Bab 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan

Pesisir Kabupaten Purworejo

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pencemaran Air Limbah Tambak

Kegiatan tambak udang yang ada di sekitar kawasan pesisir berdampak pada
menurunnya kualitas lingkungan. Kegiatan ini menghasilkan air limbah sisa tambak
yang mengandung parameter - parameter pencemar. Kegiatan tambak udang yang
tidak dilengkapi oleh sarana IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) membuat para
petambak membuang air limbah sisa kolam yang mengandung sisa bekas pakan,
kotoran dan zat organik lain secara langsung ke badan air. Pengambilan sampel air
limbah dilakukan pada tiga titik pada outlet tambak yang kemudian dianalisis skala
laboratorium. Nilai hasil uji tersebut dijelaskan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Hasil Uji Kualitas Air Limbah Tambak Udang

Hasil Uji
Baku
No Parameter Satuan A.229 A.230 A.231 Metode Uji
Mutu**)
(Li 1) (Li 2) (Li 3)

A. Parameter Fisik

1 Residu Tersuspensi (TSS) mg/L 1470 13430 1047,5 100 SNI 06-6989.3-2004

2 Kekeruhan NTU 484 1825 51 - SNI 06-6989.25-2005

B. Parameter Kimiawi

1 pH - 7,93 7,05 6,90 6-9 SNI 06-6989.11-2004

2 BOD mg/L 440 551 162 50 SNI 6989.72-2009

3 Total Posfat sbg P (PO4) mg/L 14,7 16,5 5,90 - APHA 4500-PC-2005

4 Sulfat (SO4) mg/L 1036 448 974 - SNI 6989.20:2009

5 Amonia (NH3-N) mg/L 4115 1992 1759 - SNI 6989.30-2005

6 Sulfida (N2S) mg/L 4,77 3,76 1,24 0,05 Titrimetri

C. Parameter Kimia Organik

1 Nitrit sebagai N mg/L 2,05 2,06 0,61 1 SNI 06-6989.9-2004

2 Nitrat sebagai N mg/L <0,25 0,65 <0,25 20 SNI 01-3554-2006

**) Baku Mutu Air Limbah, sesuai Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012

19
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengan No. 5 Tahun 2012 tentang baku mutu air limbah untuk kegiatan industri
lainnya, diketahui pada hasil uji air limbah terdapat parameter pencemar yang nilainya
berlebih. Parameter tersebut antara lain TSS berturut pada titik 1, 2 dan 3 sebesar 1470
; 13430 ; 1047,5 mg/L (BML 100 mg/L), nilai BOD berturut sampel 1, 2, dan 3 sebesar
440, 551, 162 mg/L (BML 50), parameter sulfida 4,77 ; 3,74 ; 1,24 mg/L (BML 1 mg/L).
Selain itu pada parameter Nitrit sebagai N di titik sampel air limbah 1 dan 2 masing –
masing sebesar 2,05 dan 2,06 mg/L (BML 1 mg/L), sedangkan nilai pada sampel air
limbah 3 sebesar 0,65 Mg/L masih berada di bawah baku mutu lingkungan. Pada
parameter pH masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Lingkungan. Menurut
Widodo (2015) tidak adanya penerapan best practice management tambak udang
berdampak pada pencemaran dari sisa pakan dan zat terlarut lain pada air limbah
kegiatan tersebut.

4.2 Pencemaran Sumber Air Bersih

Air bersih harus memenuhi syarat baku mutu lingkungan untuk pemenuhan
kebutuhan kegiatan manusia. Pada daerah Pesisir Kabupaten Purworejo dilakukan
penelitian terhadap kualitas air bersih yang bersumber dari air sumur dan air sungai.
Kedua sumber air tersebut merupakan air yang digunakan sehari – hari oleh
masyarakat sekitar.

Untuk mengetahui kualitas air dari sumber sumur, dilakukan sampling pada 10
titik sumur yang tersebar secara merata di berbagai titik sesuai batas penelitian.
Sedangkan untuk air sungai, dilakukan sampling pada satu titik yaitu di Kali Lereng,
Kecamatan Grabag dilanjutkan dengan uji skala laboratorium. Adapun parameter yang
diuji antara lain TDS, kekeruhan, warna, Fe, Cl-, Mn, PH, kesadahan, SO4, KMNO4,
salinitas, fluorida, sianida, nitrat dan nitrit sebagai N serta bakteri total coliform.
Berikut hasil uji kualitas air bersih dari sumur (Tabel 4.2) dan sungai (Tabel 4.3) di
Wilayah Pesisir Kabupaten Purworejo.

20
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Tabel 4.2 Hasil Uji Kualitas Air Sumur

Hasil Uji
Baku
No Parameter Satuan A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 Metode Uji
Mutu**)
(S1) (S2) (S3) (S4) (S5) (S6) (S7) (S8) (S9) (S10)
A. Parameter Fisik
Residu Tersuspensi IK 5.4.44
1 mg/L 146 137 130 131 330 176 951 1570 319 512 1000
(TDS) (Electrometry)
SNI 06-6989.25-
2 Kekeruhan NTU <2,09 <2,09 2,89 2,6 8,11 <2,09 4 13,55 10,9 26,7 25
2005
SNI 06-6989.24-
3 Warna TCU <0,99 <0,99 <0,99 <0,99 <0,99 <0,99 14,1 <0,99 <0,99 <0,99 50
2005
B. Parameter Kimiawi
1 Besi (Fe) mg/L 0,18 0,18 0,2 0,22 0,29 0,16 0,4 0,14 0,14 0,16 1 SNI 6989.4-2009
SNI 6989.19-
2 Klorida (Cl-) mg/L 8,4 6,7 2,6 3,2 23 5,8 32,9 60 20,1 31,4 -
2009
3 Mangan (Mn) mg/L <0,07 <0,07 <0,07 <0,07 <0,07 <0,07 0,39 0,12 <0,07 1,49 0,5 SNI 6989.5-2009
SNI 06-6989.11-
4 pH - 7,89 7,83 7,3 7,2 7,38 7.69 8,19 8,15 8,12 8,24 6,5-8,5
2004
SNI
5 Kesadahan mg/L 418 704 264 242 352 330 1562 2068 904 1672 500
6989.20:2009
SNI 06-6989.12-
6 Sulfat (SO4) mg/L <0,84 <0,84 <0,84 <0,84 <084 <0,84 <0,84 <0,84 <0,84 <0,84 400
2004
SNI 01-3554-
7 Zat Organik (KMNO4) mg/L 5,88 5,26 5,1 6,5 6,19 4,33 4,33 5,26 4,95 5,88 10
2006
8 Salinitas % 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 0,01 0,08 0,13 0,03 0,04 - Electrometry
SNI 06-2482-
9 Fluorida mg/L 0,059 0,167 0,088 0,059 0,249 0,249 0,343 0,465 <0,001 0,394 -
1991
10 Sianida mg/L <0,001 <0,001 0,015 <0,001 0,004 <0,001 0,017 <0,001 0,019 <0,001 - Metode Hach
C. Parameter Kimia Organik
SNI 06-6989.9-
1 Nitrit sebagai N mg/L 0,03 <0,01 0,04 0,81 1,4 0,08 0,95 1,58 0,81 0,28 1
2004
SNI 01-3554-
2 Nitrat sebagai N mg/L 0,47 <0,25 0,25 0,28 1,15 1,41 0,6 0,34 0,34 0,78 10
2006
D. Parameter Mikrobiologi
APHA
1 Total Coliform MPN/100mL 116x10³ 95x10³ 95x10³ 116x10³ 95x10³ 116x10³ 116x10³ 95x10³ 46x10³ 116x10³ 50
9221.C.2012
** Baku Mutu Air Bersih sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017
21
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Dari hasil pengujian pada 10 titik air sumur, terdapat beberapa parameter yang
melebihi baku mutu lingkungan air bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32
Tahun 2017. Parameter yang berada pada ambang batas dapat menjadi indikasi telah
terjadi pencemaran air sumur pada daerah penelitian. Parameter tersebut antara lain
kekeruhan air pada titik sampel sumur 10 sebesar 26,7 NTU (BML 25 NTU), nilai mangan
(Mn) sumur 10 sebesar 1,49 mg/L (BML 0,5 mg/L), tingkat kesadahan air yang terjadi
pada sumur 2 sebesar 704 mg/L, sumur 7 1562 mg/L, sumur 8 2068 mg/L, sumur 9 904
mg/L dan sumur 10 1672 mg/L dengan BML kesadahan maksimum sebesar 500 mg/L.
Selain itu parameter kunci yang melebihi ambang batas baku mutu lingkungan adalah
nilai total coliform, berada > 50 MPN/100 ml dimana hasil uji semua titik sumur berkisar
46 x 103 – 116 x 103 MPN/100 ml.

Tabel 4.3 Hasil Uji Kualitas Air Sungai

Hasil Uji Baku


No Parameter Satuan A.242 Metode Uji
Mutu**)
(AS)
A. Parameter Fisik
1 Residu Tersuspensi (TDS) mg/L 233 1000 IK 5.4.44 (Electrometry)
2 Kekeruhan NTU 17,7 25 SNI 06-6989.25-2005
3 Warna TCU 10,1 50 SNI 06-6989.24-2005
B. Parameter Kimiawi
1 Besi (Fe) mg/L 0,24 1 SNI 6989.4-2009
2 Klorida (Cl-) mg/L 25,6 - SNI 6989.19-2009
3 Mangan (Mn) mg/L <0,07 0,5 SNI 6989.5-2009
4 pH - 7,77 6,5-8,5 SNI 06-6989.11-2004
5 Kesadahan mg/L 506 500 SNI 6989.20:2009
6 Sulfat (SO4) mg/L <0,84 400 SNI 06-6989.12-2004
7 Zat Organik (KMNO4) mg/L 6,19 10 SNI 01-3554-2006
8 Salinitas % 0,02 - Electrometry
9 Fluorida mg/L 0,012 - SNI 06-2482-1991
10 Sianida mg/L <0,001 - Metode Hach
C. Parameter Kimia Organik
1 Nitrit sebagai N mg/L 0,32 1 SNI 06-6989.9-2004
2 Nitrat sebagai N mg/L 0,45 10 SNI 01-3554-2006
D. Parameter Mikrobiologi
1 Total Coliform MPN/100mL 105x10³ 50 APHA 9221.C.2012
**) Baku Mutu Air Bersih sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017

22
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Untuk hasil pengujian skala laboratorium pada sampel air sungai, parameter
kunci yang bernilai lebih dari baku mutu lingkungan kualitas air bersih adalah pada nilai
kesadahan dan total coliform. Pada parameter kesadahan memiliki nilai 506 mg/L (BML
500 mg/L), nilai kesadahan sangat erat kaitannya dengan kandungan mineral pada air.
Air yang sadah disebabkan oleh ion – ion Ca2+ dan Mg2+, selain itu dapat juga disebabkan
oleh unsur lain seperti Al, Fe, Mn, dan Zn (Effendi dalam Setyaningsih, 2014). Air yang
memiliki kandungan mineral tinggi akan memiliki nilai kesadahan yang tinggi pula. Selain
kandungan mineral, tingkat kesadahan air juga dipengaruhi oleh topografi lahan dimana
topografi yang cenderung datar memiliki kesadahan tinggi karena perpindahan mineral
yang ada dalam air menjadi lebih lambat dan menetap pada titik tersebut. Selain
kesadahan, air sungai telah tercemar oleh parameter total coliform yaitu sebesar 105 x
103 MPN/100 ml (BML 50 MPN/100 ml). Kelebihan beban pencemar ini dapat
mengindikasikan bahwa ada sumber pencemar yang menjadi masukan ke dalam sumber
air bersih. Seperti bakteri total coliform, Sembel (2015) menyatakan apabila ditemukan
bakteri ini maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pencemaran akibat limbah
organik manusia atau dari kotoran hewan.

Pada nilai total coliform yang melebihi baku mutu lingkungan maka dapat menjadi
indikasi bahwa sumber air bersih sumur dan sungai telah tercemar oleh limbah domestik.
Pencemaran ini berasal dari praktek sanitasi yang buruk, seperti adanya BABS (Buang
Air Besar Sembarangan) yang tinggi sebesar 22,7% pada tahun 2015 (Buku Profil
Sanitasi Kab. Purworejo), fasilitas sanitasi buruk berupa cubluk (jamban tidak aman),
serta sistem sewer tercampur antara air hujan dan limbah domestik masyarakat di
daerah penelitian.

4.3 Pencemaran Air Laut

Laut sebagai bagian dari siklus hidrologi aliran air berfungsi sebagai muara akhir
dari sumber – sumber air sungai masukannya. Selain berfungsi pada siklus hidrologi,
kawasan pesisir dapat dimanfaatkan sebagai daerah wisata sehingga kondisi
lingkungannya perlu dijaga. Pada Kabupaten Purworejo dilakukan uji kualitas air laut,
sampling dilakukan pada 5 titik pengambilan yang tersebar dari bagian timur hingga ke

23
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

barat. Sampel yang didapat kemudian diuji skala laboratorium sesuai dengan SNI yang
berlaku di Indonesia. Adapun parameter uji yang digunakan adalah parameter kunci yang
dipersyaratkan pada Lampiran 2 Keputusan Menteri Lingkugan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 Tentang Baku Mutu Lingkungan Air Laut untuk Wisata Bahari. Parameter kunci
tersebut adalah pH, Zn, Pb, Cu, Cd, Cr, Hg dan total coliform seperti pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Air Laut

Hasil Uji Baku


N
Parameter Satuan A.243 A.244 A.245 A.246 A.247 Mutu* Metode Uji
o *)
(LA 1) (LA 2) (LA 3) (LA 4) (LA 5)
A. Parameter Kimiawi
7– SNI 06-6989.11-
1 pH - 8,5 8,71 8,16 8,96 8,4
8,5 2004
B. Parameter Logam Total
SNI 06-6989.7-
1 Seng (Zn) mg/L 0,06 <0,02 0,03 0,05 0,03 0,095
2009
SNI 06-6989.8-
2 Timbal (Pb) mg/L 0,27 0,16 0,19 0,25 0,25 0,005
2009
Tembaga SNI 06-6989.6-
3 mg/L <0,04 <0,04 <0,04 <0,04 <0,04 0,050
(Cu) 2009
Kadmium SNI 06-6989.16-
4 mg/L 0,08 0,01 0,01 0,04 0,02 0,002
(Cd) 2009
SNI 06-6989.65-
5 Krom (Cr) mg/L 0,09 <0,04 <0,04 0,1 0,1 0,002
2009
Merkuri
6 µg/L 0,42 <0,06 3,11 0,33 0,85 0,002
(Hg) IKU/5.4/MA-01
C. Parameter Mikrobiologi
Total MPN/ 100 438 271 ≥1898x1 26 76 APHA
1 1000
Coliform mL x103 x103 03 x103 x103 9221.C.2012
**Baku Mutu Lingkungan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004

Dari hasil uji didapatkan nilai parameter kunci yang menunjukkan telah
terjadinya pencemaran air laut di Pesisir Kabupaten Purworejo. Parameter terebut
antara lain pH, logam berat Pb, Cd, Cr, Hg dan parameter biologi total coliform.

Untuk hasil uji terhadap pH, nilai yang melebihi baku mutu adalah titik sampel 4
dengan nilai 8,96 (BML 7-8,5). Nilai Pb pada 5 titik sampel semuanya berada di atas
ambang batas baku mutu lingkungan, sebesar 0,27 mg/L pada titik 1 ; 0,16 mg/L di titik
2 ; 0,19 mg/L di titik 3 ; 0,25 mg/L di titik 4 dan 0,25 mg/L pada titik 5 dengan BML
sebesar 0,005 mg/L. Hal serupa juga terjadi pada parameter Cd, Cr dan Hg dimana semua
titik mempunyai nilai lebih besar dari batas ambang 0,002 mg/L sesuai BML Pada Kep.
Men. LH No. 51 tahun 2004.

Nilai logam berat yang melebihi baku mutu disebabkan oleh berbagai kegiatan,
yaitu limbah industri, pertambangan, kegiatan pertanian dan domestik yang

24
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

mengandung logam berat (Nugraha, 2009). Pada sektor industri, BPS (2017) mencatat di
Kabupaten Purworejo terdapat industri skala besar – kecil yang menjadi salah satu
pendukung ekonomi masyarakat seperti Indutri tekstil di Banyuurip, pengolahan kayu di
Bayan, industri makanan yang tersebar maupun industri kecil – menengah lainnya.
Kegiatan seperti pengolahan kayu, pertanian, wisata secara nyata telah berdampak pada
aspek hidrologis lingkungan, menurunnya produktivitas perairan, dan terganggunya
kualitas air. Jumlah zat pencemar dari logam berat bisa menyebabkan permasalahan
yang lebih kompleks karena zat ini tidak dapat terurai seperti halnya zat organik yang
biodegradasi (Susiati dkk, 2009). Untuk bakteri total coliform, nilai uji sampel yang
didapat pada semua titik pengamatan juga menunjukkan hasil yang melebihi baku mutu
lingkungan, yaitu > 1000 MPN/100 ml. Logam berat dan nilai bakteri total coliform di laut
selatan Purworejo merupakan hasil dari akumulasi zat – zat pencemar oleh kegiatan
manusia yang terbawa arus tiga sungai (Wawar, Jali dan Bogowonto). Akumulasi zat
pencemar di laut terutama logam berat perlu diminimalisir karena memiliki efek toksik
yang berkaitan dengan kesehatan (Ika dkk, 2012). Apabila terkontaminasi pada makanan
dan minuman, efek logam berat seperti Cd, Pb dan Hg dapat mengganggu fungsi ginjal,
hati, paru – paru, terjadi iritasi kulit (Sembel, 2015), bahkan apabila mengkonsumsi ikan
atau hasil laut sejenis dengan kadar tercemar Hg maka akan berdampak pada gangguan
sistem saraf pada manusia (Mozaffrian dan Rimm dalam Sembel 2015). Berikut pada
tabel 4.5 dirincikan sumber – sumber pencemar logam berat menurut jenis industrinya :

25
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Tabel 4.5 Limbah Kimia dari Industri

No Jenis Industri Limbah yang dihasilkan


1 Kimia Logam berat Cd, Pb, Ag, Zn dan NO2
2 Baterai Senyawa yang mengandung logam berat Cr, Cu, Pb, Hg, senyawa
organik dan hidrokarbon
3 Elektronik Limbah kimia berupa Cu, Co, Pb, Hg, Zn, Se dan senyawa organik
4 Percetakan Limbah kimia berupa logam berat arsen, tembaga (Cu), besi (Fe) dan
senyawa organik
5 Tekstil Logam berat Cr, Cu dan senyawa organik
6 Farmasi Limbah kimia berupa As, Hg dan senyawa organik
7 Cat Limbah kimia berupa Cu, Co, Pb, Hg, Se dan senyawa organik
8 Plastik Limbah kimia berupa senyawa hidrokarbon
9 Kulit Limbah kimia Cr dan senyawa organik

Sumber : Kiely. G., (1997) ; Tchobanoglus, G., (1993) dalam Suharto (2011)

Nilai parameter kunci yang menunjukkan hasil melebihi baku mutu lingkungan
adalah akibat dari kenyataan bahwa laut adalah muara akhir dari sungai – sungai yang
ada di Purworejo. Dimungkinkan juga adanya masukan dari pencemar yang masih berada
pada lingkup satu DAS (Daerah Aliran Sungai) yang bermuara di laut pesisir Purworejo.
Sungai – sungai tersebut membawa beban pencemar yang terakumulasi di laut sehingga
berpengaruh pada penurunan kualitas perairan.

26
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Tabel 4.6 Indikasi Sumber Pencemar pada Badan Air

No Parameter Sumber Pencemar


1 Fisika Adanya buangan padat yang terurai dalam air, misalnya perilaku
membuang sampah di badan air (Kecamatan Grabag, Ngombol dan
Purwodadi tidak termasuk dalam area pengangkutan sampah ke TPA).
Terurainya padatan ini menyebabkan adanya zat koloid yang dapat
terlarut, melayang – layang dalam air ataupun mengendap. Kondisi inilah
yang menyebabkan terjadinya kekeruhan dalam air.
2 Kimiawi Adanya masukan limbah dari kegiatan – kegiatan non domestik seperti
industri. Selain itu kegiatan domestik juga sangat berpengaruh, seperti
buangan air yang mengandung detergen, zat warna kimia dan buangan
yang mengandung bahan kimia lainnya. Lokasi pesisir yang menjadi hilir
dari DAS memungkinkan adanya akumulasi zat pencemar dari kegiatan
sekitar dan pada hilir.
3 Biologi Adanya masukan dari kotoran manusia dan peternakan yang mengandung
bakteri total coliform sehingga mempengaruhi kualitas badan air.

Sumber : Suharto (2011), Sembel (2015) dan berbagai sumber

Lingkungan pada hakikatnya memiliki kemampuan purifikasi, kemampuan


pemulihan terhadap adanya zat pencemar. Hal ini dapat berlangsung apabila kadar
pencemar masih berada pada ambang batas yang bisa ditolerir oleh lingkungan.
Sebaliknya apabila zat pencemar tersebut berlebihan maka berdampak pada
menurunnya kualitas lingkungan, air limbah yang masuk ke badan air dapat
menyebabkan terganggunya ekosistem perairan dan berdampak pada kesehatan
manusia.

4.4 Persebaran Parameter Pencemar

4.4.1 Parameter TDS (Total Dissolved Solid)


Total Dissolved Solid atau TDS adalah padatan yang terdiri atas zat organik dan
anorganik yang larut dalam air, serta garam – garamnya (Fardiaz, 1992). Hasil
pengukuran kualitas air pada parameter TDS menunjukkan mayoritas kawasan Pesisir
Purworejo berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 (Gambar 4.1).
27
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Nilai TDS (mg/L)


1800
1600
1400
1200
Baku Mutu Lingkungan
1000
800
600
400
200
0
A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 A.242
Air Sumur Air Sungai

Gambar 4.1 Nilai TDS (Total Dissolved Solid) pada Sumber Air Bersih

Dengan melakukan interpolasi pada titik – titik sampling melalui pendekatan GIS
(Geographic Information System), menghasilkan nilai TDS di daerah Pesisir Kabupaten
Purworejo. Nilai tersebut menunjukkan besaran nilai TDS dalam satuan mg/L. Peta
sebaran TDS seperti pada lampiran 2 menunjukkan bahwa pada lingkup Kecamatan
Grabag dan Purwodadi relatif memiliki kualitas air yang baik, dengan besaran TDS di
bawah baku mutu lingkungan yaitu < 1000 mg/L. Sedangkan lingkup Kecamatan
Ngombol menunjukkan nilai TDS yang berkisar antara 500 – 2000 mg/L. Identifikasi
adanya TDS pada daerah penelitian menunjukkan adanya pengaruh aktivitas manusia
pada sumber air bersih, baik pada sungai maupun sumur. Kualitas fisio – kimia air
dipengaruhi oleh berbagai kegiatan, baik industi, pertanian maupun masukan zat organik
dari peternakan.

4.4.2 Parameter Kekeruhan Air


Kekeruhan air menunjukkan seberapa banyak zat tersuspensi dalam air, baik zat
organik maupun anorganik. Kekeruhan air diukur dengan satuan NTU dengan batas
maksimum kadar sesuai Permenkes 32 tahun 2017 untuk air bersih sebesar 25 NTU.
Pada penelitian daerah Pesisir Purworejo hasil uji pada 10 titik sampel sumur dan 1
sungai menunjukkan angka yang relatif baik (gambar 4.2). Persebaran dari nilai
kekeruhan kemudian disusun melalui interpolasi dengan GIS. Hasil interpolasi tersebut
kemudian menghasilkan luaran peta kontur kekeruhan (lampiran 3) pada 3 Kecamatan

28
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

daerah penelitian. Dari ketiga lokasi penelitian tersebut, relatif berada di bawah ambang
batas kekeruhan yang dipersyaratkan. Pada peta tersebut, hanya 1 titik sampel yang
memiliki nilai ambang batas melebihi baku mutu yaitu pada titik sampel 10 di Karang
Anom, Kecamatan Grabag. Pada titik sampel 10 ini, lokasi sumur berdekatan dengan
badan air sehingga memungkinkan adanya masukan dari zat tersuspensi ke dalam
sumur.

Nilai Kekeruhan (NTU)


30
Baku Mutu Lingkungan
25

20

15

10

0
A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 A.242
Air Sumur Air Sungai

Gambar 4.2 Nilai Kekeruhan pada Sumber Air Bersih

Faktor yang mempengaruhi nilai kekeruhan di badan air diantaranya zat renik
(plankton) dan jumlah padatan tersuspensi (pasir, lumpur dan sejenisnya). Selain itu
juga, Suprihatin dan Suparno (2013) menyatakan bahwa air dengan kekeruhan tinggi
sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan namun perlu
dilakukan pengolahan agar memenuhi syarat untuk digunakan.

4.4.3 Parameter Kesadahan Air


Kesadahan adalah salah satu parameter kunci yang menentukan kualitas air.
Tingkat kesadahan air dipengaruhi oleh keberadaa ion Ca2+ dan Mg2+, dimana kedua
senyawa ini termasuk senyawa yang sukar terlarut dalam air sehingga sering
menimbulkan adanya kerak (padatan). Pada hasil uji laboratorium terhadap nilai
kesadahan pada sampel air sumur (10 titik) dan air sungai (1 titik) dapat dinyatakan
bahwa pada daerah penelitian lingkup tiga kecamatan terdapat 6 titik sumber air (5 titik
sumur dan 1 titik sungai) yang termasuk air sadah. Kelima titik tersebut memiliki nilai

29
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

kesadahan air > 500 mg/L, yaitu pada air sumur Desa Ukir Sari, Karang Anom, Rawo Dadi,
Karang Talun, Purwo Dadi dan satu titik pengambilan sungai seperti pada Gambar 4.3.

Nilai Kesadahan (mg/L)


2500

2000

1500

1000

Baku Mutu Lingkungan


500

0
A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 A.242
Air Sumur Air Sungai

Gambar 4.3 Nilai Kesadahan pada Sumber Air Bersih

Pendekatan dengan GIS menghasilkan peta kontur kesadahan air (lampiran 4)


yang menunjukkan nilai kesadahan air. Dari peta tersebut, dapat disimpulkan bahwa air
dengan status sadah terdapat pada sebagian besar wilayah Kecamatan Grabag dan
Ngombol dengan besaran berkisar 500 – 2700 mg/L. Menurut WHO, bahwa kesadahan
lebih dari >180 mg/L termasuk air yang sangat sadah (water hardness). Kesadahan tidak
berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan, namun dapat merugikan aktivitas
manusia, sepeti pembentukan kerak pada pipa jaringan air dan memberikan noda kuning
pada saat mencuci pakaian. Selain itu menurut Sembel (2015) air sadah dapat
mengakibatkan efek gejala penguningan pada daun tanaman.

4.4.4 Paramaeter Nitrit


Nitrit termasuk senyawa nitrogen yang dapat berasal dari kegiatan pertanian
(pupuk) atau buangan kotoran manusia dan hewan (Suprihatin dan Suparno, 2013).
Keberadaan unsur ini dapat ditemukan baik di dalam air permukaan maupun pada air
tanah. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kualitas sumber air pada parameter
nitrit dominan masih berada di bawah ambang batas baku mutu pada Peraturan Menteri
Kesehatan No. 32 Tahun 2017. Adapun hasil yang menunjukkan tingkat nitrit tinggi
berada pada sampel pada titik 9 di Karang Talun, Kecamatan Ngombol sebesar 1,58 mg/L

30
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

(BML 1 mg/L). Gambar 4.4 berikut menunjukkan nilai parameter nitrit pada sumber air
bersih :

Kandungan Nitrit (mg/L)


1,8
1,6
1,4
1,2
Baku Mutu Lingkungan
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 A.242
Air Sumur Air Sungai

Gambar 4.4 Kandungan Nitrit pada Sumber Air Bersih

Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan mapping sebaran nitrit untuk
menjadi acuan pengelolaan lingkungan di kawasan pesisir ini. Pembuatan peta sebaran
ini dilakukan dengan GIS dan interpolasi hasil dari masing – masing nilai pada setiap titik
sampling. Dari peta sebaran nitrit (lampiran 5) tersebut dapat dinyatakan bahwa sebaran
nitrit lebih tinggi berada pada daerah utara penelitian, dimana kadarnya berkisar 0,8
mg/L – 1,58 mg/L. Perbedaan nilai kandungan nitrit dalam air sangat dipengaruhi oleh
aktivitas manusia, terutama faktor pemakaian pupuk pada sektor pertanian. Area yang
memiliki kandungan nitrit tinggi terindikasi terdapat jumlah pencemar yang lebih
banyak dari area lainnya.

4.4.5 Parameter Salinitas


Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air. Nilai
salinitas biasanya digunakan untuk melakukan analisis fenomena intrusi air laut. Rendah
atau tingginya nilai salinitas akan menentukan jenis air tersebut, air tawar memiliki nilai
salinitas <0,05%, air payau 0,05 – 3% dan air salin 3-5%.

Pada daerah penelitian dilakukan pengujian terhadap nilai salinitas pada sumber
air bersih. Pengujian skala laboratorium menunjukkan bahwa kualitas air sumber air

31
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

pada 8 titik air sumur dan sampel air sungai dikategorikan sebagai air tawar (salinitas <
0,05%). Adapun sumber air bersih pada sampel 7 (A. 238 - Rawo Dadi) dan sampel 8
(A.239 - Karang Talun) memiliki nilai salinitas > 0,05% sehingga dikategorikan air payau.

Salinitas (%)
0,14
0,12
0,1
0,08
0,06 Payau

0,04 Tawar

0,02
0
A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 A.242
Air Sumur Air Sungai

Gambar 4.5 Nilai Salinitas pada Sumber Air Bersih

Nilai salinitas pada titik – titik pengambilan sampel kemudian diinterpolasikan


dengan pendekatan GIS sehingga menghasilkan peta sebaran nilai salinitas di daerah
penelitian (lampiran 6). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa area yang jauh dari
bibir pantai menunjukkan nilai salinitas yang lebih tinggi.

Secara teoritis persebaran intrusi air laut pada daerah yang lebih jauh dari bibir
pantai terjadi karena berbagai faktor, salah satunya intensitas pengambilan air tanah.
Area yang memiliki salinitas tinggi terindikasi telah mendapat masukan dari air laut
(intrusi) sehingga kualitasnya dikategorikan air payau (kadar salin > 0,05%). Setiawan
(2014) menyatakan bahwa faktor penyusun batuan tanah sangat mempengaruhi
karakteristik air tanahnya, air yang berasal dari endapan aluvial memiliki karakter air
tanah sedikit payau hingga payau (salinitas tinggi), air dari endapan pematang pantai
memiliki karakter air tanah tawar hingga sedikit payau (salinitas sedang) dan air tanah
yang berasal dari endapan kipasan aluvial bersifat tawar (salinitas rendah).

32
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Adanya perbedaan pada variabel kedalaman pengambilan sampel sumur juga dapat
berpengaruh pada besaran nilai salinitas. Damayanti (2015) menyatakan bahwa
kedalaman sumur menjadi variabel dependen yang berpengaruh pada nilai salinitas
dengan koefisien determinasi sebesar 0,8472 dimana semakin dangkal sumur maka nilai
salinitas yang diperoleh tinggi.

4.5 Analisis Geolistrik

Dari hasil analisis geolistrik yang dilakukan dengan program komputer, dan
dikaitkan dengan kondisi geologi daerah penelitian, maka dapat diinterpretasikan
adanya 3 jenis litologi yang didasarkan pada nilai tahanan jenis batuan, yaitu :

1. Lapisan Penutup
Lapisan penutup berupa top soil, yaitu lapisan paling atas di setiap lapisan batuan.
Lapisan ini merupakan hasil pelapukan dari batuan, yang pada akhirnya memiliki
ukuran yang beragam.
2. Lapisan Lempung
Lapisan Lempung diinterpretasikan dari nilai tahanan jenis yang kurang dari 10
ohm-meter.
3. Lapisan Pasir
Lapisan pasir diinterpretasikan dari nilai tahanan jenis berkisar antara 21 – 100
ohm-meter.

Kedalaman dan resistivitas masing-masing lapisan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Kedalaman, Resitivitas dan Interpretasi Batuan pada Uji Geolistrik
Lapisan Kedalaman (Meter) Resistivitas (Ohm-m) Interpretasi Batuan
1 0 – 1,03 5,96 – 71,04 Lapisan penutup
2 1,03 – 4,52 5,66 Lempung
3 4,52 – 13,97 8,17 Lempung
4 13,97 – 16,82 27,16 Pasir

5 16,82 – 48,69 3,87 Lempung/Pasir

6 >48,69 4,05 Lempung/Pasir


Sumber : Hasil Uji Geolistik

33
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Berdasarkan data diatas, pada titik pengamatan terdapat litologi yang berpotensi
mengandung air (akuifer) yaitu lapisan pasir pada kedalaman 13,97 – 16,82 meter.
Namun ketebalan lapisan kurang dari 3 meter sehingga diperkirakan potensi debit air
yang dimiliki cukup kecil.
Pada lapisan bagian bawah, lebih dalam dari kedalaman 16,82 meter, berdasarkan
nilai resistivitasnya menunjukkan litologi yang berupa lempung yang tidak memiliki
potensi untuk menjadi akuifer. Tapi karena lokasi pengukuran berada pada daerah
pesisir, maka nilai resistivitas yang kecil memiliki kemungkinan lain, yaitu lapisan pasir
mengandung air (akuifer) yang telah terintrusi air laut. Dengan demikian, jika dilakukan
pengeboran hingga melebihi kedalaman 16,82 meter, ada dua kemungkinan, yaitu:
1. Tidak ditemukan sumber lapisan yang mengandung air
2. Menemukan lapisan yang mengandung air tapi telah terintrusi air laut.

34
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

4.6 Status Mutu Sumber Air Bersih

Status Mutu Air Bersih menggambarkan tingkat pencemaran yang terjadi. Status
mutu ini diketahui melalui pendekatan dengan Indeks Pencemaran Air (IPA).
Perhitungan IPA mengacu pada ketentuan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Status Mutu Air. Dalam ketentuan
tersebut, dilakukan perhitungan IP (Indeks Pencemaran) atau Pollution Index yang
digunakan untuk menentukan pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang
diizinkan. Status mutu air yang dihasilkan pada perhitungan IP ini dapat menjadi
masukan untuk pengambilan keputusan terkait pengelolaan air bersih. Pada perhitungan
IP digunakan formula sebagai berikut :

𝐶𝑖 2 + ( 𝐶𝑖 𝑅)2
(
√ 𝐿𝑖𝑗 𝑀) 𝐿𝑖𝑗
𝑃𝐼𝑗 =
2

Dengan ;
Pij = Pencemaran bagi peruntukan (j)
Ci = Konsentrasi sampel pada paremeter kualitas air (i)
Lij = Konsentrasi baku mutu air peruntukan (j)
(Ci/Lij)M = Nilai maksimum dari Ci/Lij
(Ci/Lij)R = Nilai rata -rata dari Ci/Lij
*Apabila (Ci/Lij) menghasilkan nilai >1,
maka rumus yang digunakan adalah ; (Ci/Lij) baru = 1 + 5 log Ci/Lij

Nilai dari Pollution Index menentukan status mutu air tersebut, dengan ketentuan ;
Nilai Pollution Index peruntukan j Status Mutu Air
0 < PIj < 1 Kualitas Baik
1 < PIj < 5 Tercemar Ringan
5 < Pij < 10 Tercemar Sedang
Pij > 10 Tercemar Berat
Sumber : Kep Men LH No. 15 Tahun 2003
Berikut pada tabel 4.8 disajikan status mutu air bersih pada Wilayah Pesisir Purworejo :

35
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Tabel 4.8 Status Mutu Air Bersih dari Sumur Warga

Nilai Cix /
Nilai Cix / Lix Air Sumur Lix Air
No Parameter Sungai
A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241 A.242
(S1) (S2) (S3) (S4) (S5) (S6) (S7) (S8) (S9) (S10) (AS)
A. Parameter Fisik
1 Residu Tersuspensi (TDS) 0,15 0,14 0,13 0,13 0,33 0,18 0,95 1,98 0,32 0,51 0,23
2 Kekeruhan 0,08 0,08 0,12 0,10 0,32 0,08 0,16 0,54 0,44 1,07 0,71
3 Warna 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,28 0,02 0,02 0,02 0,20
B. Parameter Kimiawi
1 Besi (Fe) 0,18 0,18 0,20 0,22 0,29 0,16 0,40 0,14 0,14 0,16 0,24
3 Mangan (Mn) 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,78 0,24 0,14 2,98 0,14
4 pH 0,56 0,42 -0,21 -0,27 -0,15 0,17 2,57 2,17 1,88 3,12 0,30
5 Kesadahan 0,84 1,74 0,53 0,48 0,70 0,66 3,47 4,08 2,29 3,62 1,03
6 Sulfat (SO4) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Zat Organik (KMNO4) 0,59 0,53 0,51 0,65 0,62 0,43 0,43 0,53 0,50 0,59 0,62
8 Salinitas 0,20 0,20 0,20 0,20 0,60 0,20 2,02 3,07 0,60 0,80 0,40
C. Parameter Kimia Organik
1 Nitrit sebagai N 0,03 0,01 0,04 0,81 1,73 0,08 0,95 1,99 0,81 0,28 0,32
2 Nitrat sebagai N 0,05 0,03 0,03 0,03 0,12 0,14 0,06 0,03 0,03 0,08 0,05
D. Parameter Mikrobiologi
1 Total Coliform 17,83 17,39 17,39 17,83 17,39 17,83 17,83 17,39 15,82 17,83 17,61
Nilai Cix/Lix Rata – Rata 1,59 1,61 1,47 1,57 1,70 1,55 2,30 2,48 1,77 2,39 1,68
Nilai Cix/Lix Maksimum 17,83 17,39 17,39 17,83 17,39 17,83 17,83 17,39 15,82 17,83 17,61
Pollution Index (PIj) 8,95 8,73 8,73 8,95 8,74 8,95 8,99 8,78 7,96 8,99 8,85
Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar
Status Mutu Air
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Sumber : Hasil perhitungan
36
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Perhitungan Pollution Index pada daerah penelitian menunjukkan bahwa di


Daerah Pesisir Purworejo telah tercemar sedang dengan nilai PI > 5. Status ini
menunjukkan adanya indikasi pengaruh kegiatan manusia terhadap kualitas air tersebut.
Indikasi yang terjadi adalah pencemaran yang homogen (sejenis), yaitu dominasi
pencemaran dari kegiatan pertanian, peternakan dan pemukiman warga.

4.7 Analisis Risiko Pencemaran Air pada Kesehatan Manusia

Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang digunakan warga sekitar
dalam memenuhi kebutuan sehari – hari. Apabila air yang dikonsumsi mengandung zat
pencemar maka akan berdampak pada kesehatan manusia. Pendekatan yang dilakukan
dalam analisis risiko dampak kesehatan, dilakukan dengan menghitung asupan risk agent
atau seberapa besar zat tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. Formula yang
digunakan adalah sebagai berikut ;

𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡
𝐼=
𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Dengan ;

I = Intake (asupan), jumlah risk agent yang masuk (mg/kg/hari)


C = Konsentrasi risk agent (mg/L)
R = Laju (rate) asupan (2 L/hari)
tE = Waktu pajanan harian (jam/hari)
fE = Frekuensi pajanan tahunan (hari/tahun)
Dt = Durasi pajanan (30 tahun)
Wb = Berat badan (digunakan 55 kg)
tavg = Periode waktu rata – rata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat non
karsinogenik)

37
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Nilai asupan tersebut kemudian dimasukkan pada formula ;

𝐼
𝑅𝑄 =
𝑅𝑓𝐷
Dengan ;
RQ = Risk Quotient
I = Intake (asupan) (mg/kg/hari)
RfD = Reference Dose
Analisis kondisi masyarakat sekitar, dapat diketahui bahwa penggunaan air untuk
kegiatan sehari – hari adalah dari air sumur. Dari hasil uji skala laboratorium, dipilih
beberapa parameter yang memiliki nilai hazard (bahaya) kesehatan. Parameter –
parameter tersebut adalah pada kandungan zat kimiawi, yang lebih sukar untuk di-
treatment. Berikut disajikan taksiran intake / asupan (I) zat pencemar yang terjadi pada
daerah penelitian :

Tabel 4.9 Taksiran Nilai Intake / Asupan Risk Agent Parameter Pencemar
Intake (Asupan) Air Sumur (mg/kg/hari)
No Parameter A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241
(S1) (S2) (S3) (S4) (S5) (S6) (S7) (S8) (S9) (S10)
Parameter Kimiawi
1 Besi (Fe) 0,007 0,007 0,007 0,008 0,011 0,006 0,015 0,005 0,005 0,006
2 Mangan (Mn) 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,014 0,004 0,003 0,054
3 Kesadahan 15,20 25,60 9,60 8,80 12,80 12,00 56,80 75,20 32,87 60,80
4 Sulfat (SO4) 0,031 0,031 0,031 0,031 0,031 0,031 0,031 0,031 0,031 0,031
5 Zat Organik (KMNO4) 0,214 0,191 0,185 0,236 0,225 0,157 0,157 0,191 0,180 0,214
Parameter Kimia Organik
1 Nitrit sebagai N 0,001 0,000 0,001 0,029 0,051 0,003 0,035 0,057 0,029 0,010
2 Nitrat sebagai N 0,017 0,009 0,009 0,010 0,042 0,051 0,022 0,012 0,012 0,028
Sumber : Hasil perhitungan

38
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Untuk menghitung nilai paparan risiko dengan RQ, dibutuhkan nilai RfD
(Reference Dose) yang menunjukkan besaran dosis acuan konsumsi pada parameter
pencemar. Nilai ini mengikuti ketentuan US EPA, beberapa parameter tidak tercantum
sehingga dilakukan perhitungan melalui perkiraan dosis yang dikonsumsi.

Tabel 4.10 RfD (Reference Dose) pada Parameter yang Diteliti


Reference Dose
No Parameter
(RfD)
Parameter Kimiawi
1 Besi (Fe) 0,3
2 Mangan (Mn) 0,14
3 Kesadahan 1000
4 Sulfat (SO4) 800
5 Zat Organik (KMNO4) 0,5
Parameter Kimia Organik
1 Nitrit sebagai N 2
2 Nitrat sebagai N 20
Sumber : US EPA, 1993 dan Hasil Perhitungan

Adapun nilai Risk Quotient menunjukkan nilai risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan
oleh parameter uji. Apabila nilai RQ > 1 maka zat pencemar memiliki risiko
mempengaruhi kesehatan manusia. Berikut didisajikan nilai RQ pada tabel berikut ;

Tabel 4.11 RQ (Risk Quotient) pada Sumber Air Bersih Sumur


Risk Quotient (RQ)
No Parameter A.232 A.233 A.234 A.235 A.236 A.237 A.238 A.239 A.240 A.241

(S1) (S2) (S3) (S4) (S5) (S6) (S7) (S8) (S9) (S10)

Parameter Kimiawi
1 Besi (Fe) 0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,02 0,05 0,02 0,02 0,02
2 Mangan (Mn) 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,10 0,03 0,02 0,39
3 Kesadahan 0,02 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 0,06 0,08 0,03 0,06
4 Sulfat (SO4) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Zat Organik
5 (KMNO4)
0,43 0,38 0,37 0,47 0,45 0,31 0,31 0,38 0,36 0,43
Parameter Kimia
Organik
1 Nitrit sebagai N 0,00 0,00 0,00 0,01 0,03 0,00 0,02 0,03 0,01 0,01
2 Nitrat sebagai N 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sumber : Hasil perhitungan

39
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Dengan nilai RQ dari semua parameter yang dihitung menunjukkan nilai RQ < 1,
maka masyarakat sekitar masih aman untuk mengkonsumsi air dari sumber sumur yang
diuji. Walaupun semua titik sumur uji memiliki nilai RQ < 1 bukan berarti tidak memiliki
risiko terhadap kesehatan. Perubahan faktor alam, kegiatan domestik serta nilai
besarnya akumulasi pencemar ke badan air dari waktu ke waktu memiliki perubahan
secara fluktuatif sehingga perlu diwaspadai. Selain itu, upaya preventif (pencegahan)
dengan mengelola sumber air bersih sangat penting dilakukan untuk meminimalisi
dampak negatif yang mungkin terjadi.

4.8 Kerusakan Lingkungan Pesisir

Kerusakan lingkungan adalah kondisi dimana terjadinya degradasi lingkungan,


hilang atau berubahnya sumber daya air, tanah, dan udara serta ekosistem lingkungan.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh masuknya bahan-bahan atau zat-zat yang dalam kondisi
normal tidak ada di lingkungan atau karena suatu zat berjumlah berlebihan. Bisa juga
karena aktivitas manusia seperti pemanfaatan lahan baik itu untuk industri, pemukiman
ataupun pertanian. Dalam analisis kerusakan Wilayah Pesisir Kabupaten Purworejo,
penentuan ada tidaknya kerusakan lingkungan dikaji berdasarkan pencemaran air dan
perubahan pemanfaatan lahan.

Dari sampel yang diuji, hampir semua parameter yang diuji masih berada di
bawah batas baku mutu. Namun terdapat parameter yang nilainya melebihi baku mutu,
yaitu parameter kesadahan dan total coliform. Kedua parameter ini tidak akan
memberikan efek yang signifikan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan karena pada
umumnya kondisi ini hampir selalu terjadi di lingkungan normal. Dengan ini dinyatakan
tidak ada kerusakan lingkungan yang berarti sebagai akibat dari pencemaran air.

Perlu diperhatikan walaupun dinyatakan tidak terjadi kerusakaan lingkungan


yang berarti. Kondisi lingkungan terutama masalah air di kawasan pesisir tetap harus
diperhatikan. Beberapa parameter yang diuji walau masih di bawah baku mutu, kadarnya
mendekati batas baku mutu. Kecenderungan kegiatan manusia yang semakin kompleks
menjadi indikasi bahwa nantinya beban pencemar bisa bertambah sehingga
menyebabkan kerusakan pesisir.

40
Identifikasi Pencemaran & Kerusakan Lingkungan
Pesisir Kabupaten Purworejo

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purworejo tahun 2011 – 2031
menunjukkan pada kawasan pesisir, pemanfaatan lahan yang diperbolehkan adalah
peruntukan lahan untuk pemukiman, pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.
Sebagai pembanding untuk melihat penggunaan lahan dan perubahan fungsinya, dikaji
dengan melihat peta tutupan lahan pesisir Kabupaten Purworejo tahun 2015 dan
identifikasi citra satelit (ikonos). Berdasarkan identifikasi ini menunjukkan pemanfaatan
lahan yang berkembang di Wilayah Pesisir Kabupaten Purworejo dominan masih sesuai
dengan peruntukannya. Namun, terdapat ketidaksesuaian terhadap pemanfaatan lahan
pertanian basah pada RTRW dimana saat ini pemanfaatan lahan tersebut digunakan
sebagai tambak.

Tingkat kebutuhan manusia akan lahan yang terus meningkat harus diimbangi
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Walaupun kondisi lingkungan yang relatif
baik, perlu adanya pengawasan yang intens terhadap pemanfaatan lahan terutama di
wilayah pesisir. Misalnya kegiatan budidaya tambak, apabila dibangun secara berlebihan
di kawasan pesisir tanpa memperhatikan daya tampung lingkungan maka dapat
menimbulkan kerusakan. Budidaya ini perlu memperhatikan ketentuan dalam
pembangunannya, antara lain ;

1. Budidaya yang diimbangi dengan pembuatan area jalur hijau/penyangga antara


tambak dan pantai, misalnya dengan menanaman mangrove. Penanaman ini
bermanfaat untuk menjaga stabilitas tanah beserta unsur haranya.
2. Pembangunan tambak tidak merambah tanaman di sekitar pantai yang berfungsi
sebagai penahan angin,
3. Konstruksi tambak udang harus diperhatikan agar tidak terjadi rembesan dari air
tambak ke tanah.

Aspek perubahan lingkungan yang dapat ter-identifikasi juga adalah adanya


fenomena akresi dan abrasi yang terjadi di Wilayah Pesisir Purworejo. Menurut Andi Dwi
(2015), interpretasi citra landsat multitemporal tahun 2002 dan 2013 menunjukkan
bahwa pada rentan 12 tahun telah terjadi akresi sebesar 5,5 hektar per tahun dan abrasi
sebesar 2,8 hektar per tahun. Wahyuningsih dkk (2016) menjelaskan fenomena abrasi
dapat dicegah dengan mengupayakan penamanan mangrove dan cemara laut di daerah
pesisir.

41

Anda mungkin juga menyukai