Materi Baru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis
maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia adalah 10-24 tahun dan belum menikah.(Kemenkes RI, 2014).
Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari
jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia
(WHO,2014).

Masa remaja merupakan masa peralihan, remaja bukan lagi seorang anak-anak dan bukan juga orang dewasa
(Putro,2017:27). Pada tahap ini mereka mengalami perubahan emosi dan ingin mengetahui hal baru yang cenderung beresiko
dengan tanpa memikirkan pertimbangan yang matang (Depkes, 2014). Oleh karena itu pada umumnya remaja sering kali
bertindak bebas untuk mengkespresikan dirinya dengan melakukan suatu tindakan yang memiliki resiko tinggi, hal tersebut
tentu akan menjadi suatu permasalahan bagi remaja itu sendiri, salah satunya adalah mengenai perilaku seksual pada remaja.
banyak remaja yang telah melakukan aktivitas seksual yang seharusnya mereka lakukan disaat telah memiliki ikatan
pernikahan atau setelah menikah.
Seks pranikah yang dilakukan pada remaja itu sendiri berdampak pada perilaku seksual pranikah yang selalu berisiko
terhadap kehamilan remaja dan penularan penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan pada remaja
perempuan dapat berlanjut pada aborsi dan pernikahan remaja, dan keduanya akan berdampak pada masa depan remaja itu
sendiri, janin yang dikandungnya juga keluarganya. Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, angka
kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68%. Terdapat kehamilan pada umur kurang dari 15 tahun , meskipun
sangat kecil (0,02%)dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97%.

Berdasarkan SDKI 2017, dimana persentase wanita dan pria umur 15-19 tahun yang pernah melakukan hubungan
seksual pranikah dan memiliki pengalaman kehamilan yang tidak diinginkan adalah sebesar 16% angka tersebut sangat tinggi
dibandingkan pada kelompok umur 20-24 tahun dengan angka 8%. kemudian berdasarkan SDKI 2012 dan 2017 memiliki
persentase yang sama sebesar 43% mengetahui pengalaman aborsi di antara teman.

Pengetahuan remaja mengenai seksual masih dikatakan sangat kurang, Faktor yang melatarbelakangi kurangnya
pengetahuan remaja mengenai seksual karena kultur dari masyarakat atau lingkungan mereka sendiri. Dalam kultur masyarakat
atau lingkungan Indonesia membicarakan seks merupakan suatu pembahasan yang selalu dipandang negatif, kata seksual yang
difikirkan oleh masyarakat adalah mengenai aktvitas hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan. Pengetahuan seksual
pranikah remaja adalah ilmu penolong pemuda dan pemudi ketika mengalami masalah seksual. Pengatahuan seksual pranikah
harus diperoleh dari lingkungan keluarga (orang tua).

Penelitian Boyke Nugraha yang menyatakan 10-20% remaja pengetahuan seksualitasnya sangat kurang, sehingga dapat
menyebabkan remaja yang dalam perkembangan jasmaninya akan mempunyai dorongan-dorongan seksual yang sangat kuat
namun di sisi lain mereka justru dijauhkan dari hal-hal yang berbau seksualitas. Demikian juga penelitian Synovate
mengungkapkan bahwa sekitar 65% informasi tentang seks mereka dapatkan dari kawan dan juga 35% sisanya dari film porno,
ironisnya hanya 5% dari responden remaja ini mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuannya.

Pada suatu survey di sekolah menengah di USA, Me Carry (2019) mendapatkan bahwa kebanyakan siswa melontarkan
kritik terhadap orang tua karena tidak pernah memberikan penerangan seks kepada anak –anaknya. Dua per tiga dari mereka
sama sekali tidak mendapatkan penerangan apa-apa, sedangkan sisanya hanya mendapatkan penerangan yang sangat minim.

Di Indonesia tidak semua orang tua terbuka terhadap anak di dalam permasalahan seksual.Pengetahuan seksual
pranikah remaja dapat berupa pemahaman sebelum menikah (fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor
yang mendorng seksual pranikah (Sarwono S.W, 2012).

Salah satu pengetahuan yang tepat mengenai seksual yang dapat diketahui oleh remaja adalah pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi remaja. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja merupakan pengetahuan yang mencakup
pemahaman mengenai anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan tidak mengajarkan bagaimana cara berhubungan seksual
namun mengajarkan bagaimana remaja bisa melindungi dirinya dari perilaku-perilaku berisiko dan tidak sehat (Silalahi,
2010:260).

Remaja dengan permasalahan pengetahuan kesehatan reproduksi yang terjadi sangat kompleks hal ini di tunjukan pada
hasil SDKI 2012 KRR mengetahui pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat
dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2 % remaja laki laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat
hamil dengan satu kali berhubungan seksual (SDKI 2012).

Mengenai situasi kesehatan reproduksi remaja tersebut, tujuan dari pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sendiri
adalah untuk mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan juga untuk mempersiapkan remaja dalam
menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab pada usia yang matang. Pengetahuan kesehatan reprodusksi
sangat penting untuk membatasi perilaku seksual pada remaja, hal tersebut berkaitan dengan remaja yang memiliki
pengetahuan kesehatan reproduksi tentunya cenderung tidak melakukan aktivitas yang membahayakan kesehatan reproduksi
mereka, termasuk di dalamnya adalah mengenai melakukan hubungan seksual (dalam Sarwono 2017:236).

Hasil penelitian di SMK PGRI 1 MEJAYAN (Madiun) tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Bebas”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa dan siswi
kelas XI SMK PGRI I Mejayan mempunyai rata-rata tingkat pengetahuan baik, 48 responden (70,6%) dengan pengetahuan
baik dan 19 responden (27,9%) dengan pengetahuan sedang. Baiknya tingkat pengetahuan responden mengenai kesehatan
reproduksi dan seks bebas adalah suatu yang wajar, mengingat semakin mudahnya akses informasi tentang kesehatan, baik
yang diperoleh dari sekolah atau dari media cetak maupun elektronik. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden
sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas, 66 responden (97,1%) sudah pernah tahu,
dan hanya sedikit siswa yang belum mengetahui, yaitu 2 responden (2,9%). (Azwar, 2010) . Sedangkan hasil penelitian
mengenai perilaku seksual remaja pada sepuluh SMA baik negeri maupun swasta di kabupaten Madiun tahun 2012 oleh
(Taufik, 2017) terhadap 1.250 orang (611 subjek laki-laki dan 639 subjek perempuan ) ditemukan bahwa 30% laki-laki yang
berpacaran telah melakukan hubungan seksual, sedangkan untuk perempuan sebanyak 5 %. Dapat dikatakan bahwa setiap ada
3 anak laki-laki yang berpacaran, satu diantaranya telah melakukan hubungan seksual dan mereka rata-rata mulai
melakukannya di kelas dua dan tiga. Dengan hasil demikian, tentunya dapat diperkirakan bahwa seks bebas di perguruan tinggi
lebih gila dibandingkan di SMA maupun di SMP.

