ka
Menghitung asam oksalat setelah difusi :
N = CA . V " Y ik K
dN = CA . dV + V . dCA ; CA = tetap
dN = CA . A .dx
an n

N= CA . A . dx
er ek

Jumlah asam oksalat mula – mula dalam pipa kapiler adalah :


et T

No = CAo .A. L
"V an

Persentase asam oksalat setelah difusi dalam pipa kapiler adalah :

N
s

E x100 % (7)
N0
PN ru

L
Ju

A C A dx
0
E x100% (8)
C A0 AL
L
CA
E .dx.100% (9)
C A0 L
U

Persamaan (6) disubstitusikan ke persamaan (9), sehingga diperoleh:


2 2
800 1 2n 1 D AB t
E 2
. exp (10)
n 2 2n 1 4 L2

Untuk DAB yang tetap dan DAB .t/L2 kecil, maka persamaan (6) dapat didekati dengan:
D AB .t
E 100 200 (11)
L2

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 21


Difusivitas Integral

D AB .t
100 E 200 (12)
L2
1 t
log 100 E log 200 D AB log 2 (13)
2 L
t
2 log 100 E 2 log 200 D AB log (14)
L2
t
Sehingga persamaan dapat dibuat grafik hubungan antara log terhadap
L2
2 log 100 E dan juga persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode least

rta
ya ia
square, dengan persamaan pendekatan secara garis lurus sebagai berikut:
y a bx (16)

og im
ka
Di mana:
y " Y ik K
2 log 100 E

a 2 log 200 D AB .
an n
t
x log
er ek

L2
b = tan = gradient = 1
et T

dengan:
"V an

E = perbandingan asam oksalat yang tertinggal


t = waktu (menit)
s

L = panjang pipa kapiler (cm)


PN ru

DAB = koefisien difusi (g/cm2.detik)


Ju

D. Alat dan Bahan


1 Alat
a. Alat suntik i. Erlenmeyer
U

b. Termometer j. Corong
c. Timbangan analitik k. Penggaris
d. Tangki penampung air
e. Bak difusi
f. Pipa-pipa kapiler
g. Buret
h. Statif dan klem

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 22


Difusivitas Integral

2 Bahan
a. Aquades d. Larutan asam Standar
b. Indikator PP e. Larutan asam oksalat (H2C2O4)
c. Larutan NaOH

rta
3

ya ia
og im
5

ka
" Y ik K
4
an n
er ek

Gambar 1. Rangkaian alat Difusivitas Integral


Keterangan:
et T

1. Bak Penampung air


"V an

2. Kran pengatur aliran


3. Bak difusi
s

4. Pipa Kapiler
PN ru

5. Outlet
Ju

D. Cara Kerja
Langkah Kerja
a. Penentuan Volume Pipa Kapiler
U

1. Timbang berat pipa kosong


2. Timbang pipa yang telah diisi aquades
3. Ukur panjang pipa dan suhu aquadest.
4. Cari densitas aquadest berdasarkan suhu aquadest yang telah diketahui
kemudian hitung volume pipa.
5. Ukur tinggi masing-masing pipa kapiler dan ujung atas yang terbuka sampai
dasar pipa kapiler yang tertutup dan masih dapat diisi dengan aquadest.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 23


Difusivitas Integral

b. Standardisasi larutan NaOH


1. Ambil asam standar sebanyak volume tertentu dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan indikator PP (2 tetes)
3. Lakukan titrasi serta catat volume NaOH yang dibutuhkan.
4. Ulangi langkah selama dua kali
c. Standarisasi asam oksalat
1. Ambil sejumlah volume tertentu asam oksalat (X1)
2. Tambahkan indikator PP
3. Lakukan titrasi menggunakan larutan NaOH

rta
ya ia
4. Catat volume NaOH yang dibutuhkan.

og im
5. Ulangi langkah di atas

ka
6. Ulangi percobaan untuk asam oksalat (X2)
" Y ik K
d. Percobaan difusi,
1. Isi pipa kapiler dengan asam oksalat dan usahakan tidak ada gelembung udara.
an n
2. Susun pipa kapiler ke dalam bak difusi dengan mengurutkan dari posisi tinggi
er ek

ke rendah
3. Alirkan air dan atur kran agar terbentuk aliran laminer.
et T

4. Pada saat air mencapai puncak pipa kapiler catat waktu sebagai t=0 (x).
"V an

5. Ambil asam oksalat yang terdapat pada pipa kapiler menggunakan jarum suntik
6. Masukkan asam oksalat tersebut ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
s

aquadest hingga volume tertentu.


PN ru

7. Tambahkan indikator PP dan lakukan titrasi menggunakan larutan NaOH.


Ju

8. Ulangi langkah sebanyak 1 kali


9. Lakukan percobaan untuk asam oksalat X2

Analisis Perhitungan
Penentuan volume pipa
U

=
Keterangan: V = Volume pipa (ml)
m = massa aquadest (g)
= densitas aquadest (gr/ml)
Penentuan normalitas NaOH
1 1 = 2 2

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 24


Difusivitas Integral

Keterangan : V1 = Volume asam standar (ml)


N1 = Normalitas asam standar (N)
V2 = Volume NaOH (ml)
N2 = Normalitas NaOH (N)
Penentuan normalitas asam oksalat sebelum dan sesudah difusi
3 3 = 2 2
Keterangan : V3 = Volume asam oksalat (ml)
N3 = Normalitas asam oksalat (N)
Penentuan persentase asam oksalat

= 100%

rta
ya ia
Keterangan : E = persentase sisa asam oksalat (%)

og im
No = Normalitas asam oksalat sebelum difusi (N)

ka
N = Normalitas asam oksalat setelah difusi (N)
" Y ik K
Penentuan difusivitas
Data n ditentukan dari rumus :
an n
= 100 200
er ek

yang dijabarkan menjadi


2 log(100 ) = log + 2 log(200 )
et T

Persamaan diatas diselesaikan dengan metode least square = +


"V an

dengan : = 2 log (100 )


s

a = tan = gradient = 1
PN ru

b = intercept = 2 log (200 )


Ju

= log ( / 2)
E = persentase sisa asam oksalat (%)
t = waktu (detik)
L = panjang pipa kapiler (cm)
= koefisien difusivitas (cm2/detik)
U

Penentuan % kesalahan

= 100%

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 25


Difusivitas Integral

F. Daftar Pustaka

Brown, G.G., 1950, Unit Operation, John Willey and Sons, Inc. New York
Hardjono. 1989. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia II . Hal 1 – 4. Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia. UGM Yogyakarta.
Perry .J.H. 1984.Chemical Engineering Hand Book,6th edition. Mc Graw Hill Book
Company, New York.
Treyball. RE, 1995. Mass Transfer Operation. Mc. Graw Hill Book Company. New York

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 26


Difusivitas Integral

TABEL KERJA PRAKTIKUM

A Menentukan volume pipa kapiler


Suhu aquadest : °C
Densitas aquadest : g/ml
No. Panjang Berat pipa Berat pipa Berat Volume
pipa kosong isi Aquadest pipa
(cm) (gr) (gr) (gr) (ml)
1.

rta
ya ia
2.

og im
ka
3.

4.
" Y ik K
an n

B Standardisasi larutan NaOH


er ek

Normalitas asam standar : N


et T

No Volume NaOH Volume Asam Normalitas NaOH


(ml) Standar (ml) (ml)
"V an

1.
s
PN ru

2.
Ju

3.

Volume NaOH rata-rata : N


Normalitas NaOH rata-rata : ml
U

C Standardisasi Asam Oksalat


Normalitas NaOH : N
Selang waktu : menit

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 27


Difusivitas Integral

a. Volume NaOH sebelum dan setelah difusi Asam Oksalat (X1)

Volume NaOH Normalitas


Volume Normalitas Asam Oksalat
Waktu (ml) Asam Oksalat
Asam
No setelah difusi
Sebelum Sesudah Oksalat Sebelum Sesudah
(menit) sebelum
difusi difusi (ml) difusi difusi
pengenceran
1.

2.

rta
ya ia
3.

og im
ka
4.

" Y ik K
b. Volume NaOH sebelum dan setelah difusi Asam Oksalat (X1)

Volume NaOH Normalitas


an n
Volume Normalitas Asam Oksalat
Waktu (ml) Asam Oksalat
er ek

Asam
No setelah difusi
Sebelum Sesudah Oksalat Sebelum Sesudah
et T

(menit) sebelum
difusi difusi (ml) difusi difusi
pengenceran
"V an

1.
s

2.
PN ru

3.
Ju

4.
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 28


Koefisien Transfer Massa

MODUL 4
KOEFISIEN TRANSFER MASSA
MODUL 4 KOEFISIEN TRANSFER MASSA

A. Latar Belakang
Dalam industri kimia, operasi transfer massa dari satu fase ke fase yang lain
digunakan sebagai operasi dasar pemisahan komponen dari campurannya. Sebagai
contoh, penerapan proses transfer massa dalam pemurnian belerang dengan
menghembuskan udara untuk menghilangkan kotorannya.

rta
ya ia
Percobaan ini dilakukan menggunakan kapur barus atau naftalena (C10H8) yang
dikontakkan dengan udara. Naftalena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang

og im
ka
memiliki rumus sebagai berikut:
" Y ik K
an n
er ek

Gambar 1. Gugus Naftalena


et T

Dalam hal ini, terjadi transfer massa dari fase padat (naftalena) ke fase gas (udara) yang
"V an

dikenal sebagai sublimasi.


B. Tujuan Percobaan
s
PN ru

a. Mencari besarnya koefisien transfer masssa (kca) dengan menggunakan variabel


tinggi tumpukan (L) naftalena (C10H8)
Ju

b. Menentukan hubungan antara koefisien transfer massa (kca) dengan tinggi tumpukan
naftalena (L)

C. Dasar Teori
Transfer massa merupakan perpindahan suatu komponen dari campuran yang
U

terjadi karena adanya perubahan dalam kesetimbangan sistemnya disebabkan karena


adanya perbedaan konsentrasi. Adanya perbedaan konsentrasi zat kimia antara bahan
dan lingkungan disebut sebagai driving force atau gaya penggerak dari proses transfer
massa.
Perpindahan dapat terjadi dalam satu fase maupun antara satu fase dengan driving
force. Proses transfer massa dipengaruhi oleh:
1. Luas permukaan kontak bahan dengan fluida

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 29


Koefisien Transfer Massa

Luas permukaan kontak bahan dengan fluida berpengaruh terhadap proses


transfer massa. Semakin besar luas permukaan kontak bahan dengan fluida maka
transfer massa yang terjadi semakin cepat.
2. Konsentrasi
Perbedaan konsentrasi zat kimia antara bahan dan lingkungan merupakan
driving force atau gaya penggerak dari proses transfer massa. Semakin besar
perbedaan konsentrasi, maka transfer massa semakin cepat.
3. Jarak dari permukaan ke pusat naftalena
Semakin besar jarak dari permukaan ke pusat bahan maka transfer massa

rta
ya ia
semakin lama karena untuk mencapai kesetimbangan yang merata dibutuhkan

og im
ka
waktu yang lebih lama.
4. Waktu " Y ik K
Semakin lama waktu penyubliman, laju pergerakan transfer massa semakin
lambat. Hal ini karena perbedaan konsentrasi yang semakin kecil dengan
an n

berjalannya waktu.
er ek

5. Porositas
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong antara material, dan merupakan
et T

fraksi dari volume ruang kosong terhadap volume total, yang bernilai antara 0 dan
"V an

1, atau sebagai persentase antara 0-100%. Semakin besar atau semakin banyak pori
pada bahan maka semakin cepat transfer massanya. Hal ini karena semakin banyak
s
PN ru

pori, luas permukaan kontak semakin besar.


Ju

Pada percobaan ini digunakan bahan naftalena. Naftalena adalah hidrokarbon


kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan
berbentuk dua cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat mudah menguap
(volatile) meskipun dalam bentuk padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah
U

terbakar. Naftalena paling banyak dihasilkan dari distilasi tar batubara dan sedikit dari
hasil fraksinasi minyak bumi.
Sifat-sifat fisik:
Massa molar : 128,17052 gr
Kepadatan : 1,14 gr/cm3
Titik lebur : 80,26oC = 353 K = 424oF
Titik didih : 218oC = 491 K = 424oF

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 30


Koefisien Transfer Massa

Kelarutan dalam air : 30 mg/L (Chemisty of Unja, 2011)


Kegunaan dari naftalena antara lain, sebagai reaksi intermediet dari berbagai reaksi
kimia industri, seperti reaksi sulfonasi, polimerisasi, dan lain-lain.

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
Gambar 2. Diagram Fasa
an n

Penyubliman/sublimasi adalah peristiwa perubahan wujud zat dari padat


er ek

menjadi gas. Pada proses penyubliman kapur barus/naftalena pada fixed bed, fase padat
et T

dilalui gas secara kontinu. Bila konsentrasi antarmuka kedua fase lebih besar daripada
konsentrasi gas yang mengalir, maka terjadi transfer massa secara langsung dari fase
"V an

padat ke fase gas (Brown,1978).


s

Reaktor fixed bed adalah reaktor yang menggunakan katalis padat yang diam
PN ru

dan zat pereaksi berfasa gas. Butiran-butiran katalis yang biasa dipakai dalam reaktor
fixed bed adalah katalisator yang berlubang di bagian tengah, karena luas permukaan
Ju

per satuan berat lebih besar dibandingkan butiran katalis berbentuk silinder, dan aliran
gas lebih lancar (Nunulasa, 2011).

Pada keadaan steady state, kecepatan perpindahan massa dari padat ke fase gas:
U

dN A
k c a * C As C Ag (1)
dt

Dengan kca adalah nilai transfer massa per satuan luas per satuan beda konsentrasi dan
biasanya didasarkan kecepatan mulai yang seragam (McCabe,1983).
Dengan menganggap diameter zat padat konstan pada elemen volume tertentu pada
kondisi steady state dapat ditulis :

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 31


Koefisien Transfer Massa

Gambar 3. Mekanisme transfer massa

Neraca kecepatan

rta
ya ia
Kecepatan masuk kecepatan keluar = kecepatan akumulasi

og im
ka
G * A * C Ag G * A * C Ag kc a * C As C Ag * A z (2)
z z z

" Y ik K
Persamaan (2) dibagi dengan elemen volume (V = A* z), dan dengan mengambil lim z
0, sehingga diperoleh:
an n
G * C Ag G * C Ag
z z z
lim kc a * C As C Ag (3)
er ek

z 0 z
et T

dC Ag
G k c a * C As C Ag (4)
dz
"V an
s

Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan cara pemisahan variabel dan kemudian
PN ru

diintegralkan untuk tiap variabel.


