Laporan Kasus - Kolelitiasis
Laporan Kasus - Kolelitiasis
Laporan Kasus - Kolelitiasis
KOLELITIASIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program
Internsip Dokter Indonesia
Disusun Oleh :
dr. Herlin Putri Yeni
Pendamping :
dr. Nurafdaliza
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukurkepada ALLAH SWT. Atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Kolelitiasis”yang
disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan Syarat Program Internsip
Dokter Indonesia.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran. Semoga dengan adanya
Laporan Kasus ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan semua
pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Definisi........................................................................................3
B. Epidemiologi...............................................................................3
C. Etiologi dan Patofisiologi............................................................4
D. Klasifikasi...................................................................................5
E. Patofisiologi................................................................................6
F. Dignosis.......................................................................................7
G. Penatalaksanaan........................................................................14
H. Komplikasi................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002). Kolelitiasis
kolelitiasis baru mendapatkan perhatian (Lesmana, 2009). Diperkirakan lebih dari 95%
penyakit yang mengenai kandung empedu dan salurannya adalah penyakit kolelitiasis (Kumar
et al., 2007).
etnik di suatu negara. Prevalensi kolelitiasis tertinggi yaitu pada orang-orang Pima Indians di
Amerika Utara, Cili, dan ras Kaukasia di Amerika Serikat. Sedangkan di Singapura dan
Thailand prevalensi penyakit kolelitiasis termasuk yang terendah (Ko dan Lee, 2009).
Perbaikan keadaan sosial ekonomi, perubahan menu diet yang mengarah ke menu gaya negara
2013).
Walaupun kolelitiasis memiliki angka mortalitas yang rendah, namun penyakit ini
berdampak signifikan terhadap aspek ekonomi dan kesehatan penderita (Chang et al., 2013).
Diperkirakan lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita kolelitiasis (Ko dan Lee,
2009) . Kolelitiasis juga merupakan penyakit tersering dan termahal dari seluruh penyakit
digestif di Amerika Serikat, setiap tahun, sekitar 1 juta orang dirawat dan 700.000 orang
menjalani kolesistektomi (Corte et al., 2008). Sekitar 2% dari dana kesehatan Amerika Serikat
dihabiskan untuk penyakit kolelitiasis dan komplikasinya (Kumar et al., 2007). Di Negara
Asia prevalensi kolelitiasis berkisar antara 3% sampai 10%. Berdasarkan data terakhir
4
prevalensi kolelitiasis di Negara Jepang sekitar 3,2 %, China 10,7%, India Utara 7,1%, dan
Taiwan 5,0% (Chang et al., 2013). Angka kejadian kolelitiasis dan penyakit saluran empedu
di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka negara lain di Asia Tenggara (Wibowo
et al., 2002). Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2010-2011 didapatkan 101
negara Afrika dan Asia terus meningkat selama abad ke 20. Di Tokyo angka kejadian
penyakit ini telah meningkat menjadi dua kali lipat sejak tahun 1940 (Nuhadi M, 2010).
Angka kejadian kolelitiasis sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Terdapat
seseorang (Kumar dan Clark, 2006).Di Amerika Serikat 5%6% populasi yang berusia kecil
dari 40 tahun menderita kolelitiasis, dan pada populasi besar dari 80 tahun angka kejadian
kolelitiasis menjadi 25%-30% (Kumar et al., 2007). Kolelitiasis lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria (Tierney et al., 2010). Menurut Third National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES III) dalam Greenberger dan Paumgartner (2011),
prevalensi kolelitiasis di Amerika Serikat yaitu 7,9% pada laki-laki dan 16,6% pada
perempuan. Perbandingan kejadian kolelitiasis pada pria dan wanita yaitu 3:1, dan pada
dekade keenam dan ketujuh kehidupan perbandingan akan semakin kecil (Kumar et al.,
2007).
Selain umur dan jenis kelamin, angka kejadian kolelitiasis juga dipengaruhi oleh
hipertrigliseridemia, pola diet, penyakit Crohn’s, reseksi ileus terminal, dan faktor lain
Kolelitiasis umumnya berada di kandung empedu, tetapi kolelitiasis dapat juga berada di
saluran empedu ketika batu di kandung empedu bermigrasi, dan disebut batu saluran empedu
5
sekunder. Sekitar 10%-15% pasien dengan batu di kandung empedu juga memiliki batu di
saluran empedu. Batu di saluran empedu juga dapat terbentuk tanpa melibatkan kandung
Sebagian besar pasien (80%) dengan kolelitiasis tidak bergejala, hanya sedikit
pasien yang mengeluhkan nyeri (Lesmana, 2009). Nyeri yang dirasakan pasien adalah nyeri
pasien kolelitiasis sering salah terdiagnosis sebagai gastritis atau hepatitis berulang. Dalam
60% diantaranya terdiagnosis sebagai gastritis atau hepatitis berulang (Lesmana, 2009).
mempertimbangkan keadaan dan gejala yang dialami pasien (Ko dan Lee, 2009) . Tatalaksana
kolelitiasis dapat berupa terapi non bedah dan bedah. Terapi non bedah dapat berupa lisis batu
yaitu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik, dan pengeluaran secara endoskopik.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau
saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011). Batu
empedu bisa terdapat pada kantung empedu, saluran empedu ekstra hepatik, atau
saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di dalam kantung empedu saja disebut
kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra hepatik (duktus
intra hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan dan kiri disebut
B. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat
terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor
7
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
kandung empedu.
b. Usia
c. Obesitas
8
d. Statis Bilier
Kondisi statis bilier menyebabkan peningkatan risiko batu empedu. Kondisi yang
bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera tulang belakan (medulla spinalis),
puasa berkepanjangan, atau pemberian diet nutrisi total parenteral (TPN), dan
penurunan berat badan yang berhubungan dengan kalori dan pembatasan lemak
(misalnya: diet rendah lemak, operasi bypass lambung). Kondisi statis bilier akan
empedu ke intestinal.
e. Obat-obatan
Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker prostat
f. Diet
Diet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti asam
g. Keturunan
9
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi tampaknya adalah
turun temurun, seperti yang dinilai dari penelitian terhadap kembar identik
fraternal.
h. Infeksi Bilier
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memgang peranan sebagian pada
mucus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi.
i. Gangguan Intestinal
Pasien pasca reseksi usus dan penyakit crohn memiliki risiko penurunan atau
kehilangan garam empedu dari intestinal. Garam empedu merupakan agen pengikat
j. Aktifitas fisik
berkontraksi.
untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal.
empedu.
C. Manifestasi Klinik
10
1. Asimtomstik
Sampai 50% dari semua pasien dengan batu empedu, tanpa mempertimbangkan
intervensi setelah lima tahun. Batu Empedu bisa terjadi secara tersembunyi
gastrointestinal yang ringan. Batu itu mungkin ditemukan secara kebetulan pada
Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua
jenis gejala, yaitu gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu
itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh
batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrum,
seperti rasa penuh, distensi abdomen, dan nyeri yang samar pada kuadran kanan
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan
mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier
disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas. Nyeri pascaprandial
kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60
menit setelah makan, berahir setelah beberapa jam dan kemudian pulih.
11
Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah, dan bertambah hebat
dalam waktu beberapa jam setelah memakan makanan dalam jumlah besar.
gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang nyaman baginya. Pada
Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu
yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh
batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh
dinding abdomen pada daerah kartilago kosta Sembilan dan sepuluh bagian
kanan. Sentuhan ini akan menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
3. Ikterus
presentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus.
yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke duodenum akan diserap
oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa
12
berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap.
Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan
5. Defisiensi Vitamin
larut lemak. Karena itu, pasien dapat menunjukkan gejala defisiensi vitamin-
vitamin ini jika defisiensi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat
Bilamana batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus, kandung
empedu akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam
waktu yang relatif singkat. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut,
peritonitis generalisata.
a. Anatomi Hati
13
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat kurang
lebih 1,5 kg (Junqueira dkk., 2007). Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis
tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis
Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-masing lobulus
hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah
cabang ductus choledochus (trias hepatis). Darah arteria dan vena berjalan di antara
sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis (Sloane, 2004).
b. Fisiologi Hati
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a) Metabolisme karbohidrat
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil
b) Metabolisme lemak
14
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
c) Metabolisme protein
d) Lain-lain
vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
15
E. Patofisiologi
bergerak kearea lain dari sistem empedu. Pada saat pengosongan kandung
empedu atau pengisian kandung empedu batu dapat pindah dan terjebak
dalam leher kandung empedu. Selain leher cysticduct (saluran cyste), atau
mengalir dari kandung empedu. Terjadi bendungan dan iritasi lokal dari
yang mendukung:
kandung empedu.
16
F. Pathway
17
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang
setiap kali terjadi serangan akut. Enzim hati AST (SGOT), ALT (SGPT),
yang lain. Namun demikian, hanya 15-20% batu empedu yang mengalami
18
Gambar: hasil sinar-x pada kolelitiasis
kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar di fleksura
hepatika. Walaupun teknik ini murah, tetapi jarang dilakukan pada kolik
19
Gambar: Hasil foto polos abdomen pada kolelitiasis
4. Ultrasonografi (USG)
dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada prndrita disfungsi
paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga
20
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi
dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang
diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada
udara didalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada
biasa.
relatif rendah. Pada penelitian kami yang mencakup 119 pasien dengan
saluran empedu tempat umumnya batu terletak sering sulit diamati akibat
tertutup gas duodenum dan kolon dan b) saluran empedu yang tidka
21
Gambar 5: hasil USG pada kolelitiasis
5. Kolesistografi
karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
ini. Jika terdapat batu empedu, bayangannya akan Nampak pada foto
22
muntah, kehamilan, kadar bilirubin serum diatas 2mg/dl, obstruksi
pilorus, ada reaksi alergi terhadap kontras, dan hepatitis karena pada
23
Pemeriksaan ERCP memungkinkan visualisasi struktur secara
24
yang disuntikkan relative besar, maka semua komponen dalam system
dibanding US.
cholangiopancreatography (MRCP)
25
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non-Pembedahan
26
dan evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi
b. Farmakoterapi
sekitar 30% batu radiolusen secara lengkap dan lebih cepat daripada
27
sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu. Batu yang sudah
ada dapat dikurangi besarnya, batu yang kecil dilarutkan dan batu
bergantung pada berat badan pasien. Terapi ini dilakukan pada pasien
menjalani pembedahan.
28
Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL). Prosedur noninvasif
rendaman air atau kantong yang berisi cairan. Gelombang kejut yang
2. Penatalaksanaan Pembedahan
a. Koleksistektomi Terbuka
29
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien
cidera duktus biliaris, terjadi dalam kurang dari 0,2% pasien. Angka
penelitian baru-baru ini, yaitu kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling
sakit yang sama. Jika tidak ada bukti kemajuan setelah 24 jam
b. Mini Kolesistektomi
lewat luka insisi selebar 4cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat
lebih besar. Drain mungkin dapat atau tidak digunakan pada mini
ini.
c. Kolesistektomi laparoskopi
30
Indikasi awal hanya pasien dengan batu empedu simtomatik tanpa
banyak ahli bedah mulai untuk melakukan prosedur ini dalam pasien
sakit serta biaaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat bisa kembali
d. Bedah Kolesistotomi
operasi yang lebih luas, atau bila reaksi inflamasi yang akut membuat
31
disekitar kateter atau perembesan getah empedu ke dalam rongga
e. Kolesistotomi Perkutan
jantung yang berat dan pasien-pasien gagal ginjal, paru atau hati.
hampir selalu dilaporkan bahwa rasa nyeri dan gejala serta tanda-tanda
f. Koledokostomi
32
Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk
kolesistektomi.
I. Komplikasi
sehingga batu yang tadi ada dalam kandung empedu terdorong dna dapat
dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi
alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel
33
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus
pada saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju
pankretitis.
komplikasi kolelitiasis:
a. Hidrops
sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi oleh empedu. Dalam keadaan
kolesistisi akut.
b. Kolesistitis akut
34
Hampir semua kolesistisi akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus
c. Empiema
d. Nekrosisdan Perforasi
fundus, yang merupakan bagian vesica biliaris yang paling kurang baik
35
Ruptura ke dalam organ berdekatan menyebabkan fistula saluran
empedu.
e. Peritonitis
peradangan.
f. Kolesistitis kronis
g. Fistel bilioentrik
organ tersebut.
h. Kolangitis
negatif, dengan 54% disebebkan oleh sepsis Klebesiella, dan 39% oleh
Empedu yang terkena infeksi akan berwarna coklat tua dan gelap.
36
Duktus koledokus menebal dan terjadi dilatasi dengan diskuamasi atau
i. Pankreatitis
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. U
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
III.ANAMNESA
Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas sejak kurang lebih 10 hari SMRS. Nyeri juga
kadang dirasakan pada daerah ulu hati, nyeri dirasakan hingga ke bahu dan punggung kanan.
Nyeri dirasakan hilang timbul danberlangsung ± 10 menit dan terasa seperti terpelintir, tidak
37
pasti saat timbulnya baik sebelum ataupun setelah makan dan nyeri hilang dengan sendiri. Air
kencing normal tidak ada perubahan warna seperti berwarna teh. Sejak 7 hari SMRS pasien
tidak BAB. Pasien merasakan mual dan muntah. Muntah berisi makanan dan cairan lambung,
muntah berdarah disangkal, BAB berdarah disangkal, dan pasien juga mengeluh badan terasa
terdapat perubahan dalam pola makan pasien, nafsu makan pasien menurun. Pasien juga
Riwayat Alergi :
Status Generalis
Kesadaran : CM
1.Tanda vital
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,2ᵒC
- Kepala-leher : DBN
38
Anemis (-/-) ikterus (-/-) pembesaran KGB (-)
- Thorax : DBN
Genitalia : DBN
Ekstremitas : DBN
Inspeksi : kulit tampak normal, pelebaran pembuluh darah (-), distensi (-),
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas, nyeri
lepas (-), hepar tidak teraba, tidak teraba massa pada ke empat kuadran
abdomen.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hb : 10 mg/dl
Ht : 31 %
Trombosit : 186.000/mm3
BT : 1.00
CT : 3.0
Kimia Darah :
39
Bilirubin Indirect : 0,7 mg/dl
Faal Ginjal :
Ureum : 43 mg/dl
Elektrolit
Na : 140
K : 3,7
Ca : 1,09
USG ABDOMEN
Kelenjar limpa baik, pancreas tidak ada kelainan. Ginjal tidak tampak bendungan, buli-buli
Kesan : Kolelitiasis
V.DIAGNOSIS BANDING
Kolelitiasis
Ureterolithiasis dextra
Kolelitiasis
VII.PENATALAKSANAAN
RL 20 gtt/menit
Operasi : kolesistektomi
40
VIII. PROGNOSIS
BAB IV
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran
empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011).
Dari kasus ini diagnosis fungsional yaitu kolelitiasis, Hal ini didasarkan pada hasil
pemeriksaan yaitu :
1. Gangguan epigastrum, seperti rasa penuh, distensi abdomen, dan nyeri yang samar
pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi.
2. Rasa Nyeri dan Kolik Bilier
Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran
kanan atas.
Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah, dan bertambah hebat
dalam waktu beberapa jam setelah memakan makanan dalam jumlah besar.
3. Ikterus
41
Pada pasien ini, dari hasil anamnesis didapatkan Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas
sejak kurang lebih 10 hari SMRS. Nyeri juga kadang dirasakan pada daerah ulu hati, nyeri
dirasakan hingga ke bahu dan punggung kanan. Nyeri dirasakan hilang timbul
danberlangsung ± 10 menit dan terasa seperti terpelintir, tidak pasti saat timbulnya baik
sebelum ataupun setelah makan dan nyeri hilang dengan sendiri. Air kencing normal tidak
ada perubahan warna seperti berwarna teh. Sejak 7 hari SMRS pasien tidak BAB. Pasien
merasakan mual dan muntah. yang dapat membantu menegakkan diagnosis dari kolelitiasis.
42