Materi Filologi
Materi Filologi
Materi Filologi
Pengertian Filologi
Logos : Ilmu
Secara Terminologi : (Eropa) ilmu yang menitikberatkan pada penyelidikan kebudayaan yang
dilakukan lewat teks-teks sastra klasik (Anglo Sakson: studi bahasa).
2.Metode studi sekitar sintaksis dan morfologi serta sejarah perkembangan kata.
Dasar kerja ilmu filologi : Variasi teks (kesalahan penyalinan, teks tidak terbaca, teks ada yang
hilang atau berubah, konvensi bahasa yang digunakan dalam teks yang tidak sesuai, dan urutan cerita
yang bersalin).
-Secara disengaja (Transposisi, kontaminasi, substitusi, dan penggantian huruf yang kurang jelas).
-Secara tidak disengaja (Lakuna : Haplografi, Saut Du Meme Au Meme, dan litografi. Diftograf :
ulang tulis huruf, ulang tulis suku kata, dan ulang tulis kata-kat yang sama).
perawatan
subyektifitas
2. Bahan
3. Cuaca
Tujuan umum adalah mengungkapkan peninggalan tulisan, fungsi peninggalan tulisan, dan nilai-nilai
budaya masa lampau.
Tujuan khusunya adalah mengungkapkan bentuk mula teks dalam peninggalan masa lampau, sejarah
perkembangan teks, respon masyarakat terhadap suatu teks, dan menyajikan teks.
1.Ilmu Linguistik
4.Ilmu Sastra (Pendekatan intrinsik, ekstrinsik, reseptif, sosiologis, semioti, dan sebagainya)
7.Antropologi
8.Foklor
1.Linguistik
2.Ilmu Sastra
3.Sejarah Kebudayaan
4.Ilmu Sejarah
5.Hukum Adat
7.Filsafat
Eropa Daratan :
Kota Iskandariyah di pantai utara Benua Afrika. Abad ke 3 SM berhasil membaca tulisan
huruf Yunani. Hal ini karena jasa pustakawan yg mengkaji, kritisi, dan terjemahkan naskah kuno.
Pembangunan perpustakaan yang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Proses kerja: memahami isi
naskah kemudian menulis kembali dalam huruf dan bahasa yang digunakan saat ini. Selain itu juga
mengadakan perdagangan naskah yang menyebabkan penyimpangan.
Abad 1 SM kota Iskandariyah runtuh sehigga kegiatan filologi pindah di Kota Roma yang
masih mengkaji naskah Yunani Kuno. Terjadi kristenisasi yag berpengaruh pada kajian naskah
keagamaan. Naskah yg dikaji ditulis pd kulit binatang (perkamen).
Timur Tengah :
Zaman Iskandar Zulkaenain telah menanamkan ide-ide pengetahuan dari Yunani Lama ke
Mesir, Siria, dll. Sejak abad ke 4 di Timur Tengah sudah berdiri pusat studi hukum dan kebudayaan
Yunani. Abad ke 5 kaisar Anusirwan mendirikan akademi Jundisapur di Persia sebagai pusat studi
filsafat dan kedokteran.
Zaman Dinasti Abbasiyah studi naskah berkembang pesat. Khalifah Makmun mrpkn puncak
kejayaan. Zaman ini didirikanlah Bait al Hikmah yg dilengkapi perpustakaan laboratorium. Kegiatan
menginventarisasi naskah Yunani ke dalam bahasa Arab/Suryani/bahasa lain dan mendata
penerjemahnya, menulis kritik terjemahan dan memberikan solusi. Dinasti Umayyah (8-15 M)
menjadikan Andalusia dan Cordova sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan. Muncul ilmuan
muncul: Ibnu Sina, Al Farabi, Al Ghozali, Ibnu Rusdy, dll.
Renaisans:
Pada periode ini mengambil lagi kebudyaan klasik sebagai pedoman hidup. Renaisans: aliran
humanisme: aliran yg mempelajari sastra klasik utk menggali kandungan isinya.
India :
Abad ke-1 kontak langsung India dg Cina. Perjalanan dakwah Cina ke India dan sebaliknya.
Menerjemahkan naskah India dlm bhs Cina dan menulis ringkasan delapan bab kedokteran India ke
Cina (I-tsing). Kontak langsung India dg Persia dg adanya Pancatantra sastra India. Kaisar
Anusyirwan mengirin dokter pribadinya (Burzue) ke India utk menerjemahkan naskah itu. Muncul
Pancatantra versi Persia tengahan dan baru. Albiruni musafir Arab-Persi yg pertama menulis
kebudayaan India.
Naskah India berisi agama dan filsafat. Henry Thomas Colebrooke peletak dasar filologi di India
menerbitkan Kamus bahasa Sansekerta dan menulis buku. Panini menyusun tata bahasa Sansekerta
dan menyusun koleksi naskah-naskah sansekerta.
Nusantara :
Kajian naskah nusantara muncul sejak abad ke 16 diperdagangkan oleh ilmuwan eropa
Para Penginjil
Tujuan mengenal bahasa nusantara demi kepentingan penyiaran dan penerjemahan al Kitab
1.Tujuan tahap awal untuk penyuntingan dengan hasil penyajian teks dalam huruf aslinya (Jawa,
Pegon, Jawi) disertai pengantar singkat tanpa analisis isi dengan metode diplomatik dan intuitif;
4.Suntingan naskah dengan menggunakan metode kritik teks disertai terjemahan dalam bahasa asing;
Prasati : Tulisan tangan pada benda benda tertentu, sedikit/pendek, terdapat penulisa dan tahun
pembuatan prasasti.
Alasan naskah diperbanyak: rusak, khawatir, hilang, terbakar, dicuri, dan lain sebagainya.
Alasan terjadinya kesalahan : Penyalin kurang memahami bahasa, kurang teliti, sensor dari
pemerintah, edit, penyempurnaan, dan sebagainya.
Watermark/cap pabrik;
Isi naskah;
Secara etimologis, filologi berasal dari kata Yunani philos yang konsep maknanya hampir sama
dengan kata “cinta” dalam bahasa Indonesia dan kata logos (Yunani) yang konsep maknanya hampir
sama dengan “kata” dalam bahasa Indonesia. Dari dua pengertian kata tersebut filologi bermakna
“Cinta kata” atau “senang bertutur”. Perkembangan makna filologi selanjutnya menjadi “senang
belajar” “senang ilmu” “senang kesusastraan”atau “senang kebudayaan”. Dari pengertian secara
etimologis di atas, setidaknya ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan pegangan untuk dikembangkan
menjadi definisi, yaitu senang, kesusastraan, dan kebudayaan.
Untuk membangun definisi filologi secara komprehensif maka perlu dilakukan penelusuran
terhadap unsur-unsur penelitian filologi yang secara paradigmatis selalu muncul dalam sepanjang
sejarah penggunaan ilmu tersebut dari waktu ke waktu. Unsur-unsur penelitian filologi tersebut
meliputi fokus, subjek, dan objek penelitian. Jika memungkinkan juga melihat metode penelitian yang
digunakan. Penelusuran secara historis dimaksudkan untuk memahami dan menjelaskan setiap
transformasi yang terjadi pada unsur-unsur tersebut.
Filologi sebagai ilmu sebetulnya mempunyi sejarah yang panjang. Ilmu ini untuk pertama
kalinya muncul sejak abad ke-3 Sebelum Masehi di Eropa baik itu di Romawi Barat, Romawi Timur
maupun Iskandariyah. Kemudian berkembang pada Abad ke-13 Masehi sampai abad ke 17 Masehi
dan mengalami transformasi yang cukup signifikan pada abad ke-20 Masehi terutama yang terjadi di
Eropa atau tepatnya di Wilayah Anglo-sakson.
Di samping itu, ilmu ini juga menyebar ke Timur Tengah pada abad ke-4 Masehi dan berkembang
sampai pada abad ke sembilan Masehi, yaitu pada waktu pemerintahan Islam Daulah Abasiyah yang
berpusat di Bagdad. Pada Abad ke-15 sampai dengan abad ke 20 Masehi sejalan dengan munculnya
bangsa Eropa ke Wilayah Timur, ilmu ini juga masuk ke India dan beberapa daerah di wilayah
Nusantara.
Meskipun telah mengalami perubahan atau perkembangan yang cukup lama namun ilmu
tersebut tetap memiliki karakteristik yang tidak berubah. Karakteristik tersebut terlihat pada objek,
subjek, dan fokus kajian yang dilakukan oleh para filolog sejak ilmu ini pertama kali dikenal orang
sampai sekarang.
