Makalah Matematika Mts

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku


baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibatdari latihan dan
pengalaman. Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiataninteraksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya,
mempertanyakan,mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran,
karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengeta
huannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga
kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang
baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.Tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta pada
keterampilan dalam penerapan matematika, seperti yangdikemukakan Erman Suherman.
Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi sebab matematika
berkaitan dengan konsep-konsep abstrak yang berkenaan dengan ide-ide, struktur hubungan-
hubungan yang diatur secara logis yang akan membawa terjadinya proses pembelajaran
matematika itu sendiri. Beberapa faktor yang mementukan terjadinya proses pembelajaran
matematika meliputi : siswa, pengajar atau tenaga pendidik, sarana, dan prasarana,
serta penilain disamping materi pelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil apabila faktor-
faktor tersebut dikelola dengan baik. Pengelolaan pembelajaran di
kelas biasanya didominasi oleh guru, disinilah pangkal kesalahan dari guru dalam
mengelola kelas.Guru seharusnya bisa mengurangi dominasi dan dalam pembelajaran siswa 
yang seharusnya lebih banyak diberikan porsi. Keberhasilan proses pembelajaran terletak pa
da turut sertanya peserta didik secara aktif oleh karena itu apapun metode yang digunakan

1
dalam proses pembelajaran harus memungkinkan peserta didik dapat belajar secara
aktif. Karena apabila peserta didik tidak dapat diarahkan untuk aktif, maka interaksi dan
komunikasi dalam pembelajaran tidak akan terjadi. Untuk itulah perlu diguakan cara-
cara mengajaryang sesuai dan bervariasi dalam proses pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika seringkali siswa merasa kesulitan
dalam belajar, selain itu belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang
konsep salah. Akibatnya prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum
menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami
masalah secara komprehensip atau secara parsial.
Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu kegiatan
belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan
memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku.
Dalam kurikulum 2006 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
pembelajaran yang bertujuan:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi
dan inkonsistensi
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi
dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan
gagasan.
Sedangkan guru yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran seringkali belum
mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara bermakna,
serta penyampaiannya juga terkesan monoton tanpa memperhatikan potensi dan kreativitas
siswa sehingga siswa merasa bosan karena siswa hanya dianggap sebagai botol kosong yang
siap diisi dengan materi pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
matematika guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan
dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan dan siswa

2
lebih berkesan dengan pembelajaran yang telah disampaikan serta siswa akan lebih
mengingat dan tidak mudah melupakan hal- hal yang dipelajarinya.
Salah satu karakteristik matematika yaitu matematika sebagai
kegiatan penelusuran pola dan hubungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Oleh
karena itru dalam proses pembelajaran matematika hendaknya melibatkan investigasi
mengenai pola, hubungan serta proses.
Kesempatan untuk menggunakan proses matematis dalam pemecahan masalah
sebaiknya diupayakan ada dalam semua aktivitas pembelajaran matematika. Siswa akan
belajar,dengan baik kalau mereka sempat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di benak
mereka. (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Hal ini didasarkan atas 3 hal yaitu : (1)
pengetahuan tidak diterima secara pasif, (2) siswa mampu
mengkonstruksi pengetahuan matematika melalui aktivitas baik fisik,maupun mental, (3) bel
ajar itu mencerminkan proses sosial. Dari ketiga hal tersebut maka perlu diupayakan suatu
kondisi pembelajaran yang kondusif sehingga siswa menjasi aktif
dan proses sosial yang terjadi menjadi harmonis. Dengan begitu siswa akan merasa senang
dan nyaman dalam belajar, sehingga kesempatan untuk mengkonstruksi pengerahuannya
sendiri menjadi lebih baik.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep,
operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya:
pola-pola, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang
digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap
adalah deduktif aksiomatik.
Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan
pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran
matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan
objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian
matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga
digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan
induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak
boleh ditiadakan begitu saja.
Berdasarkan uraian di atas maka masalah pembelajaran matematika harus disikapi
ole guru untuk dicarikan pemecahannya. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang

3
masalah tersebut di atas penulis ingin mengemukakan makalah dengan judul
“Problematika dan Solusi Pembelajaran Matematika di Tingkat Madrasah
Tsanawiyah”.

