Askep Pneumonia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN MASYARAKAT MARITIME

DENGAN PNEUMONIA

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maritim


Dosen Pengampu: Diah Indriastuti, S.Kep, Ns, M.Kep

Halaman Judul
OLEH :

KELOMPOK 6
REG. B / KELAS B:

1. ITA PUTRI PARMAWATY /S.0020.P2.092


2. FATMAWATI.K/ S.0020.P2.084
3. JUHARTINI/S.0020.P2.096
4. JAFAR MADI/S.0020.P2.093
5. SITI MUALIFA ANGGRAENI/S.0020.P2.130
6. NASRUDDIN/S.0020.P2.112
7. NELCE/S.0020.P2.113
8. HENNY INRAWATY/S.0020.P2.090
9. MEGAWATI/S.0020.P2.106
10. MINARNI/S.0020.P2.108

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN

TAHUN 2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah kelompok kami
tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafaatnya
kita nantikan kelak.
Penulisan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Masyarakat Maritime Dengan
Pneumonia” ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Keperawatan
Maritime di Stikes Karya Kesehatan Kendari. Kami dapat menyelesaikan makalah ini berkat
kekompakan seluruh anggota kelompok. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah
pengetahuan dalam memberikan Asuhan keperawatan maritime pada pasien pneumonia.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih membutuhkan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah kami ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kolaka, Desember 2020


Penyusun
Kelompok 6

ii
Daftar Isi

Contents

Halaman Judul...........................................................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................................iii
Bab I . Pendahuluan..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................6
C. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................6
Bab II Tinjauan Teori...............................................................................................................................7
Bab III Asuhan Keperawatan...................................................................................................................3
A. Pengkajian.......................................................................................................................................3
B. Diagnosa..........................................................................................................................................5
C. Intervensi.........................................................................................................................................5
D. Implementasi...................................................................................................................................7
E. Evaluasi...........................................................................................................................................7
Bab IV. Penutup........................................................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................................8
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................9

iii
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Secara geografis, Indonesia dinobatkan sebagai Negara kepulauan (archipelagic
state) terbesar dunia. Terletak pada posisi silang dunia, menjadikan wilayah perairan
Indonesia sebagai urat nadi perdagangan dunia baik sebagai Sea Lanes of Communications
(SLOCs) maupun Sea Lanes of Oil Trades (SLOTs). Indonesia mempunyai batas maritim
dengan 10 negara tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filifina,
Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timo Leste. Batas maritime tersebut terdiri atas batas
laut wilayah (laut territorial), Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas Landas Kontinen .
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia beresiko terhadap beberapa permasalahan baik
itu bencana martitim misalnya, tabrakan, kejadian yang berhubungan dengan cuaca,
kebakaran, dan penyakit infeksi menular ataupun masalah-masalah lain yang dapat timbul
dengan munculnya berbagai macam penyakit misalnya barotrauma, pneumonia, gangguan
integumen maupun hal-hal yang dapat menimbulkan kegawatdaruratan.
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
orang-orang dewasa di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada orang-orang dewasa.Pneumonia atau pneumonitis
merupakan Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Sehingga ditemukannya infeksi nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten
terhadap antibiotic, ditemukannya organisme-organisme yang baru (seperti legionella).
Terlebih jika penderita yang lemah daya tahan tubuhnya kemungkinan dapat terjadi
pneumonia. Sehingga fenomena yang terjdai pada pneumonia masih sering di dapatkan di
rumah sakit, hal ini menjadi penyebab mengapa pneumonia masih merupakan masalah
kesehatan yang mencolok.
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Sampai
saat ini program dalam pengendalian pneumonia lebih diprioritaskan pada pengendalian
pneumonia balita. Pneumonia pada balita ditandai dengan batuk dan atau tanda kesulitan
bernapas yaitu adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam (TDDK), dengan frekuensi nafas berdasarkan usia penderita: • < 2 bulan : ≤
60/menit, • 2 - < 12 bulan : ≤ 50/menit, • 1 - < 5 tahun : ≤ 40/menit (Kemenkes, 2020).
4
Menurut Riskesdas (2018), Prevalensi pengidap pneumonia berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia tahun 2013 mencapai 1,6 %, sedangkan pada tahun
2018 meningkat menjadi 2.0 %. Jadi sedari tahun 2013 dan 2018 penyakit pneumonia
mengalami peningkatan sebanyak 0,4 % seperti yang dijelaskan pada data diatas. Selain itu,
pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan
proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Dalam penelitian Arjanardi, tanda
dan gejala yang umum terjadi pada pasien pneumonia komunitas dewasa berupa sesak napas
(60,93%), batuk (54,88%), demam (48,37%) (Abdjul & Herlina, 2020).
Pada tahun 2019 angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,12%. Angka
kematian akibat Pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi hampir dua kali lipat
dibandingkan pada kelompok anak umur 1 – 4 tahun (Kemenkes, 2020).
Dampak dari pneumonia apabila tidak di berikan asuhan keperawatan yang sesuai
antara lain demam menetap atau kakambuhan mungkin akan terjadi , super infeksi (infeksi
berikutnya oleh bakteri lain,yang terjadi selama terapi antibiotic), efusi pleura, atau
pneumonia yang disebabkan oleh organisme tidak lazim (seperti pneumocystis carinni).
Dari uraian di atas maka kami ingin mengetahui lebih lanjut untuk mempelajari lebih
jauh tentang penyakit pneumonia yang akan kami tuangkan dalam Makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan Masyarakat Maritim dengan Penumonia.
Melihat jumlah presentase pasien dengan pneumonia cukup banyak, maka
pentingnya peran perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan secara tepat untuk
membantu dan mengurangi angka kejadian harus ditingkatkan. Peran perawat dalam
penatalaksanaan atau pencegahan penyakit pneumonia secara primer yaitu memberikan
pendidikan kepada keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
pneumonia, dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal, dan
sanitasi lingkungan. Sedangkan peran sekunder dari perawat adalah memberikan fisioterapi
dada, nebulisasi, dan latihan batuk efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Masyarakat Maritime dengan Pneumonia.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tinjauan teori tentang penyakit Pneumonia
5
b. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan Pneumonia.
c. Untuk mengetahui rumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pneumonia.
d. Untuk mengetahui perencanaan tindakan sesuai dengan diagnosa yang ditegakan
pada pasien dengan Pneumonia.
e. Untuk mengetahui tindakan/implementasi pada pasien dengan Pneumonia.
f. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien dengan Pneumonia.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini meliputi :