SMP Negeri 01 Dagangan merupakan sekolah menengah pertama yang favorit di wilayah kecamatan dagangan
kabupaten madiun, fasilitas belajar yang memadai, guru yang berkualitas, serta siswa yang memiliki prestasi yang baik, dan
dibuktikan dengan akreditasi A yang diberikan kepada kepala sekolah. Akan tetapi dibalik fasilitas dan prestasi yang dimiliki
siswa banyak angka kejadian perilaku sekual pranikah. Alasan peneliti memilih SMP 1 karena yang peneliti ketahui sebelum
adanya COVID-19 banyak siswa dari SMPN 1 Dagangan yang sudah menunjukkan resiko perilaku seksual pranikah, misalnya
berboncengan dengan lawan jenis saat berangkat sekolah dan pulang sekolah dengan berpegangan tangan, berpelukan saat
berada diluar sekolah, bahkan ada juga siswa yang bolos sekolah dan pergi ke warnet berdua dengan lawan jenis. Dan itu
membuat resiko angka kejadian mengenai perilaku seksual pranikah banyak terjadi di SMP ini dibandingkan dengan SMP lain
yang ada di wilayah Dagangan dari tahun ke tahun sehingga perilaku tersebut akan berdampak pada kehamilan yang tidak
diinginkan. Penelitian ini dibentuk dengan tujuan untuk melihat seberapa besar pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku seksual pranikah.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Dagangan selama covid-19 terdapat peningkatan yang sudah
terjadi pada kasus seksual pranikah yang berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan. Dari kasus tersebut Kepala sekolah
mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada penelitian yang mengungkapkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi siswa
kurang dan perilaku seksual pranikah pada siswa di SMP 1 Dagangan kurang sehingga banyak siswa yang tidak mengetahui
dampak dari kurangnya kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. Dari wawancara beberapa wali kelas 9 yang ada di SMP 1
Dagangan mengatakan bahwa sudah ada pendidikan seks yang diberikan kepada siswa saat pelajaran biologi, akan tetapi
banyak siswa yang tidak mendengarkan apa yang sudah guru jelaskan.

Dalam penelitian ini peneliti memilih anak usia 15-16 tahun karena pada usia ini remaja cenderung memiliki pacar dan
di usia ini juga remaja biasanya ingin mencoba-coba atau dia ingin tahu bagaimana rasanya jika mereka melakukan perilaku
seksual pranikah, entah dari lingkungan yang mendukung maupun salah pergaulan. Peneliti memilih SMPN 1 Dagangan
karena peneliti ingin mengetahui lebih seberapa dalam pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku
seksual pranikah di sekolah maupun diluar. Dalam penelitian ini peneliti sudah menyipakan kuesioner sebagaimana untuk
mengukur seberapa besar tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah. Dan
peneliti juga ingin meningkatkan pengetahuan yang lebih kepada siswa untuk mencegah terjadinya perilaku seksual pranikah
yang berkelanjutan dari tahun ke tahun. Berdasakan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah di SMPN 1 DAGANGAN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan mengenai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan perilaku seksual
pranikah pada siswa di SMP Negeri 01 Dagangan.
2. Berapa besar tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah
pada siswa SMP Negeri 01 Dagangan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan dan mengukur besarnya tingkat pengetahuan remaja
kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah pada siswa di SMP Negeri 1 Dagangan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengukur seberapa besar tingkat pengetahuan reproduksi remaja dengan perilaku seksual pranikah pada siswa di SMP
Negeri 1 Dagangan.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif terhadap mata kuliah Keperawatan Maternitas dan juga dapat
memberikan tambahan informasi bagi masyarakat umum maupun mahasiswa, dan juga dapat dimanfaatkan oleh peneliti
selanjutnya sebagai bahan pustaka untuk penelitian sejenis.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai kontribusi dalam menanamkan minat, motivasi dan sikap dari mahasiswa sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar bagi mahasiswa lain. Selain itu menambah pustaka bagi instituisi pendidikan dengan
memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan seksual pra nikah remaja.
2. Bagi Penelitan Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan dapat menambah metode bagi peneliti lain sebagai bahan masukan
atau sumbangan pemikiran yang dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan dalam penelitian Hubungan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pranikah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah faktor penentu bagaimana manusia berfikir, merasa dan bertindak (oermadji dalam dulistiawat,
2013). Pengetahuan menurut reber 2010 pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dimiliki seseorang atau kelompok, atau
budaya tertentu. Sedangkan secara umum pengetahuan adalah komponen-komponen mental yang dihasilkan dari semua proses
apapun, entah lahir dari bawaan atau di capai lewat pengalaman.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba melalui kulit.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)
(Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, yaitu
melalui penginde- raan yang terjadi melalui penginderaan manusia, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. pengetahuan dipengaruhi oleh fak- tor-faktor umur, pengalaman, pendidikan, keper- cayaan, sosial ekonomi dan
lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
2. Pengertian Tingkat Pengetahuann

Menurut kholid dan Notoatmodjo (2012), terdapat 6 tingkat pengetahuan yaitu :

1) Tahu (knowledge)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termaksuk dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (rical) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.oleh sebab itu “ Tahu “ adalah merupakan pengetahuan yang paling rendah.kata kerja untuk mengukur bahwa orang
itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehansion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan,
menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3) Menerapkan (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, metode prinsip dan sebagainya dalam kontraksi atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitanya antara satu dengan yang lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sistesis merupakan kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek, dimana
penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1) Pendidikan

Pendidikan proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami
suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih,2011)

2) Informasi atau Media Massa

Suatu teknik untuk mngumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tetentu. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering menapatkan informasi tentang
suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima
informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

3) Sosial,Budaya, dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersediannya fasilitas yang dibutuhkan
untuk kegiatan tertentu. Seseorang yang mempunyai sosial budaya tertentu. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang
baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang
yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk meningkatkan pengetahuan.

4) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan dalam individu karena adanya interaksi timbale balik ataupun tidak
akan yang direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengeathuan yang didapatkan akan baik
tapi jika lingkungan kurang baik maka pengeatahuan yang didapat juga akan kurang baik. Jika seseorang berada disekitar
orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang yang berada disekitar orang
pengangguran dan tidak berpendidikan.

5) Pengalaman

Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang
didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila mendapatkan maslaah yang sama.

6) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah (BUdiman dan Riyanto, 2013).

4. Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subjek penelitian. Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal
berikut :
1) Bobot 1 : tahap tahu dan pemahaman
2) Bobot 2 : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3) Bobot 3 : tahap tahu, pemahaman,, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi

Menurut Arikunto (2006) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :
1) Tingkat pengetahuan kategorik Baik jika nilainya lebih dari 75%
2) Tingkat pengetahuan kategorik Cukup jika nilainya 56-74%
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya kurang 55%

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya
adalah masyarakat umum, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan kategorik Baik nilainya lebih 50%
2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang baik nilainya lebih dari 50%
B. Konsep Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia tindakan atau aktivitas, baik yang diamati langsung maupun yang tdak
dapat diamati oleh pihak luar. Dlam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
makhluk hidup. Perilaku apat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang
merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis
seeorang terhadap lingkungnnya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Pasif, sebuah perilaku yang tanpa tindakan nyata atau konkrit
2) Aktf, sebuah perilaku manusia dengan dibuktikan dengan sebuah tindakan konkrit atau nyata (notoatmodjo,2003).

2. Dua respon dalam perilaku

Oleh karena perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon,
maka teori Skinner membedakan adanya dua respon:
1) Respondent response atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus
semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Respondent response ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih
atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2) Operant response atau instrumental response, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti stimulus atau
perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.
Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)
kemudian memperoleh penghargaan dan pujian dari atasannya (stimulasi baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih
baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

3. Dua jenis perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu, untuk membentuk
jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.
4. Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri :
1) Persepsi, pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
2) Motivasi, dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini
diwujudkan dalam bentuk perilaku.
3) Emosi, berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan, manusia dalam
mencapai kedewasaan semua asepk yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum
perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan
4) Belajar, pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan.
Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku dihasilakan dari perilaku terdahulu. Perilaku
manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan.
Penelitian rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang ngadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), Orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus.
2) Interest (tertarik), Orang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation , Menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya
4) Trial , Orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption , Subjek berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya.

5. Determinan Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atas rangsangan dari luar organisme (orang), namun
dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini
berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan
respon terhadap stimulus yang diberikan disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua,
yakni:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan,
misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Faktor lingkungan sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Menurut Bloom, perilaku
manusia dibagi menjadi tiga domain yakni; kognitif, afektif, dan psikomotor.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrence Green dkk (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu:16
1) Faktor predisposisi (presdiposing factors)
yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari terjadinya perilaku tertentu yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai-nilai, tingkat sosial ekonomi, serta karakteristik individu yaitu: pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, sikap, pendidikan akademik, karakteristik responden, norma agama, norma hukum, dan norma sosial.
2) Faktor pemungkin (enabiling factor)
yaitu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut yang berwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidaknya fasilitas-fasilitas, atau sarana-sarana yaitu media cetak dan elektronik, petugas kesehatan (penyuluh).
3) Faktor pendorong (reinforcement factor)
yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku tersebut yaitu undang-undang, peraturan, pengawasan, dll.

7. Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,
secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati
tindakan secara langsung dari subjek, dan secara tidak langsung yakni dengan metode mengingat (recall). Metode ini
dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
tentang apa yang telah dilakukan dengan objek tertentu ( Notoatmodjo, 2015).

C. KONSEP REMAJA

1. Definisi Remaja

Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa berawalnya
pubertas sampai tercapainya kematangan (Aryani, 2010). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di
mulai pada usia 10-12 tahun (remaja awal), usia 13 – 15 tahun (remaja tengah) dan berakhir pada usia 16-19 tahun (remaja
akhir) (Widiastuti, dkk, 2009).

2. Tumbuh Kembang Remaja


Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik
dan dapat diukur. Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua organ
penting, yaitu; hipotalamus dan hipofisis, ketika organ ini bekerja ada tiga kelenjar yang dirangsang yaitu; kelenjar gondok,
kelenjar anak ginjal, kelenjar organ reproduksi (Kusmiran, 2011). Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek
kualitatif dan kuantitatif. Terdapat dua konsep perkembangan remaja yaitu nature dan mature konsep nature mengatakan
bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan
tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Sedangkan konsep natur mengatakan tidak semua remaja mengalami
masa badai dan tekanan, hal tersebut tergantung pada pola asuhan dan lingkungan dimana remaja itu tinggal (Kusmiran, 2011).
Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri, yaitu secara aktif mengatasi stres dan mencari jalan keluar baru
dari berbagai masalah. Dalam penyesuaian remaja terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja:
1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun), ciri khasnya:
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berfikir abstrak
2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya:

a. Mencari identitas diri


b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Punya rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks
3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya:
a. Pengungkapan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Punya citra jasmani diri
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e. Mampu berfikir abstrak (Kusmiran, 2011).
Diantara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh (badan menjadi makin panjang dan tinggi), mulai berfingsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita
dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual yang tumbuh. Secara lengkap urutan perubahan-perubahan fisik
tersebut sebagai berikut :
1) Pada anak perempuan
a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang)
b. Pertumbuhan payudara.
c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan.
d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya.
e. Bulu kemaluan menjadi keriting.
f. Haid
g. Tumbuh bulu-bulu ketiak.

2) Pada anak laki-laki


a. Pertumbuhan tulang-tulang.
b. Testis (buah pelir) membesar.
c. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap.
d. Awal perubahan suara.
e. Ejakulasi (keluarnya air mani).
f. Bulu kemaluan menjadi keriting.
g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya.
h. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot).
i. Tumbuh bulu ketiak.
j. Akhir perubahan suara.
k. Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.
l. Tumbuh bulu di dada.
Perubahan-perubahan fisik itu, menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang cepat,
membuat remaja merasa tersisih dari teman-temannya.Demikian pula dalam menghadapi haid dan ejakulasi yang pertama,
remaja perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku yang tidak selalu bisa dilakukannya dengan mulus, terutama jika tidak ada
dukungan dari orang tua (Sarwono, 2010).

D. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

1. Definisi Kesehatan Reproduksi

Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosia yang
utuh, bukan hanyabebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek yang berhubngan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya. Atau suatu kedaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan
proses reproduksinya secara sehat dan aman (Nugroho,2010,p.4)
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas
dari penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan
sesudah menikah (Nugroho, 2010).

2. Ciri- ciri Kesehatan Reproduksi


Pada remaja normal akan mengalami masa pubertas dengn ciri- ciri kesehatan reproduksi meliputi :

1) Remaja perempuan

Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 10-11 tahun. Tanda awal pubertas remaja perempuan adalah adanya
pertumbuhan payudara, dimana
daerah puting susu, dan sekitarnya mulai membesar. Selain payudara membesar, mulai muncul rambut pubis (kemaluan). Pada
sepertiga remaja perempuan, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara, rambut ketiak dan rambut
badan. Rambut badan mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan
keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Pada remaja perempuan, menstruasi umumnya terjadi pada usia 11-14 tahun.
Selanjutnya pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 15-16 tahun, sedangkan pada laki-laki pematangan
seksual penuh terjadi pada usia 17-18 tahun.
a) Pertumbuhan Rambut
Tanda pertumbuhan fisik lainnya yang mungkin terjadi pada masa pubertas adalah pertumbuhan rambut. Pada beberapa anak
perempuan dapat tumbuh rambut atau tumbuh kumis yang tipis seperti pada laki-laki, hal ini merupakan variasi yang normal.
Kemungkinan rambut lepas secara berlebihan (rontok) dapat terjadi dan akan hilang dengan sendirinya. Namun apabila
kerontokan rambut terjadi dalam jangka waktu lama atau terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan, maka remaja
disarankan menghubungi dokter.
b) Menstruasi
Tanda pubertas yang utama pada perempuan adalah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari vagina
dimana darah tersebut merupakan lapisan dinding rahim yang meluruh bersama sel telur yang sudah matang namun tidak
dibuahi. Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja perempuan disebut menarche.
Rahim adalah tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh
darah. Setelah mentruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon esterogen. Kemudian terjadi ovulasi
diikuti dengan keluarnya cairan karena pengaruh progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi bersama sel
telur akan terlepas dan disebut siklus menstruasi.
2) Remaja Laki-Laki
Awal pubertas pada remaja laki-laki biasanya dimulai pada usia 10-13 tahun. Saat mulai pubertas sampai dewasa, biasanya
memerlukan waktu sekitar 4 tahun, yang stadiumnya dilihat dari alat kelamin dan rambut pubisnya. Tanda pubertas laki-laki
pada stadium I usia 10-11 tahun megalami tanda ukuran penis testis dan skrotum masih sama dengan anak-anak. Pada stadium
II usia 12-13 tahun mengalami tanda skrotum dan testis membesar, perubahan permukaan kulit skrotum menjadi berwarna
lebih gelap. Pada stadium III usiat 13-14 mengalami tanda penis tumbuh menjadi panjang dan testis semakin besar, kepala
penis menjadi lebih besar dan berwarna semakin gelap. Rambut pubis dan sekitar penis menjdi lebih banyak dan lebih tebal.
Kadang-kadang mulai timbul kumis. Pada stadium IV usia 14-15 tahun mengalami tanda penis terus makin panjang dan mulai
semakin tebal. Pembesaran testis terus berlanjut rambut pubis menjadi lebih mendekati rambut dewasa, tebal, kasar dan
keriting. Mulai terjadi ejakulasi pertama kali mimpi basah, rambut di lengan bawah dan daerah muka mulai tumbuh , suara
menjadi lebih dalam. Pada stadium V usia 16 tahun mengalami tanda pada saat ini tinggi badan, besaran penis dan testis remaja
mencapai ukuran dewasa. Rambut mulai tumbuh di badan dan makin lama semakin banyak, disamping juga rambut pubis dan
lengan bawah. Rambut terdistribus berbentuk segitiga, rambut daerah muka sudah mulai berhenti pertumbuhannya. Perubahan
hormon juga menyebabkan perubahan tingkah laku anak dan pembesaran payudara untuk sementara. Hal ini tidak perlu
dicemaskan, karena akan hilang sendiri setelah dua tahun. Anak laki-laki akan sering mengalami ereksi yang spontan dan
mimpi basah.
Mimpi basah selama masa pubertas, testis tumbuh menjadi lebih besar, spermatozoa mulai terbentuk, dan pada prinsipnya saat
sistem reproduksi telah matang dan mulai berfungsi. Peristiwa yang sering digunakan sebagai indikator pubertas pada remaja
laki-laki adalah mulai mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa keluarnya spermatozoa saat tidur, sering
terjadi pada saat mimpi tentang seks. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara berejakulasi.
Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus menerus diproduksi setiap hari dan perlu keluar. Ini merupakan pengalaman yang
normal bagi laki-laki (Kemenkes, 2011)
3. Cara membersihkan dan menjaga kesehatan reproduksi
Perawatan organ reproduksi dan seksual (alat kelamin) secara umum bagi remaja laki-laki dan perempuan :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin.
2) Keringkan alat kelamin dengan baik setelah cebok sebelum menggunakan celana kembali.
3) Sebaiknya memilih dan menggunakan pakaian dalam dari bahan katun agar bisa menyerap keringat.
4) Hindari menggunakan celana yang ketat karena bisa membuat peredaran darah tidak lancar dan membuat suhu vagina, penis
dan testis menjadi panas.
5) Bila penis dan vagina terluka sebaliknya bilas dengan air aquades (air hasil penyulingan yang bisa dibeli di apotek).
6) Cebok dengan gerakan dari depan ke belakang sehingga bibit penyakit dari anus tidak terbawa.
Penting untuk merawat alat kelamin kita secara teratur agar alat kelamin menjadi sehat tanpa penyakit.
Cara merawat atau menjaga kebersihan organ reproduksi wanita :
1) Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap buang air besar, buang air kecil dan pada waktu mandi.
2) Bersihkan semua bagian alat kelamin sampai ke seluruh lipatan atau lekuk sehingga tidak ada kotoran tertinggal.
3) Sabunlah semua bagian sampai lipatan atau lekuk baru disiram atau dibilas dengan air bersih kemudian keringkan dengan cara
menekan.
4) Siram atau bilas dari arah kedepan dan belakang.
5) Pada saat menstruasi rentan untuk terjadi infeksi, maka gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali dalam sehari
atau setiap setelah selesai buang air kecil atau apabila pembalut telah penuh darah atau saat mandi. Bila menggunakan
pembalut kain, segeralah cuci sampai bersih begitu selesai digunakan.
Cara merawat atau menjaga kebersihan organ reproduksi laki-laki .
1) Pertama kali tariklah kulit batang penis kearah atas sehingga seluruh permukaan penis terlihat sampai bagian yang berlaku. Hal
ini dilakukan karena padabagian yang terlekuk mengendap produk kelenjar yang disebut smegma.
2) Semua bagian harus disabun dan dibersihkan sampai tidak ada kotoran yang tertinggal.
3) Kotoran yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi an menurut penelitian para ahli, kotoran tersebut dapat menyebabkan
kanker pada alat kelamin perempuan yang masuk pada saat melakukan hubungan seksual. Karena itu pada anak laki-laki perlu
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin. Bagi yang tidak menjalankan sunat atau khitan, dianjurkan untuk selalu
menjaga kebersihan alat kelaminnya.
4) Disarankan untuk selalu membersihkan alat kelamin setelah mengalami mimpi basah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:
1) Faktor Demografis - Ekonomi Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor demografi yang dapat mempengaruhi
Kesehatan Reproduksi adalah akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah , lokasi/tempat tinggal yang
terpencil.
2) Faktor Budaya dan Lingkungan Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama, status perempuan,
ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan
tanggung jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
3) Faktor Psikologis Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya (“peer pressure“), tindak
kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak
seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
4) Faktor Biologis Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada
alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan mendapatkan
hak-hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.

5. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi


Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir sampai mati (life cycle approach)
agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas
dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada program pelayanan yang tersedia.
1. Konsepsi Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan ANC, persalinan, nifas dan BBL yang aman.
2. Bayi dan Anak PemberianASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an pemberian makanan dengan gizi seimbang,
Imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan pada anak, Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada anak laki-
laki dan anak perempuan.
3. Remaja Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang adequate, Pencegahan kekerasan sosial,
Mencegah ketergantungan NAPZA, Perkawinan usia yang wajar, Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan
penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
4. Usia Subur Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman, Pencegahan kecacatan dan kematian pada
ibu dan bayi, Menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, Pencegahan terhadap PMS atau
HIV/AIDS, Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, Pencegahan penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim, Pencegahan dan manajemen infertilitas.
5. Usia Lanjut Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap kemungkinan penyakit utama degeneratif
termasuk rabun, gangguan metabolisme tubuh, gangguan morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker
prostat. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“, meliputi: Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada
saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual bila kurang
pengetahuan dapat terjadi kehamilan diluar nikah, abortus tidak aman, tertular penyakit menular seksual (PMS), termasuk
HIV/AIDS. Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan ternyata belum mempunyai pengetahuan
yang cukup untuk memelihara kehamilannya maka dapat mengakibatkan terjadinya risiko terhadap kehamilannya (persalinan
sebelum waktunya) yang akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinnya. Dalam kesehatan
reproduksi mengimplikasikan seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang berhak terbebas
dari kemungkinan tertular penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan terbebas
dari paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan saling memahami dan sesuai etika serta budaya yang berlaku.