B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana probleamtika dan solusi pembelajaran
Matematika di Tingkat Madrasah Tsanawiyah ?

C. Tujuan Penulisan
Sebagaimana latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan
tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah : Ingin
mengetahui problematika dan solusi dalam pembelajaran Matematika di Tingkat Madrasah
Tsanawiyah.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hakekat Pembelajaran Matematika

4
Hakekat pembelajaran ditekankan pada aspek belajar yang dilakukan oleh guru kepada
anak didiknya. Sehingga segenap pengetahuan dapat ditransformasikankepada siswa.
Sedangkan pengertian Belajar adalah suatu proses aktif dalam
memperoleh pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku
Belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkattinggi yang
dibentuk atas dasar apa yang dipelajari sebelumnya.Terkait dengan hakekat belajar
matematika ini, siswa akan belajar dengan baik jika mereka termotivasi. Situasi yang
menyenangkan atau rasa senang akandapat menimbulkan motivasi siswa untuk belajar.
Belajar matematika itu akanlebih efektif apabila matematika itu menarik,
menyenangkan, dan menantang. Dengan demikian aktivitas pembelajaran hendaknya
memberikan kegiatan yangmenantang sehingga dapat menimbulkan rasa ingin tahu.
Pengalaman aktual yang dimiliki oleh siswa hendaknya digunakan sebagai landasan dalam
pembelajaran matematika. Siswa harus diarahkan untuk menyadari akan manfaat
matematika terhadap kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa hendaknya diupayakan agar
senantiasa merasa berhasil dalam belajar sehingga timbul sikap positif terhadap matematika
itu sendiri.
Matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak. Untuk membantu siswa memahami
konsep matematika yang bersifat abstrak maka pembelajaran matematika sebaiknya
melibatkan interaksi baik dengan lingkungan fisik atau lingkungan sosial. Siswa belajar
matematika lewat interaksi. Interaksi ini akan mengarahkan proses abstraksi yang diperoleh
siswa dalam matematika. Implikasinya dalam pembelajaran adalah : pemahaman siswa
terhadap ide-idematematika hendaknya dik embangkan lewat interaksi mereka dalam
berbagaisituasi pembelajaran. Kesempatan berinteraksi sesama siswa juga perlu diupayakan,
sehingga para siswa saling memberikan bantuan ketika ada siswa yang mengalami kesulitan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak didik adalah sebagai subjek dan sebagai objek
dari kegiatan pengajaran karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar
anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan
dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapinya. Keaktifan anak didik
di sana tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak
belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.

5
Padahal belajar pada hakikatnya adalah “Perubahan” yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya
tidak semua perubahan termasuk kegiatan belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila
dan sebagainya. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar
mengajar adalah proses “perubahan” yang dilkakukan oleh guru.
Sebagai suatu proses perngaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri
tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan belajar mengajar itu sadar
akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.
2. Ada suatu proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai
secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-
langkah sistematik dan relevan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam
hal ini materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan
syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi, agar
terjadi proses interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan dispilin. Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa
menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditingkatkan.
Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi. Dari seluruh kagiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru
lalkukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah dilakukan.

B. Pengertian Model Pembelajaran

6
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran
meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada
model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam
keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran
berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran
dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi
contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas
tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh
pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model
pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel
perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi
ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan
serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran
tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru
atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki
komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya
menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.
Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi
kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan
guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan

7
lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan.
Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar
atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-
hadapan dengan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain,
sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara
guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini
dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya
strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang
dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran Matematika


Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 

Kelebihan Problem Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Masalah)

 Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
 Dalam situasi PBL, peserta  didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

8
 PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja
kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,
kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta
didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau
arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan
sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai hasil
pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai
dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta
didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang
menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di
kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka

9
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pembelajaran Matematika


Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang matematika
yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau
karekteristik yang sama, antara lain: 
1. memiliki objek kajian abstrak, 

10
2. bertumpu pada kesepakatan, 
3. berpola pikir deduktif, 
4. memiliki symbol yang kosong dari arti, 
5. memperhatikan semesta pembicaraan, 
6. konsisten dalam sistemnya.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep,
operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya:
pola-pola, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang
digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap
adalah deduktif aksiomatik.
Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan
pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran
matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan
objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian
matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga
digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan
induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak
boleh ditiadakan begitu saja.
Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, kita dapat melihat bahwa
matematika sekolah memegang  peranan sangat penting. Anak didik memerlukan
matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat
mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan
kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih
lanjut, membantu memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi,
geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan
praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif.
Sebagai warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan seperti yang
tertuang dalam UUD 1945, tentunya harus memiliki pengetahuan umum minimum.
Pengetahuan minimum itu diantaranya adalah matematika. Oleh sebab itu, matematika
sekolah sangat berarti baik bagi para siswa yang melanjutkan studi maupun yang tidak.

11
Bagi mereka yang tidak melanjutkan studi, matematika dapat digunakan dalam
berdagang dan berbelanja, dapat berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca
grafik dan persentase, dapat membuat catatan-catatan dengan angka, dan lain-lain. Kalau
diperhatikan pada berbagai media massa, seringkali informasi disajikan dalam bentuk
persen, tabel, bahkan dalam bentuk diagram. Dengan demikian, agar orang dapat
memperoleh informasi yang benar dari apa yang dibacanya itu, mereka harus memiliki
pengetahuan mengenai persen, cara membaca tabel, dan juga diagram. Dalam hal inilah
matematika memberikan peran pentingnya.
Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya
suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang
melek teknologi. Untuk keperluan ini tentunya mereka perlu belajar matematika sekolah
terlebih dahulu karena matematika memegang peranan yang sangat penting bagi
perkembangan teknologi itu sendiri. Tanpa bantuan matematika tidak mungkin terjadi
perkembangan teknologi seperti sekarang ini.
Namun demikian, matematika dipelajari bukan untuk keperluan praktis saja, tetapi
juga untuk perkembangan matematika itu sendiri. Jika matematika tidak diajarkan di sekolah
maka sangat mungkin matematika akan punah. Selain itu, sesuai dengan karakteristiknya
yang bersifat hirarkis, untuk mempelajari matematika lebih lanjut harus mempelajari
matematika level sebelumnya. Seseorang yang ingin menjadi ilmuawan dalam bidang
matematika, maka harus belajar dulu matematika mulai dari yang paling dasar.
Jelas bahwa matematika sekolah mempunyai peranan yang sangat penting baik bagi
siswa supaya punya bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya,
warga negara pada umumnya supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan
untuk matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya.

B. Pembelajaran Matematika di Tingkat Madrasah Tsanawiyah


Berbagai pendapat muncul mengenai definisi matematika, dipandang
dari pengetahuan dan pengalaman masing- masing yang berbeda. Ada yang mengatakan
bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalah bahasa numerik; matematika
adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur,majemuk dan emosional, dan masih
banyak lagi yang lainnya.Banyak jawaban yang muncul terhadap pertanyaan " what is

12
matematics? ,diantaranya ada yang mendefinisikan" mathematics is power  dan
"mathematics isa tool  ". Mathematics is power.
Ruseffendi ET mengemukakan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran
manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Simbol ataau notasi dalam
matematika mempunyai peranan penting dalam mengkomunikasikan ide dalam membangun
matematika. Terbentuknya suatu konsep matematika melalui proses berikut, adanya simbol-
simbol dari ide-ide dengan mengkomunikasikan simbol-simbolakan membangun konsep-
konsep matematika sebagai kekuatan. Kline di dalam alam bukunya mengatakan matematika
bukanlah pengetahuan yang menyendiriyang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan dan
menguasai persoalan sosial, ekonomi dan  alam.
Matematika tumbuh dan berkembang karena memiliki ragam kebutuhan manusia
proses berpikir, dikatakan sebagai alat karena matematika dapat membantu mengembangkan
ilmu yang lain memecahkan masalah kehidupan serta mengembangkan ilmu untuk dirinya
sendiri dan dikkembangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karakteristik
pembelajaran matematika diantaranya: pembelajaran matematika adalah berjenjang, maksud
berjenjang adalah bahawa pembelajaran ini mengikuti alur yang sistematis dari mulai dasar
sampai kepada pengembangan, selain itu pembelajaran matematika mengikuti metoda
spiral, pengajaran matematika menekankan pola berfikir deduktif, pembelajaran matematika
menganut kebenaran konsistensi.Salah satu tujuan diberikannya matematika dijenjang
pendidikan dasar dan menengah, yaitu untuk “Mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari …”
(Depdikbud 1994:1). Dikatakan pula oleh Gagne, bahwa objek tidak langsung dari
mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Dari pendapat Gagne dan tujuan Kurikulum Matematika, dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk dapat memecahkan suatu masalah, para siswa perlu memiliki kemampuan bernalar
yang dapat diperolehmelalui pembelajaran matematika.
 Dalam buku standar kompetensi matematika Depdiknas, secara khusus disebutkan
bahwa fungsi matematika adalah mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur,
menurunkan rumus dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan

13
trigonometri. Metamatika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
gagasan melalui model matematika, diagram, grafik, atau tabel.
Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensi
dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak berorientasi pada penguasaan
materi matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana
siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran
matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai
siswa.
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang
dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran
matematika. Standar ini dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk
setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut
didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.
Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa
maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran dan geomerti, peluang
dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.
 Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan operasi
hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.
 Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat dan aturan
dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi.
 Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data dengan berbagai
cara.
 Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan
identitas trigonometri.
 Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan fungsi.

C. Problematika Pembelajaran Matematika pada Tingkat Madrasah Tsanawiyah


Peraturan Menteri (Permen) nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan secara jelas menyiratkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik
setelah mempelajari matematika pada tingkat dasar sampai menengah yaitu
kemampuan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan untuk memahami masalah,mera

14
ncang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yangdiperoleh.
Kompetensi lain yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik yaitumemiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.Kedua kompetensi tersebut memberikan makna bahwa dalam proses
belajar mengajar matematika, guru dan siswa harus menyadari bahwa sasaran dari
belajarmatematika adalah kemampuan untuk memecahkan masalah sertamenggunakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam NCTM dinyatakan bahwa“… problem solving should
become t h e f o c u s  of mathematics in school ”.
Ini berarti bahwa fokus dari pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan
siswa untuk memecahkan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa mencakup
masalah tertutup yaitu masalah dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak
tunggal, dan masalah dengan berbagai cara-cara atau dengan berbagai
jalan penyelesaian. Katagori masalah tersebut dikenal sebagai   problem solving question.
Dengan diberikannya soal pemecahan masalah kepada siswa, maka kemampuannya dalam
menyelesaiakan dengan langkah-langkah yang tepat merupakan indikator ketercapaian
kompetensi tersebut. Langkah-langkah yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan
langkah-langkah penyelesaian masalah menurut .
Polya, yaitu: a) Memahami masalahnya. Dalam hal ini, pemecahmasalah harus
mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan; b)Merencanakan cara
penyelesaian; c) Memecahkan masalah sesuai dengan rencana; dan d) Melakukan
pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.  Terindikasi beberapa
permasalahan dalam proses belajar mengajar, diantaranya:a) Kemampuan siswa, khususnya
dalam pemecahan masalah matematikamasih memerlukan perhatian khusus. b)Motivasi
siswa untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah masihkurang, c)Siswa lebih
berorientasi untuk memecahkan soal-soal yang dapatdiselesaikan dengan prosedur rutin dan
kurang memperhatikan bahwa kompetensi yang dituntut adalah kemampuan dalam
pemecahan masalah; d) Siswa kurang biasa untuk memecahkan masalah. Ini yang
merupakan indikasi minimnya kesempatan berlatih dalam proses belajar mengajar di
kelas.e) Sebagian besar siswa belum mampu mengkomunikasikan gagasannya dengan
menggunakan simbol-simbol matematika, tabel dan grafik.

15
Terdapat kesalahan prosedur (algoritma) dalam proses penyelesaian masalah. Masih
terdapat kecendrungan terjadi kesalahan penulisan notasi ataupun langkah dalam pemecahan
masalah. Sebagian dari permasalahan yang dihadapi peserta didik di atas
memerlukan penanganan secara cepat dan inovatif tentu oleh guru sebagai fasilitator dalam
melaksanakan fungsi pembelejaran dan juga mediator pembelajaran di kelas. Oleh karena
itu, terdapat indikasi bahwa kesenjangan yang terjadi disebabkan karena implementasi
pendekatan pembelajaran yang belum mendukung secara maksimal kesempatan siswa untuk 
berlatih memecahkan masalah. Padahal, jika dikaji secara rinci sasaran yang ingin dicapai
dalam belajar matematika dan karakteristik masing-masing
pendekatan pembelajaran, terdapat beragam model, strategi, pendekatan, ataupun metode pe
mbelajaran yang bisa diterapkan diantaranya model kooperatif (STAD, JIGSAW, TAI, TGT,
NHT, GI, dan sebagainya), pembelajaran kontekstual, inkuiri, dicovery
learning   problem based learning, project based learning,  problem possing, dan masih
banyak pendekatan lainnya. Namun, dengan memperhatikan muara dari pembelajaran
matematika serta karakteristik masalahyang dialami oleh siswa, pendekatan Problem-
Based Learning merupakan salah satu pendekatan yang relevan.
Standar kompetensi dirancang secara berdiversifikasi, untuk melayani semua
kelompok siswa (normal, sedang, tinggi). Dalam hal ini, guru perlu mengenal dan
mengidentifikasi kelompok-kelompok tersebut. Kelompok normal adalah kelompok yang
memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang, sehingga perlu diberikan
pelayanan dalam bentuk menambah waktu belajar atau memberikan remidiasi. Sedangkan
kelompok tinggi adalah kelompok yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari
kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan layanan dalam bentuk akselerasi
(percepatan) belajar atau memberikan materi pengayaan.
Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi dirancang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta
memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk
mencapai standar kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan
memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat-sifat esensial materi
dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara rinci, standar kompetensi mata pelajaran matematika untuk sekolah menengah
pertama adalah sebagai berikut:

16
1.       Bilangan
a. Melakukan dan mengunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
masalah
b. Menaksir hasil operasi hitung
2.       Pengukuran dan Geometri
a. Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat, unsur, atau
kesebangunannya
b. Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan
pengukuran
c. Menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri
d. Mengidentifikasi sifat garis dan sudut dalam pemecahan masalah
3.       Peluang dan statistika
a. Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data (ukuran pemusatan data)
b. Menentukan dan menafsirkan peluang suatu kejadian
4.       Aljabar
Melakukan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan, dan fungsi, meliputi:
bentuk linear, kuadrat, barisan dan deret, dalam pemecahan masalah.

D. Solusi Problematika Pembelajaran Matematika di Tingkat Madrasah Tsnawiyah


Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-
tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.Adapun prosedur-prosedur
PBL yang penulis sarankan dalam pembelajaran dikelas sesuai dengan fase/ tahapan
pelaksanaan PBL sebagai berikut:
Fase Aktivitas guru
Fase  1: Mengorientasikan siswa  pada  masalah 
 Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini
sangat penting dimana guru/dosen harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan
oleh siswa dan juga oleh guru. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting
juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat

17
penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapatlebih maksimal dalam pembelajaran
yang akan dilakukan.
Fase  2: Mengorganisasikan siswa  untuk belajar 
 Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong siswa/mahasiswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-
masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Tugas atau butir
soal dibuat oleh guru, kemudian dibagi kepada siswa. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa
dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif,adanya tutor sebaya,
dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor danmengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.Setelah
siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya
guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan
jadwal. Subtopik dalam pemilihan tentu saja disesuaikan dengan materi yang pada saat itu
diajarkan, sehingga dengan demikian siswa dapat memahami alur materi
Setiap pase pembelajaran dengan model PBl tentu saja ada tantangannya. Tantangan
utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapatmenghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase  3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok  
 Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan
teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang
sangat penting. Pada tahap ini, guru harusmendorong mahasiswa untuk mengumpulkan data
dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul
memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini
seharusnyalebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru
membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya

18
dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir
tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuksampai pada pemecahan
masalah yang dapat dipertahankan.

Fase  4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan


mempamerkannya 
 Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi
masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi
masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya
kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir mahasiswa. Langkah selanjutnya
adalahmempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.Akan
lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan mahasiswa-mahasiswalainnya, guru-guru,
orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5:  Analisis dan  evaluasi  proses pemecahan  masalah 


 Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untukmembantu
mahasiswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dankete-rampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa
untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yangtelah dilakukan selama proses kegiatan
belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi
masalah? Kapan mereka yakindalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima
penjelasan lebihsiap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan?
Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah
mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa peny
ebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda diwaktu yang akan
datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapatdiajukan untuk memberikan
umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya :

19
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus
menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah
harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini
guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang
dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta
didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan
yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
a. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa problematika dalam pembelajaran matematika di sekolah
khususnya di tingkat Madrasah Tsanawiyah yang memerlukan penangan secara cepat
dan inovatif tentu oleh guru sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran di kelas. Terdapat indikasi bahwa kesenjangan yang terjadi
disebabkan karena implementasi pendekatan pembelajaran yang belum mendukung
secara maksimal kesempatan siswa untuk berlatih memecahkan masalah.
2. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL) adalah suatu pendekatan yang menggunakan
masalah dunia nyatasebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir
kritis, cara berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis
masalah dirancang untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi
pada masalah.

21
3. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantuk kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan belajar menjadi
pembelajar yang otonom. Keuntungan pembelajaran berbasis masalah (PB) adalah
mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas. Pembelajaran berbasis masalah
melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihannya sendiri, yang memungkinkan siswa
menginterpretasikan dan melakukan tafsiran-tafsiran dunia nyata dan
membangun pemahaman tentang fenomena tersebut. Hal ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif solusi dalam menghadapi problematika yang dihadapi.

B. Saran-saran
Dari uraian tentang probelamatika pembelajaran matematika di tingkat Madrasah
Tsanawiyah, disarankan kepada para praktisi pendidikan utamanya guru diharapkan dapat
menggali lebih jauh problematika dan analisa terhadap berbagai persoalan yang dialami oleh
siswa dalam proses belajar mengajar, apa yang mungkin bisa dihadapi dalam
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Baik itu faktor fisik maupun faktor non fisik
Dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi maka akan bisa ditentukan alternatif-
alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Dimana jika dikaji secara rinci sasaran
yang ingin dicapai dalam belajar matematika dan karakteristik masing-masing pendekatan
pembelajaran. Ada beberapa model pendekatan dan strategi belajar yang bisa digunakan
oleh guru, namun semua model tersebut, tidak menjamin ada model yang paling baik, atau
yang paling tepat dalam implementasinya.. Terdapat beragam model,
strategi, pendekatan, ataupun metode pembelajaran yang bisa diterapkan sesuai dengan
situasi, kondisi anak didik serta masalah yang dihadapi.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini.

22
Daftar Pustaka

Erman , Suherman. 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Konterporer.Jakarta: IMSTEP


Universitas Pendidikan Indonesia. National Council of Teachers of Mathematics. (2005).

Estina Ekawati, S.Si, M.Pd.Si, Staf PPPPTK Matematika, Peran, Fungsi, Tujuan, dan
Karakteristik Matematika Sekolah, https://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-
tujuan-dan-karakteristik-matematika-sekolah/

Curriculum and evaluation  standards for school mathematics . Reston, VA: Author.Roh &
Kyeong Ha. 2003).

  Problem-Based Learning in Mathematics. ERICDigest. ERIC Clearinghouse for Science


Mathematics andEnvironmental Education Columbus OH.Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan
Masalah, Penalaran dan Komunikasi.

Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk


Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73.

23

Anda mungkin juga menyukai