Agen Infeksius-1
Agen Infeksius-1
Agen Infeksius-1
DISUSUN OLEH :
1. NIA MEDIAWATI
2. NURUL IFMI RAMADHINI
3. SUCITA EFENDI
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan tugas makalah ini. Solawat
beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad
SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan menginspirasi
untuki para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Bakteri
2.3 Virus
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.2 Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena materi
genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebut dengan sel
prokariot. Dinding sel bakteri mengandung kompleks karbohidrat dan protein yang
disebut peptidoglikan. Bakteri pada umumnya berproduksi dengan cara membelah diri
menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut dengan pembelahan biner. Untuk
nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan kimia organik yang dapat diperoleh
secara alami dari organisme hidup atau organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri
dapat membuat makanan sendiri dengan biosintesis, sedangkan beberapa bakteri yang
lain memperoleh nutrisi dari substansi organik (Maksum, 2011).
A. Bentuk Sel Bakteri
Bakteri mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Sebagian besar
sel bakteri memiliki diameter 0,2-2 mikron dan panjang 2-8 mikron. Berdasarkan
bentuk, bakteri digolongkan menjadi tiga golongan utama, yaitu bentuk kokus (bulat),
bentuk basil (batang), dan bentuk spiral (Maksum, 2011).
Bakteri kokus biasanya berbentuk bulat atau lonjong, hidup sendiri-sendiri,
berpasangan, membentuk rantai panjang atau kubus tergantung cara bakteri itu
membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelah pembelahan. Kokus yang
tetap berpasangan setelah membelah disebut dengan diplokokus (diplococcus).
Streptokokus (streptococcus) adalah kokus yang membelah dalam satu bidang dan
tidak memisahkan diri sehingga berbentuk rantai. Kokus yang membelah dalam tiga
bidang yang saling tegak lurus sehingga membentuk kubus adalah Sarcinae,
sedangkan kokus yang membelah membentuk gugusan atau berkelompok seperti buah
anggur adalah bakteri Staphylococcus. Bentuk marfologi kokus yang berbeda-beda ini
sering kali digunakan untuk mengidentifikasi jenis bakteri golongan kokus (Maksum,
2011).
Bakteri basil adalah golongan bakteri yang memiliki bentuk seperti batang atau
silinder. Bakteri ini mempunyai ukuran yang sangat beragam. Basil umumnya terlihat
sebagai batang tunggal. Beberapa bakteri basil berpasangan setelah pembelahan sel.
Bentuk basil terdiri atas diplobasilus (diplobacillus), streptobasilus (streptpbacillus),
dan kokabasilus (coccobacillus) (Maksum, 2011).
Bakteri spiral adalah bakteri yang mempunyai bentuk yang tidak lurus seperti
basil, tetapi mempunyai satu atau beberapa lekukan. Bakteri spiral dibagi menjadi (i)
vibrio, yaitu bakteri berbentuk batang yang melengkung menyerupai bentuk koma, (ii)
spirilum, yaitu bakteri yang berbentuk spiral atau pilinan dengan selnya yang kokoh,
dan (iii) spiroketa, yaitu bakteri yang berbentuk spiral dan tubuhnya sangat lentur
sehingga dapat bergerak bebas. Kemampuan bergerak ini dimungkinkan karena
adanya kontraksi yang lentur dari sumbu filamen atau flagel yang terdapat di
permukaan dinding sel bakteri (Maksum, 2011).
c. Pertumbuhan bakteri
Populasi bakteri dapat menjadi luar biasa banyak dalam waktu yang singkat. Dengan
memahami kondisi ini, kita dapat menemukan cara mengontrol pertumbuhan bakteri
penyebab penyakit atau bakteri perusak makanan. Selain itu, kita juga dapat memahami
bagaimana mendorong pertumbuhan bakteri yang menguntungkan bagi kehidupan
(Maksum, 2011).
Pada bab ini akan di uraikan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel
bakteri, jenis-jenis media pertumbuhan buatan, proses pembelahan sel, fase
pertumbuhan, dan metode pengukuran pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan bakteri:
1) Suhu
2) pH
3) Tekanan Osmotik
4) Faktor Kimia
5) Oksigen (Maksum, 2011).
d. Klasifikasi Bakteri
Klasifikasi bakteri didasarkan pada kesamaan atau kemiripan sifat-sifat
spesifik dan unik yang dimiliki bakteri. Suatu penataan klasifikasi secara
sistematik ke dalam kelompok-kelompok disebut taksonomi. Bakteri
diklasifikasikan berdasarkan sistem taksonomi seperti yang dikembangkan oleh
Coralus Linnaeus untuk tanaman dan binatang pada tahun 1735. Sistem
taksonomi menempatkan spesies di ujung dan kingdom di ujung yang lain, dengan
urutan sebagai berikut.
Kingdom : Seluruh organisme di dalam hierarki ini
Filum/Diviso : Sekelompok kelas yang berkerabat
Kelas : Sekelompok ordo yang serupa
Ordo : Sekelompok famili yang serupa
Famili : Sekelompok genus yang serupa
Genus : Sekelompok spesies yang serupa
Spesies : Sekelompok organisme yang berkerabat dekat. Individu-individu di
dalam kelompok ini serupa dalam sebagian besar ciri-cirinya (Maksum, 2011).
Salah satu cara klasifikasi prokariot yang dianut secara luas adalah metode
klasifikasi dan determinasi menurut Bergey dalam Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. Dalam Bergey’s Manual, prokariot dibagi dalam 2
golongan besar (domain), yaitu bakteri (bacteria) dan arkea (archaea). Prokariot
(organisme bersel tunggal) mempunyai bakteri genetik yang terdiri atas DNA
yang terbuka dan tidak terbungkus dalam suatu selaput atau membran inti.
Prokariot berkembang biak dengan membelah diri menjadi dua bagian.
Eubacteria dan Archaebacteria termasuk dalam prokariot. Bakteri yang patogen
pada manusia termasuk dalam Eubacteria (Maksum, 2011).
Klasifikasi prokariot adalah sebagai berikut.
a) Kingdom : Procaryote
b) Divisio : Cyanobacteria
c) Divisio II : Bacteria
Bacteria dibagi dalam 3 kelas dan pembagian selanjutnya adalah sebagai berikiut.
Sebagai contoh :
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaeceae
Genus : Staphylococcus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
Nama bakteri biasanya dapat menunjukkan sifat bakteri, bentuk bakteri, atau
nama penemu bakteri. Sebagai contoh, Bacillus adalah bakteri berbentuk batang;
Micrococcus adalah bakteri berbentuk butir-butir kecil; Erwinia berasal dari nama
Erwin; Pasteurella berasal dari nama Pasteur; Clostridium welchii ditemukan oleh
Welch; dan Borrelia burgdorferi ditemukan oleh Willy Burgdorferi (Maksum,
2011).
e. Identifikasi Bakteri
Identifikasi jenis bakteri bukan suatu pekerjaan yang mudah karena
memerlukan keterampilan dan beberapa informasi untuk
menentukan spesies bakteri yang akan diidentifikasi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain (a) ukuran, bentuk, dan susunan
bakteri; (b) reaksi pewarnaan Gram; (c) gerakan bakteri: apakah
dapat bergerak atau tidak; (d) tipe falgel: apakah flagel berada di
ujung sel bakteri saja atau di seluruh tubuh; (e) ukuran dan bentuk
koloni bakteri; (f) warna koloni: apakah menyekresi pigmen warna
tertentu ke dalam media atau tidak; dan (g) konsistensi koloni
bakteri. Identifikasi genus dan spesies bakteri lebih lanjut
memerlukan informasi yang lebih lengkap, misalnya sifat-sifat
biokimia bakteri, apakah bakteri dapat memfermentasi jenis
karbohidrat tertentu, atau dapat menggunakan senyawa tertentu
sebagai satu-satunya sumber energi (Maksum, 2011).
Identifikasi bakteri,khususnya bakteri yang patogen untuk manusia,
dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut.
1) Pengamatan sifat-sifat morfologi koloni bakteri.
2) Pengamatan mikroskopis melalui pewarnaan bakteri.
3) Identifikasi bakteri melalui uji sifat biokimia.
4) Identifikasi bakteri berdasarkan profil DNA.
f. Infeksi Bakteri
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri
(Maksum, 2011).
Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop (Maksum, 2011).
Setelah penemuan mikroskop oleh Anthony Van Leeuwenhoek,
pengetahuan tentang dunia mikroorganisme berkembang dengan
sangat pesat. Penemuan berbagai jenis penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme, terutama bakteri, telah menambah pesatnya
perkembangan ilmu kefarmasian (Maksum, 2011).
Selain itu, berbagai bentuk intraksi kehidupan dapat dipelajari
secara mikroskopis untuk memahami dan menangani berbagai jenis
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Maksum, 2011).
g. Habitat Mikroorganisme
Habitat adalah lokasi tempat tinggal spesifik suatu organisme,
sedangkan niche adalah peranan atau fungsi spesifik organisme itu
dalam komunikasi. Suatu habitat terdiri atas beberapa faktor,
meliputi suhu, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik, pH, cahaya,
substansi anorganik (seperti air, CO2, O2 dan mineral), dan
substansi organik. Mikroorganisme yang terdapat disuatu lokasi
dapat bersifat transient (tinggal sementara) atau bersifat indigenous
(menetap dalam beberapa generasi dan umumnya dapat bertahan
pada kondisi lingkungannya) (Maksum, 2011).
Habitat alam mikroorganisme
1) Tanah
Bakteri yang terdapat di tanah antara lain Clostridium
tetani, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, dan
Bacillus anthracis (Maksum, 2011).
2) Air
Bakteri yang terdapat di dalam air antara lain Salmonella,
Shigella, Vibrio cholerae, Lagionella, dan Eschericia coli.
Eschericia coli biasanya digunakan sebagai indikator
pencemaran air oleh tinja (Maksum, 2011).
3) Udara
Udara terbuka jarang mengandung bakteri patogen. Hal ini
kemungkinan karena ada efek pengeringan ozonisasi, dan
radiasi sinar ultraviolet. Udara di dalam ruangan
kemungkinan mengandung bakteri dan mikroba patogen
yang berasal dari kulit, tangan, pakaian, dan saluran nafas
atas manusia (Maksum, 2011).
4) Makanan
Beberapa mikroorganisme patogen dapat ditemukan di
dalam makanan dan minuman terutama dalam susu antara
lain Mycobacterium tuberculosis, Salmonella,
Streptococcus, Shigella, Brucella, dan Staphylococcus;
bakteri-bakteri inilah yang sering menjadi penyebab
keracunan makanan (Maksum, 2011).
5) Flora Normal
Flora normal adalah mikroorganisme yang hidup di dalam
tubuh manusia yang dalam keadaaan tertentu tidak
menyebabkan penyakit pada manusia (Maksum, 2011).
6) Flora normal mulut dan saluran nafas
berbagai mikroorganisme terdapat di mulut dan saluran
nafas. Mikroorganisme yang sering di temukan dalam mulut
adalah spesies stephilokokus sedangkan mikroorganisme
yang paling dominan di dalam saluran nafas adalah spesies
streptokokus (Maksum, 2011).
7) Flora normal saluran cerna
Mikroorganisme dalam saluran cerna terdapat di usus besar
akan tetapi, mikroorganisme kadang-kadang juga di
temukan di ileum distal individu normal. Mikroorganisme
yang terdapat di usus besar antara lain Bacteroides,
Bifidobacterium, Eubacterium,lactobacilus, streptokokus,
dan clostridium. Flora normal saluran cerna berperang
penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu
dan asam empedu, absosi zat makanan, dan merupakan
mikroorganisme antagonis bagi mikroorganisme patogen
(Mkasum, 2011).
8) Flora normal saluran genital dan saluran urine
Beberapa mikroorganisme dapat di temukan di saluran
genitalis eksterna, saluran uretra anterior, dan vagina.
Mikroorganisme yang sering di jumpai pada uretra adalah
Mycobactrium smegnatif. Flora normal pada vulva wanita
sangat di pengaruhi oleh kondisi normal tubuh (Maksum,
2011).
9) Flora normal kulit, hidung dan telinga
Bakteri yang sering ditemukan di kulit adalah stepilakokus
epidermidis. Micrococus, streptococus hemoliticus alpha,
streptococus nonhemoliticus dan dasarchina. Streptococus
stepilococcus aureus dapat menekat di hidung, sedangkan
flora yang terdapat di liang telinga antara lain strepcoccus
peneumoniae, dan stepilococcus aureus (Maksum, 2011).
10) Bakteri di dalam darah dan jaringan
Dalam keadaan normal, darah dan jaringan bebas mikroorganisme. Akan
tetapi, dalam keadaan tertentu, seperti mengunyah atau sikat gigi, flora komensal
dapat masuk kedalam darah atau jaringan. Dalam keadaan normal, mkroorganisme
tersebut segera dapat dimusnahkan oleh sistem kedalam tubuh (Maksum, 2011).