E. Konsep Perilaku Seksual Pranikah

1. Definisi Perilaku Seksual Pranikah

Menurut Sarwono (2010) mendefinisikan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Perilaku ini bisa dilakukan sebelum menikah atau dilakukan pada saat
pacaran maka disebut dengan perilaku seksual pranikah.
Perilaku seksual adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat sekual, yang dilakukan oleh pria dan wanita sebelum
adanya ikatan resmi (pernikahan) menurut agama dan hokum, mulai dari bentuk perilaku seks yang paling ringan sampai
tahapan senggama (Sarwono, 2011; Isti’anah, 2014)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja (Isti’anah, 2014) adalah
sebagai berikut :
1) Kurangnya informasi tentang seks yamg benar dan jelas.
2) Jauh dari orang tua, akhirnya pelajar merasa mempunyai kelonggaran dan kebebasan dalam bertingkah laku.
3) Media massa yaitu mudahnya akses informasi dari majalah internet dan lain-lain
4) Kualitas religiusitas (keimanan) dri pelajar itu sendiri
5) Kematangan biologis yang berkaitan dengan pengendalian dan control diri.
6) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria (Dewi, 2012).
Menurut sari (2014), faktor-faktor penyebab perilaku seksual remaja adalah
1) Faktor Internal
Faktor dari dalam diri remaja tersebut, antara lain : pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap playanan
kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentangan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup,
pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia dan agama. Termasuk berimajinasi melakukan hubungan seksual dan
mengkonsumsi minuman yang mendorong timbulnya dorongan sksual seperti obat-obatan terlarang atau narkotika dan
minuman keras.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri indvidu tersebut, seperti : kontak dengan sumber-sumber informasi (teman, buku, majalah,
dan internet), keluarga,sosial budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.

3. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Pranikah

Bentuk perilaku seksual menurut Sarwono (2016), bentuk perilaku seks pranikah yang dilakukan remaja antara lain :
1) Bergandengan tangan
2) Berpelukan
3) Berciuman
4) Meraba bagian tubuh.
5) Petting
6) Memegang alat kelamin pada lawan jenis
7) Masturbasi, merupakan perilaku menyentuh, menggosok, dan memegang bagian tubuh sendiri yang sensitif sehingga dapat
menimbulkan rasa yang menyenangkan untuk kepuasan seksualnya.
8) Onani, suatu perilaku dengan membayangkan atau mengeksplorasi bagian tubuh yang sensitif sehingga dapat menimbulkan
kepuasan seksualnya.
9) Bercumbu berat (petting), melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tidak melakukan penetrasi penis ke
dalam vagina. Tetapi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan.
10) Hubungan seksual adalah masuknya penis ke dalam vagina.
11) Oral seks, suatu aktivitas seksual dengan memberikan stimulasi alat kelamin pasangan seks dengan menggunakan mulut, lidah
dan gigi.

Puspitasari (2015), menyatakan perilaku seksual pranikah dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu perilaku seksual
pranikah dalam kategori ringan sebanyak 68 orang (64,2%) yang meliputi pergi berkencan, bergandengan tangan, dan
mencium pipi. Sedangkan perilaku seksual pranikah dalam kategori berat yaitu sebanyak 38 orang (35,8%) yang meliputi
mencium bibir, necking (mencium leher), onani, memegang daerah sensitif (alat kelamin, leher dan payudara lawan jenis),
petting, dan melakukan hubungan seksual.

Dewi (2015), membagi perilaku seksual pranikah menjadi dua kategori yaitu perilaku seksual ringan yang meliputi
bergandengan tangan, pelukan dan ciuman pipi. Sedangkan perilaku seksual berat yang meliputi ciuman bibir, memegang
payudara serta alat kelamin lawan jenis, masturbasi, onani, petting, melakukan hubungan seksual dan oral seks.
Sari (2016), menyatakan bahwa sikap remaja mengenai perilaku seksual, mayoritas dalam ketegori cukup (64,7%),
kategori baik (35,3%). Data yang diperoleh dalam penelitian mayoritas dalam kategori pengetahuan cukup dan sikapnya juga
cukup (15,7%), sedangkan pengetahuan baik dan sikapnya juga baik (15,7%) dan sikapnya cukup (49,0%).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Gambar III.1Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku
Seksual Pranikah.

Remaja Usia 15-16 tahun

Kuesioner

Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seksual Pranikah


Kesehatan Reproduksi.

Faktor yang mempengaruhi :


Faktor yang mempengaruhi :
1. Pengalaman pribadi
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi 2. Pengaruh orang lain yang dianggap
3. Budaya
penting individu
4. Pengalaman
3. Pengaruh kebudayaan
Mengetahui Tingkat Pengetahuan
dengan hasil dari kuesioner :

1. Baik = 76-100%
2. Cukup = 56-75%
3. Kurang =
<56% Bisa mengetahui berapa banyak yang sudah
melakukan seksual pranikah dengan melihat
Keterangan : hasil kuesioner :

1. Tidak Berisiko jika pertanyaan no 2-


: Diteliti
10 dijawab : Tidak Pernah.
2. Berisiko Ringan jika soal no 2-5
: Tidak diteliti
dijawab : Pernah.
3. Berisiko Berat jika soal no 6-10
: Berpengaruh
dijawab : Pernah