 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan awal teori dalam memberikan Asuhan Keperawatan. Secara kompleks
pada pasien dengan Pneumonia.
 Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi atau kepustakaan dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas pengalaman belajar.
b. Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk Rumah sakit dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Pneumonia.
c. Pasien/keluarga
Sebagai sumber informasi kesehatan dalam rangka untuk tindakan pencegahan, serta
menambah pengetahuan tentang pneumonia.
d. Mahasiswa
Informasi dan data tambahan dalam penelitian selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan Pneumonia.

6
Bab II
Tinjauan Teori
Konsep Dasar Medis

A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasnya dari
suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk dengan disertai
dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma
(fungi), dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru- paru yang sertai eksudasi dan
konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2015)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, yang berhubungan dengan cairan.
Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi,iritan kimia, dan terapi radiasi (Wong, 2009).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius (Smeltzer, 2001)

B. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI)

1. Pneumonia lobaris, Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru, Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”
2. Pneumonia lobaris ( Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada di dekatnya, di sebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstitial (Bronkialitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (intertisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :

1. Pneumonia komunitas dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen


atipikal pada lansia, Gram negative pada pasien di rumah jompo, dengan adanya
PPOK, Penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak, atau paksa antibiotika spectrum
luas.

7
2. Pneumonia Nosokomial tergantung pada tiga faktor yaitu: Tingkat berat sakit,
adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi disebabkan oleh infeksi kuman, Penumonitis kimia akibat
aspirasi bahan toksik, Akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau
lambung, Edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat
terapi. Penyenbab infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, Protozoa, Parasit, Virus,
Jamur, dan cacing (Nurarif & Kusuma, 2015).

C. Etiologi

Penyebaran infeksi terjadi melaui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melaui selang infus oleh Staphilococcus aureus,sedangkan pada pemakaiana
ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi perubahan keadaan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotikyang tidak tepat,. Setelah masuk kedalam paru-paru organism bermultiplikasi dan
jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain di
atas , penyebab pneumonia menurut penggolongannya yaitu:

1. Bacteria: diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus,


Staphilococcus aureus, Haemophilus influenzae, mycobacterium tubercolulosis,
Bacillus Friedlander.
2. Virus : Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V. Sitomegalitik, V. Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur: Histoplasma capsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces
Dermatitides, Coccidodies Immitis, Aspergilus Species, Candida Albicans.
5. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin/minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia Hipostatik
7. Sindrom Loeffler.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan pneumonia adalah :


8
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan- 3 tahun dengan suhu mencapai 39,0C - 40,50C bahkan dengan infeksi
ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningael tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba disertai dengan nyeri kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu
turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai pada derajat yang lebih
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare, Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dengan nyeri
apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai dengan infeksi saluran pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya
fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok, auskultasi terdengar mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau memuntahkan
semua, kejang, letargis, atau tidak sadar, sianosis, distress pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas , hanya terdapat nafas cepat saja
 Pada anak umur 2 bulan-11 bulan : ≥ 50x/menit
 Pada anak umur 1 tahun-5 tahun : ≥ 40x/menit

9
E. Patofisiologi

Normal (system Organisme


pertahanan) terganggu

Virus Sal.nafas bagian bawah Stapilococcus


pneumokokus
Trombus
Kuman pathogen mencapai
Eksudat masuk ke alveoli
bronkioli terminalis
merusak sel epitel bersilia, Toksin, koagulase
sel goblet
Alveoli

Sel darah merah, leukosit, Permukaan lapisan pleura


Cairan edema + leukosit terutup tebal eksudat
pneumokokus mengisi
ke alveoli thrombus venapulmonalis
alveoli

Konsolidasi paru Leukosit+fibrin mengalami Nekrosis hemoragik


konsolidasi

Kapasitas vital,
compliance menurun, Leukositosis
hemoragik

Suhu tubuh meningkat


Intoleransi Aktivitas
Defisiensi Pengetahuan Hipertermi
Resiko Kekurangan volume
cairan

Abses Pneumatocele
Produksi sputum meningkat
(kerusakan jaringan
parut)

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas Ketidakefektifan Pola
Nafas

10
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar, bronchial: dapat juga
menyatakan abses) luas/infiltrasi, empiema (stapilacoccus), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebatran /perluasan infiltrasi nodul ( lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/ nadi oksimetris : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, Sputum dan darah : Untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab. Lebih dari satu organisme ada : Bakteri yang umum meliputi
diplococcus pneumonia, stapilococcus, Aures A-hemolik streptococcus, hemophlus
influenza : CMV. Catatan: keluar sekutum tak dapat di identifikasi semua organisme
yang ada. Keluar darah dapat menunjukan bakteremia sementaraa.
4. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imum seperti AIDS, Memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
5. Pemeriksaan serelogi : mis, Titer virus atau legionella, aglutinin dingin, membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar):
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan
(hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat
9. Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan jaringan intra nuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik ( CMP : karakteristik sel rekayasa (rubela).
10. Penatalaksanaan
11. Oksigen 1-2L/ menit
12. IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % :
NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat
badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

11
13. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap memulai
selang nasogastrik dengan feding drip.
14. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukossiller.
15. Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
16. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
17. Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/ hari dalam 4 hari pemberian.
18. Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian ( Arif mansjoer,
dkk, 2001).

12
Bab III
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Menurut Smeltzer (2001) Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah
keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.
Merencanakan secara sistematis dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.

1. Pengumpulan data
a. Identiatas klien : Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian,
b. Keluhan Utama ; keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan, kemidian
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas sesak,
c. Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada
waktu anamnese ada klien mengeluh mendadak panas tinggi (380C - 410C) Disertai
menggigil, kadang- kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu
(takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti karat dan purulent.
d. Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran
pernafasan atas, pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat
mendasari timbulnya pneumonia, Riwayat penyakit keluarhga : Adakah anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau asma bronkiale,
tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi:
 Amati bentuk thorax
 Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
 Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
 Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
 Gerakan dada
 Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
 Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
b. Palpasi
 Gerakan pernapasan
 Raba apakah dinding dada panas
 Kaji vocal premitus

13
 Penurunan ekspansi dada
c. Auskultasi
 Adakah terdengar stridor
 Adakah terdengar wheezing
 Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
d. Perkusi
 Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
 Hipersonor , adanya tahanan udara
 Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
 Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
 Tympani, terisi udara
3. Pola Kebutuhan
a. Aktivitas/istirahat
 Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
 Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
 Gejala : Riwayat adanya
 Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
 Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
 Tanda : Kistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
d. Neurosensori
 Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
 Tanda : Perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
 Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
f. Pernafasan
 Gejala : Adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
 Tanda : Sputum: merah muda, berkarat

perpusi: Pekak datar area yang konsolidasi

premikus: Taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

g. Keamanan

14
 Gejala : Riwayat gangguasn sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
 Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar (Wong, 2009).

B. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan penyakit Pneumonia adalah:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh, deformitas
dinding dada, gangguan kognitif, keletihan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif,
salah interpretasi informasi, kurang paparan

C. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan nafas Airway suction
ventilasi, kepatenan jalan 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
berhubungan dengan
nafas suctioning
obstruksi jalan nafas:
2. Auskultasi nafas sebelum dan
spasme jalan nafas, Kriteria Hasil : klien sesudah suctioning
sekresi tertahan, tidak merasa tercekik, 3. Informasikan pada klien dan
banyaknya mukus, irama, frekwency dalam keluarga tentang suctioning
adanya jalan nafas batas normal, tidak ada 4. Lakukakn fisioterapi dada jika
buatan, sekresi bunyi abnormal. perlu
bronkus, adanya 5. Monitor status O2 pasien
eksudat di alveolus, Airway management:
adanya benda asing 1. Buka jalan nafas
di jalan nafas. 2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan.

2 Ketidak efektifan NOC : NIC :


pola nafas ventilasi, kepatenan 1. Posisikan semi fowler
berhubungan dengan jalan nafas, status TTV 2. Lakukan fisioterapi dada jika
apnea: ansietas, perlu Pasang mayo jika perlu
posisi tubuh, Kriteria Hasil : mampu 3. Berikan bronkodilator
deformitas dinding mengeluarkan sputum, 4. Auskultasi suara nafas
15
dada, gangguan mampu bernafas 5. Monitor pola nafas
koknitif, keletihan dengan
hiperventilasi, mudah, tidak ada
sindrom pursed lips, klien tidak
hipoventilasi, merasa tercekik,
obesitas, keletihan irama, frekwency
otot spinal dalam batas normal,
tidak ada bunyi
abnormal.
3 Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan berhubungan fluid balance, 1. Pertahankan intake dan output
dengan intake oral Hidration, Status yang akurat
tidak adekuat, Nutrisi; intake nutrisi2. Monitor status hidrasi
takipneu, demam, dan cairan 3. Monitor Vital sign
kehilangan volume 4. Monitor masukan makanan/
cairan secara aktif, Kriteria Hasil : cairan dan hitung intake kalori
kegagalan mempertahankan urine 5. Berikan cairan IV pada suhu
mekanisme output sesuai dengan ruangan
pengaturan usia, dan 6. Kolaborasikan pemberian cairan
BB, BJ urine normal, IV
HT normal, TTV
normal, Tidak
ada tanda dehidrasi
(turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus berlebihan)
4 Hipertermi NOC: NIC
berhubungan dengan Thermoregulation Fever Treatment
proses inflamasi 1. Monitor suhu tubuh
Kriteria Hasil: 2. Monitor warna dan suhu kulit
Suhu tubuh dalam 3. Monitor tekanan darah, RR
rentang normal, Nadi 4. Monitor WBC, Hb. Dan Hct
dan RR dalam rentang 5. Berikan antipiretik
normal, tidak ada 6. Berikan pengobatan untuk
perubahan warna kulit mengatasi penyebab demam
dan tidak ada pusing 7. Selimuti pasien
8. Kolaborasi pemberian cairan IV
9. Kompres pasien pada lipat paha
dan axila
Themperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Vital sign Monitor
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan ADL, pemulihan 1. Kolaborasi dengan tenaga
isolasi respiratory. tenaga rehabilitasi medik dalam
16
menyiapkan
Kriteria Hasil : mampu 2. program terapi yang tepat
melakukan aktivitas 3. Bantu klien mengidentifikasi
secara mandiri, aktivitas yang mampu
berpartisipasi dalam dilakukan
aktivitas fisik tanpa 4. Kaji adanya faktor penyebab
disretai kelelahan
peningkatan TTV 5. Monitor respons kardiovaskuler
terhadap aktivitas
6. Monitor lama istirhatanya
pasien
7. Monitor nutrisi dan sumber
tenaga adekuat
6 Defisit pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan proses penyakit, proses 1. Berikan penilaian tentang
keadaan penyakit penyembuhan tingkat pengetahuan pasien
keterbatasan tentang proses penyakit yang
kognitif, salah Kriteria Hasil : klien spesifik
interpretasi dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi tentang
informasi, kurang mengatakan penyakit
paparan pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, prognosis yang muncul pada penyakit
dan program 4. Gambarkan proses penyakit
pengobatan 5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan
serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien.
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau tidak
teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

17
Bab IV
Penutup

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim yang biasanya
dari satu infeksi saluran pernafasan bawah akut. Dengan gejala batuk disertai dengan
sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus bakteri dan fungi. Dampak dari
pneumonia apabila tidak di berikan asuhan keperawatan yang sesuai antara lain demam
menetap atau kakambuhan mungkin akan terjadi , super infeksi (infeksi berikutnya oleh
bakteri lain,yang terjadi selama terapi antibiotic), efusi pleura, atau pneumonia yang
disebabkan oleh organisme tidak lazim (seperti pneumocystis carinni). Maka kita sebagai
perawat yang profesional dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatiakan
hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita berikan sesuai dengan diagnosa
keperawatan dan tepat pada sasaran.

B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan
keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

18
Daftar Pustaka

Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan pneumonia : Study
kasus. Indonesian Jurnal of Health Development, 2(2), 102–107.

Kemenkes. (2020). Profil kesehatan Indoneisa 2019. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-indonesia-2019.pdf

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis& NANDA
NIC-NOC (Revisi). Mediaction Jogja.

Riskesdas, K. (2018). Hasil utama Riskesdas 2018.

Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner&Suddarth (8th ed.). EGC.

Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik (6th ed.). EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai