Nutrasetika Untuk DM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

TEKNOLOGI NUTRASETIKA

SEDIAAN NUTRASETIKA DAN DIABETES

Disusun Oleh
Putri Stephanie Ong 1806256591

PROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2018

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5

a) Isoflavone .............................................................................. 8
b) Omega-3 ................................................................................. 10
c) Lopoic Acid ............................................................................ 12
d) Dietary Fiber ........................................................................... 14
e) Geraniin .................................................................................. 16
f) Terpenoid ................................................................................ 19

BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 21

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

Nutrasetikal adalah jenis makanan yang memiliki manfaat untuk kesehatan secara
medis, termasuk dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Istilah ini pertama
kali diperkenalkan di akhir taun 1980an oleh Stephen Defelice, M.D., yaitu seorang
pendiri dan ketua dari foundation for innovation in medicine.

Dalam proses pengembangan obat, hasil tes klinis dari studi terhadap hewan dan
studi lain adalah suatu prasyarat untuk membuktikan efek atau khasiat obat.
Sedangkan di sisi lain, pada kasus nutrisi tidak ada metode verifikasi untuk
makanan dalam mencegah penyakit di masa lalu.

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, komposisi makanan telah dibuktikan
secara ilmiah dapat menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup maka
konsep nutrasetikal mulai dikenal dengan cara pencarian bahan atau komposisi
makanan yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit.

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM merupakan penyakit yang
menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam
urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah
penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak. Diabetes adalah
salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa
mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat
manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah
pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi

3
300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes
yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe
I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi
penderita DM.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES
I. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).
Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit
gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik 11
hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah
yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner,
retinopati, nefropati, dan gangren.
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (Depkes, 2008).
Definisi lain menyebutkan diabetes mellitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang 7 terjadi
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah.

5
II. Gejala diabetes
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat.
Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah
seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan
bayi dengan berat badan diatas 4 kg
Diabetes dapat pula bermanifestasi sebagai satu atau lebih penyulit yang
bertalian. Diabetes mellitus terutama NIDDM (Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala, sehingga sering didiagnosis
berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin atau uji
glukosa dalam urin.
Faktor yang mempengaruhi gejala dan terjadinya diabetes adalah
bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi
lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua
faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan
dengan terjadinya DM tipe 2.

III. Klasifikasi diabetes


1. Diabetes Mellitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :
a. Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent) : DM jenis ini paling
sering terdapat pada anak-anak dan dewasa muda, namun
demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur. Destruksi sel-
sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik
menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen.
Pemberian insulin eksogen terutama tidak hanya untuk
menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk
menghindari ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan
kehidupan.

6
b. Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) : DM jenis ini
biasanya timbul pada umur lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien
DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja
insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi insulin
biasanya 9 memadai untuk mencegah KAD, namun KAD dapat
timbul bila ada stress berat. Insulin eksogen dapat digunakan
untuk mengobati hiperglikemia yang membandel pada para
pasien jenis ini.
c. Diabetes Mellitus lain (sekunder) : Pada DM jenis ini
hiperglikemia berkaitan dengan penyebab lain yang jelas,
meliputi penyakit-penyakit pankreas, pankreatektomi, sindroma
cushing, acromegaly dan sejumlah kelainan genetik yang tak
lazim.
2. Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok
untuk para penderita yang mempunyai kadar glukosa plasma yang
abnormal namun tidak memenuhi kriteria diagnostik.
3. Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien
yang menderita hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5%
dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena
dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar
(Suyono, 2006). Pada pasien-pasien ini toleransi glukosa dapat
kembali normal setelah persalinan (Anonim, 1995).

B. NUTRASETIKA YANG DIGUNAKAN UNTUK DIABETES


Bahan-bahan dari alam yang sudah berupa ekstrak atau bahkan isolat yang
digunakan sebagai salah satu komposisi dari nutrasetika yang digunakan
sebagai antidiabetes adalah sebagai berikut :

7
I. Isoflavone
a) Sumber
Isoflavone banyak terdapat pada biji-bijian dan kacang-kacangan
terutama kedelai
b) Mekanisme
Secara alami di dalam tubh terdapat sistem pertahanan berupa
antioksidan enzimatik dan nonenzimatik yang meliputi katalase
(CAT), superoksida dismutase (SOD) dan glutation (GSH) yang
mengatur tingkat ROS keseluruhan dan mempertahankan
homeostasis fisiologis. Rendahnya kadar reaktif oksigen spesies
(ROS) di bawah titik ambang homeostatik dapat mengganggu peran
fisiologis oksidan dalam proliferasi dan pertahanan sel. Demikian
pula peningkatan ROS dapat merugikan dan menyebabkan kematian
sel atau percepatan penuaan usia dan timbulnya penyakit. Pada
pasien dengan DM tipe 2, tingkat glutation (GSH) eritrosit menjadi
rendah. Dalam bentuk yang lebih parah, stres oksidatif dapat
mengakibatkan kematian sel berikut oksidasi makromolekul, dan
berbahaya bagi pulau Langerhans, termasuk sel β yang sangat rentan
terhadap sitotoksisitas ROS, yang disebabkan tingkat enzim
antioksidan dalam pulau Langerhans yang relatif rendah sehingga
jaringan pankreas dari spesimen otopsi penderita diabetes tipe 2
menunjukkan peningkatan apoptosis pada sel β sekitar 3-10 kali
lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Daidzen dan
genistein, isoflavon yang terdapat dalam kedelai merupakan suatu
antioksidan. Terapi antioksidan secara signifikan dapat memberikan
efek proteksi sel beta terhadap DNA strand breaks akibat radikal
bebas, sehingga mencegah aktivasi PARP (poly (ADP-ribose)
polymerase) yang dapat mencetuskan apoptosis. Antioksidan yang
terkandung dalam kedelai dapat menghambat terjadinya stres
oksidatif pada sel beta, sehingga kematian sel beta yang masih

8
tersisa dapat dicegah. Isoflavon dalam kedelai juga terbukti dapat
meningkatkan sekresi insulin dan dapat membantu menurunkan
resistensi insulin pada DM tipe 2.
c) Cara ekstraksi
Cara 1: Biji kedelai 100g direndam selama 1 jam dengan air panas
yang ditambahkan NaHCO1%, dibersihkan kulit arinya, diblender
dengan 500 mL dengan air yang baru mendidih, disaring dan ampas
yang diperoleh diekstraksi kembali dengan 500 mL air panas. Hasil
saringan yang diperoleh diuapkan airnya dengan spray drier.
Cara 2 : Biji kedelai 100 g diekstraksi dengan metanol 500 mL
secara maserasi kinetika menggunakan rotary shaker dengan putaran
180 rpm selama 4 jam. Ekstraksi diulang dua kali. dan dirotavapor
hingga diperoleh ekstrak kering.
d) Uji in vitro/in vivo
Sejumlah 36 ekor tikus Wistar jantan dibagi menjadi 6 kelompok (3
kelompok perlakuan dan 3 kelompok kontrol). Alloxan disuntikkan
secara intraperitoneal dengan dosis 150 mg/kg BB untuk
menginduksi tikus menjadi diabetes pada grup perlakuan dan grup
kontrol diabetes. Bubur kedelai (100, 200 dan 500 mg/kg BB/hari)
diberikan personde pada grup perlakuan selama 4 minggu. Glukosa
darah puasa diperiksa dari sampel darah yang diambil dari vena
retroorbita sebelum perlakuan, 2 minggu dan 4 minggu setelah
perlakuan, dan diukur dengan metode GOD-PAP. Pada hari ke 29
setelah perlakuan tikus didekapitasi dan jaringan pankreas diambil.
Terhadap irisan paraffin pankreas dilakukan pewarnaan
imunohistokimia menggunakan antibodi anti-insulin. Penilaian
kualitatif ekspresi insulin dilihat dengan adanya warna coklat yang
timbul pada pulau Langerhans. Data yang dianalisis dengan uji
Anova nilai p < 0,05 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil
penelitian menunjukkan kadar glukosa darah puasa pada kelompok

9
perlakuan 500 mg/kgBB/hari mengalami penurunan mencapai kadar
normal (100,38 mg/dl). Ekspresi insulin pada pulau Langerhans juga
memperlihatkan peningkatan pada kelompok tikus DM dengan
perlakuan.
e) Sediaan
Pemberian soy isoflavone supplement pada dosis 150–500 mg/bb ,
mengandung daidzin, glycitin, genistin selama 7 hari dapat
menurunkan resiko apoptosis yang terjadi pada pankreas.

II. Omega 3
a) Sumber
Asam lemak omega-3 (asam linolenat) ditemukan di dalam
tumbuhan dan minyak tumbuhan, termasuk sayuran, walnut, minyak
biji mustard, minyak kedelai, dan minyak jagung. Asam lemak
omega-3, yaitu asam eikosapentanoat (EPA) dan asam
dokosaheksanoat (DHA) ditemukan di dalam alga yang dimakan
oleh ikan dan ikan paus herbivora. Manusia memperoleh asam
lemak ini dari mengkonsumsi ikan (misalnya ikan salmon)
b) Mekanisme

10
Konsumsi omega-3 bermanfaat untuk penderita tekanan darah tinggi
(hipertensi), aterosklerosis dan artrhrittis. Omega-3 dalam bentuk
EPA (Eicosa Pentanoic Acid) dan DHA (Docoxa Hexanoid Acid)
bila digunakan pada dosis 2-4gr/hari terbukti dapat menurunkan
kadar TG (trigliserida). Mekanismenya dengan menurunkan
produksi dan sekresi partikel Very Low Density
Lipoprotein(VLDL) dan apolipoprotein B, bersama dengan
pengaturan aktifitas lipolisis plasma serta merangsang B-oksidasi
asam lemak lainnya dihati.
Kecendrungan penderita DM juga mengalami kadar TG dan LDL
yang tinggi, dengan pemberian omega-3 maka akan mengurangi
resiko dan mengurangi komplikasi dari diabetes.
c) Cara ekstraksi
Omega 3 merupakan senyawa non polar sehingga ekstraksi
menggunakan Supercritical Fluid Extraction (SFE) merupakan
teknologi pemisahan (separasi) dengan menggunakan
karbondioksida (CO2) biasanya menggunakan suhu di atas 31 oC
d) Uji in vivo/vitro
Pemberian omega-3 dengan dosis 2gr/hari selama 21 hari,
menunjukan adanya penurunan nilai profil lipid, menunjukan kadar
trigleserida mengalami penurunan sebesar 6,94ml/dL, kadar
kolestrol mengalami peningkatan sebesar 700mg/dL dan kadar LDL
meningkat sebesar 10,44mg/dL, namun ketiganya tidak menunjukan
perubahan yang bermakna terhadap komplikasi dari diabetes. Akan
tetapi jika dosis penggunaan omega-3 ditingkatkan menjadi 3gr/hari
selama 8 minggu, maka akan meningkatkan nilai trigliserida sebesar
28%, meningkatkan LDL 16% serta menurunkan LDL sebesar 8%.

11
e) Sediaan

Penggunaan untuk membantu menurunkan kadar gula darah dengan


dosis 2-4gr/hari

III. Lipoic acid


1) Sumber
Kategori makanan sumber ALA yang pertama adalah makanan
nabati berupa tanaman hijau yang mengandung banyak kloroplas.
Kloroplas merupakan pusat produksi energi pada tanaman, dan
kloroplas membutuhkan ALA untuk aktivitas tersebut.
Oleh karena itulah tanaman hijau seperti brokoli, bayam, kacang
polong, dan kubis kaya akan ALA. Makanan nabati lain yang
merupakan sumber ALA yang baik adalah tomat.
Makanan hewani adalah kategori sumber ALA berikutnya.
Mitokondria adalah tempat produksi energi yang sangat penting
dalam tubuh hewan, seperti halnya pada tanaman, dan merupakan
lokasi utama ditemukannya ALA. Jaringan tubuh hewan yang
memiliki banyak mitokondria (seperti jantung, hati, ginjal, dan otot)
adalah bagian-bagian yang kaya akan ALA.
Itulah sebabnya, daging merah dikenal sebagai sumber utama ALA
dari makanan. Selain itu, ragi dan kuning telur juga merupakan
sumber ALA.

12
2) Mekanisme
ALA dapat digunakan untuk menurunkan berat badan karena akan
menghambatan pada aktivitas AMP kinase (AMPK) pada
hipotalamus.10 AMPK merupakan pengatur utama pada
metabolisme glukosa dan lipid pada sel dan akan diaktivasi ketika
energi seluler habis. Aktivasi AMPK pada otot skelet akan
meningkatkan pengambilan glukosa. Aktivasi AMPK juga akan
meningkatkan oksidasi asam lemak bebas melalui hambatan pada
asetilkoenzim A karboksilase.32 AMPK yang teraktivasi akan
memberikan sinyal rasa lapar, dan membuat subjek memiliki rasa
ingin makan. Pemberian ALA diketahui akan menghambat aktivasi
AMPK pada hipotalamus sehingga menghambat rasa lapar.33 ALA
dapat menstimulasi transport glukosa dan sintesis ATP pada
jaringan perifer, dan dapat menghambat aktivasi AMPK melalui
peningkatan pengambilan glukosa oleh sel hipotalamus. ALA juga
memiliki efek lipolisis. Hormone sensitif lipase (HSL) adalah lipase
intrasel yang mampu menghidrolisis triasilgliserol, diasilgliserol,
monoasilgliserol, dan kolesterol-ester. Enzim ini berfungsi untuk
memobilisasi cadangan lemak menjadi energi. ALA mampu
meningkatkan fosforilasi HSL yang akan memecah lemak menjadi
energi dan mengurangi masa lemak subkutan maupun viseral
3) Cara ekstraksi
Asam lipoic yang didapat berasal dari kelopak rosella dengan
metode maserasi dengan ethanol 70%
4) Uji in vivo
Dilakukan pengujian terhadap 30 ekor tikus putih jantan, dengan
pembagian 3 kelompok, masing-masing terdiri dari 10 ekor tikus.
Kelompok pertama sebagai kontrol, kelompok kedua hanya
melakukan kegiatan fisik, kelompok ketiga dengan pemberian ALA
sebanyak 15mg/hari selama 4 minggu.

13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat badan setelah 4
minggu perlakuan pada kelompok P0 ialah 279,10±5,84 gr; pada
kelompok P1 257,90±10,31 gr; dan pada kelompok P2 213,90±8,92
gr (P < 0,01). Rerata berat lemak subkutan abdominal pada
kelompok P0 ialah 0,96±0,45 gr; pada kelompok P1 0,63±0,31 gr;
dan pada kelompok P2 0,40±0,23 gr (P < 0,01). Selain itu, rerata
berat lemak viseral abdominal pada kelompok P0 ialah 1,23±0,37
gr; pada kelompok P1 0,83±0,24 gr; dan pada kelompok P2
0,39±0,25 gr (P < 0,01). Simpulan: Pemberian ALA per oral dengan
latihan fisik intensitas sedang dapat menurunkan berat badan, lemak
subkutan abdominal, dan lemak viseral abdominal lebih banyak
daripada latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus Wistar jantan
dengan obesitas.
Dimana obesitas merupakan salah satu gejala dan tanda dari diabetes
melitus.
5) Sediaan

IV. Dietary fiber


a) Sumber
Sayuran rebus memiliki kadar serat paling tinggi (6,40%), disusul
sayuran kukus (6,24%) sayuran dimasak santan (5,98%), dan