B. Penjelasan Kerangka Konsep

Sesuai dengan judul penelitian diatas peneliti tertarik ingin meneliti tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku seksual pranikah yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi dan bagaimana perilaku remaja tentang seksual pranikah di wilayah kabupaten madiun saat ini. Pengetahuan remaja
sangatlah penting karena dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat mempengaruhi perilaku individu
tersebut terhadap seksual pranikah. Perilaku seksual pranikah remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor
pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, pengalaman pribadi,
lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Maka dari itu pengetahuan dan perilaku remaja dalam
menghadapi sangatlah penting untuk mengtahui sejauh mana remaja memahami akan pentingngnya menjaga kesehatan
reproduksi dan perilaku remaja terhadap seksual pranikah. Dalam penelitan ini diharapkan setelah diberikan kuesioner kita bisa
mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah perilaku seksual pra nikah dengan baik dan benar.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan dari penelitian(Nursalam, 2013). Menurut
teori La Biondo-Wood dan Haber hipotesis juga merupakan salah satu pernyataan asumsi tentang hubungan dua variabel atau
lebih yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017).Hipotesis yang ditetapkan
pada penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada pengaruh peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah.
H1 : Ada pengaruh peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah..
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah seseutu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan
maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi sutu hasil. Istilah desain penelitian digunakan dalam dua hal
yaitu, pertama desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum
perencanaan akhir pengumpulan data, dan kedua yaitu desain penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian
yang akan dilaksanakan(Nursalam, 2017).
Desain penelitian dapat digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk
mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian. Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap
keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan(Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian yang digunakan adalah penelitian metode kuantitatif, dengan menggunakan desain cross sectional dimana
data yang digunakan merupakan data primer yaitu dengan cara mengisi kuesioner terhadap hubungan pengetahuan, sikap
remaja dalam menghadapi tingginya angka kehmailan usia dini. Penelitian dilakukan dengan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (objektif) didalam suatu komunitas masyarakat.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMPN 1 DAGANGAN.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk penelitian untuk pengambilan data awal - pengumpulan skripsi adalah bulan Desember 2020-
bulan Juni 2021 dengan jadwal terlampir.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini remaja usia 13-15 tahun di SMPN 1 DAGANGAN yang berjumlah 150 siswa
tahun 2020.

2. Sampel
Menurut Supardi dan Rustika (2013) sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota yang dipilih dengan cara
trtentu agar mewakili populasi. Besar sampel dalam penelitian ini menurut Slowin dapat ditentukan dengan rumus. Besar
sampel dalam penelitian ini adalah :
n = N
1 + N (d)2
Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi
d : Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (dalam penelitian ini 90% = 0,1)

maka :

n = N
1 + N (d)2
n= 150
1 + 150 (0,1)2
n= 150
2,5
n = 60

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yang berusia 15-16 tahun di SMPN 01 DAGANGAN.
1) Kriteria Iklusi :
b. Siswa kelas IX yang berusia 15-16 tahun
c. Bersekolah di SMP Negeri 1 Dagangan saat penelitian dilakukan
2) Kriteria Ekslusi
Penelitian ini adalah siswa kelas IX yang mengalami kehamilan usia dini.

3. Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populas. Teknik sampling merupakan cara-
cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian (Nursalam, 2017).
Teknik yang digunakan peneliti adalah teknik simple random sampling yaitu merupakan jenis probality sampling. Simple
Random Sampling pada dasarnya dari setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi
anggota populasi dan dengan menggunakan tabel bilangan acak (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini teknik pengambilan
sampel yaitu dengan cara mengundi dari anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen(Bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan
diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
2. Variabel Dependen(Terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2017). Variabel terikat pada penelitian
ini adalah perilaku seksual pranikah.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel IV.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Dengan Perilaku Seksual Pranikah

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


.
1. Independen : Pengetahuan adalah Mengetahui Kuesioner Ordinal Baik = 76-100%
pengetahuan faktor penentu tentang : Cukup = 56-75%
remaja tentang bagaimana manusia 1. Pengertian Kurang = <56% (Arikunto, 2010) Jika benar
kesehatan berfikir, merasa dan Kesehatan = 1 Jika salah = 0 Hasil dari responden dibagi
reproduksi bertindak. Reproduksi nilai maksimal, dikali 100%
2. Usia masa subur
Kesehatan Reproduksi 3. ciri-ciri
adalah suatu keadaan reproduksi yang
sejahtera fisik, mental, sehat.
dan sosial seacara utuh Memhami
tidak semata-mata bebas tentang :
dari penyakitatau Anatomi organ
kecacatan dalam suatu reproduksi
yang berkaitan dengan Menerapkan :
system reproduksi, fungsi Cara
dan prosesnya (WHO). membersihkan dan
menjaga organ
reproduksi
2. Dependen : perilaku seksual adalah Dapat mengamati : Kuesioner Ordinal Perilaku Tidak Berisiko: jika tidak melakukan
segala tingkah laku yang 1. Perilaku yang semua perilaku touching,kissing,necking,
Perilaku seksual didorong oleh hasrat dilakukan siswa petting, dan intercourse.
pranikah seksual, baik dengan yang berhubungan
lawan jenis maupun dengan seks Perilaku berisiko ringan: mengobrol, nonton
dengan sesama jenis. pranikah secara film, pegangan tangan, jalan-jalan, pelukan,
Perilaku ini bisa individu. sampai cium pipi.
dilakukan sebelum 2. Dapat
menikah atau dilakukan mengamati tahapan Sedangkan perilaku seksual berisiko berat
pada saat pacaran maka seks mulai dari ciuman bibir, ciuman mulut,
disebut dengan perilaku pranikah,touching,i ciuman leher, meraba daerah erogen, petting,
seksual pranikah. ntercourse yang dan intercourse. (dilakukan salah salah satu
dilakukan siswa. atau semuanya)
Mengetahui :
Dapat mengetahui Tidak Berisiko jika pertanyaan no 2-10
siswa yang sudah dijawab: tidak pernah.
berpacaran.
Berisiko Ringan jika soal no 2-5 dijawab
Pernah. Adapun pertanyaan no 2-5 meliputi
berciuman pipi- berpelukan.