2.3 Virus
2.3.1 Sejarah Virus
Orang yang dianggap sebagai penemu virus adalah Dmitri Iwanownski (1892)
yang menemukannya dari daun tembakau yang menderita mosaic disease. Virus
mempunyai ukuran antara 10 milimikron sampai 400 milimikron. Bentuknya
bermacam-macam, seperti batang, oval, atau seperti benang. Virus bersifat obligate
parasit, yaitu hanya dapat tumbuh berkembang biak (replika) didalam sel yang masih
hidup (sel host). Diluar sel host virus berupa partikel yang disebut virion, dimana
didalamnya terdapat DNA dan RNA. Virion tidak melakukan metabolisme ataupun
reproduksi dan hanya dapat menyebabkan infeksi pada sel host yang cocok
dengannnya (Indan, 2003).
Apapun genomenya (DNA atau RNA) semua virus, mempergunakan bahan-
bahan yang berada didalam host untuk reproduksi dirinya. Peran genome virus adalah
mengarahkan agar aktivitas yang terjadi di dalam sel host sesuai dengan keinginan
virus, buiannya sesuai dengan kepentingan sel host. Bila suatu sel jaringan (manusia,
hewan, ataupun tumbuhan) terinfeksi oleh suatu virus, maka didalam sel tersebut akan
terjadi badan(body) yang dengan pewarnaan tertentu akan terlihat dengan mikroskop
biasa. Badan tersebut dinamakan inclusion body. Inclusion body tergantung dari jenis
virus nya, ada yang terletak di dalam ataupun di luar jaringan (Indan, 2003).
Virus hanya mengandung 1 (satu) jenis nucleic acid (asam nukleat) sebagai
bahan genome nya, DNA atau RNA. Virus RNA, misalnya virus poliomyelitis,
hepatitis A, encepalitis, yellow fever, influenza, mumps, morbili, AIDS, dan rabies.
Sedangkan virus DNA, misalnya hepatitis B, virus kanker, varicella, herpes genitalis,
smallpox (variola), dan cowpox (Indan, 2003).
2.3.2 Cara Berkembang Biak Virus
Cara berkembang biak virus belum diketahui dengan pasti. Beberapa hypothesis
telah dikemukakan untuk menerangkannya, yaitu :
1. Dengan lingkara hidup
2. Dengan duplikasi melalui enzym autocatalase
3. Pembentukan virus dari provirus
4. Perubahan susunan enzym dari sel host karena infeksi-virus, kemudian virus
terjadi dari bahan host (Indan, 2003).
Salah satu hypothesis yang dikemukakann adalah, bahwa virus yang telah
memasuki sel host, yaitu nucleic acid-nya akan mengubah jalannya metabolisme sel,
menjadi suatu biosintesis baru, dimana hasilnya adalah virus-virus baru. Cara
duplikasi seperti ini, menyebabkan sulit untuk menemukan zat yang secara
selektifdapat mempengaruhi pembentukan (sintesis virus), tanpa juga mempengaruhi
metabolisme sel host yang sehat. Itulah sebabnya sampai saat ini belum ditemukan
antibiotika atau chemotherapeutica yang efektif terhadap virus untuk mengobati
penyakit karena virus (Indan, 2003).
Gejala Penyakit
Gejala penyakit berupa demam dengan atau tanpa ruam kulit dan gejala aseptik
meningitis. Virus Echo sering menimbulkan wabah mencret (watery diarrhea)
pada bayi yang baru lahir yang dirawat di rumah sakit. Hal ni terjadi larena
penularan dari orang dewasa yang mengandung virusnya (Indan, 2003).
Virus ini dapat pula menimbulkan penyakit dengan gejala gangguan tractus
resipatoris dan tractus gastrointentinalis berupa demam, batuk, hidung, dan mata
berair, muntah dan diarrhea (Indan, 2003).
Pencegahan
Menghindari penularan dengan menjaga kebesihan makanan dan minuman serta
menghindari kontak dengan penderita. Pengasuh bayi atau orang-orang yang
berkaitan dengan perawatan bayi harus bebas dari virus Echo (Indan, 2003).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme
yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme yang gagal dan berbiak dan menyebabkan perubahan pada
jaringan normal.
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada
jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat
kompetisi metabolisme, toksin, replika intraselular, dan respon antigan-
antibodi .
3.2 Saran
Dengan segala kekurangan pada makalah ini kami berharap pembaca
dapat memberikan kritik dan saran sekiramya makalah ini kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mirkrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.