LP Hipertensi
LP Hipertensi
Oleh:
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan bahwa kriteria
lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan
dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang.
Proses menua merupakan suatu hal yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60
tahun.
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah gabungan antara
usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status
fungsional seseorang, serta ditandai ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit dan
hilangnya gigi.
2. Klasifikasi Lansia
masalah kesehatan.
3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif.
teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan,
namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada
1) Perubahan Struktur
yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan amiloid,
darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan ukuran
(a) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan
(b) Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan
serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel. Implikasi dari hal ini
(c) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena peningkatan
serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Implikasi
dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan penumpulan respon
(d) Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga
penumpukan darah.
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
b. Hipertensi sekunder
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output
HIPERTENSI
Nyeri kepala
Nyeri Akut
Intoleransi Aktivitas
12
Etiologi Hipertensi
Penyakit Perubahan
Genetik Gaya Hidup
Ginjal Gerontologis
Kelainan Arteriosklerosis
Adrenalin Umur (Lansia)
Transport
Meningkat
Na+
Terjadi Degeneratif
Pelepasan Penyumbatan Arteri
Retensi Na+
Renin
Kekauan Pembuluh
Darah
TD Jantung Memompa
Produksi Darah Melewati
Meningkat
Urine Jalan yang Sempit Resistensi Perifer
Menurun
Meningkat
TD Meningkat
HIPERTENSI
2. Tanda dan gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
dan anemia
ginjal
jantung
4. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis atau penanganan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Terapi
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan gaya
1) Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan
konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak
mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh
(diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang perlu
(b) Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24
oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau
0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan
(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam
satu minggu)
(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium
mmol/hari)
(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet
(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara teratur
dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk mencegah
kemungkinan komplikasi.
c. Terapi Obat
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan darah
dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani terapi
tanpa faktor
risiko lainnya
dengan 12 bulan)
Derajat 2 dan 3 bulan) Terapi obat Terapi obat
d. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume plasma
ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh
dsb.
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung, kemudian
juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi dengan aktivitas
rennin plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia lebih muda.
Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau memperburuk gagal ventrikel kiri,
kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan, letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang. Aksi
jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini adalah:
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang berkaitan
dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi cairan daripada
vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni nyeri kepala, edema
perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam golongan ini
membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan
sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan dosis kecil
cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat, sehingga
mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian obat dan beberapa
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan menyebabkan
retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada pasien yang refrakter.
Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena efek samping
obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan efek samping lainnya seperti
sedasi, hidung tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat ini
tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis yang
rendah.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk itu,
di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat
a. Anamnesis.
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di
2) Aktifitas/ istirahat
4) Integritas Ego
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola
bicara
5) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
6) Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretic.
7) Neurosensori
penglihatan.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
9) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
10) Keamanan
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum
5) Kalium serum
7) Urin analisa
8) Foto dada
9) CT Scan
10) EKG
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler
Kriteria hasil :
Intervensi :
diazepam dll.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi inadekuat
Kriteria Hasil :
ideal Intervensi
indikasi.
masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak
dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi
emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
individual.
kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :
Intervensi
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau
pingsan.
individual.
kelemahan.
d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
Kriteria Hasil :
Intervensi
rencana pengobatan.
kehidupan sehari-hari.
mengatasi/menyelesaikan masalah.
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
untuk mengatasinya.
regiment teraupetik.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
keluarga.
Kriteria hasil :
Intervensi
1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas
dipertahankan.
hipertensi.
darah.
jantung
3) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
Kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
Intervensi:
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
(a) Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
(b) Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
(c) Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
suhu.
alat bantu.
R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
4. Evaluasi
1. Pengertian Nyeri
subjektif karena perasaan nyeri beerbeda pada stiap orang dalam hal sekala atau
tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:
mengalaminya.
b) Wolf Waisfel Feurst, mengatakan nyeri merupaksn suatu perasaan menderita secara
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak, dan menyebabkan individu
d) Serumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan di
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah noociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas
yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding
arteri, hati, dan kandung empedu,. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat
impuls-impuls nyeri ke sumsung tulang belakang oleh dua jenis tersebut yang bermielin
rapat atau serabut A (delta) atau serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang di
serabut C, serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminase yang
saling bertautan. Di antar lapisan dua da tiga terbentuk subtantia gelatinosa yang
merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang
belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,
yaitu jalur spinochalamictract (STT) atau jalur spinochalamus dan spinoreticular tract
(SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi
tersebut terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalut
nonopiate. Jalur opiate di tandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur
spinal desendens dan thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal
dari sumsung tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif.
merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap noloxone yang
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi memjadi dua, nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara medadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan
nyeri yang timbuls secara berlahan lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih
dari 6 bulan. Yang termaksud dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke
Selai klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya nyeri
somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pait), nyeri psikogenik, phantom dari
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jari di bawah
kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaana antara kedua nyeri ini dapat dilihat
4. Stimulasi Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau mengenali jumlah
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan
d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang
5. Teori Nyeri
bersinaps di daerah posterior, kemudia naik ke tractus lissur dan menyilang ke garis
median ke sisi lainya, dan berakhir di korteks sensori tempat rangsangan nyeri
tersebut di teruskan.
Rangsangaan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medula spinalis dan
merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke
bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi
Nyeri tergantung dari kerja syarafbesar dan kecil yang keduanya berada pada akar
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini
akan di kembalikan ke dalam medula spinalis melalui saraf efeen dan reaksinya akan
mempengaruhi aktifitas sel T. Ragsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas
substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehinga merangsang aktifitas
sehigga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi imouls nyeri menjadi efektif oeh impuls-impuls pada serabut
serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate
sistem supresif.
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi pleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
a. Arti Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri mrupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Keadaan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, larat
b. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks
pada fungsi evaluatif kognitif. Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat
c. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubunganya dengan intensitas nyeri yang dapat memengaruhi
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
7. Penatalaksanaan Nyeri
Penelitian tentang kompres panas untuk mengurangi nyeri sudah pernah dilakukan.
Handoyo (2008) membuktikan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri antara sebelum
dan sesudah terapi kompres panas pada pasien pasca bedah sesar dengan spinal anestesi.
penurunan tingkat nyeri flebitis akibat pemasangan infuse intravena setelah diberikan
rangsang pada ujung saraf atau memblokir arah berjalanya impuls nyeri menuju ke otak.
Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal kehipotalamus
melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
dan vasodilitasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor
pada medulla oblongata dari tangkai otak, di bawah pengaruh hipotalamus bagian
khususnya yang mengalami radang dan nyeri diharapkan akan terjadi penurunan nyeri
sendi pada jaringan yang meradang (Tamsuri, 2007). Teori gate control mengatakan
bahwa stimulasi kutaneus: kompres hangat dan kompres dingin bahwa cara ini
menyebabkan pelepasan endorfin suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh
A-beta yang lebih besar dan lebih cepat proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui
serabut C dan delta –A berdiameter kecil, gerbang sinap menutup transmisi nyeri (Potter,
2005).
Menurut Price(1995), kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk
mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melaui konduksi (botol air
panas).Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah.
1) Persiapan alat dan bahan menurut (An, 2010) adalah sebagai berikut:
a) Alat
(1) Handscoen
b) Bahan
c) Cara kerja
sebagai berikut:
(2) Siapkan wadah dan isi dengan air hangat suhu 40-50 secukupnya
(3) Masukan handuk kecil kedalam air hangat tersebut kemudian tunggu
(4) Peraskan handuk kemudian tempelkan ke daerah sendi yang terasa nyeri
klien
Sebaiknya kompres hangat hangat dilakukan dua kali sehari pagi dan sore
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang dapat dilakukan adalah
adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan
b. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
berikut :
SKALA NYERI
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidak percayaan, kesalah
1) Ketidak percayaan
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat mengurangi nyeri.
Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh
perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa
perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar lebih dapat memahami tentang nyerinya.
2) Kesalah pahaman
ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat
individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
3) Ketakutan
4) Kelelahan
5) Kebosanan
perhatian adalah bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi
berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang
a) Menonton televisi
c) Mendengarkan music
2) Tehnik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan
perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama smabil terus konsentrasi
3) Stimulasi kulit :
b) Menggosok punggung
stransmisis stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
narkotika diginakan utuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada
fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal di
khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga
dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis
yang tinggi. Golongan asetaminofen sama dengan seperti aspirin, akan tetapi tidak
menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti inflamatory drug
(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat berfungsi
d. Pemberian stimulator listrik yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri
meliputi:
diluar.
sumsum tulang belakang dan epidural yang di implan di bawah kulit dengan
transistor timah penerima yang dimasukkan ke dalam kulit pada daerah epidural
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon
adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
Arianto, PS Budi. 2016. Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lansia Tahun
2014; 3. Available from: http://repository.usu .ac.id/handle/ 123456789/ 58759
{Accesed 15 juli 2018}
Depkes RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia Sehat 2010
Depkes Sumbar, 2010. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Doenges.,
McPhee SJ, Ganong WF. 2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis
Edisi V. Jakarta: EGC; 341 – 342
N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Coutran.
Jakarta : EGC.