Ju

C Ag 2 z L
dC Ag kc a
dz (5)
C Ag 1
C As C Ag G z 0

Dengan pengintegralan, maka diperoleh:


C As C Ag1 L
ln kc a (6)
U

C As C Ag 2 G

Pada suatu aliran masuk (gas) belum ada zat padat yang terikut sehingga CAg dianggap
nol, sehingga:

C As L
ln kc a (7)
C As C Ag 2 G

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 32


Koefisien Transfer Massa

Kecepatan perpindahan massa zat padat dalam gas ekuivalen dengan perubahan berat
zat per satuan waktu, sehingga dapat ditulis:
m
G * A * C Ag 2 C Ag1 (8)
t
Dengan m adalah perubahan jumlah mol naftalena yang diukur pada selang waktu
tertentu. Kemudian, karena CAg1 = 0, maka
m
G * A * C Ag 2 (9)
t
sehingga

rta
m

ya ia
C Ag 2 (10)
G * A*t

og im
ka
Persamaan (10) disubstitusikan ke persamaan (7) dan diperoleh:
" Y ik K
G C As
kc a ln (11)
L m
an n
C As
G * A*t
er ek
et T

D. Alat dan Bahan


1. Alat
"V an

a. Timbangan
b. Gelas
s

c. Stopwatch
PN ru

2. Bahan
Ju

Naftalena (C10H8) atau kapur barus

Keterangan gambar:
U

1. Tabung gelas dengan


tutup yang berlubang
2. Tumpukan Naftalena
3. Statif
4. Blower

Gambar 4. Rangkaian Alat Transfer Massa

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 33


Koefisien Transfer Massa

E. Cara Kerja
Langkah Kerja
1. Masukkan dan susun naftalena ke dalam tabung gelas dengan tinggi 2 cm dengan
posisi vertikal
2. Timbang naftalena dan catat sebagai berat awal
3. Susun kembali naftalena ke dalam tabung gelas sebagaimana langkah (a).
4. Hidupkan blower dan mematikan setelah selang waktu 100 detik.
5. Timbang kembali naftalena. Catat sebagai berat akhir dan berat awal untuk
pengukuran berikutnya.

rta
ya ia
6. Lakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan selang waktu yang sama.

og im
7. Ulangi langkah di atas dengan tinggi tumpukan 4 cm dan 6 cm

ka
" Y ik K
Analisis Perhitungan
a. Penentuan luas penampang
an n
Luas penampang tabung gelas =
er ek

Luas penampang tabung pipa =

b. Penentuan kecepatan linear gas


et T

G'
G
"V an

Ap

c. Penghitungan koefisien transfer massa


s
PN ru

G C As
kc a ln
Ju

L m
C As
G * A*t
d. Menghitung persen (%) kesalahan
y data-y hitung
% kesalahan= x 100%
y data
U

Daftar simbol :
Ap = Luas penampang pipa (cm2)
A = Luas penampang tabung gelas (cm2)
CAg = Konsentrasi zat pada setiap saat (gmol/cm3)
CAs = Konsentrasi jenuh zat pada interface (gmol/cm3)
Dp = Diameter pipa (cm)
Dt = Diameter dalam tabung gelas (cm)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 34


Koefisien Transfer Massa

G = Kecepatan linier udara (cm/s)


G’ = Kecepatan volumetrik udara (cm3/s)
kca = Koefisien transfer massa volumetrik (s-1)
L = Tinggi tumpukan (cm)
m = Mol naftalena yang tersublimasi (gmol)
t = Waktu (detik)
F. Daftar Pustaka

Brown,G.G.,1978,”Unit Operation”, P.P.511-513,14th ed., Modern Asia Editional,

rta
Charles E.Tuttle Company, Tokyo.

ya ia
Chemisty of Unja, 2011, “Naftalena”, http://kimia-master.blogspot.co.id/2011/11

og im
ka
/definisi-naftalena-adalah-hidrokarbon.html (diakses pada tanggal 2 Juni 2017,
pukul 17.51 WIB).
" Y ik K
Hardjono, 1989, “Operasi Teknik Kimia II”, Teknik Kimia UGM , Yogyakarta.
Mc.Cabe,W.L., 1983,”Operasi Teknik Kimia”’hal.140., edisi keempat, jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
an n

Nunulasa, 2011, “Reaktor Fixed Bed”, https://nunulasa.wordpress.com/2011/03/


er ek

10/reaktor-fixed-bed/ (diakses pada tanggal 2 Juni 2017, pukul 17.49 WIB).


et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 35


Koefisien Transfer Massa

TABEL KERJA PRAKTIKUM

HASIL PERCOBAAN
Kecepatan udara masuk = cm3/detik
Konsentrasi jenuh naftalena = gmol/cm3
Berat molekul naftalena = g/gmol
Diameter tabung = cm
Luas penampang tabung = cm2
Diameter pipa = cm

rta
ya ia
Luas penampang pipa = cm2
Selang waktu = menit = detik

og im
ka
TABEL
" Y ik K
1. Hubungan antara waktu dengan perubahan berat ( W) dan m pada L = cm
Massa kapur barus
t W m
No (gram)
an n

(detik) (gram) (gmol)


Awal Akhir
er ek

1
et T

2
"V an

3
4
s

5
PN ru
Ju

2. Hubungan antara waktu dengan perubahan berat ( W) dan m pada L = cm


Massa kapur barus
t W m
No (gram)
(detik) (gram) (gmol)
Awal Akhir
U

1
2
3
4
5

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 36


Koefisien Transfer Massa

3. Hubungan antara waktu dengan perubahan berat ( W) dan m pada L = cm


Massa kapur barus
t W m
No (gram)
(detik) (gram) (gmol)
Awal Akhir
1
2
3
4
5

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 37


Cooling Tower

MODUL 5
COOLING TOWER
MODUL 5 COOLING TOWER

A. Latar Belakang

Dalam industri kimia, air pendingin sangat dibutuhkan sebagai media pengambil
panas fluida yang terjadi di dalam suatu heat exchanger, atau lebih spesifik disebut sebagai
cooler. Pertukaran panas tersebut menyebabkan air dingin mengalami perubahan
temperatur. Temperatur air pendingin tersebut naik karena panas yang dibawa oleh suatu

rta
ya ia
fluida diserap oleh air tersebut. Air yang mengalami perubahan temperatur tersebut tidak
dapat langsung digunakan kembali sebagai pendingin. Selain itu, air ini tidak dapat

og im
ka
dibuang ke sungai maupun ke lingkungan karena temperatur air masih sangat tinggi dan
" Y ik K
tidak memenuhi syarat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Proses pendinginan air tersebut dapat dilakukan dalam suatu menara pendingin
yang disebut cooling tower. Proses pendinginan dapat terjadi dengan bantuan udara luar
an n

serta alat tertentu untuk mempercepat pendinginan tersebut. Alat yang biasa digunakan
er ek

dalam industri kimia adalah kipas (fan). Penggunaan teknologi cooling tower di dalam
et T

dunia industri sangat penting dalam rangka efisiensi dan konservasi energi. Oleh karena
itu, pemahaman tentang prinsip kerja atau operasi cooling tower sangat diperlukan.
"V an
s

B. Tujuan Percobaan
PN ru

c. Mempelajari pelajari karakteristik menara atau kolom yaitu bilangan satuan transfer unit
Ju

keseluruhan (NTU), faktor bahan isian (m) dan eksponensial (n).


d. Mempelajari pengaruh kenaikan temperatur air masuk menara terhadap bilangan transfer
unit keseluruhan (NTU).
e. Mempelajari pengaruh L/Ga terhadap NTU.
U

C. Dasar Teori

Menara pendingin (cooling tower) adalah suatu menara yang digunakan untuk
mendinginkan air pendingin yang telah mengalami kenaikan suhu pada proses pertukaran
panas. Proses ini dilakukan sehingga air pendingin dapat digunakan kembali untuk proses
selanjutnya.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 38


Cooling Tower

Prinsip kerja dari cooling tower adalah kontak langsung antara permukaan air dengan
udara kering. Apabila air panas berkontak dengan udara yang lebih dingin maka air akan
mengalami penurunan temperatur. Penurunan temperatur ini disebabkan oleh penguapan
sebagian cairan dan kehilangan panas terindera (sensible heat). Sebaliknya udara akan
menjadi panas dan mengalami pelembaban (Hardjono, 1989).
Dalam menara pendingin, kontak antara aliran air panas dengan aliran udara kering
berlangsung dengan arus yang berlawanan (countercurrent). Air panas dimasukkan dari atas
menara dan dikeluarkan dari bagian dasar menara. Pada bagian atas menara, panas ditransfer
dari air panas ke udara. Terjadi gradien temperatur, yaitu temperatur air lebih tinggi daripada

rta
ya ia
lapisan film antarmuka gas-cair (interface) dan temperatur antarmuka lebih tinggi daripada

og im
temperatur udara. Panas terindera ini dipindahkan dari air ke udara. Pada bagian dasar

ka
menara, temperatur air dan antarmuka bisa jadi lebih rendah daripada udara dan panas
" Y ik K
terindera ditransfer dari cairan dan udara ke lapisan antarmuka. Panas ini kemudian diserap
sebagai panas laten dalam proses penguapan air (Brown, 1978).
an n
Muatan panas (air panas) pada bagian atas kolom dinyatakan sebagai L (lb/jam.ft2),
sedangkan pasokan air make-up dinyatakan sebagai Lo (lb/jam.ft2). Jika Q adalah laju panas
er ek

(BTU/jam) melewati kondensor, maka kita dapat mendefinisikan muatan panas per ft2
et T

sebagai q/A, dengan A adalah luas penampang aliran dalam menara pendingin (Kern, D.Q.,
1989).
"V an

L, T1
s
PN ru
Ju
U

Gambar 1. Prinsip kerja menara pendingin

Neraca energi untuk udara hasil pendinginan adalah:


Q + LoCp To = G (H2 – H1) (1)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 39


Cooling Tower

Persamaan ini menggunakan temperatur referensi pada °F udara kering, dengan panas
uap masuk dalam lb udara kering. (Kern, D.Q., 1989)

Neraca energi untuk komposisi air :


Q = LCp (T1 – T2) + LoCp (T2 – To) (2)
Kombinasi dari kedua persamaan diatas adalah :
G (H2 H1) = L Cp ( T1 – T2 ) + Lo Cp T2 (3)
Jumlah air make up yang digunakan untuk mengganti air yang menguap adalah :
Lo = G ( X2 – X1) (4)

rta
ya ia
Dalam menara pendingin, udara digunakan untuk mendinginkan air panas. Air yang

og im
ka
telah melewati kolom memiliki temperatur yang lebih rendah dari temperatur kering (dry
" Y ik K
bulb temperature) udara masuk, tetapi tidak akan lebih rendah daripada temperatur bola
basah (wet-bulb temperature) udara masuk.
Pada area teratas dari kolom, air panas mula-mula berkontak dengan udara kering
an n

yang lebih dingin dari air panas. Penurunan entalpi air total atau pertambahan entalpi
er ek

campuran udara adalah setimbang.


et T

dq = d ( LCpT ) = G dH (5)
"V an

Aliran udara yang melewati menara pendingin adalah tetap karena dinyatakan
dalam basis udara kering. Namun, aliran air tidak konstan karena ada yang hilang oleh
s

penguapan. Dengan nilai penguapan yang lebih kecil dari sirkulasi (2%), dapat
PN ru

diasumsikan harga L adalah konstan (Kern, D.Q., 1989).


Ju

d (LCpT ) = LCp dT (6)


LCp dT = G dH (7)
Menurut Lewis, persamaan dalam sistem campuran udara dan air dapat dinyatakan
sebagai berikut:
U

LCpdT = G dH = k ( H’ – H ) a dV (8)
o
Di mana Cp air diasumsikan = 1 Btu/lb F
Data-data dalam menara pendingin sering digambarkan dalam bentuk ka. K/L Vs L/G untuk
variasi temperatur cooling tower .
Hubungan antara NTU dengan L/Ga dapat didekati dengan persaman polinomial yaitu:
2
y = ax + bx + c; y = NTU ; x = L/Ga.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 40


Cooling Tower

D. Alat dan Bahan


1. Bahan
a. Air
b. Udara
2. Rangkaian Alat
Keterangan gambar :
1. Tangki air panas
2. Pompa
3. Keran pengatur rotameter
4. Rotameter

rta
5. Menara kolom isian

ya ia
6. Tangki air dingin
7. Tdry

og im
ka
8. Twet
9. Tair keluar menara
10. Baskom air
" Y ik K 11. Kompor
12 Kipas exhaust
an n
er ek

Gambar 2. Rangkaian alat cooling tower


et T

E. Cara Kerja
"V an

Langkah Kerja
1. Periksa rangkaian alat mengenai kesesuaiannya.
s
PN ru

2. Periksa dan catat suhu yang terbaca pada termometer bola basah (Twm) dan termometer
bola kering (Tdm) sebagai Twm dan Tdm awal.
Ju

3. Masukkan air ke dalam tangki pemanas air, panaskan sampai suhu tertentu kemudian
suhu dijaga konstan.
4. Hidupkan kipas exhaust dan pompa secara bersamaan. Atur rotameter pada skala
tertentu dan atur keran yang menuju menara pendingin.
U

5. Pada percobaan pertama, catat Twm, Tdm dan Tair keluar menara pada kecepatan aliran
yang konstan.
6. Pada percobaan kedua, lakukan hal yang sama untuk laju alir yang bervariasi dengan
suhu masuk yang konstan.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 41


Cooling Tower

Analisis Perhitungan
a. Menghitung harga (L/Ga)
1. Menghitung harga L
Dengan diameter pipa (Dp) dihitung luas penampang pipa (Ap) untuk menghitung
debit air.
Q = Lv . Ap
Kecepatan massa air dihitung dengan rumus :
m= air .Q

rta
ya ia
1. Menghitung harga Ga
2

og im
Dengan mengetahui Twm dari percobaan, maka dapat dicari Vs (ft udara/lb udara

ka
kering) dari tabel 12.4 Perry Chemical Engineer’s Handbook. Kemudian dihitung,
dimana :
" Y ik K
= dalam cuft udara/lb udara
an n
er ek

Dengan data diameter kolom, dihitung harga luas penampang kolom (Ak) dan Ga
dengan rumus :
et T
"V an

Ak = (Dk)2
s
PN ru

Ak = luas penampang kolom dihitung dari data diameter kolom (Dk)


Ju

G.
Ga
Ak

2. Menghitung harga NTU data

Berdasarkan rumus :
U

T2
Ka dT
NTU
V T1
H' H

Integral di atas diselesaikan dengan Simpson’s Rule


3. Menghitung harga NTU perhitungan
Berdasarkan model matematika

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 42


Cooling Tower

( )

Di mana :
m = faktor bahan isian
n = nilai prestasi menara pendingin
harga m dan n dihitung dengan cara Least Square

log = log log

Persamaan tersebut identik dengan persamaan garis lurus y = a+bx, dimana :


y = log NTU

rta
ya ia
a = log m

og im
ka
b=n
x = log (L/Ga)
" Y ik K
4. Menghitung persen kesalahan
an n

% 100%
er ek
et T

F. Daftar Pustaka
"V an

Brown, G.G., 1978, Unit Operation, Fourteenth Printing, John Wiley and Sons, New York.
Hardjono, 1989, Operasi Teknik Kimia II, Teknik Kimia UGM, Yogyakarta.
s

Herlambang, RB. 2014. Menara Pendingin, Universitas Diponegoro. Diakses pada 4 Juni
PN ru

2017, dari e-prints.undip.ac.id.


Ju

Kern, D.Q., 1989, Process Heat Transfer, Mc Graw Hill Book Company, Inc., Japan.
Perry, R.H. , 1984, Chemical Engineer’s Handbook, 6th edition, Mc Graw HillBook
Company, Inc., New York.
Treybal, R.E., 1968, Mass Transfer Operation, 2nd edition, Mc Graw Hill Book
U

Company, Inc., NewYork.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 43


Cooling Tower

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Kecepatan aliran udara (G) = cm3/dtk


Diameter kolom = cm
Tinggi bahan isian = cm
Diameter pipa dalam aliran = cm
Twet masuk (Twm) = °C
Tdry masuk (Tdm) = °C

rta
ya ia
Percobaan I

og im
ka
Tabel: Variasi Laju air masuk menara (L) pada suhu air masuk menara (T) konstan

No. (L)
" Y ik K
Kecepatan air
Suhu air
Suhu air
keluar
Udara keluar
masuk (°C) Tw (°C) Td (°C)
Skala (°C)
1
an n

2
er ek

3
et T

4
"V an

5
s
PN ru

Percobaan II
Tabel: Variasi Laju air masuk menara (L) pada suhu air masuk menara (T) konstan
Ju

Kecepatan air Suhu air Udara keluar


Suhu air
No. (L) keluar
masuk (°C) Tw (°C) Td (°C)
Skala (°C)
1
2
U

3
4
5

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 44


Leaching

MODUL 6
LEACHING
MODUL 6 LEACHING
A. Latar Belakang
Ekstraksi padat cair (leaching) merupakan salah satu unit operasi yang sudah lama
dipakai dalam industri kimia dan memegang peranan penting terutama dalam satu unit
pemisah. Teknik pemisahan ini berguna untuk pemisahan secara cepat dan efektif, baik
untuk zat organik maupun anorganik. Metode ini didasarkan pada perbedaan koefisien
distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur.

rta
ya ia
Leaching dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor yaitu kemudahan dan
kecepatan proses, kemurnian produk yang tinggi, rendah polusi, dan efektivitas dan

og im
ka
selektivitas yang tinggi.
" Y ik K
Leaching banyak digunakan dalam industri mineral atau tambang. Senyawa
mineral di alam biasa ditemukan dalam keadaan yang tidak murni atau tercampur dengan
senyawa lain. Untuk dapat dimanfaatkan, senyawa tersebut diperlukan dalam keadaan
an n

murni sehingga perlu adanya pemisahan dari senyawa-senyawa pengotor lain. Leaching
er ek

banyak digunakan pula dalam industri metalurgi seperti pemrosesan alumunium, cobalt,
et T

mangan, nikel, dan timah. Teknik ini digunakan pula dalam industri kopi, minyak kedelai,
teh dan juga pembuatan gula.
"V an
s

B. Tujuan Percobaan
PN ru

1. Mempelajari hubungan antara kadar garam (NaCl) dalam larutan dengan waktu
Ju

leaching.
2. Mempelajari hubungan antara persentase garam (%NaCl) yang terekstraksi terhadap
garam mula-mula (efisiensi leaching) dengan waktu leaching.
3. Menentukan koefisien transfer massa pada proses leaching.
U

C. Dasar Teori
Ekstraksi zat padat (leaching) merupakan suatu proses pemisahan zat padat yang
terlarut (solute) dari suatu campuran dengan padatan lain yang tidak terlarut (inert)
menggunakan suatu pelarut (pelarut). Proses pemisahan suatu komponen campuran dari
zat atau cairan dengan bantuan pelarut cair dapat digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu:

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 45


Leaching

1. Leaching atau ekstraksi zat padat (solid extraction), teknik ini digunakan untuk
melarutkan zat yang dapat larut, dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat
larut.
2. Ekstraksi zat cair (liquid extraction), teknik ini digunakan untuk memisahkan dua zat
cair yang saling bercampur, menggunakan suatu pelarut yang melarutkan salah satu zat
dari campuran tersebut.
Leaching tidak banyak berbeda dari pencucian zat hasil filtrasi. Dalam leaching,
kuantitas zat mampu larut (soluble) yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan dengan
pencucian filtrasi biasa, dan sifat-sifat zat padat mungkin mengalami perubahan dalam

rta
ya ia
operasi leaching. Umpan yang berbentuk kasar, keras dan berupa butiran-butiran besar

og im
dapat terpecah menjadi bubur atau lumpur bila bahan mampu larut yang terkandung

ka
didalamnya dikeluarkan. (McCabe, 1999)
" Y ik K
Proses leaching terdiri atas dua tahap yaitu:
1. Terjadinya kontak antara zat padat yang akan dipisahkan dengan pelarut, sehingga akan
an n
terjadi perpindahan massa dari butiran zat padat ke pelarut.
er ek

2. Terjadinya pemisahan yang akan menghasilkan suatu larutan dan residu campuran
padatan. (Brown G.G., 1978)
et T

Proses leaching dimungkinkan untuk berlangsung pada suhu tinggi sehingga


"V an

dihasilkan kelarutan tertinggi suatu padatan dalam pelarut. Selain itu, pada suhu tinggi,
viskositas suatu cairan lebih rendah dan difusivitasnya lebih tinggi sehingga efektivitas
s

proses leaching meningkat. (Treybal,1981). Faktor lain yang berpengaruh pada proses
PN ru

leaching adalah luas permukaan bidang kontak padat-cair. Makin besar luas permukaan
Ju

bidang kontak antara padatan dengan pelarut, maka padatan yang terekstraksi lebih
banyak atau proses leaching berlangsung lebih efektif.
Leaching dapat dilakukan secara batch dan kontinu. Pada umumnya proses
leaching terdiri atas tiga langkah:
U

1. Pencampuran zat padat dengan campuran yang akan dipisahkan dari zat penyusun.
2. Penambahan zat terlarut pada langkah pertama yang menyebabkan fase campuran
yang sempurna sehingga perpindahan massa dan panas berlangsung baik.
3. Pemisahan kedua fase yang telah membentuk kesetimbangan
Agar proses leaching berjalan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Campuran padatan harus mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan pelarut.
2. Campuran padatan bersifat selektif permeabel aktif sehingga terjadi kontak antara
pelarut yang membawa partikel-partikel.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 46


Leaching

3. Campuran padatan mempunyai permukaan aktif sehingga terjadi kontak antara


pelarut dan padatan.
4. Partikel yang akan dipisahkan harus bisa keluar dari pori-pori dan dapat larut dalam
pelarut.
5. Pelarut harus merupakan cairan yang hanya dapat melarutkan konstituen yang
diinginkan saja.
Sebelum proses leaching dilakukan, terlebih dahulu harus diperhatikan sifat-sifat
fisika dan kimia dari bahan yang digunakan sebagai umpan. Hal ini diperlukan untuk
menentukan jenis pelarut dan macam peralatan yang digunakan. Tujuannya adalah untuk

rta
ya ia
menghindari kerusakan alat dan gangguan dalam proses. Di samping itu, faktor lain yang

og im
mempengaruhi proses leaching adalah faktor tekanan dan suhu, terutama efeknya terhadap

ka
kelarutan zat terlarut. Namun, pengaruh tekanan terhadap kelarutan zat terlarut relatif
" Y ik K
kecil dan dapat diabaikan, kecuali pada tekanan tinggi.
Apabila suatu bahan akan dipisahkan dari padatan menuju pelarut, maka laju
an n
transfer massa dari permukaan zat padat menuju cairan menjadi faktor pembatas. Laju
er ek

transfer massa zat terlarut A yang akan dipisahkan terhadap larutan dengan volume (m3)
adalah :
et T

NA K L A(C As CA ) (1)
"V an

di mana:
s
PN ru

NA : Kecepatan transfer massa, gmol/menit


A : Luas permukaan partikel dalam, cm2
Ju

KL : Koefisien transfer massa volumetris, cm3/menit


CA : Konsentrasi padatan dalam waktu t, gmol/menit
CAS : Kelarutan kejenuhan zat padat terlarut A dalam larutan, gmol/ml
Neraca massa zat x pada cairan di sekitar alat ektraktor proses dapat dinyatakan
U

dengan:
M in M out M reaksi M akumulasi

dC A
0 K L A C AS CA 0 V
dt
dCA
V K L A C AS CA
dt

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 47


Leaching

dC A KL A
dt
C AS C A V
Dengan mengintegralkan kedua ruas dari t = 0 t = t dan CA = CA0 CA =
CA , diperoleh
CA
dC A KL A t
dt
C A0
C AS C A V 0

C AS C A0 K L At
ln
C AS C A V

rta
Asumsi-asumsi yang digunakan untuk persamaan di atas adalah:

ya ia
1. Ukuran benda padat berpori tetap

og im
ka
2. Luas permukaan kontak tiap satuan volume padatan tetap
" Y ik K
Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi:
1. Partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil ukuran
an n

partikel maka luas bidang kontak antara padatan terhadap cairan membuat terjadinya
er ek

transfer secara cepat.


et T

2. Temperatur
Pada banyak kasus, kelarutan material akan meningkat dengan temperatur dan
"V an

akan menambah kecepatan ekstraksi.


s
PN ru

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Ju

a. Timbangan d. Gelas beaker


b. Gelas arloji e. Pipet gondok
c. Piknometer
2. Bahan
U

a. NaCl (garam dapur)


b. Pasir
c. Aquades
d. Kertas saring
e. Es batu

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 48


Leaching

1. Pemanas
2. Termometer
a. titik didih
b. titik embun
3. Labu leher tiga
4. Isolasi
5. Pendingin
6. Tabung pengaman
7. Penjepit
8. Tabung pemanas
9. Pompa vakum
10. Statif
11. Labu penampung

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K Gambar 1. Rangkaian alat ekstraksi leaching
an n
E. Cara Kerja
er ek

Langkah Kerja
1. Timbang piknometer kosong dan lakukan peneraan suhu piknometer pada saat
et T

ditimbang.
"V an

2. Timbang pasir dan garam dapur dengan berat masing-masing 15 gram dan 10 gram.
3. Campur pasir dan garam dapur serta bungkus dengan kertas saring dan ukur
s

diameternya. Masukkan ke dalam tabung sampel.


PN ru

4. Isi labu leher 3 dengan aquades sampai volume 350 mL setelah itu hidupkan pemanas
Ju

dan pendingin balik sampai aquades mendidih dan menguap hingga uap melewati
pendingin balik dan mengembun.
5. Catat titik embun, titik didih dan waktu mula-mula leaching (t = 0) pada saat embun
atau tetesan pertama menetes kedalam tabung sampel.
U

6. Setelah selesai, matikan pemanas pada selang waktu 5 menit.


7. Alirkan larutan garam yang terekstraksi ke dalam labu leher tiga dengan cara
membuka kran penjepit lalu menutup kran kembali dan menghidupkan pompa vakum.
Lakukan sampai tidak ada lagi ekstrak yang keluar dari tabung sampel.
8. Ambil larutan garam dari labu leher tiga secukupnya. Dinginkan lalu masukkan ke
dalam piknometer pada suhu sesuai dengan suhu peneraan piknometer.
9. Timbang piknometer+isi untuk mengetahui berat larutan.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 49


Leaching

10. Dari hasil pengukuran, hitung rapat massa atau densitas larutan garam. Kembalikan
larutan yang dimasukkan dalam piknometer ke dalam labu leher tiga. Lakukan
langkah di atas hingga diperoleh densitas yang konstan.
11. Langkah tersebut diulangi setiap selang waktu 5 menit.

Analisa Perhitungan
a. Perhitungan untuk peneraan piknometer
Suhu aquadest : t °C
Berat piknometer kosong : a gr

rta
ya ia
Berat piknometer + aquadest : b gr

og im
Berat aquades : b-a gr

ka
Densitas aquadest pada suhu t oC : c gr ml
" Y ik K
Volume aquadest = volume piknometer :
)
ml
an n

b. Perhitungan untuk mencari densitas larutan garam


er ek

Berat piknometer kosong : a gr


et T

Berat larutan garam + piknometer : d gr


Berat larutan garam : d-a gr
"V an

)
Densitas larutan garam : gr/ml
)
s
PN ru

c. Perhitungan mencari berat larutan garam


volume larutan garam – volume aquades : z ml
Ju

berat larutan garam : gr


d. Perhitungan mencari kadar NaCl
Dihitung dengan korelasi antara densitas, suhu dan kadar NaCl (data tabel korelasi
3-121, hal 3-94, Perry).
U

e. Perhitungan mencari effisiensi leaching


Garam terekstraksi :(berat larutan) (kadar NaCl)

Efisiensi leaching : × 100%

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 50


Leaching

F. Daftar Pustaka
Brown, G.G., 1978,”Unit Operation”, 3rd edition, Jhon Willey and sons, Inc.,New
York.
Hardjono,1980,”Diktat Operasi Teknik Kimia”, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
McCabe, Warren L & Smith, J.C. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa Jasiji,
E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Perry, J.H., 1984,”Cheemical Engineering Hand Book”, 6th edition, Mc Graw Hill
Book Company, New York.
Treyball, 1981,”Mass Transfer Operation”, 3rd edition, Mc Graw Hill Book Company,

rta
ya ia
New York.

og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 51


Leaching

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Berat garam (NaCl) : gram


Berat pasir : gram
Volume aquades dalam labu leher tiga : ml
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + aquades : gram
Berat aquades : gram
Densitas aquades : gr/ml

rta
ya ia
Volume piknometer : ml

og im
Diameter padatan : cm

ka
Suhu aquades : °C
" Y ik K
Tabel Hasil Pengamatan
an n
No. Waktu Tdidih Tembun Berat pikno+larutan Berat larutan Densitas larutan
er ek

(menit) (°C) (°C) garam (gram) garam (gram) garam (gr/ml)


1
et T

2
"V an

3
4
s
PN ru

5
6
Ju

7
8
9
10
U

11
12

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 52


Aliran Fluida

MODUL 7
ALIRAN FLUIDA

MODUL 7 ALIRAN FLUIDA


A. Latar Belakang
Proses transportasi menggunakan aliran fluida merupakan suatu hal yang sangat
penting karena banyaknya penggunaan dalam dunia industri. Aliran fluida adalah
fenomena perpindahan massa fluida dari suatu tempat ke tempat lain yang disertai
dengan pergerakan massa fluida tersebut akibat gaya-gaya eksternal. Dalam dunia
industri, pengangkutan material berupa cairan, larutan ataupun suspensi, akan sering

rta
ya ia
dijumpai menggunakan transportasi fluida baik dengan closed duct (pipa tertutup)

og im
maupun open channel (saluran terbuka). Adapun pengangkutan zat padat dapat

ka
dilakukan secara fluidized, artinya zat padat tersebut dimasukkan ke dalam fluida
" Y ik K
sehingga terbentuk campuran dua fasa dan zat padat tersebut dapat diangkut dengan
metode transportasi fluida. Aliran fluida terjadi karena adanya perbedaan tekanan dan
an n
elevasi (pengaruh gravitasi). Alat- alat yang digunakan untuk mengukur beda tekanan
er ek

fluida dan kecepatan aliran fluida antara lain manometer dan rotameter.
et T

B. Tujuan
1. Mempelajari karakteristik pompa yaitu hubungan antara debit aliran (Q) dengan
"V an

head pompa (H).


s

2. Mempelajari hubungan antara panjang ekuivalen (Le) dengan derajat pembukaan


PN ru

keran (oK).
Ju

3. Mempelajari hubungan antara coefficient of discharge (Co) dengan bilangan


Reynolds (Re).
4. Menara rotameter yaitu hubungan antara debit aliran (Q) dengan tinggi float (h).

C. Dasar Teori
U

Berdasarkan rezim alirannya, jenis aliran fluida dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Aliran laminar (Re < 2100), dalam jenis ini partikel- partikel fluida mengalir secara
sejajar dengan sumbu media alir.
b. Aliran turbulen (Re > 2300), dalam jenis ini partikel-partikel fluida tidak lagi
mengalir secara beraturan dan mempunyai komponen kecepatan tegak lurus dengan
arah aliran.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 53


Aliran Fluida

c. Aliran transisi, pada aliran ini fluida dapat mengalir secara laminar atau turbulen,
tergantung kondisi setempat.

Jika fluida mengalir dari sebuah pipa tertutup, maka akan terjadi perbedaan
rezim aliran, yang dapat ditentukan dengan bilangan Reynolds (Re):

Du
Re (1)

di mana :
= massa jenis cairan [kg/m3]
u = kecepatan aliran [m/det]

rta
ya ia
D = diameter pipa [m]

og im
ka
= viskositas [kg/(m.det)]

" Y ik K
Persamaan kontinuitas dapat dipergunakan untuk menyelasaikan permasalahan
dalam aliran fluida.
Asumsi: 1 = 2
an n

Maka: (2)
er ek

Persamaan kontinuitas untuk aliran compressible adalah:


et T

(3)
"V an

Hubungan energi pada fluida atau zat material yang mengalir melintasi pipa
dapat ditentukan dengan kesetimbangan energi. Energi dibawa oleh fluida yang
s

mengalir dan juga ditransfer dari fluida ke sekeliling atau sebaliknya.


PN ru

Energi yang dibawa fluida mencakup:


Ju

1. Energi dalam (E), yaitu energi yang disebabkan oleh gerakan molekul atom atau
elektron yang mempunyai sifat-sifat khusus dari fluida, tanpa memperhatikan
lokasi atau tempat relatifnya atau posisinya.
2. Energi yang dibawa oleh fluida karena kondisi aliran atau posisinya
U

a. Energi kinetik (Ek) adalah energi fluida karena gerakannya.


1
Ek mu 2 (4)
2
b. Energi potensial (Ep) yaitu energi fluida karena tempat kedudukannya yang
dipengaruhi gravitasi.
Ep mgz (5)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 54


Aliran Fluida

c. Energi tekanan (Et) adalah energi untuk melakukan kerja melawan tekanan
yang dibawa oleh zat karena alirannya, dari awal masuk media alir sampai
keluar.
Adapun energi yang ditransfer antara fluida atau sistem dalam aliran dan sekelilingnya
ada dua jenis:
1. Energi panas (q), yaitu energi yang diserap oleh zat alir dari sekelilingnya selama
aliran.
2. Energi kerja (W), yaitu kerja yang diterima atau dihasilkan atau yang dilakukan
oleh zat yang mengalir ke sekeliling selama aliran dan sering disebut “shaft

rta
ya ia
work”.

og im
Selain itu ada juga yang disebut energi friksi (F) yaitu energi yang hilang karena

ka
gesekan. Kehilangan energi tersebut pada sambungan, pipa lurus atau penampang
" Y ik K
yang tidak sama. (Brown, G.G., 1978).
Neraca energi untuk sistem aliran fluida untuk setiap satuan massa yaitu:
an n
u2
E g z PV q Ws (6)
er ek

2
Bila aliran isothermal (E = 0) dan fluida incompressible, sedangkan volumenya
et T

diasumsikan konstan, maka persamaan di atas menjadi:


"V an

u2 P
g z q Ws (7)
2
s

Apabila ada gesekan ( 0) dan diasumsikan aliran adiabatis (q = 0) maka dikenal


PN ru

dengan persamaan Bernoulli:


Ju

u2 P
g z Ws F (8)
2
keterangan :
P = Beda tekanan posisi 2 dan 1 (lbf/ft2)
U

u2 = Beda kecepatan posisi 2 dan 1 (ft/sec2)


= Berat jenis fluida (lbm/ft 3)
g = Percepatan gravitasi (ft/sec2)
gc = Faktor konversi gaya gravitasi (lbm/lbf.ft/sec2)
z = Beda tinggi posisi 2 dan 1 (ft)
F = Kerja yang hilang (lbf.ft/lbm)
Ws = Kerja pompa (lbf.ft/lbm)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 55


Aliran Fluida

Alat-alat aliran fluida :


a. Pompa
Pompa adalah alat untuk mengalirkan fluida cair dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Dari berbagai jenis pompa dapat digololongkan menjadi dua golongan:
centrifugal dan positive displacement.
b. Kran (valve)
Kran adalah suatu jenis fitting yang dipakai untuk mengatur, mengontrol
dan membuka ataupun menutup aliran. Pemilihan terhadap jenis kran tergantung
jumlah dan jenis cairan yang akan dialirkan serta tujuan pemakainanya.

rta
ya ia
c. Orifice meter

og im
Orifice meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur perbedaan

ka
tekanan. Prinsip orifice ini adalah penurunan luas penampang aliran akan
" Y ik K
menyebabkan tinggi tekan kecepatan (velocity head) meningkat tetapi tinggi tekan
tekanan (pressure head) menurun. Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk
an n
mengkorelasikan kedua variabel tersebut.
er ek

d. Rotameter
Rotameter adalah alat untuk fluida yang area alirannya berubah-ubah.
et T

Rotameter terdiri dari tabung gelas yang bentuknya kerucut (tappered glass tube),
"V an

yang di dalamnya terdapat pelampung (float) yang bergerak naik turun. Bila
alirannya besar, float akan terangkat dan sebaliknya.
s
PN ru
Ju
U

Gambar 1. Rotameter

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 56


Aliran Fluida

e. Manometer
Manometer adalah piranti yang berfungsi dalam mengukur beda tekanan.
Pada gambar berikut ini adalah bentuk manometer. (Mc Cabe, 1976)

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K A
Gambar 2 Manometer untuk pompa
B
an n

Perhitungan manometer untuk pompa


er ek

Bila : Z1 = Z2, karena tidak ada beda ketinggian


u1 = u2, karena luas penampang sama
et T

F =0
"V an

Maka persamaan (8) menjadi:


P P2 P1
s

Ws (9)
PN ru

air air

PA P1 . Y .g . h.g (10)
Ju

air Hg

PB P2 air
. Y h .g (11)
Karena tekanan di A = tekanan di B, maka dapat dihitung nilai P1 P2
P2 P1 Hg air . h.g (12)
U

Maka diperoleh

g air h.g
Ws (13)
air

bila persamaan (9) dibagi g, maka persamaannya menjadi :


Ws Hg air
H . h (14)
g air

Di mana:
H = head pompa (cm)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 57


Aliran Fluida

Hg = densitas air raksa (gr/cm3)


air = densitas air (gr/cm3)
h = perbedaan tinggi dalam manometer (cm)
Head pompa (H) adalah tinggi kolom cairan yang ekuivalen dengan
perbandingan tenaga dari masing-masing jenis tenaga dari tenaga tinggi dan
tenaga rendah.
Perhitungan untuk manometer pada keran
Bila:
Z1 = Z2 , karena tidak ada beda ketinggian

rta
ya ia
u1 = u2 , karena luas penampang sama

og im
ka
Ws = 0 , karena tidak ada kerja
Maka persamaan (8) menjadi:
" Y ik K P g air
F h.g (15)
air
an n

Menurut Fanning dan D’Archy:


er ek

f .Le.u 2
F (16)
2D
et T

di mana:
"V an

0,5
f 0.0056 (17)
( Re) 0, 32
s
PN ru

Maka:
Ju

f .Le.u 2 Hg air
F h.g (18)
2D air

Kalau persamaan (11) dibagi g/gc maka menjadi :


f .Le.u 2 Hg air
h. g (19)
U

2.D air

2 gD( Hg air ) h
Le 2
(20)
f .u air

di mana:
Le = panjang ekuivalen (cm)
g = percepatan gravitasi (cm/det 2)
D = diameter pipa (cm)
f = faktor gesekan

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 58


Aliran Fluida

u = kecepatan (cm/det)
Panjang ekivalen (Le) adalah panjang pipa lurus yang memberikan gesekan yang
sama atau ekivalen dengan gesekan yang diberikan oleh fitting yang
bersangkutan.
Perhitungan untuk manometer pada orifice
Bila:
Z1 = Z2 , karena tidak ada beda ketinggian
Ws = 0 , karena tidak ada kerja
Maka persamaan (8) menjadi:

rta
ya ia
u2 P
F (21)

og im
2

ka
" Y ik K u 22 u12 2 F (22)

Dari persamaan (1) diperoleh:


an n
u1 A1
u2 (23)
er ek

A2
Sehingga diperoleh:
et T

2 F
"V an

u1 (25)
A12 / A22 1
s

Dengan mengasumsikan:
PN ru

P P
F Co 2 (26)
Ju

Maka diperoleh bentuk persamaan:

2
u1 Co
U

A12 / A22 1

A12 / A22 1
Co u1 (33)
2( )
2 4
A1 D1
Karena persamaan 2 4
, maka persamaan (18) menjadi :
A2 D2
4 4
air
D1 / D2 1
Co u1 ( 34 )
2( )

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 59


Aliran Fluida

Diketahui :
P ( Hg air ). h. g (35)
Maka diperoleh:
4 4
1 D1 / D2
air
Co u1 (36)
2 Hg air
h.g

Di mana :
Co = Coefficient of discharge
D1 = Diameter pipa (cm)

rta
D2 = Diameter orifice (cm)

ya ia
og im
ka
D. Alat dan Bahan
" Y ik K
Rangkaian alat percobaan ditunjukkan pada Gambar 3.
an n
er ek

9
1
et T

2 5
6 8
"V an
s
PN ru
Ju

3 4 7

1. Tangki air 6. Busur derajat


2. Pompa air 7. Manometer orifice
3. Manometer pompa 8. Orificemeter
4. Manometer kran 9. Rotameter
U

5. Kran
Gambar 3. Rangkaian alat percobaan aliran fluida

Alat-alat yang digunakan:


1. Rangkaian alat aliran fluida 5. Stopwatch
2. Beaker glass 6. Piknometer
3. Termometer
4. Gelas ukur

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 60


Aliran Fluida

Bahan-bahan yang digunakan:


1. Air
2. Air raksa

E. Cara Kerja
Langkah Kerja
1. Periksa rangkaian alat.
2. Isi air kedalam tangki dan hidupkan pompa.
3. Buka kran dengan derajat pembukaan penuh kemudian hidupkan pompa hingga

rta
ya ia
keadaan aliran konstan (steady state).
4. Setelah aliran konstan, catat kedudukan dari beda tinggi manometer pompa,

og im
ka
manometer kran, manometer orificemeter dan tinggi float pada rotameter.
" Y ik K
5. Tutup kran dengan sudut 120 dari kedudukan semula. Setelah mencapai keadaan
steady state, ulangi langkah seperti nomor 4
6. Ukur debit aliran dengan alat penampung dan stopwatch.
an n

7. Ulangi langkah 2, 3, dan 4 dengan derajat pembukaan kran yang berbeda-beda.


er ek

8. Hentikan percobaan setelah manometer kran mencapai titik maksimum (kritis)


et T

9. Ukur :
a. Temperatur air
"V an

b. Densitas air menggunakan piknometer


s

c. Diameter pipa dan diameter orifice


PN ru

Analisis Perhitungan
Ju

1. Menentukan karakteristik pompa, yaitu hubugan antara debit (Q) dan Head pompa

Ws = H =

2. Menentukan hubungan antara Panjang ekivalen dengan derajat pembukaan


U

a. Menentukan kecepatan linier

V=

b. Menentukan bilangan Reynold (Re)

Re =

c. Panjang ekuivalen
2 gD( Hg air ) h
Le 2
f .u air

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 61


Aliran Fluida

3. Menentukan hubungan coeficient of discharge dengan bilangan Reynolds


4 4
1 Dorifice
air / D pipa
Co v
2 Hg air h.g

F. Daftar Pustaka
Brown, G.G., 1978. Unit Operasi 3rd edition John Wiley & Sons inc. New York
McCabe, W.L. and Smith, J.C., 1976, Unit Operation of Chemical Engineering,
International Student Edition, McGraw Hill, Kogakusha, Tokyo

rta
Perry, H.R. and Don Green, 1973, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th ed.,

ya ia
McGraw Hill Book Company Inc., New York

og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 62


Aliran Fluida

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Data Percobaan
Temperatur = °C
Diameter orifice = cm
Diameter pipa dalam = cm
Diameter pipa luar = cm
Berat piknometer kosong = gr
Berat piknometer kosong + aquades = gr
Berat aquades = gr
Suhu aquades = °C

rta
Volume piknometer = ml

ya ia
Densitas aquades = gr/ml

og im
Berat piknometer kosong + air = gr

ka
Berat air = gr
Densitas air
Densitas Hg
" Y ik K =
=
gr/ml
gr/ml

Manometer Tinggi
an n
Keran Volume Waktu Q
Pompa Keran Orifice Float
er ek

(°k) (ml) (s) (ml/s)


K1 K2 K3 K4 K5 K6 (cm)
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 63


Mixing Time

MODUL 8
MIXING TIME

MODUL 8 MIXING TIME


A. Latar Belakang
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sering bergantung pada
efektifnya pengadukan dan pencampuran zat cair pada proses itu. Salah satu acara
dalam Praktikum Dasar Teknik Kimia mempelajari tentang proses pencampuran
tersebut. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama waktu
pencampuran terhadap homogenitas larutan biner.

rta
ya ia
Pencampuran (mixing) adalah peristiwa penyebaran bahan-bahan secara acak

og im
di mana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya.

ka
Sedangkan bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih. Di sini
" Y ik K
sangat penting sekali diketahui waktu pencampuran yang sangat tepat agar diperoleh
produk yang baik.
an n
Dalam praktikum kali ini digunakan fase zat cair-padat, antara aquadest dan
er ek

gula, adapun dipih jenis ini karena memiliki efisiensi yang tinggi, sederhana serta
fluida yang mudah bercampur.
et T

B. Tujuan Percobaan
"V an

1. Menentukan hubungan antara indeks bias dengan normalitas larutan.


s

2. Menentukan hubungan antara waktu pencampuran dengan kadar larutan gula


PN ru

selama proses pencampuran sampai mencapai keadaan homogen.


Ju

C. Dasar Teori
Mixing time adalah waktu yang diperlukan untuk mencampur bahan-bahan
yang mudah larut yang terdapat pada fase yang berbeda sehingga diperoleh fase yang
homogen konsentrasi yang sama di setiap titik (McCabe, 1987). Dalam pencampuran,
U

derajat kehomogenan bahan yang bercampur untuk berbagai operasi berbeda-beda


(Brown, G.G,1987). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencampuran zat adalah
jenis impeller, karakteristik fluida ,ukuran serta perbandingan tangki dan sekat,
kecepatan pengadukan dan perbandingan dari zat yang di campur (Brown, G.G, 1978).
Proses pencampuran zat cair maupun campuran di dalam tangki yang
berlangsung cepat adalah di daerah aliran turbulen. Dalam hal ini akan dihasilkan
kecepatan tinggi serta pencampuran yang efektif di daerah sekitar impeller karena

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 64


Mixing Time

adanya turbulensi yang intensif. Pada saat aliran melambat karena membawa zat cair
lain dan mengalir ke sepanjang dinding, terjadi pencampuran radial. Pada arah
menjauhi impeller, pusaran-pusaran(vortex) besar pecah menjadi pusaran kecil. Fluida
akan mengalami suatu sirkulasi penuh dan kembali ke pusat impeller, di mana terjadi
lagi pencampuran yang intensif.
Karakteristik fluida menentukan berhasil tidaknya sutu pencampuran. Fluida
polar tidak akan bercampur dengan fluida nonpolar, misal air dengan minyak. Adapun
fungsi sekat (baffle) adalah untuk mengurangi aliran putar dan merintangi aliran rotasi
tanpa mengganggu aliran radial atau longitudinal. Sekat yang sederhana namun efektif

rta
ya ia
dapat dibuat dengan memasang sekat vertikal terhadap dinding tangki.

og im
ka
" Y ik K
an n
er ek

Gambar 4. Pembentukan vorteks dan pola aliran sirkulasi dalam bejana aduk.
et T

Waktu pencampuran pada bejana dengan turbin bersekat berubah terhadap


"V an

kecepatan di daerah itu. Timbulnya vortex pada tangki atau bejana karena terdapat
aliran tangensial. Hal ini terutama terjadi karena pada tangki yang tidak bersekat. Bila
s
PN ru

bejana dipasang sekat, pencampuran akan lebih cepat dan lebih banyak energi yang di
berikan untuk pencampuran secara radial. (Brown, G.G, 1978).
Ju

Dalam bejana yang kecil biasanya waktu pencampuran lebih pendek


dibandingkan dalam bejana besar. Karena tidak praktis bila waktu pencampuran
dibuat sama untuk segala ukuran bejana (Treyball, 1986).
U

D. Alat dan Bahan


1. Bahan:
a. Gula
b. Aquadest
2. Alat-alat :
a. Beaker glass c. Alat pengambil sampel (pipet)
b. Pengaduk listrik d. Statif

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 65


Mixing Time

e. Gelas ukur h. Timbangan analisis


f. Tabung reaksi i. Stopwatch
g. Refraktometer

3
2
Keterangan gambar :
1. Beaker glass
1 2. Pengaduk (impeller)

rta
ya ia
3. Motor Pengaduk

og im
4. Statif

ka
5 4
5. Sekat ( Baffle )
" Y ik K
an n

Gambar 2. Rangkaian alat bejana berpengaduk.


er ek
et T

E. Cara Kerja
Langkah Kerja
"V an

I. Pembuatan larutan standar


s

1. Timbang gula seberat 1 gram; 2 gram; 3 gram; 4 gram; 5 gram; 6 gram; 7 gram;
PN ru

8 gram; 9 gram; 10 gram


2. Ukur volume aquadest sebanyak X ml dengan gelas ukur atau pipet gondok
Ju

3. Campurkan masing-masing berat gula ke dalam 10 tabung reaksi yang berisi


aquadest sebanyak 8 ml kemudian kocok sehingga benar-benar homogen
4. Amati indeks bias masing-masing larutan gula dengan alat refraktometer
U

II. Penentuan mixing time


1. Ukur volume aquadest sebanyak 250 ml menggunakan gelas ukur
2. Masukkan aquadest ke dalam beaker glass dan aduk dengan pengaduk listrik.
3. Timbang gula dengan berat 10,0 gram; 20 gram; 25 gram
4. Masukkan gula ke dalam beaker glass yang berisi aquadest dan kemudian aduk.
Pada saat memasukkan gula, catat sebagai t = nol

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY lxvi


Mixing Time

5. Pada selang waktu 30 detik, ambil sampel pada posisi tertentu dan amati indeks
biasnya menggunakan refraktometer selama beberapa menit hingga konstan
6. Ulangi percobaan dengan berat gula 20 gram dan 25 gram

Analisis Perhitungan
1. Cari indeks bias larutan standar dengan refraktometer
2. Hitung konsentrasi gula (dalam molalitas) untuk grafik standar :
beratGula 1000 gr
Molalitas =
MR grPelarut

rta
ya ia
3. Buat grafik larutan standar antara konsentrasi gula vs indeks bias
4. Buat persamaan garis grafik standar

og im
ka
5. Cari indeks bias larutan biner, kemudian menentukan kadar gula dalam larutan
" Y ik K
biner dengan mengeplotkan pada grafik larutan standar
6. Buat grafik hubungan antara waktu pencampuran vs konsentrasi gula
7. Buat persamaan garis larutan biner
an n

8. Hitung prosentase kesalahan dari persamaan garis yang didapat


er ek

Ydata - Yhitung
et T

%Kesalahan = Yhitung x100%


"V an

F. Daftar Pustaka
Mc. Cabe, W.L., and Smith, J.C., 1987 Unit Operation of Chemical Engineering,
s

International Student Edition, Mc. Graw Hill, Kogakusha: Tokyo.


PN ru

Treyball, R. E., 1986, Mass Transfer Operation, 2nd Edition, Mc. Graw Hill, New
Ju

York
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 67


Mixing Time

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Densitas aquadest : gr/ml


Suhu aquadest : °C
BM gula : gr/gmol
Volume (V) : ml
Berat pelarut : gr

rta
1. Larutan standar

ya ia
Tabel 1 Hubungan antara konsentrasi gula (molalitas) dengan indeks bias

og im
ka
No Berat Gula (gr) Volume Aquadest (ml) Indeks Bias Molalitas
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 68


Mixing Time

2. Larutan biner antara ……….. gram Gula dengan ……….. ml aquadest


Tabel 2 Hubungan antara waktu pencampuran dengan molalitas
Waktu Indeks Waktu Indeks
No Molalitas No Molalitas
(detik) Bias (detik) Bias

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 69


Mixing Time

3. Larutan biner antara ……….. gram Gula dengan ……….. ml aquadest


Tabel 3 Hubungan antara waktu pencampuran dengan molalitas
Waktu Indeks Waktu Indeks
No Molalitas No Molalitas
(detik) Bias (detik) Bias

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 70


Mixing Time

4. Larutan biner antara ……….. gram Gula dengan ……….. ml aquadest


Tabel 4 Hubungan antara waktu pencampuran dengan molalitas
Waktu Indeks Waktu Indeks
No Molalitas No Molalitas
(detik) Bias (detik) Bias

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 71


Filtrasi

MODUL 9
FILTRASI
MODUL 9 FILTRASI
A. Latar Belakang
Dalam dunia industri terdapat banyak macam bahan baku, baik yang berfase
padat, cair, gas atau kombinasi dari ketiga fase bahan baku tersebut. Ada kalanya zat
yang bercampur satu sama lain perlu dipisahkan. Untuk memisahkan padatan dengan
cairan dapat digunakan metode operasi filtrasi. Contoh proses filtrasi dalam dunia
industri adalah pada proses pengolahan limbah. Di dalam pengelolaan limbah industri,

rta
ya ia
sebelum dibuang, limbah harus dipisahkan terlebih dahulu antara yang berfasa padat
dan cair. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan dampak pencemaran lingkungan.

og im
ka
B. Tujuan Percobaan " Y ik K
1. Mempelajari hubungan antara volume filtrasi (V) dengan kecepatan filtrasi (dV/dt).
2. Mempelajari hubungan antara volume air cucian (Vw) dengan konsentrasi air cucian
an n

(Cw).
er ek

3. Mencari harga :
et T

a. Konstanta filtrasi (Cv)


b. Volume ekuivalen(Ve)
"V an

c. Volume Optimum(Vopt)
s

d. Waktu Optimum(topt)
PN ru
Ju

C. Tinjauan Pustaka
Filtrasi adalah proses pemisahan pada suatu campuran heterogen antara padatan
dan cairan dari suatu larutan melalui suatu medium filter. Pada proses filtrasi ini, fasa
cairan akan terus mengalir melewati medium filter, sedangkan fasa padatan tertahan.
U

Medium ini adalah cake yang terbentuk oleh fasa padatan yang terkumpul akibat
tertahan oleh medium filter primer (kain penyaring). Fluida dapat berupa zat cair atau
gas. Medium filter pada setiap filtrasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan filtrat yang
cukup bening.
2) Tidak mudah tersumbat.
3) Harus tahan baik secara kimia maupun fisika dalam kondisi proses.
4) Harus memungkinkan penumpukan ampas/cake secara total dan bersih.

72
Filtrasi

5) Pengadaan alat dan proses tidak terlalu mahal.


Proses yang digunakan dalam percobaan ini adalah filtrasi secara batch. Dalam
filtrasi yang bekerja secara batch perlu diamati ketebalan cake yang terbentuk. Apabila
cake yang terbentuk sudah terlalu banyak, filtrasi harus dihentikan untuk membuang
cake, sehingga waktu yang digunakan dapat lebih efisien.

Selama pembentukan filter cake, hubungan aliran laminar dan kecepatan linier
dari cairan tiap saat (v) diberikan oleh persamaan sebagai berikut :
1 dV K Pc
v (1)
A dt L

rta
ya ia
Di mana :

og im
= Permeabilitas cake (cm2)

ka
K
v = Kecepatan linier fluida (cm3/detik)
V
" Y ik K
= volume filtrat (ml)
A = Luas medium filtrasi, (cm2)
an n

(- Pc) = Penurunan tekanan melalui cake, (gr/cm.detik2)


er ek

µ = Viskositas, (gr/cm.detik)
L = ketebalan cake (cm)
et T

Adapun neraca massa padatan yang terjadi:


"V an

massa padatan dalam cake = massa padatan dalam slurry


s

V X .L. A .x
1 X L. A. (2)
PN ru

s
1 x
Di mana :
Ju

X = porositas cake (fraksi)


= densitas filtrat, (gram/ml)
s = densitas kering cake, (gram/ml)
x = fraksi massa padatan pada slurry
U

Dari neraca massa ini dapat diperoleh hubungan untuk nilai ketebalan cake (L), yaitu:
V . .x
L (3)
A s 1 X 1 x .x. X
persamaan (3) menunjukkan hubungan antara volume filtrat (V) dan ketebalan cake (L),
ini digunakan untuk mengeliminasi L dari persamaan (1), sehingga diperoleh :

dV A2 Pc
(4)
dt 2CvV

73
Filtrasi

dengan
. .x
Cv (5)
2K s 1 X 1 x .x. X
Rumus di atas berlaku untuk tekanan awal penyaringan = nol. Namun, karena kain
saring digunakan sebagai filter medium primer, maka pada waktu dimulai penyaringan
sudah terdapat tekanan pada kain saring. Apabila Ve (volume ekuivalen) adalah volume
filtrat yang memberi cake dengan ketebalan tertentu pada saat tekanan pada cake =
tekanan pada kain saring:

Vt = V + Ve (6)

rta
ya ia
sehingga rumus (V) menjadi :

og im
ka
dV dVt A2 Pc
(7)
dt dt 2C v V Ve
" Y ik K dt 2Cv
V
2Cv
Ve (8)
2 2
dV A Pc A Pc
an n
Untuk cake yang non-compressible, harga Cv konstan sehingga filtrasi dilakukan pada
er ek

tekanan konstan, grafik yang diperoleh merupakan garis lurus seperti gambar berikut.
et T
"V an

(dt/dV)
s
PN ru
Ju

V
Gambar 4. Hubungan antara dt/dV dengan V
Grafik diatas merupakan garis lurus yang mempunyai persamaan :
U

Y = aX + b
2C v 2C v
Dengan slope : a 2
; intercept : b 2
Ve
A Pc A Pc

Waktu optimum yaitu waktu filtrasi yang memberikan waktu siklus per satuan volume
filtrat minimum.

tsiklus = tfiltrasi + tpencucian + tbongkar pasang + (tpengurasan + tpengisian) filtrasi +


(tpengurasan + t pengisian) pencucian.

74
Filtrasi

Bila filtrasi dijalankan pada tekanan rendah sehingga cake yang terbentuk non-
compressible, maka dengan menyelesaikan persamaan (9) didapat rumus untuk waktu
filtrasi sebagai berikut :

C vV
tf V 2.Ve (13)
A2 Pc
Dalam pencucian cake, kecepatan pencucian dianggap sama dengan kecepatan filtrasi,
sehingga didapat :

C vVw
tw V 2Ve (14)

rta
2

ya ia
A Pc
Sehingga tsiklus dapat dihitung sebagai berikut:

og im
ka
Cv V Vw V 2.Ve
ts tp (15)

di mana:
" Y ik K A2
Pc

Vw adalah volume air pencucian (ml)


an n

tp adalah waktu bongkar pasang (detik)


er ek
et T

Jika didefinisikan Vw/V = K maka Vw = K.V, maka persamaan (15) menjadi


C vV 1 K V 2.Ve
"V an

ts tp (16)
A2 Pc
tp
s

ts C v 1 K V 2.Ve
(17)
PN ru

V A2 Pc V
Volume filtrat optimum diperoleh jika ts/V minimum dan ts/V akan minimum bila :
Ju

d ts
V
0 (18)
V
Cv 1 K tp
U

0 (19)
A2 Pc V2
tp Cv 1 K
2
(20)
V A2 Pc
Maka diperoleh

tp A2 Pc
Vopt (21)
1 K Cv

75
Filtrasi

Dengan memasukkan persamaan (20) ke (16) dan dengan memasukkan


kembali ekspresi K, maka diperoleh persamaan berikut
C v Vopt Vw Vopt 2.Ve
t opt tp (22)
A2 Pc
Pada pencucian, pekerjaan dianggap selesai bila air cucian yang keluar sejernih
mungkin atau sudah tidak berubah intensitas warnanya. Analisa air cucian dilakukan
dengan mengukur nilai absorbansi menggunakan spectrometer. Selanjutnya, konsen-
trasi didapat dengan cara mem-plot nilai absorbansi tersebut pada grafik standar
absorbansi vs konsentrasi air cucian. (Brown, 1978)

rta
ya ia
og im
D. Alat dan Bahan

ka
1. Bahan yang digunakan
a. CaCO3
" Y ik K
b. Air
an n
c. Methyl orange (MO)
er ek

2. Alat-alat yang digunakan


a. Frame filter press g. Tangki
et T

b. Plate filter press h. Tabung reaksi


"V an

c. Cloth i. Pengukur waktu


d. Pompa j. Beker plastik
s

e. Manometer k. Timbangan
PN ru

f. Pengaduk listrik l. Spektrometer


Ju
U

Gambar 5. Rangkaian Alat Percobaan

76
Filtrasi

Keterangan gambar :
1. Tangki penampung air cucian 5. Pompa
2. Tangki penampung suspensi CaCO3 6. Manometer
3. Pengaduk listrik 7. Filter plate
4. a. Kran air cucian 8. Filter cloth
b. Kran suspensi 9. Filter frame
c. Kran by pass 10. Penampung filtrat.
d. Kran pembuangan

rta
ya ia
E. Cara Kerja

og im
Langkah Kerja

ka
a. Proses filtrasi
1.
" Y ik K
Buat suspensi CaCO3 dengan berat tertentu ke dalam air yang telah ditambahkan
methyl orange
an n
2. Ukur diameter internal frame filter press.
er ek

3. Pasang rangkaian alat filter plate, frame dan cloth.


4. Catat waktunya, kemudian isi tangki 1 dengan air dan tangki 2 dengan suspensi
et T

CaCO3 sesudah menghidupkan pengaduk listrik pada tangki 2.


"V an

5. Lakukan uji kebocoran dengan cara membuka kran 4a, menghidupkan pompa
dan membuka kran 4c untuk mengatur tekanan dan kecepatan aliran. Bila terjadi
s

kebocoran, matikan pompa untuk bongkar dan pasang kembali rangkaian alat
PN ru

filter. Tutup kran 4a setelah tidak terjadi kebocoran, sedangkan kran yang lain
Ju

tetap pada posisi semula.


6. Mulai filtrasi dengan cara membuka kran 4b dan menghidupkan pompa.
Tampung filtrat dan catat waktu setiap kelipatan tertentu. Hentikan filtrasi bila
suspensi habis dan matikan pompa untuk dilanjutkan dengan pencucian.
U

Konversi absorbansi dan transmitansi menjadi konsentrasi dengan grafik standar.

b. Proses Pencucian
1. Isi tangki 1 dengan air, tutup kran 4b dan buka kran 4a, sedangkan posisi kran
yang lain tetap.
2. Hidupkan pompa menampung air dalam tabung reaksi setiap kelipatan tertentu
yang keluar dari lubang filter frame . Catat waktunya.
3. Matikan pompa setelah air cucian habis.

77
Filtrasi

4. Ukur absorbansi sampel air cucian menggunakan spektrometer sampe nilai


absorbansi konstan.

Analisis Perhitungan
1. Menentukan hubungan antara volume filtrat dengan laju filtrasi.
dt 2Cv 2Cv
V Ve
dV A2 Pc A2 Pc

2. Menentukan konstanta filtrasi (Cv) dengan menggunakan slope (a) dari persamaan
hubungan antara volume filtrat dengan kecepatan filtrasi.

rta
2C v

ya ia
Slope = a 2
A Pc

og im
ka
A2 Pc a
Cv
2
" Y ik K
3. Menentukan volume ekivalen (Ve) dengan menggunakan intercept (b) dari
persamaan hubungan antara volume filtrat dengan kecepatan filtrasi.
an n
2Cv
Intercept = b Ve
er ek

2
A Pc
A2 Pc b
et T

Ve
2Cv
"V an

4. Menentukan waktu pencucian (tw).


2CvVw
tw Vf Ve
s

2
A Pc
PN ru

5. Menentukan waktu filtrasi (tf).


Ju

Cv 2
tf 2
Vf 2.V f Ve
A Pc
6. Menentukan waktu siklus (tsiklus).
tsiklus = tf + tw + tp
U

7. Menentukan volume optimum (Vopt).


tp A2 Pc
Vopt
2K 1 Cv

8. Menentukan waktu optimum (topt).


Cv 2
t opt 2
Vopt 2 VoptVe VoptVw VwVe tp
A Pc

9. Menentukan hubungan antara konsentrasi air cucian dengan volume air cucian.

78
Filtrasi

Untuk menentukan hubungan diatas digunakan persamaan eksponensial, yaitu :

Y ae bx
ln Y ln a bX

F. Daftar Pustaka
Brown, G.G., 1978, Unit Operation, 3rd ed, p.p. 242-247, John Wiley and Sons Inc,
New York.
Mc Cabe, Smith, 1980, Operasi Teknik Kimia, jilid 2, Erlangga, Jakarta.

rta
Perry, R.H., 1973, Chemical Engineering Handbook, 6th ed, McGraw Hill Book

ya ia
Company, Singapore.

og im
ka
" Y ik K
an n
er ek
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

79
Filtrasi

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Data Hasil Percobaan


Berat CaCO3 = gr
Berat pewarna = gr
Volume larutan = ml
Waktu bongkar pasang = detik
Jumlah filter cloth = buah
Jumlah filter plate = buah

rta
ya ia
Jumlah filter frame = buah
Tekanan pompa = psig

og im
ka
Waktu filtrasi = detik
Waktu pencucian " Y ik K
= detik

No Volume filtrasi Waktu t/ V


an n

t (detik) V (ml)
(ml) (detik) (detik/ml)
er ek

1
et T

2
3
"V an

4
s

5
PN ru

6
Ju

7
8
9
10
U

11
12
13
14
15

80
Filtrasi

No Volume air cucian


Waktu (detik) Absorbansi
(ml)
1
2
3
4
5
6
7

rta
ya ia
8

og im
9

ka
10
11
" Y ik K
12
an n
13
er ek

14
15
et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

81
Sedimentasi

MODUL 10
SEDIMENTASI
MODUL 10 SEDIMENTASI
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai proses yang melibatkan zat
padat dan cairan, baik yang sejenis ataupun yang berbeda jenis, serta dengan diameter
padatan yang berbeda-beda. Salah satu proses yang berlangsung adalah pemisahan zat
padat dengan zat cair sebagai efek dari gaya gravitasi, yang disebut sebagai
“sedimentasi”. Jadi, sedimentasi dapat diartikan sebagai suatu proses pemisahan

rta
ya ia
suspensi menjadi cairan dan padatan yang lebih pekat menggunakan prinsip
pengendapan berdasarkan gaya gravitasi.

og im
ka
Proses sedimentasi banyak diterapkan dalam dunia industri pada unit
" Y ik K
pemisahan karena prosedur pelaksanaan yang sederhana dan memberikan hasil yang
baik. Misal pada proses penjernihan air dan proses pengambilan senyawa magnesium
dari air laut. Selain itu, proses sedimentasi digunakan untuk memisahkan bahan
an n

buangan dari bahan yang akan diolah. Hal ini dapat dilihat pada pabrik gula untuk
er ek

memisahkan material buangan dari cairan yang akan diolah menjadi gula.
et T

B. Tujuan Percobaan
"V an

1. Mempelajari pengaruh konsentrasi padatan terhadap kecepatan sedimentasi pada


s

slurry CaCO3 secara batch.


PN ru

2. Membuat grafik hubungan antara tinggi bidang batas bening keruh (Z) dengan
Ju

waktu pengendapan ( ).
3. Membuat grafik hubungan antara kecepatan pengendapan (V1) dengan konsentrasi
slurry (C1).
U

C. Dasar Teori
Sedimentasi adalah pemisahan campuran padatan dan cairan yang berupa
suspensi menjadi cairan bening (supernatant) dan suspensi yang lebih pekat (slurry)
karena gaya berat padatan itu sendiri. Proses pemisahan ini terjadi secara mekanis dan
berdasarkan pada perbedaan densitas pada temperatur yang sama, terjadi antara
padatan dan fluida. Dalam pelaksanaannya, sedimentasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: Secara batch dan secara kontinu. Sedimentasi di dalam industri biasanya
menggunakan proses kontinu di dalam tangki besar, dan menggunakan air sebagai zat

82
Sedimentasi

pensuspensi. Sedangkan di dalam laboratorium biasa dilakukan sedimentasi secara


batch di dalam silinder vertikal, karena lebih sederhana, mudah dan murah. (Brown,
G.G, 1978)
Mekanisme sedimentasi secara batch dapat digambarkan sebagai berikut :

rta
ya ia
og im
ka
" Y ik K Gambar 1. Mekanisme sedimentasi secara batch
(Coulson J.M, 1968)
Keterangan gambar:
Slurry berada dalam keadaan konsentrasi butiran yang sama diseluruh bagian (B)
an n
er ek

pada saat waktu ( ) = 0


Selang beberapa waktu, pengendapan mulai terjadi, bagian bagianya antara lain:
et T

A. Cairan bening atau fluida bebas butiran


"V an

B. Bagian dengan konsentrasi seragam


C. Bagian dengan distribusi berbagai ukuran partikel dan konsentrasi tidak
s

seragam
PN ru

D. Bagian transisi atau titik kritis


Ju

E. Endapan partikel-partikel padat


Suspensi dengan konsentrasi padatan yang seragam dimasukkan ke dalam
tabung (Gambar.1a) dan dibiarkan mengendap. Setelah proses pengendapan dimulai,
suspensi di dalam tabung silinder terbagi menjadi beberapa bagian (Gambar 1b).
U

Bagian dengan partikel padatan yang lebih berat akan mengendap terlebih dahulu (D).
Di atasnya terdapat bagian yang terdiri atas distribusi berbagai ukuran dan konsentrasi
partikel yang tidak seragam (C). Bagian (B) adalah bagian dengan partikel-partikel
yang berukuran hampir sama, dan mempunyai konsentrasi yang seragam. Di atasnya
adalah bagian yang terdiri dari cairan bening (A). Selama sedimentasi berlangsung,
ketinggian tiap bagian akan berubah (Gambar 1b, 1c,1d) dan akhirnya akan dicapai
suatu keadaan saat bagian B dan C hilang dan semua padatan akan mengendap
(Gambar 1e).

83
Sedimentasi

Mekanisme sedimentasi dapat dijelaskan dengan teori gerak partikel padat di


dalam fluida. Jika butir padat seberat M gram jatuh bebas dengan kecepatan v cm/s
relatif terhadap fluida dimana densitas padatan dan densitas fluida dicari, maka
partikel tersebut mengalami tiga macam gaya yaitu:
1. Gaya gravitasi dengan arah ke bawah
Fg mg (1)

Di mana :
Fg = gaya gravitasi (gr.cm/s2)
m = massa partikel (gr)

rta
ya ia
g = percepatan gravitasi (cm/s2)

og im
ka
2. Gaya apung dengan arah ke atas
Fb .V s .g (2)
" Y ik K
Di mana :
Fb = gaya apung (gr.cm/s2)
an n

Vs = volume padatan (cm3)


er ek

= densitas cairan (gr/cm3)


g = percepatan gravitasi (cm/s2)
et T

3. Gaya gesekan/ drag force berlawanan arah dengan gerak benda


"V an

C d .v 2 . . A
Fd (3)
2
s
PN ru

Di mana :
Fd = gaya gesek (gr.cm/s2)
Ju

Cd = koefisien gaya gesek


v = kecepatan padatan (cm/s)
A = luas penampang aliran (cm2)
= densitas cairan (gr/cm3)
U

Ketiga gaya pada partikel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2. Gerak jatuh partikel dalam fluida

84
Sedimentasi

Resultan gaya-gaya yang bekerja


dv
Fg Fb Fd g c m (4)
d
Dengan mendistribusikan persamaan (1), (2) , (3) ke dalam persamaan (4), maka :
dv s Cd v 2 A
g1 (5)
d 2m
Untuk partikel yang terbentuk bola, A = Dp2/4 dan m = s( Dp3/6), persamaan (5)
menjadi :
dv 3 Cd v 2

rta
s

ya ia
g 1 (6)
d 4 s Dp

og im
ka
Pada terminal velocity, dv/dt = 0, sehingga:

" Y ik K 3 Cd v 2 s
g 1 (7)
4 s Dp

Persamaan (8) diselesaikan untuk memberikan nilai terminal velocity:


an n

4 g .D p
er ek

s
vt (8)
3C d
et T

Harga Cd dapat dicari dengan grafik Dp vs NRc pada buku “Perry’s Chemical
Engineer’s Handbook” edisi 7.
"V an

24 24
Cd (9)
vD p / N Rc
s
PN ru

Persamaan (9) disubtitusikan ke persamaan (8):


Ju

s g .D p2
vt (10)
18
Di mana :
g = percepatan gravitasi (cm/s2)
U

Cd = koefisien gesek
A = luas proyeksi partikel terhadap arah gerakan (cm2)

s = densitas padatan (gr/cm3)

= densitas fluida (gr/cm3)


m = massa padatan (gr)
vt = kecepatan terminal (cm/s)

85
Sedimentasi

Kecepatan pengendapan merupakan fungsi dari konsentrasi padatan dalam


fluida dengan pertolongan grafik hubungan antara tinggi bidang batas bening keruh (z)
terhadap waktu ( ).

rta
ya ia
og im
ka
L

" Y ik K
Gambar 3. Hubungan antara tinggi batas bening keruh (z) dan waktu ( )
Kecepatan sedimentasi dapat dicari dari slope garis singgung kurva. Contoh
pada gambar (3).
an n
er ek

y z1 zL
vL slope tan (11)
x L
et T

Hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan sedimentasi dapat dilihat sebagai


berikut:
"V an
s

(v + dv + vL) dC
PN ru
Ju

C, v + vL

Gambar 4 . Hubungan kecepatan dengan konsentrasi pada lapisan batas


U

Di mana :
C = konsentrasi padatan pada lapisan
vL = kecepatan pengandapan dari partikel pada lapisan
(v+dv+vL) = kecepatan padatan masuk ke dalam lapisan dilihat dari permukaan
lapisan
(C – dC) = konsentrasi padatan masuk ke dalam lapisan.
(v+vL) = kecepatan padatan ke luar lapisan dilihat dari permukaan lapisan.

86
Sedimentasi

Dari skema di atas, dapat dibuat neraca massa proses sedimentasi:


C dC A v dv vL CA v vL (12)
Untuk luas penampang (A) konstan dan dengan menganggap dv sangat kecil, maka
persamaan (12) menjadi:
dv
vL C v (13)
dC
Dengan asumsi kecepatan adalah fungsi dari konsentrasi, maka vL = f(C); dv/dC = f(C)
Jika C tetap pada lapisan, maka f(C), f(C) dan vL tetap. Harga vL yang tetap di
dalam kecepatan bidang batas dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi padatan

rta
ya ia
pada lapisan dari penyelesaian secara batch.

og im
Jumlah padatan yang melewati lapisan sama dengan jumlah padatan total

ka
karena lapisan ini mempunyai konsentrasi yang mulai terbentuk dari bawah dan
" Y ik K
menuju ke bidang batas, sehingga :
C L AL L v vL C0 Z 0 A (14)
an n

Di mana:
er ek

C0 = konsentrasi awal dari padatan tersuspensi


Z0 = tinggi awal dari padatan tersuspensi
et T

A = luas silinder
"V an

CL = konsentrasi lapisan batas


L = waktu untuk bergerak dari dasar ke permukaan batas
s

(v+vL) = kecepatan padatan keluar dari lapisan


PN ru

Bila ZL adalah bidang batas saat L dengan vL konstan, maka:


Ju

ZL
vL (15)
L

Dari hasil plot dapat percobaan grafik Z vs diperoleh v sebagai slope dari kurva pada
L. Garis singgung kurva pada L memotong ordinat pada Zi. Slope dari garis
U

singgung ini adalah:


Zi ZL
v (16)
L

Harga CL dapat dicari dengan persamaan (14). Dengan asumsi AL = A, dan dengan
memasukkan persamaan (15) dan (16), maka diperoleh :
Co Z o
CL (17)
Zi

87
Sedimentasi

Dari data konsentrasi (CL) dan kecepatan sedimentasi (vL) dapat dibentuk sebuah
grafik vL = f(CL) sebagai berikut:
vL

vL = f(CL)

rta
ya ia
CL

og im
Gambar 5. Grafik hubungan CL vs vL

ka
" Y ik K
D. Alat dan Bahan
1. Alat – Alat
an n

a. Tabung kaca besar e. Stopwatch


er ek

b. Tabung kaca kecil f. Timbangan


et T

c. Beaker gelas g. Corong


d. Gelas ukur h. Pengaduk
"V an
s

2. Bahan
PN ru

a. CaCO3
b. Air
Ju

c. Methyl Orange
Keterangan :

1. Tabung kaca besar


U

3 3 2. Tabung kaca kecil

1 2 3. Skala

Gambar 6. Rangkaian alat percobaan sedimentasi

88
Sedimentasi

E. Cara Kerja
Langkah Kerja
1. Ukur volume tabung kaca besar dan kecil dengan cara memasukkan air sampai
ketinggian tertentu, kemudian alirkan air tersebut dan tampung dalam beaker glass
kemudian ukur volume dengan gelas ukur
2. Buat slurry CaCO3 dengan cara menimbang CaCO3 sebanyak yang telah ditentukan
kemudian campurkan dengan air dan methyl orange dengan jumlah tertentu sampai
homogen.
3. Masukkan slurry CaCO3 yang telah homogen tersebut dalam tabung besar dan

rta
ya ia
tabung kecil secara bersamaan dengan tinggi permukaan yang sama sebagai tinggi

og im
awal (Z0).

ka
4. Ukur tinggi batas bening keruh untuk selang waktu 2 menit. Hentikan percobaan
" Y ik K
setelah mencapai tinggi bidang batas yang konstan
5. Ulangi percobaan untuk konsentrasi yang berbeda.
an n

Analisis Perhitungan
er ek

Analisa percobaan diperoleh tinggi batas bening keruh (Z) dan waktu
et T

pengendapan ( ). Harga Z yang telah diperoleh dari pembacaan skala sedangkan harga
(waktu) dari pembacaan stopwatch selama selang waktu 30 detik sehingga dari data
"V an

yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari harga Zi, ZL, dan L. Harga vL dan CL
s

dapat dicari dengan rumus:


PN ru

Co . Zo Zi - ZL
CL = dan vL =
Zi L
Ju

Persamaan hubungan antara vL degan CL dicari dengan cara Least Square dan kemudian
dibuat grafik vL vs CL.
U

F. Daftar Pustaka
Brown, G.G., 1978, Unit Operations, pp 110-114, Modern Asia Edition, John Wiley &
Sons, Inc, Tokyo.
Foust, A.S,1959, Principles of Unit Operation, 2nd ed,p.p.629-633, John Wiley and
Sons, Inc, New York.

89
Sedimentasi

TABEL KERJA PRAKTIKUM

1. Hasil Pengamatan Percobaan


Volume tabung besar = ml
Volume tabung kecil = ml
t pengamatan tinggi bidang batas = menit
A. Co = g/lt
Tinggi bidang batas bening keruh
No. Waktu (menit)
Tabung besar Tabung kecil

rta
ya ia
1
2

og im
ka
3
4
5
6
" Y ik K
7
an n
8
er ek

9
10
et T

11
12
"V an

13
14
s

15
PN ru

16
17
Ju

18
19
20
21
22
U

23
24
25

90
Sedimentasi

B. Co = g/lt
Tinggi bidang batas bening keruh
No. Waktu (menit)
Tabung besar Tabung kecil
1
2
3
4
5
6
7
8

rta
ya ia
9
10

og im
ka
11
12 " Y ik K
13
14
15
an n

16
er ek

17
18
et T

19
20
"V an

21
22
s

23
PN ru

24
25
Ju
U

91
Sedimentasi

C. Co = g/lt
Tinggi bidang batas bening keruh
No. Waktu (menit)
Tabung besar Tabung kecil
1
2
3
4
5
6
7
8

rta
ya ia
9
10

og im
ka
11
12 " Y ik K
13
14
15
an n

16
er ek

17
18
et T

19
20
"V an

21
22
s

23
PN ru

24
25
Ju
U

92
Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

MODUL 11
DINAMIKA PROSES: PENGOSONGAN TANGKI & PENGUKURAN SUHU
MODUL 11 DINAMIKA PROSES: PENGOSONGAN TANGKI & PENGUKURAN
SUHU
A. Latar Belakang
Dinamika proses merupakan salah satu ilmu terapan dalam teknik kimia yang bertujuan
memberikan :
1. Dasar pengetahuan sifat dinamis suatu sistem.

rta
2. Pengendalian sistem dengan pengenalan sepenuhnya terhadap kemungkinan adanya

ya ia
bahaya dari sistem.

og im
ka
Dinamika proses mempelajari respon sistem proses dengan adanya perubahan terhadap

" Y ik K
proses, baik berupa perubahan input maupun gangguan pada proses.
Variabel-variabel proses seperti laju alir, suhu, tekanan dan konsentrasi dalam
pengendalian proses kimia dapat dikelompokkan menjadi :
an n

1. Variabel input
er ek

Variabel input adalah variabel yang menunjukkan pengaruh lingkungan terhadap


proses kimia. Variabel input terbagi menjadi dua:
et T

a. Variabel termanipulasi
"V an

Variabel termanipulasi adalah variabel yang nilainya dapat diatur secara bebas
oleh operator atau mekanisme pengendalian.
s
PN ru

b. Gangguan
Gangguan adalah variabel yang nilainya bukan hasil pengaturan operator atau
Ju

mekanisme pengendalian.
2. Variabel output
Variabel output adalah variabel yang menunjukkan pengaruh proses terhadap
lingkungan. Variabel output dapat dibagi menjadi dua:
U

a. Variabel terukur
Variabel terukur adalah jika nilai variabel yang dapat diketahui dengan
pengukuran secara langsung.
b. Variabel tidak terukur
Variabel tidak terukur adalah nilai variabel yang tidak dapat diukur secara
langsung.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 93


Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

B. Tujuan
1. Mempelajari kelakuan proses dinamik yaitu proses pengosongan tangki
2. Menentukan parameter proses pengosongan tangki.

C. Dasar Teori
Dinamika proses merupakan variabel unjuk kerja proses dari waktu ke waktu
sebagai respon terhadapnya. Untuk mendapatkan kelakuan dinamik dari proses kimia,
persamaan keadaan yang digunakan untuk memodelkan harus diintegralkan. Sebagian

rta
ya ia
besar sistem proses adalah non linear, sehingga harus diubah menjadi sistem linear

og im
dengan pendekatan transformasi variabel yang tepat. Dinamika proses mempelajari

ka
respon sistem proses dengan adanya perubahan terhadap proses. Proses yang dinamik
" Y ik K
merupakan fungsi waktu. Perubahan terhadap sistem proses dapat kita lihat dari
gambar berikut :
an n
Gangguan eksternal
er ek

Input Terukur (d) Tidak terukur (d’)


et T

Variabel
"V an

Sistem Proses Output terukur


Termanipulasi
(y)
(m)
s
PN ru

Output tidak terukur (x)


Ju

Gambar 1. Respon sistem proses


Dalam dinamika proses ada 2 keadaan yang ditinjau yaitu :
1. Keadaan tunak (steady state)
2. Keadaan tidak tunak (unsteady state)
U

Persamaan hubungan antara variabel-variabel bebas dan tidak bebas dapat


ditentukan dengan menggunakan prinsip kekekalan disebut persamaan neraca
Akumulasi Masukan Keluaran Pembentuka n (1)
Untuk suatu proses aliran, dapat dibuat sebuah neraca massa total
d V
1 F1 2 F2 (2)
dt
Adapun untuk kondisi tangki yang dikosongkan tanpa adanya input dan dengan
densitas serta luas penampang yang konstan, maka persamaan di atas menjadi:

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 94


Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

dh
A F2 (3)
dt
Jika laju alir yang keluar dari tangki dimodelkan sebagai fungsi ketinggian muka air:
F2 k.h n (4)
Maka persamaan (4) diubah menjadi bentuk
dh
A k .h n (5)
dt
Adapun untuk neraca energi, persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut:

rta
ya ia
d VC p T
UA TL T (6)
dt

og im
ka
Jika diasumsikan , V, U, A dan Cp konstan, maka persamaan (8) dapat diubah menjadi
bentuk: " Y ik K VC p dT
T TL (7)
UA dt
an n

Persamaan (9) diselesaikan dengan menentukan dua kondisi batas, yaitu T=T0 pada
er ek

t=0 dan T=T pada t=t, serta dengan mendefinisikan variabel-variabel berikut:
et T

VC p
Y=T-T0; X=TL-T0; dan (konstanta waktu)
UA
"V an

Maka solusi dari persamaan diferensial (9) adalah:


Y t
s

1 e (8)
X
PN ru

D. Alat dan Bahan


Ju

1. Alat
a. Tangki f. Pemanas
b. Termometer g. Gelas beaker
c. Stopwatch h. Ember
U

d. Meteran
e. Kran
2. Bahan
a. Air
b. Es

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 95


Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

Keterangan :
1. Tangki
2. Kran
3. Meteran
h 1

2
Gambar 6. Rangkaian alat pengosongan tangki

rta
ya ia
1 Keterangan :

og im
1. Termometer

ka
2. Pemanas
3 " Y ik K 3 3. Gelas beker

2
an n
Gambar 7. Rangkaian alat dinamika pengukuran suhu
er ek

E. Cara Kerja
et T

Langkah Kerja
"V an

(a) Dinamika Pengosongan Tangki


1. Pasang kran pada tangki dan isi tangki dengan air sampai ketinggian tertentu.
s

2. Buka kran dan secara bersamaan hidupkan stopwatch lalu hitung waktu
PN ru

berkurangnya ketinggian fluida dalam tangki dengan interval tertentu.


Ju

3. Lanjutkan percobaan dengan mengalirkan fluida melalui bukaan kran yang


berbeda-beda.
(b) Dinamika Perubahan Suhu
Panas Dingin
U

3. Isi gelas beaker dengan air, kemudian panaskan hingga suhu 90 °C.
4. Masukkan es batu ke dalam wadah. Setelah air mendidih, catat suhunya
sebagai suhu awal termometer, kemudian pindahkan gelas beaker ke dalam
wadah berisi es batu. Hidupkan stopwatch.
5. Amati dan catat waktu untuk tiap perubahan suhu 5 °C.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 96


Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

Dingin Panas
1. Dinginkan air yang dipakai pada proses panas dingin hingga 10 °C. Catat
sebagai suhu awal.
2. Panaskan gelas beaker dan hidupkan stopwatch
3. Amati dan catat waktu untuk tiap perubahan suhu 5 °C hingga suhu akhir 90
°C.

Analisis Perhitungan

rta
ya ia
a. Luas permukaan tangki

og im
1 2

ka
A D (10)
4
" Y ik K
b. Perubahan ketinggian cairan setiap perubahan waktu
dh h2 h1
(11)
dt t2 t1
an n

dh h2 h1
er ek

(12)
dt 2
et T

c. Metode “Least Square” :


y a x n.b (13)
"V an

x. y a x2 x.b (14)
s

Maka diperoleh :
PN ru

n x. y x. y
a 2
(15)
n x2
Ju

x .

y. x 2 x. y
b 2
(16)
n x2 x .
dengan : ( ); ( )
U

Sehingga persamaan garisnya :


(17)
a. Parameter Pengosongan Tangki

. (18)

dilinierisasi menjadi :

ln ln + ln (19)

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 97


Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

(20)
dengan :

= ln (21)

= ln ; ; = ln
b. Penentuan konstanta waktu termometer
Persamaan (9) dilinearisasi menjadi:
Y 1
ln 1 t (9)

rta
X

ya ia
Kemudian digunakan metode least square untuk menentukan nilai konstanta

og im
ka
waktu tersebut dengan persamaan least square: y=ax, dengan

y " Y ik K
ln 1
Y
X
; a
1
; dan x = t
an n

F. Daftar Pustaka
er ek

Anonim. 2015. “Jangka Sorong, Pengertian, dan Cara Kerjanya”. Diakses dari
http://www.alatukur.web.id/jangka-sorong-pengertian-dan-cara-kerjanya/ pada
et T

tanggal 2 juni 2016.


"V an

Departemen Teknik Kimia ITB.2013. Dinamika Proses. Bandung; Institut Teknologi


Bandung.
s
PN ru

Harriot, P., 1992. Proses Control, McGraw Hill Book Inc., New York.
Kumara, Ir.Tatang.2008. Dinamika Proses. Banten: Laboratorium Operasi Teknik
Ju

Kimia, Universitas Sultan Agung Tirtayasa.


Sumantri, Agus. 2012. Dinamika Pengosongan Tangki. Diakses dari
www.scribd.com/doc/145206/DinamikaPengosonganTangki pada 30 Mei
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 98


Dinamika Proses: Pengosongan Tangki dan Pengukuran Suhu

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Suhu lingkungan : °C
Ketinggian tangki mula-mula : cm
Diameter tangki : cm
Jumlah keran : buah

Tabel 1. Hubungan antara waktu dengan perubahan diameter pipa pada proses

rta
ya ia
pengosongan tangki

og im
ka
H(cm) Waktu (detik)
No. " Y ik K
Manual Aktual D1 = cm D2 = cm D3 = cm
1
an n
2
er ek

3
4
et T

5
"V an

6
7
s

8
PN ru

9
Ju

10
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 99


PTHB

MODUL 12
PEMANASAN TANGKI HORIZONTAL BERPENGADUK
MODUL 12 PEMANASAN TANGKI HORIZONTAL BERPENGADUK

A. Latar Belakang
Suatu pembangunan pabrik kimia didasarkan pada penyusunan atau perangkaian
dari sejumlah unit pengolahan yang saling berintegrasi satu sama lain secara sistematik
maupun rasional. Adapun tujuan dari pengoperasian pabrik secara keseluruhan adalah
mengubah (mengkonversi) bahan baku menjadi produk yang lebih bernilai guna.

rta
Namun di dalam pengoperasiannya pabrik akan selalu mengalami gangguan

ya ia
(disturbance) dari lingkungan eksternal. Selama beroperasi, pabrik harus terus

og im
ka
mempertimbangkan aspek keteknikan, keekonomisan, dan kondisi sosial (lingkungan
sekitar). " Y ik K
Perubahan atau fluktuasi Process Variables (PV) didalam suatu pabrik
mempengaruhi kinerja proses. Kelakuan dinamik dari Process Variables (PV) sangat
an n

penting untuk diketahui guna mendukung tercapainya tujuan proses. Selain itu,
er ek

kelakuan dinamik proses juga bermanfaat dalam perancangan sistem pengendalian


proses.
et T

Pada pemanas tangki horizontal berpengaduk diperlukan pengendalian, misalnya


"V an

pengendalian temperatur, pengendalian kecepatan umpan masuk dan produk, atau


pengendalian panas yang masuk ke dalam tanki. Dari hasil pengendalian terhadap
s
PN ru

temperatur dapat diperoleh model matematis yang sesuai dengam sistem pemanas tanki
horizontal berpengaduk, dan diperoleh respon suhu keluaran terhadap waktu.
Ju

B. Tujuan Percobaan
1. Menyusun persamaan matematis untuk mempelajari dinamika suhu pada sistem
tangki pemanas berpengaduk berbentuk horizontal (PTHB).
U

2. Mempelajari dinamika respon suhu (T) terhadap perubahan input (adanya gangguan).
3. Menghitung nilai gain process (Kp), gain process suhu umpan (K1), gain process
suhu gangguan (K2), konstanta waktu ( ), dan konstanta waktu proses ( p).

C. Dasar Teori
Dalam percobaan, fungsi dan transformasi Laplace tersebut digunakan untuk
menghitung dan mengetahui perubahan dinamik pada suhu air di dalam sistem PTHB
(Pemanas Tangki Horizontal Berpengaduk).

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 100


PTHB

Gambar 1. Pemanas Tangki Horizontal Berpengaduk

rta
ya ia
Penyelesaian persamaan diferensial dengan menggunakan transformasi Laplace

og im
beranggapan bahwa kondisi awal merupakan kondisi tunak (steady state) dan semua

ka
variabel dinyatakan dengan prosedur penyelesaian term deviasi. Sistematika
" Y ik K
transformasi Laplace:
1. Menyusun persamaan diferensial neraca massa atau neraca panas yang
terjadi pada sistem dalam keadaan steady dan unsteady
an n
er ek

2. Membuat term devisiasi dari setiap variabel steady dan unsteady


3. Mengubah persamaan diferensial menjadi bentuk Laplace dengan variabel s
et T

4. Membuat hubungan antara variabel output dan variabel input


5. Menginversi persamaan yang telah terbentuk menjadi bentuk waktu (t) untuk
"V an

memperoleh respon output


s

Susunan neraca panas pada proses PTHB


PN ru

Neraca panas pada keadaan unsteady:


Panas masuk – Panas keluar + panas koil = Panas akumulasi
Ju

d
Fi C p Ti (t ) F C p T (t ) he Ae Te (t ) T (t ) V C pT (t ) (1)
dt
Jika digunakan asumsi densitas dan kapasitas panas konstan, serta laju alir air masuk
dan keluar tangki sama, maka persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi
U

he Ae V dT (t )
Ti (t ) T (t ) Te (t ) T (t ) (2)
F Cp F dt

he Ae V
Dengan membuat parameter baru: K p dan p , maka persamaan (2)
F Cp F
menjadi:
dT (t )
Ti (t ) T (t ) K p Te (t ) T (t ) p (3)
dt
Dengan manipulasi matematis, persamaan (3) dibuat ke dalam bentuk:

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 101


PTHB

dT (t )
K1Ti (t ) K 2Te (t ) T (t ) (4)
dt
Di mana:
1 Kp p
K1 ; K2 ; dan
1 Kp 1 Kp 1 Kp
Untuk kondisi steady-state, persamaan (4) menjadi:
dT (s)
K1Ti (s) K 2Te ( s) T ( s) (5)
dt
Eliminasi ke persamaan (4) menjadi:

rta
d T (t ) T (s )

ya ia
K1 Ti (t ) Ti (s ) K 2 Te (t ) Te ( s) T (t ) T ( s ) (6)
dt

og im
ka
Dengan term deviasi menjadi parameter tersendiri, maka persamaan (6) menjadi:

" Y ik K ' ' '


dT ' (t )
K1Ti (t ) K T (t ) T (t )
2 e (7)
dt
Dengan transformasi Laplace, persamaan (7) menjadi
an n
K1Ti ' ( s) K 2Te' (s) T ' ( s) sT ' ( s) (8)
er ek

Dengan manipulasi matematis, diperoleh persamaan untuk T’(s)


K1 K2
et T

T ' ( s) Ti ' ( s) Te' ( s) (9)


s 1 s 1
"V an

Jika suhu koil dibuat konstan, maka Te(s) = 0, sehingga persamaan (9) menjadi
K1
s

T ' (s) Ti ' ( s) (10)


s 1
PN ru

Untuk gangguan berupa fungsi step, maka persamaan (10) diubah menjadi:
Ju

K1 M
T ' ( s) (11)
s 1 s
Diselesaikan dengan penyelesaian limit:
K1 M A B
(12)
U

s 1 s 1 s
s

Dengan
K1M 1
A lim1 s K1M (13)
s 1
s s

K1M
B lim s K1M (14)
s 0
1
s s

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 102


PTHB

Maka persamaan (11) menjadi


K1 M K1 M
T ' ( s) (15)
1 s
s

Dengan melakukan inversi terhadap persamaan di atas, maka diperoleh:


t t

T ' (t ) K 1 M .e K1 M K1M 1 e (16)

Dengan mengurai term deviasi, maka diperoleh persamaan berikut:


t

T (t ) T ( s ) K1M 1 e (17)

rta
ya ia
D. Alat dan Bahan

og im
ka
1. Alat
" Y ik K
Alat utama
Pemanas tangki horizontal berpengaduk
Alat pembantu
an n

a. Gelas beaker
er ek

b. Gelas ukur
et T

c. Termometer
d. Stopwatch
"V an

2. Bahan
s

Air
PN ru

Keterangan Alat :
1. Tangki Horizontal
Ju

2. Tangki Umpan
3. Tangki Gangguan
4. Tangki Gangguan cadangan
5. Tangki Umpan cadangan
U

6. Kran tangki umpan


7. Kran gangguan
8. Kran keluaran PTHB
9. Termometer
10. Pengaduk elektrik
11. Koil pemanas
Gambar 2. Rangkaian Alat PTHB
12. Pompa

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 103


PTHB

E. Cara Kerja
Langkah Kerja
1. Percobaan Pendahuluan
a. Isi air pada tangki horizontal hingga penuh
b. Buka kran buangan PTHB dan tamping air yang keluar
c. Ukur volume air keluar menggunakan gelas ukur
2. Percobaan Kondisi Tunak
a. Isi tangki umpan dengan air hingga penuh
b. Hidupkan pompa pada tangki umpan cadangan dan buka kran pada tangki

rta
ya ia
umpan

og im
c. Atur bukaan kran tangki umpan hingga alirannya menjadi overflow

ka
d. Lakukan pengukuran suhu awal pada tangki umpan
" Y ik K
3. Percobaan Kondisi Dinamik
a. Hidupkan pemanas pada PTHB dan ukur suhu keluar PTHB setiap selang waktu
an n
1 menit sampai suhu konstan
er ek

b. Isi tangki gangguan dengan air hingga penuh


c. Hidupkan pemanas pada tangki gangguan hingga air pada tangki gangguan
et T

mencapai suhu tertentu


"V an

d. Nyalakan pompa pada tangki gangguan cadangan dan atur kran pada tangki
gangguan dan tangki umpan hingga alirannya overflow
s

e. Ukur suhu air keluar pada PTHB setiap selang waktu 1 menit sampai
PN ru

memperoleh suhu konstan


Ju

Analisis Perhitungan
1. Mencari nilai dan
he Ae
Kp
F Cp
U

V
p
F
2. Mencari nilai , 1, 2

p 1 Kp
; K1 ; K2
1 Kp 1 Kp 1 Kp
3. Pada kondisi tunak, cari hubungan suhu dan waktu dari data yang diperoleh saat
percobaan. Buat grafik hubungan antara waktu dengan suhu.

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 104


PTHB

4. Pada kondisi dinamik, cari hubungan waktu dan suhu untuk menghitung proses
dinamik. Untuk data suhu keluar PTHB, gunakan transformasi Laplace dari
persamaan diferensial yang diperoleh dari dari cara kerja sistem:

( )
( )= + ( )( )
( )
= + . . (1 )
Inversi dari transformasi Laplace di atas digunakan untuk menghitung suhu keluar
PTHB.
5. Persen Kesalahan (% kesalahan)

rta
ya ia
% = . 100%

og im
ka
F. Daftar Pustaka" Y ik K
Smith, C.A., Corripio, A.B.1997.Principles and Practice of Automatic Process Control

2nd ed. John Wiley and Son’s, Inc: New York


an n

Stephanopoulus, G.1984.Chemical Process Control: An Introduction to Theory and


er ek

Practice.Prentice-Hall, Inc: New Jersey


et T
"V an
s
PN ru
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 105


PTHB

TABEL KERJA PRAKTIKUM

Perhitungan Percobaan
Volume PTHB (V) = liter
Kapasitas panas air (Cp) = J/gr °C
Suhu air awal = °C
Densitas air ( ) = g/cm3
Laju aliran volumetrik (Fi) = cm3/s
Luas permukaan koil (Ae) = cm2
Koefisien konveksi (he) = W/m2 °C
Laju perpindahan panas koil (Qe) = W

Tabel 1. Tabel hasil percobaan pada kondisi tunak

rta
ya ia
No Waktu (detik) Suhu (°C) No Waktu (detik) Suhu (°C)

og im
1 26

ka
2 27
3
4
" Y ik K 28
29
5 30
an n
6 31
er ek

7 32
8 33
et T

9 34
10 35
"V an

11 36
12 37
s

13 38
PN ru

14 39
15 40
Ju

16 41
17 42
18 43
19 44
20 45
U

21 46
22 47
23 48
24 49
25 50

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 106


PTHB

Tabel 2. Tabel hasil percobaan pada kondisi dinamik


No Waktu (detik) Suhu (°C) No Waktu (detik) Suhu (°C)
1 26
2 27
3 28
4 29
5 30
6 31
7 32
8 33
9 34

rta
ya ia
10 35
11

og im
36

ka
12 37
13 " Y ik K 38
14 39
15 40
16 41
an n

17 42
er ek

18 43
19 44
et T

20 45
21 46
"V an

22 47
23 48
s

24 49
PN ru

25 50
Ju
U

Jurusan Teknik Kimia FTI UPNVY 107


U Ju
PN ru
s
"V an
et T
er ek
an n
" Y ik K
og im
ya ia
ka
rta

Anda mungkin juga menyukai