14
sayuran mentah (5,97%). Selain itu terdapat pada kacang-kacangan,
buah-buahan termasuk alpukat, apel, jambu, semangka dll
b) Mekanisme
Pada Polisakarida larut air misalnya pektin, β-glukan, dan gum dan
beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan
dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Dengan
kemampuan ini serat larut dapat menunda pengosongan makanan
dari lambung, menghambat pencampuran isi saluran cerna dengan
enzim pencernaan yang menyebabkan terjadinya pengurangan
penyerapan zat makanan di bagian proksimal. Mekanisme inilah
yang menyebabkan terjadinya penurunan penyerapan (absorbsi)
asam amino dan asam lemak oleh serat larut air. Cairan kental ini
mengurangi keberadaan asam amino dalam tubuh melalui
penghambatan peptida usus. Akibatnya glukosa yang ada dalam
usus juga tidak terserap sempurna.
c) Cara ektraksi
Contoh dietary fiber yang di dapat sebagai contoh berasal dari
sorgum. Sejumlah tepung sorgum dilakukan pelarutan dalam air
dalam erlemeyer volume 10.000 mL dan pengaturan pH (5,5),
dipanaskan pada suhu 90-95°C sambil dilakukan pembubuhan
enzim α-Amylase (Thermamyl 60 L) sebanyak 0,45 persen (v/b pati
kering tepung sorgum). Proses hidrolisis dilakukan dengan
homogenisasi dengan kecepatan putar 4000 rpm selama 2 jam
diikuti pemanasan dalam autoclave pada pada suhu 121°C selama
15 menit dan inaktivasi enzim 70°C selama 15 menit pada pH 4,0.
Hidrolisat yang terbentuk adalah liquisat dan merupakan bahan baku
dalam ekstraksi serat pangan melalui hidrolisis proteolitik.
d) Uji in vivo

15
e) Sediaan

Kecukupan asupan serat antara orang dewasa dengan anak-anak


adalah berbeda. WHO menganjurkan asupan serat sebesar 20-30
g/hari. American Academy of Pediatrics menyarankan kebutuhan
Total Dietary Fiber (TDF) sehari untuk anak adalah jumlah umur
(tahun) ditambah dengan 5 (g). Sampai saat ini belum ada penelitian
tentang asupan serat untuk bayi dan anak-anak di bawah umur dua
tahun. Bagi orang tua, asupan serat makanan yang dianjurkan 10-13
g per 1.000 kkal.

V. Geraniin
1) Sumber
Terdapat paling tinggi kadar geraniin pada biji rambutan, dan kulit
buah rambutan, dengan kadar yang tidak terlalu tinggi terdapat pada
meniran, kulit manggis, dan sedikit pada jeruk nipis.
2) Mekanisme
Geraniin dapat menurunkan glukosa darah karena memiliki aktivitas
penghambatan enzim hidrolisis karbohidrat, α-glukosidase, α-
amilase, aldosa reduktase dan Advance Glycation Endproducts
(AGE).

16
Mekanisme lainnya, salah satunya melalui inhibitor DPP-4.
Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor memperbaiki kondisi
hiperglikemik dengan menstabilkan kadar postprandial glukosa
darah dengan meningkatkan kadar GLP-1 dan GIP pada pasien
dengan DM tipe 2 dan telah disetujui sebagai target untuk
pengobatan DM tipe 2 (Bak et. al., 2011). Menghambat enzim DPP-
IV adalah pilihan terapi alternatif, dimana hambatan pada enzim ini
akan menghasilkan peningkatan kadar sirkulasi biologis aktif GLP-
1. DPP-IV inhibitor secara oral berbeda dengan inkretin mimetik.
Selain itu, DPP-IV inhibitor menghambat degradasi GIP, dan
peptide lainnya yang berpotensi terlibat dalam mengatur
homeostatis glukosa. DPP-IV inhibitor dapat menginduksi sekresi
insulin, menurunkan glukosa darah, menurunkan kadar HbA1c,
mengurangi apoptosis dan meningkatkan proliferasi sel-β (Liu et.
al., 2014)
3) Cara ektraksi
Buah rambutan yang diambil adalah buah rambutan yang siap
dipetik dan yang sudah tua, kemudian dipisahkan dari daging
buahnya menggunakan pisau sehingga yang diperoleh kulit dari
buah rambutannya saja. Kemudian kulitnya dibersihkan dari sisa-
sisa daging buah rambutan yang masih menempel, selanjutnya
dikeringkan pada suhu kamar kemudian digiling hingga menjadi
serbuk.
Serbuk kulit buah rambutan ditimbang sebanyak 1 kg kemudian
dimaserasi (perendaman) dengan menggunakan metanol selama 3
x 24 jam. Selanjutnya fitrat hasil maserasi pertama, kedua dan 3
digabungkan lalu dikeringkan dengan menggunakan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental hasil
maserasi diekstraksi cair-cair dengan cara dimasukkan dalam
corong pisah dengan perbandingan etil asetat (1:3), (1:4), (1:5)

17
dalam 100 mL. Kemudian dikocok hingga terjadi pemisahan
pelarut. Setelah itu dipekatkan dengan dievaporasi sehingga
menghasilkan ekstrak etil asetat.
4) Uji in vivo
Mencit yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 24 ekor, 20
ekor diinduksi aloksan kemudian dikelompokkan menjadi 5
kelompok, yaitu EBR dosis 450 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 150
mg/kgBB, kontrol positif diberi CMC 1%, Glibenklamid 0,65
mg/kgBB, dan 4 ekor tidak diinduksi aloksan sebagai kontrol
negatif. Glukosa darah diukur pada hari ke-7 setelah pemberian
EBR. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah mencit yang
diinduksi aloksan dan diberi perlakuan EBR menggunakan
glukometer. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah
dilanjutkan dengan uji beda rata-
penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada EBR
450 mg/kgBB (26,34%), EBR 300 mg/kgBB (29,92%) dan EBR 150
mg/kgBB (33,70%) yang sangat signifikan dibanding kontrol positif
(p=0,000). Pemberian EBR dosis 450, 300, dan 150 mg/kgBB
menunjukkan hasil yang tidak signifikan dibanding kelompok
glibenklamid (p=0,998; p=0.993; p=0,998). Simpulan bahwa EBR
menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dan
sebanding dengan glibenklamid.
5) Sediaan

18
VI. Terpenoid
a) Sumber
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak
atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari
penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan
atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu
8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa teresbut adalah golongan terpenoid.
b) Mekanisme
Mekanisme dari terpen yaitu menghambat penyerapan glukosa di
intestinal dan menghambat adipogenesis serta menstimulasi
pelepasan insulin disel β pankreas sehingga dapat menurunkan kadar
glukosa darah
c) Cara ekstraksi
Daun pandan wangi yang telah dikeringkan dan dihaluskan,
direndam (dimaserasi) selama 3 x 24 jam, disaring dan dipekatkan
dalam rotary evaporator (40-65 0C, 60 rpm).
d) Uji invivo
Hewan uji dibagi dalam 5 kelompok perlakuan masing-masing
kelompok 5 ekor tikus. Kelompok I : kontrol positif (glibenklamid
0,126mg/200gBB), kelompok II : kontrol negative (CmcNa),
kelompok III, IV, V: ekstrak etanol 70% kulit buah asam jawa
dengan dosis berturut-turut 20mg/200gBB, 40mg/200gBB, dan
50mg/200gBB. Kandungan senyawa ekstrak diuji dengan profil
Kromatografi Lapis Tipis mengunakan plat silica gel. Hasil
Penelitian : Berdasarkan hasil uji ANOVA data penurunan glukosa
darah pada hari ke 4 dan ke 7 pemberian ekstrak nilai probabilitas
signifikan (p) : 0,000 dengan demikian p<0,05 maka efek pada 5
kelompok perlakuan terdapat perbedaan penurunan kadar glukosa
darah secara bermakna. Kemudian untuk mengetahui perbandingan

19
setiap kelompok dilanjutkan uji LSD, pada hari ke4 dan ke 7
diperoleh hasil antara kelompok kontrol negative (II) dengan semua
kelompok (I,III,IV,V) nilai signifikansi adalah 0,000.(p<0,05).

20
BAB III

KESIMPULAN

 Penggunaan nutrasetika untuk penderita diabetes lebih fokus terhadap


pencegahan dibandingkan dengan pengobatan. Penggunaan nutrasetika
dengan bahan dasar yang berasal dari alam lebiah aman di konsumsi dan
butuh waktu penggunaan yang lama di banding dengan sediaan sintetisnya.

 Sediaan nutrasetika yang dapat digunakan untuk membantu mencegah dan


meringankan kompilkasi pada penderita diabetes antara lain adalah sediaan
yang mengandung, isoflavone, asam lemak omega-3, lipoic acid, dietary
fiber,geraniin dan senyawa terpen. Senyawa ini diekstraksi dari bahan
makanan sehari-hari dan dibuat dengan teknologi farmasi menjadi kapsul
atau tablet agar lebih mudah dikonsumsi.

 Penggunaan nutraceutical untuk diabetes hanya sebatas pencegahan atau


mengurangi bahkan menghilangkan komplikasi, bukan sebagai obat atau
sediaan farmasi yang dapat menghilangkan penyakit diabetes

21
DAFTAR PUSTAKA

Agustine Susilowati, Yetti M. Iskandar, Aspiyantodan Yaty Maryati. Ekstraksi


Serat Pangan (Dietary Fiber) secara Hidrolisis Enzimatik Bertahap pada Tepung
Sorgum (Sorgum bicolor L Moench) Menggunakan Rhizopus Cl untuk Pangan
Fungsional

Bak E-J., Park H-G., Lee C-H., Lee T-I., Woo G-H., Na Y-H., et al. 2011. Effects
of novel chalcone derivatives on α-glucosidase, dipeptidyl peptidase-4, and
adipocyte differentiation in vitro. BMB reports. 44(6):410-414

Bhat, R.S., Al-daihan, S. 2014. Antimicrobial Activity of Litchi chinensis and


Nephelium lappaceum Aqueous Seed Extracts Against Some Pathogenic Bacterial
Strains. Journal of king Saud University-Science; 26: p. 79-82

Cerf, Marlon E. 2013. Review Article: Beta cell dysfunction and insulin resistance.
Frontiers in Endocrinology. [Internet]. 2013 [cited 2015 Jun 28];4. Available from:
http://journal.frontiersin.org/article/10.3389/fendo.2013.00037/abstract

Carrier B, Wen S, Zigouras S, Browne RW, Li Z, Patel MS, et al. Alphalipoic acid
reduces LDL-particle number and PCSK9 concentrations in high-fat fed obese
Zucker rats. PloS One. 2014;9(3):e90863.31.

Hussein SA, Abdel-mageid AD, Abughazalla AM. Biochemical study on the effect
of alpha-lipoic acid on lipid metabolism of rats fed high fat diet. Benha Vet Med J.
2015;28(1):109-19.

Hayashi T. Metabolic stress and altered glucose transport: activation of


AMPactivated protein kinase as a unifying coupling mechanism. Diabetes. 2000;
49: 527-31.

22
Kola B. Role of AMP-activated protein kinase in the control of appetite. J
Neuroendocrinol. 2008;20(7):942-51

Herminingsih A. 2009. Manfaat Serat dalam Menu Makanan.


http://puslit.mercubuana.ac.id [11 September 2009].

Koswara S. 2009. Serat Makanan, Membuat Usus Nyaman.


http://www.ebookpangan.com [11 September 2009].

Nalle C. 2007. Serat Makanan dan Fungsinya bagi Kesehatan Manusia.


http://kupangbolelebo.blogspot.com [11 September 2009].

Setyawan AB. 2007. Serat Makanan dan Kesehatan. http://www.edumuslim.org


[11 September 2009].

Tensiska. 2008. Serat Makanan. http://pustaka.unpad.ac.id [11 September 2009].

Liu, J., Huan, Y., Li, C., Liu, M., Shen, Z. 2014. Establishment of a selective
evaluation method for DPP4 inhibitors based on recombinant human DPP8 and
DPP9 proteins. Acta Pharmaceutica Sinica B. 4(2):135-140

23

Anda mungkin juga menyukai