Berisiko Berat jika soal no 6-10 dijawab


Pernah. Adapun pertanyaan no 6-10 meliputi
berciuman bibir/leher – intercouse.
F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data dalam penelitian agar hasilnya lebih
baik sehingga lebih mudah diolah, ada beberapa jenis instrumen penelitian yaitu meliputi pengukuran, biofisiologis, observasi,
wawancara, kuesioner, dan skala (Nursalam, 2017). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner .
kuesioner terdiri dari 15 soal untuk kuesioner tingkat pengetahuan dn 16 soal untuk perilaku seksual pranikah yang telah
disediakan di google form. Penilaian skor ada 3 yaitu :
Untuk pengetahuan :
Baik = 76-100%
Cukup = 56-75%
Kurang = <56%
Jika benar = 1
Jika salah = 0
Hasil dari responden dibagi nilai maksimal, dikali 100%
Untuk perilaku seksual pranikah :
Tidak Berisiko jika pertanyaan no 2-10 dijawab : Tidak Pernah.
Berisiko Ringan jika soal no 2-5 dijawab : Pernah.
Berisiko Berat jika soal no 6-10 dijawab : Pernah.
G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karateristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian, langkah – langkah pengumpulan data bergantung pada desain atau rancangan penelitian dan
teknik yang digunakan (Nursalam, 2017). Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi : Survei pemilihan tempat penelitian dan sampel, menentukan kuesioner tingkatpengetahuan dan
sikap remaja tentang kehamilan usia dini, mengajukan usulan judul kepada dosen pembimbing. Mengajukan permohonan izin
pengambilan data awal dan penelitian di SMPN 1 DAGANGAN madiun, membuat grup untuk menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian, memberikan penjelasan mengenai inform concent dan menentukan pelaksanaan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Tahap pertama melakukan pre-test dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahaun remaja tentang
kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah.
b. Tahap kedua pemberian edukasi dengan mengirimkan materi tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pranikah.
c. Tahap ketiga responden dibeikan kuesioner post-test untuk mengetahui tingkat
Pengetahuan temtang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah.
3. Tahap penutup
Pada tahap ini peneliti mengolah data yang ada dilembar kuesioner untuk membuktikan apakah ada pengaruh atau tidak dalam
pemberian kuesioner tentang pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah. Selain itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui tahap : pemeriksaan (editing), proses pemberian identitas (coding), proses pembeian
nilai (scoring), dan proses perhitungan (tabulating) (Notoatmodjo, 2012).
a. Editing (Penyuntingan Data)
Editing ialah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2012).
Pada proses editing dalam penelitian ini, peneliti memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi dan mengecek kembali
kuesioner untuk memastikan tidak ada yang terlewati, mengecek masalah isian data, sudah terisi dengan jelas dan lengkap.
Pada penelitian ini hasil dari semua kuesioner bisa dipakai dan tidak ada yang terlewati, semua sudah terisi dengan jelas
sehingga dapat dilanjutkan pada proses selanjutnya yaitu coding.
b. Coding (Pemberian Kode)
Coding meupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori
(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner diperoleh kunci jawaban “Benar” Untuk
pengetahuan diberi kategori ”BAIK,CUKUP dan KURANG”. Kemudian untuk perilaku seksual pranikah diberi kategori
“TIDAK PERNAH dan PERNAH”.
c. Scoring
Dalam penelitian ini pemberian nilai pada masing – masing pertanyaan sesuai dengan ketentuan. Dari hasil jawaban
responden yang telah dibei skor kemudian dijumlah dan diklasifikasikan berdasarkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku seksual pranikah.
d. Processing atau memasukkan data
Memasukkan data entry tingkat pengetahuan ke dalam software komputer.
e. Tabulating (membuat tabel data)
Tabulating yaitu membuat tabel – tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
(Notoatmodjo, 2012). Tabulating dalam penelitian ini adalah membuat tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai
dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Analisa Data
Analisa data tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam menghadapi kehamilan usia dini di SMPN 1 DAGANGAN
Madiun dilakukan dengan menggunakan uji Wilxocon untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi setelah diberikan
pengetahuan.
a. Analisa univariat
Analisa univarat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskipsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yang
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan
analisa univariat melalui distribusi frekuensi ynag diharapkan dapat diketahui nilai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan perilaku seksual pranikah sebelum dan sesudah diberikan edukasi. Diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan
kesehtan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah di SMPN 1 DAGANGAN sesudah diberikan intervensi.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua variabel dalam penelitian yang saling berhubungan atau
berkolerasi. Dalam penelitian ini menggunakan uji Wilxocon, uji Wilxocon ialah untuk menganalisis hasil – hasil pengamatan
yang berpasangan atau berhubungan dari dua data apakah berbeda atau tidak.

I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, hal yang dipertimbangkan etika penelitian yang meyakini melindungi responden, dengan
memperhatikan beberapa aspek yaitu :
a. Self Determination
Peneliti memberikan hak yang terbuka kepada responden untuk dapat memilih berpartisipasi dalam penelitian atau tidak
dan boleh berhenti ditengah – tengah pengumpulan data tanpa ada sanksi apapun.
b. Informed Consent
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta meminta izin dan persetujuan responden bahwa
responden mempunyai hak untuk setuju atau tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Dalam informed consent peneliti
membuat selembar surat persetujuan kalau responden bersedia berpartisipasi dan menjadi responden dalam penelitian yang
berupa tanda tangan responden.
c. Privacy and anonymity
Kerahasiaan informasi responden dengan mengganti nama dengan inisial yang digunakan untuk kepentingan penelitian
saja.
d. Confidentially
Kerahasiaan dan infomasi yang berasal dari responden harus dijaga. Semua catatan dan data responden disimpan sebagi
dokumentasi penelitian, jika data sudah selesai diteliti atau sudah tidak digunakan maka data tersebut harus dimusnahkan.
e. Protection From Discomfort
Peneliti menjelaskan prosedur yang akan dijalankan dan meyakinkan responden intervensi yang akan diberikan tidak
menyakiti atau merugikan responden.
f. Justice
Peneliti memperlakukan semua responden secara adil sesuai intervensi yang akan diberikan pada responden.
J. Kerangka Kerja

Gambar IV.1 Kerangka Kerja Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual
Pranikah
Populasi : anak usia sekolah 15-16 tahun
dengan jumlah 150 responden
Teknik Sampling :
Probality Sampling

Sampel : 60 siswa dan siswi kelas IX di


SMPN 01 dagangan

Kuesioner : Mengukur tingkat pengetahuan


siswa tentang kesehatan reproduksi dan
perilaku seksual pranikah

Pengolahan Data : Pengolahan data : editing, coding, scorrring,


processing, tabulating
2. Anlisis data : univariat dan bivariat
Hasil Penelitian : uji wilxocon didapatkan
hasil ρ-value <(α = 0,05) yaitu sebesar 0,000

Kesimpulan : H1 diterima artinya ada pengaruh tingkat pengetahuan siswa tentang


kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah di SMPN 01 DAGANGAN

Hasil Kuesioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

SOAL R HITUNG R TABEL KETERANGAN

Pertanyaan 1 0,129 0,540 Tidak Valid

Pertanyaan 2 0,159 0,447 Tidak Valid

Pertanyaan 3 0,501 0,011 Valid

Pertanyaan 4 0,273 0,186 Valid


Pertanyaan 5 0,175 0,404 Tidak Valid

Pertanyan 6 0,501 0,011 Valid

Pertanyaan 7 0,437 0,029 Valid

Pertanyaan 8 0,182 0,384 Tidak Valid

Pertanyaan 9 0,504 0,010 Valid

Pertanyaan 10 0,714 0,077 Valid

Pertanyaan 11 0,504 0,010 Valid

Pertanyaan 12 0,068 0,746 Tidak Valid


Pertanyaan 13 0,522 0,007 Valid

Pertanyaan 14 0,501 0,011 Valid

Pertanyaan 15 0,657 0,000 Valid

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items

,304 15
DAFTAR PUSTAKA

XNotoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Lesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Sulisworo, D., Winarti, W., Amalia, Y. A., Larekeng, S. H., Maryani, I., & Demitra, D. (2020). Model lingkungan
pembelajaran era new normal.

Azhari, Akyas.2009. Psikologi Umum dan Perkembangan.Jakarta:Teraju PT.Mizan Publika

Azwar, Saifudin ,2007 ,sikap manusia teori skala dan pengukurannya, pustaka Pelajar :Jakarta

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Kooardinasi keluarga berencana Nasional ,2012. http//www.bkkbn.co.ig diakses 1 februari 2018

WHO. More than 1,2 million adolescents die every year, nearly all preventable. WHO: Media Centre, 2017. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2017/yearly-adolescent- deaths/en/ pada 12 september 2017

WHO. Adolescent Pregnancy. WHO: Media Centre, 2014. Diakses dari


https://www.who.int/entity/mediacentre/factsheets/fs364/en/index.html pada tanggal 06 Juni 2017
BKKBN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015 Badan Kependudkan dan Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN, 2016.
diakses dari https://www.bkkbn.go.id/po-content/uploads/LAKIP_BKKBN_2016.pdf pada tanggal 06 Juni 201

PKBI. Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: PKBI, 2016. Diakes dari https://pkbi-diy.info pada taggal 06 Juni 2017

Survei Sosial Ekonomi Nasional. Kesehatan Reproduksi, ASFR Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Statistik Kesejahteraan
Rakyat dan Direktorat Statistik Harga- Badan Pusat Statistik, 2014. Diakses dari https://microdata.bps.go.id pada tanggal 06
Juni 2017

WHO. Child Marriages. WHO : Media Centre, tahun 2013. Disadur dari
http://www.who.int/entity/mediacentre/news/releases/2013/child_marriage _20130307/en/index.html pada tanggal 06 Juni
2017

Siramaneerat, Issara., Farid A., Arga N., Sarinthorn M. Knowledge, Attitude, and Behaviour Toward Premarital Sex Among
Adolescents in Indonesia. Journal of Health Research Vol 31. Thailand: Journal of Health Research, 2017. Diakses dari
https://www.tci-thaijo.org pada 09 Januari 2018

Lasisi, Badaki Olusegun. Knowledge of Premarital Sex and its influence on Sexual Behaviour of Adolescent in Federal
Government Senior Secondary School in Nigeria. IOSR Journal of Sports and Physical Education Vol 1. Nigeria: IOSR
Journal of Sports and Physical Education, 2014. Diakeses dari www.iosrjournal.org pada 09 Januari 2018
LAMPIRAN

Lampiran 1

Jadwal Kegiatan

Bulan/Minggu
Oktober November Desember Januari Februari Maret Mei Juni
No. Kegiatan April 2021
2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan
1.
Data Awal
2. Penyusunan
Proposal
Penelitian
Sidang
3.
Proposal
Perbaikan
4.
Proposal
Pelaksanaan
5.
Penelitian
Pengolahan
6. Hasil
Penelitian
Sidang
7.
Skripsi
Perbaikan
8.
Skripsi
Pengumpula
9.
n Skripsi
Lampiran 2

Surat Izin Pengambilan Data Awal di SMPN 1 Dagangan


Lampiran 3

Surat Izin Uji Validitas di SMPN 2 Geger


Lampiran 4

Informed Consent
Lampiran 5

KISI – KISI KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


KESEHATAN REPRODUKSI

No
Materi No Soal Kunci Jawaban
.

1. Ciri-ciri Kesehatan Reproduksi, Masa


1, 2, 3,4,5,6,11 Benar
Subur

2. Organ Reproduksi laki-laki dan


8,9 Salah, Benar
perempuan

3. Alat kontrasepsi 13 Salah

4. Hubungan seksual 10,14,15 Benar , Salah, Salah

5. Cara menjaga dan merawat organ 7, 12 Benar


reproduksi

Lampiran 6
Kuesioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi

No PERNYATAAN B S

1. Apa yang terjadi pada remaja putra adalah perubahan B


suara, tumbuhnya bulu-bulu halus didaerah wajah dan
tempat lain, dan timbul jakun.

2. Ciri-ciri yang terjadi pada remaja laki-laki adalah badan B


mulai berotot, perubahan suara, tumbuhnya bulu-bulu
halus di daerah wajah dan di daerah lain, dan timbulnya
jakun

3. Mimpi basah merupakan tanda lain pada remaja laki-laki B


bahwa remaja tersebut mulai akil baliq atau pubertas

4. Tanda akil baliq pada remaja perempuan diantaranya B


tumbuh rambut disekitar alat kelamin atau ketiak,
payudara membesar

5. Haid atau menstruasi adalah tanda lain pada remaja puteri B


yang mengalami akil baliq atau pubertas

6. Masa subur pada seorang perempuan terjadi diantara dua B


siklus haid

7. Pada pria disarankan untuk selalu membersihkan alat B


kelamin setelah mengalami mimpi basah

8. Tempat terjadinya pembuahan atau pertemuan antara sel S


telur dan sel sperma disebut uterus atau Rahim

9. Vagina merupakan salah satu organ reproduksi B

10. Seorang perempuan dapat hamil hanya dengan sekali B


melakukan hubungan seksual (intercourse)

11. Masa subur pada seorang perempuan adalah masa yang B


sangat mungkin bagi seorang perempuan tersebut bisa
hamil (jika melakukan hubungan seksual).
12. Pada saat menstruasi rentan untuk terjadi infeksi, maka B
gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali
dalam sehari

13. Pemakaian alat kontasepsi (kondom) diperbolehkan pada S


remaja yang belum menikah, untuk menghindari
kehamilan

14. Seks bebas dan berganti-ganti pasangan tidak S


menyebabkan penyakit seksual dan gangguan-
gangguannya

15. Hubungan seksual (intercourse) diperbolehkan pada S


pasangan yang belum menikah tetapi sama-sama ingin
menunjukkan rasa cinta

TOTAL

Lampiran 7
Kuesioner Tentang Perilaku Seksual Pranikah
a. Silanglah (X) jawaban sesuai kondisi Anda

1. Apakah Anda berpacaran?


a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. Apakah Anda pernah menggandeng tangan pacar/pasangan/ lawan jenis
saat jalan berdua?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
3. Apakah Anda pernah merangkul pacar/ pasangan/lawan jenis Anda?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
4. Apakah Anda pernah berpelukan dengan pacar/pasangan/lawan jenis Anda?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
5. Apakah Anda pernah mencium kening atau pipi pacar/pasangan/lawan jenis
Anda?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
6. Apakah Anda pernah mencium bibir atau leher dan sekitarnya pacar/
pasangan/lawan jenis Anda?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
7. Apakah Anda pernah meraba payudara, paha, dan organ kelamin pacar/
pasangan/lawan jenis Anda?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
8. Pernahkan Anda melakukan onani atau masturbasi ketika ada hasrat seks
setelah mendapat sebuah rangsangan dari luar (menonton film/ video, dll
nya)?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
9. Pernahkan Anda menempelkan/ menggesek-gesekan alat kelamin Anda
kepada pacar/pasangan/lawan jenis Anda dengan memakai atau tidak
memakai pakaian?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
10. Pernahkan Anda melakukan hubungan intim (intercourse)?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
11. Pernahkan Anda berpacaran?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
12. Apakah Anda mempunyai teman yang sudah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah Anda pernah atau sedang memiliki lebih dari satu pasangan saat
bersamaan?
a. Ya
b. Tidak
14. Saya menjaga kesucian saya sebagai seorang wanita dan pria sampai saya
menikah.
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah Anda pernah mengajak teman/oranglain untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah?
a. Ya
b. Tidak
16. Anda merasa takut jika melakukan hubungan seks pranikah (berpelukan,
berciuman, meraba daerah sensitif pasangan, petting, dan intercourse)
a. Ya
b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai