LP Halusinasi
LP Halusinasi
LP Halusinasi
HALUSINASI
NIM.4006200058
2021
HALUSINASI
I. Halusinasi
a. Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan ketika seseorang merasakan adanya stimulus
yang sebenarnya tidak ada stimulus apapun dari manapun, baik itu stimulus
pendengaran, penglihatan, penciuman maupun perabaan (Yosep, 2011)
Gangguan persepsi sensori: halusinasi merupakan kasus yang paling banyak
terjadi pada klien dengan gangguan jiwa. Dan akibat yang ditimbulkan oleh
gangguan tersebut dapat berakibat fatal karena berisiko tinggi untuk merugikan dan
merusak diri pasien sendiri, orang lain disekitarnya dan juga lingkungan
(Purba,dkk, 2010)
Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang
tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsanga dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada.
Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
suatu keadaan dimana seseorang merasakan adanya suatu rangasangan yang
sebetulnya tidak ada. Rangsangan tersebut dapat berupa suara, rasa, bau, objek atau
suatu benda, ataupun rangsang sentuhan.
b. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala jika seseorang mengalami halusinasi menurut (Yosep, 2011)
diantaranya:
1) Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
Mendengar suara atau bunyi
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar seseorang yang sudah meninggal
Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan
Data obyektif :
Mengarahkan telinga pada sumber suara
Bicara atau tertawa sendiri
Marah marah tanpa sebab
Menutup telinga mulut komat kamit
Ada gerakan tangan
2) Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
Melihat orang yang sudah meninggal
Melihat makhluk tertentu
Melihat bayangan
Melihat sesuatu yang menakutkan
Melihat cahaya yang sanat terang
Data obyektif :
Data obyektif :
Data obyektif :
Data obyektif :
d. Klasifikasi
1) Halusinasi pendengaran
2) Halusinasi penciuman
3) Halusinasi penglihatan
4) Halusinasi peraba
5) Halusinasi perasa
e. Rentang Respon
Halusinasi adalah gangguan dari persepsi semsori. Olehkarena itu rentang respon
yang digunakannya adalah rentang respon neurobiology. Rentang respon
neurobiology yang paling adaptif yaitu adanya suatu pikiran yang logis sehingga
terjadi hubungan social yang harmonis. Sedangkan rentang respon yang paling
maladaptive yaitu adanya halusinasi, waham dan isolasi social. Berikut adalah
rentang respon neurobiology.
Adaptif Maladaptiv
e
Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki &
Hanik, 2015) Meliputi :
1) Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima akal.
2) Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang sesuatau peristiwa
secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman berupa ke mantepan perasaan jiwa yang
timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah di alami.
4) Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan denagn moral.
5) Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang dengan orang
lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.
Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki &
Hanik, 2015) meliputi :
f. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.
g. Factor Presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
h. Mekanisme Koping
1) Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari
2) Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan keancuan persepsi
3) Menarik diri
II. Proses terjadinya masalah
V. Analisa Data
Data Masalah
DS : Halusinasi pendengaran
Klien mengatakan mendengar
sesuatu yang menyuruhnya untuk
tidak berbicara
Klien mengatakan suara it uterus ia
dengar sepanjang hari
DO :
Mengarahkan telinga pada sumber
suara
Klien Nampak diam
Diagnose Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan, pasien SP I Pasien tidak mengetahui apa yang
persepsi - Mengenali dapat menyebutkan : -Bantu pasien mengenal halusinasi dialaminya saat ini, jadi perawat
sensori : halusinasi yang - Isi, waktu, frekuensi, (isi, waktu terjadinya, frekuensi, membantu pasien mengenalkan tentang
halusinasi dialaminya situasi pencetus, perasaan situasi pencetus, perasaan saat apa yang sedang dialami sehingga pasien
- Mengontrol - Mampu terjadi halusinasi) mengerti dengan keadaannya. Cara yang
halusinasinya memperagakan cara dalam - Latih mengontrol halusinasi diajarkan perawat ialah dengan
- Mengikuti mengontrol halusinasi dengan cara menghardik menghardik suara – suara itu cepat hilang
program pengobatan Tahapan tindakannya meliputi :
- Jelaskan cara menghardik
halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien
memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara ini,
beri penguatan perilaku
pasien
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Gangguan Setelah ….x pertemuan, pasien SP 2 Klien mampu memperhatikan
persepsi mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) perkembangannya dengan orang lain
sensori : - Menyebutkan kegiatan - Latih berbicara / bercakap sehingga menghilangkan
halusinasi yang sudah dilakukan dengan orang lain saat halusinasi halusinasinya dan untuk
- Memperagakan cara muncul
pendokumentasian
bercakap-cakap dengan - Masukkan dalam jadwal kegiatan
orang lain pasien
Gangguan Setelah ….x pertemuan pasien SP 3 Kegiatan yang lalu dapt memperlihatkan
persepsi mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 perkembangan pasien, memaksimalkan
sensori : - Menyebutkan kegiatan dan 2) aktivitas dapat meringankan gejala
halusinasi yang sudah dilakukan dan - Latih kegiatan agar halusinasi halusinasi dan menbantu pasien agar tidak
- Membuat jadwal tidak muncul terjadi halusinasi yang berlanjut
kegiatan sehari-hari dan Tahapannya :
mampu memperagakannya. - Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun pagi sampai
tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang
(+)
Gangguan Setelah ….x pertemuan, pasien SP 4 Kegiatan yang lalu dapat memperlihatkan
persepsi mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu perkembangan pasien. Mengkaji tingkat
sensori : - Menyebutkan kegiatan (SP1,2&3) kesadaran pasien, mendorong agar pasien
halusinasi yang sudah dilakukan - Tanyakan program pengobatan mau minum obat yang telah diresepkan
- Menyebutkan manfaat - Jelaskan pentingnya penggunaan dan menjelaskan sesuatu akan membuat
dari program pengobatan obat pada gangguan jiwa pasien lebih percaya terbuka, mendorong
- Jelaskan akibat bila tidak pasien mampu meminum obat dan
digunakan sesuai program menjalankan sehari – hari, pasien mampu
- Jelaskan akibat bila putus obat meminum obat sendiri tanpa ditemani
- Jelaskan cara mendapatkan obat/ perawat dan untuk pendokumentasian
berobat
- Jelaskan pengobatan (5B)
- Latih pasien minum obat
- Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Gangguan Keluarga mampu : Setelah ….x pertemuan SP 1 Mengkaji masalah yang dihadapi
persepsi Merawat pasien di rumah keluarga mampu menjelaskan - Identifikasi masalah keluarga keluarga dalam merawat pasien
sensori : dan menjadi sistem tentang halusinasi dalam merawat pasien halusinasi, dapat memberikan
halusinasi pendukung yang efektif - Jelaskan tentang halusinasi : pemahaman pada keluarga tentang
untuk pasien - Pengertian halusinasi
halusinasi sehingga keluarga mampu
- Jenis halusinasi yang dialami
pasien
menghadapi pasien saat terjadi
- Tanda dan gejala halusinasi halusinasi
- Cara merawat pasien
halusinasi (cara
berkomunikasi, pemberian
obat & pemberian aktivitas
kepada pasien)
- Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut keluarga,
jadwal keluarga untuk merawat
pasien
Gangguan Setelah ….x pertemuan SP 2 Mengkaji kemampuan keluarga dalam
persepsi keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga merawat pasien, latihan akan
sensori : - Menyelesaikan (SP 1) membiasakan diri meningkatkan
halusinasi kegiatan yang sudah - Latih keluarga merawat pasien kemampuan keluarga dalam merawat
dilakukan - RTL keluarga / jadwal keluarga
pasien
- Memperagakan cara untuk merawat pasien
merawat pasien
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kusumawati, F. & Hartono, Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku AJar Kesehatan Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama