Paper Ekologi Laut Tropis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PAPER EKOLOGI LAUT TROPIS

“KERUSAKAN EKOSISTEM LAUT INDONESIA DAN


DAMPAKNYA DI MASA DEPAN”
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat terkenal serta memiliki ribuan
pulau besar maupun kecil yang dipisahkan oleh lautan yang sangat luas. Indonesia
diapit oleh dua samudera yang sangat besar yaitu Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik. Karena memiliki wilayah laut dan perairan yang sangat luas, membuat
Indonesia menjadi negara yang sangat kaya akan sumber daya lautnya. Bahkan,
banyak sekali jenis-jenis ikan dan terumbu karang yang hidup di perairan laut
Indonesia. Perairan yang hangat serta arus yang tidak terlalu besar menjadikan laut
Indonesia banyak dihuni oleh beragam jenis ikan dan tumbuhan laut.

Di wilayah pesisir banyak warga Indonesia yang berprofesi sebagai nelayan,


dan masih banyak lagi profesi yang berhubungan dengan dunia perairan. Banyaknya
aktivitas yang dilakukan di perairan laut bisa menyebabkan pencemaran dan
kerusakan contohnya saja penggunaan bahan peledak dalam menangkap ikan, limbah
hasil industri, pengeboran minyak di lepas pantai, dan juga membuang sampah di
sungai yang berikibat sampah tersebut bermuara ke laut lepas. Pencemaran ini dapat
diartikan sebagai adanya kotoran ataupun limbah yang masuk kedaerah laut dan
mencemari lingkungan ekosistem laut tersebut. Pengaruh dengan tercemarnya
ekosistem laut ini sangat berakibat fatal. Bahkan, nyawa kita sebagai manusia bisa
ikut terancam bila pencemaran ini dilakukan secara terus menerus.

Direktur Program Coral TriangWWF-Indonesia Wawan Ridwan menjelaskan,


selama tiga puluh tahun pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, kualitas
laut beserta sumber dayanya diketahui terus mengalami penurunan.
Namun, penurunan tersebut, pada saat bersamaan bisa diperbaiki dan dikembalikan
pada tingkat kelestarian yang mampu menopang kehidupan manusia. Ekosistem di
laut harus dilindungi melalui penerapan kawasan konservasi perairan
(KKP), para ahli dan praktisi sepakat bahwa KKP merupakan salah satu solusi terbaik
untuk menekan ancaman terhadap ekosistem laut dan melindungi habitat penting
untuk ikan memijah, tumbuh, berkembang dan mencari makan. Untuk bisa
melindungi ekosistem di laut, pemerintah berupaya keras untuk membentuk KKP dan
menambahnya sebanyak mungkin hingga mencapai target pada masa yang akan
datang. Komitmen tersebut menjadi harga mati, karena kawasan konservasi
disadari bisa menyelamatkan ekosistem yang sedang terancam sekarang.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah paper ini adalah :
1. Apa saja yang menjadi penyebab kerusakan ekosistem laut?
2. Apa dampak yang ditimbulkan bagi ekosistem laut dimasa yang akan datang?
3. Bagaimana cara mengatasi atau meminimalisir aktivitas yang dapat
menyebabkan rusaknya ekosistem laut di Indonesia?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan penulisan paper ini adalah mengetahui penyebab dari rusaknya
ekosistem laut di Indonesia, mengetahui dampak dari rusaknya ekosistem laut,
sehingga dapat mengetahui cara mengatasi atau meminimalisir kerusakan ekosistem
laut di Indonesia.
Adapun penulisan paper bermanfaat agar kita memahami penyebab-penyebab
rusaknya ekosistem laut serta dampak yang ditimbulkan, dan kita dapat memahami
cara meminimalisir kerusakan tersebut dan mempraktekkannya ke alam langsung
sehingga laut kita terjaga di masa depan.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Penyebab Kerusakan Ekosistem Laut


  Perusakan ekosistem laut adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan hayatinya yang melampuai
kriteria baku kerusakan laut. Hal ini berarti bahwa perlu ditetapkan kriteria baku
kerusakan laut yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat
kerusakan laut. Selain itu juga sangat berguna bagi penentuan status mutu laut.
Karena sangat erat kaitannya antara tingkat kerusakan laut dengan status mutu laut itu
sendiri. Adapun penyebab kerusakan tersebut adalah:
1. Metode Penangkapan Ikan Yang Tidak Efisien
Metode penangkapan ikan yang tidak efisien yang dimaksud seperti
penggunaan bahan peledak untuk membunuh atau membuat ikan pingsan, yang
menghancurkan karang. Metode ini, yang disebut penangkapan dengan peledakan
atau dinamit, menghancurkan koloni karang dan membunuh jaringan karang pada
koloni yang berdekatan. Karena penangkapan ikan dengan ledakan terbatas pada
bagian karang yang lebih dangkal, zona rentan ini dapat direduksi menjadi puing-
puing oleh ledakan berulang, membuat pemulihan menjadi sulit atau tidak mungkin
dan menghancurkan sebagian besar karang. Metode penangkapan ikan yang merusak
lainnya melibatkan penggunaan sianida untuk membius dan menangkap ikan hidup-
hidup untuk pasar ikan karang hidup atau pasar akuarium ikan. Beberapa jenis alat
tangkap, termasuk jaring insang dan pukat pantai, juga dapat merusak ekosistem
terumbu.
2. Banyaknya Sampah Plastik Yang Tidak Diolah
Di Indonesia sendiri sampah plastik juga menjadi permasalahan yang sangat
serius. Di Indonesia sampah plastik tidak hanya dijumpai di wilayah darat saja tetapi
juga banyak sekali sampah plastik yang tidak diolah menyebar luas ke wilayah lautan
Indonesia bahkan luasnya sudah mencapai dua pertiga dari total luas Indonesia.
Semua pihak dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah plastik yang
sudah terlanjur menyebar. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA)
mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai
dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di
setiap kilometre persegi di setiap tahunnya. Fakta yang sangat mengejutkan adalah
bahwa Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia dengan konsumsi sampah
plastik terbanyak di lautan.
3. Pembuangan Limbah Industri
Air laut merupakan komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan,
di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut lepas. Selain itu, air laut
juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir.
Limbah yang mengandung polutan tersebut kemudian masuk ke dalam ekosistem
perairan pantai dan laut Indonesia. makin meningkatnya lingkungan industri
mengakibatkan makin banyaknya bahan-bahan yang bersifat racun yang di buang ke
lautan dalam jumlah banyak yang menyebabkan sulitnya mengontrol limbah-limbah
yang di buang ke dalam laut tersebut. Sebagian larut dalam air, sebagian lagi
tenggelam ke dasar laut dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam
jaringan tubuh organisme laut ( fitoplankton, ikan, cumi, udang, cumi-cumi, kerang,
rumput laut dll).
4. Tumpahan Minyak dan Gas
Kapal komersial yang kerap digunakan untuk mengirim barang dari luar
negeri tanpa disadari sering menimbulkan sejumlah ancaman terhadap kehidupan
laut. Kapal-kapal itu sering mengalami kebocoran bahan bakar yang akhirnya
limbahnya dibuang ke laut dan mencemari udara melalui emisi sulfur dioksida,
nitrogen oksida, dan karbon dioksida. Mereka kerap diketahui menabrak paus dan
mamalia laut lainnya. Laut memiliki cadangan minyak dan gas bumi tersimpan di
dasar laut dalam jumlah besar. Namun, pengeboran dan pencairan dapat merusak
lingkungan laut. Hal ini tidak diimbangi dengan langkah perusahaan menangani
masalah lingkungan tersebut, misalnya adanya kelalaian sehingga minyak tumpah ke
laut dan merusak. Saat sumber daya menipis, perusahaan akan pindah ke daerah lain
untuk melakukan hal yang sama, begitu seterusnya.
5. Pemanasan Global
Sekitar 80 persen CO2 yang diproduksi manusia diserap lautan dan
membuatnya panas. Perairan yang hangat dapat mempengaruhi semua aspek di laut,
mulai dari pemutihan karang hingga pola migrasi ikan, bahkan mengubah arus
samudra
6. Pariwisata
Terumbu karang juga bisa menjadi nilai jual tersendiri untuk industri pariwisata
di Indonesia. Karena itulah, banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang
datang menyaksikan secara langsung Surga Bawah Laut ini. Namun sayangnya,
perkembangan industri pariwisata bawah laut justru membawa dampak buruk pada
ekosistem laut itu sendiri. Kerusakan terumbu karang akibat ulah sebagian wisatawan tak
bisa dihindari. Dari sekian banyak kegiatan di lautan, wisata fun
diving dan snorkling disebut sebagai penyumbang terbesar pada kerusakan terumbu
karang. minimnya keterampilan menyelam juga bisa meningkatkan resiko kerusakan
terumbu karang. 

2.2. Dampak Kerusakan Ekosistem Laut


1. Penurunan Kualitas Air
Permasalahan yang sangat dominan bagi wilayah pesisir, pantai dan laut
adalah terjadinya pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan
kuantitas sumberdaya pesisir dan laut. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya
guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya
perairan yang pada akhirnya menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Menurut
Gholizadeh et al. (2016) bahwa setiap perubahan dalam ekosistem rentan akibat
kegiatan antropogenik yang dapat membahayakan habitat ikan dan organisme air
lainnya. Kualitas air laut yang digunakan untuk biota laut dan aktivitas lain secara
ideal harus memenuhi standar, baik secara fisik, kimia, dan biologi. Nilai kualitas
perairan laut yang melampaui ambang batas maksimum untuk peruntukannya akan
digolongkan sebagai perairan tercemar, contohnya seperti air laut yang mengalami
kekeruhan disebabkan karena banyaknya suplai sedimen dan partikel yang terlarut,
bahan organik dan anorganik melalui aliran run off dari daratan dan menyebabkan
tingkat kekeruhan perairan yang tinggi.
2. Rusaknya Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang menjadi ancaman paling serius karena itu akan
memengaruhi ekosistem laut secara keseluruhan. Di antara ancaman itu, dampak
perubahan iklim menjadi paling dominan karena akan memicu pemutihan karang.
Kerusakan terumbu karang di Indonesia juga terjadi karena aktivitas penangkapan
ikan destruktif melalui penggunaan bahan peledak seperti bom. Besarnya dampak
yang ditimbulkan dari bom ikan, menurut Suharsono, bisa dibuktikan dengan melihat
ikan yang mati terkena dampak aktivitas tersebut. Ikan-ikan yang mati, tulangnya
akan hancur, dan itu membuat proses pembusukan menjadi lebih cepat. Selain itu,
bom juga akan mematikan telur dan larva ikan yang ada. Dengan kerusakan terumbu
karang, Suharsono menegaskan, pemulihan ekosistem di sekitar terumbu karang juga
menjadi sulit terjadi dan itu akan memengaruhi ekosistem laut secara keseluruhan.
Kalaupun kondisi perairan masih sehat, pemulihan terumbu karang pun dipastikan
tidak akan seperti semula dan dengan waktu yang cukup lama.
3. Blooming
Masuknya limbah domestik, industri dan pertanian atau perkebunan yang
banyak mengandung nitrat dan fosfat ke perairan laut membuat konsentrasi nitrat
fosfat meningkat. fosfor menjadi faktor pembatas yang sangat penting di perairan
produktif dan tidak produktif, fosfor memainkan peranan penting dalam determinasi
jumlah fitoplankton. Tapi jika sumber fosfat yang masuk ke perairan dalam jumlah
laut dan bisa menyebabkan eutrofikasi, dimana perairan ini sering terjadi blooming
fitoplankton (Subarijanti, 2005 dalam Kadim et al., 2017).

Anda mungkin juga menyukai