Pada waktu pertama kali penelitian filologi ini dilakukan, yaitu pada abad ke 3 SM kerja
seorang filolog ialah membaca dan menyalin naskah Yunani yang ditulis pada abad ke-8 SM di daun
papirus dalam bahasa Funisia. Pada umumnya teks tersebut berisi berbagai ilmu pengetahuan seperti
filsafat, kedokteran, perbintangan, ilmu sastra & karya sastra, ilmu hukum, dsb. Mereka melakukan
pekerjaan tersebut untuk keperluan penggalian ilmu pengetahuan Yunani lama & perdagangan
naskah. Agar hasil pekerjaannya tersebut layak jual mereka melakukan perbaikan huruf, ejaan,
bahasa, tatatulis kemudian menyalinnya dalam keadaan yang mudah dibaca serta bersih dari
kesalahan. Demikian yang dilakukan para filolog pada abad ke-3 Masehi di Aleksandria.
Pada Abad yang sama, di Romawi Barat para filolog membaca dan menyalin naskah berbahasa
Latin yang berisi puisi dan prosa yang telah diteliti secara filologis sejak abad ke-3 S M.
Perbedaannya dengan para filolog di Aleksandria ialah terletak pada fokus perhatian mereka. Kalau di
Aleksandria para filololog hampir memperhatikan berbagai ilmu pengetahuan, di Romawi barat
mereka hanya memfokuskan pada naskah keagamaan terutama sejak terjadi kristenisasi di Eropa.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan pembacaan dan penyalinan naskah pada kulit binatang domba yang
disebut “perkamen” (Belanda) “parchment”(Inggris). Perbedaan lainnya ialah pada cara penulisan
yang telah menggunakan nomorhalaman dalam bentuk buku (codex).
Perbedaan yang cukup signifikan dilakukan oleh para filolog Romawi Timur. Jika para filolog
di Eropa atau Romawi Barat mereka hanya membaca dan menyalin naskah maka para filolog di
Romawi Timur menambah kegiatan mereka dengan menafsirkan isi naskah. Penafsiran mereka
dinamakan scholia, yaitu penafsiran yang ditulis pada setiap halaman berupa tulisan lain yang
membicarakan masalah yang sama yang ada dalam naskah. Pada abad ke-5 M di Timur Tengah
tepatnya di Jundi Syapur, Pusat Studi ilmu Filsafat dan ilmu kedokteran, para filolog melakukan
penerjemahan teks Yunani ke dalam bahasa Syria kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.
Kegiatan serupa juga terjadi di Herra (Hirah), yaitu menerjemahkan teks yang berisi tulisan
Plato, Ptolomeus, dan Galen ke dalam bahasa Syiria dan Arab. DiBagdadAbad ke-8 s/d ke-9 Masehi
para filolog Dinasti Abasiyah di samping melakukan penerjemahan teks Yunani dan Parsi ke dalam
bahasa Arab juga melakukan penelaahan dan studi kandungan teks yang berisi ilmu pengetahuan
seperti geometri, astronomi, teknik, dan musik. Di samping itu mereka juga mengiventarisir naskah
yang ditemukan. Metodologi yang digunakan ialah kritik teks yaitu dengan memberikan kritik
terhadap adanya korupsi danpenerjemahan yang kurang tepat.
Penerjemahan juga dilakukan oleh para filolog di Cambridge dan Oxford pada abad ke-17 M
dengan melakukan penerjemahan terhadap teks Arab, Parsi, Turki, Ibrani, dan Siria ke dalam bahasa
Inggris.Teks-teks yang mereka teliti berisi berbagai ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Pada Abad
ke-13 M dapat dikatakan sebagai puncak perkembangan filologi.
Di Italia para filolog di samping membaca dan menyalin juga merunut sejarah suatu teks.Untuk
kegiatan tersebut mereka telah menggunakan metode kritik teks dalam merunut sejarahnya. Isi teks
yang dikerjakannya meskipun terfokus pada masalah humaniora namun cukup beragam, yaitu mulai
dari masalah keagamaan, filsafat, ilmu hukum, sejarah, ilmu bahasa, kesastraan, sampai masalah
kesenian.
Pada Abad ke-15 di daratan Eropa terjadi revolusi dalam penyalinan naskah, yaitu dengan
ditemukannya mesin cetak. Penemuan ini akanmemberi warna tersendiri terutama dalam kegiatan
penyalinan naskah, yaitu yang berupa perbanyakan naskah. Naskahyang telah diteliti dan disunting
dengan memperkecil kesalahan ataumengusahakan naskah sesuai dengan teks aslinya kemudian
diperbanyak dengan menggunakan mesin cetak. Dalam praktiknya, banyak naskah sebuah teks yang
disunting dengan memasukkan semua unsur yang baik yang terdapat dalam berbagai naskah yang
dijumpai sehingga terjadilah naskah baru yang berupa naskah hibrid karena tidak diketahui lagi ciri-
ciri setiap naskah yang diperbandingkan.
Hal ini terjadi karena filolog tidakmemberikan kritik teks terhadap setiap perbedaan yang
terjadi pada setiap naskah. Di samping terjadinya peristiwa seperti di atas pencarian daerah baru yang
terjadi di negara-negara Eropa memunculkan daerah koloni baru. Kondisi ini menodorong pemerintah
untuk membebani para filolog agar dapat melakukan penelitian teks untuk memahami kebudayaan
masyarakat yang berada di daerah-daerah jajahan demikepentingan penjajahan atau pemerintah
kolonial. Para filolog kemudian melakukan penelitian bahasa teks, penerjemahan, penelaahan, dan
pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang berasal dari India dan Nusantara.
Sejarah penelitian filologi di atas menunjukkan bahwa objek penelitian filologi sejak
pertamakali hingga sekarang tetap tidak berubah, yaitu teks atau naskah. Berbeda dengan objek
penelitiannya, subjek penelitian filologi secara struktural mengalami transformasi sejalan dengan
perkembangan atau tuntutan zaman, yaitu mulai dari berbagai macam ilmu pengetahuan, masalah
keagamaan, sampai pada semua aspek kebudayaan untuk kepentingan penjajahan.Demikian juga yang
terjadi pada fokus penelitiannya, yaitu mulai daripembetulan kesalahan, penyalinan, penafsiran,
sampai pada kegiatan penerjemahan.
Definisi Filologi : berdasarkan tiga kata kunci pengertian filologi secara etimologis serta
sejarah penelitian filologi di atas dapat dibangun definisi filologi sebagai berikut. Filologi adalah ilmu
yang membahas cara penelitian teks untuk dapat menarik pemahaman nilai-nilai kebudayaan yang ada
di dalam teks tersebut baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Tujuan Filologi : Setiap kegiatan yang terstruktur dan terarah haruslah memiliki tujuan yang
jelas. Filologi sebagai ilmu yang yang berkarakteristis praktis, yaitu melakukan kerja penelitian
terhadap teks memiliki tujuan yang bermacam-macam sesuai dengan tuntutan pragmatisnya.
Meskipun demikian, filologi juga memiliki tujuan yang secara inheren merupakan tuntutan dari dalam
ilmu itu sendiri. Tujuan tersebut berupa tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus.
TRANSLITERASI NASKAH
Menggantian jenis
Catatan :
Istilah filologi itu diprakarsai oleh para ahli filologi di Aleksandria sekitar abad ke-3 SM. Mereka
mengkaji teks-teks lama dalam bahasa Yunani. Tujuan dari pengkajian teks ini adalah menemukan
bentuk asli teks dan maksud pengarang menuliskan teks tersebut. Jadi, filologi bertugas untuk
memurnikan teks (varian) dan menghasilkan naskah yang mendekati aslinya.
Seorang penyunting teks dalam filologis itu seperti dokter ahli radiologi, ketika dokter spesialis
penyakit dalam memeriksa pasiennya maka mereka sudah tahu penyakit yang diderita oleh pasiennya
tersebut. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya jika dalam hal ini pemeriksaan tersebut dilakukan secara
akurat, yaitu melalui radiologi terlebih dahulu, bukan sekadar “perabaan” saja.
Penyuntingan teks atau edisi teks merupakan kegiatan untuk menyususun teks secara utuh setelah
melakukan pemurnian teks. Pemurnian teks di sini, artinya pemilihan salah satu teks yang akan
digunakan sebagai dasar untuk bertransliterasi (mentranslitkan) naskah melalui metode kritik teks. Di
mana kritik teks adalah menbandingkan naskah untuk mengelompokkan teks-teks yang ada kemudian
menyususn garis penurunan naskah (stema).
Dalam melakukan pengkajian, seorang filologis harus memiliki pengetahuan pada bidang kajian ilmu
lain. Hal ini bertujuan untuk melengkapi dalam pengkajian teks tersebut. Selain itu dengan memahami
disiplin ilmu lain, maka secara tidak langsung akan membawa pengkajian filologi ke dalam kemasan
yang sesuai zamannya dan dapat lebih terasa manfaatnya oleh semua aspek kehidupan.
Ruang lingkup penelitian filologi : Pengantar edisi teks (Pendahuluan :Latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, dsb.), Inti edisi teks (Deskrisi naskah: informasiinventarisasi naskah,
keadaan naskah, sejarah naskah, transliterasi naskah, dsb.), Pelengkap edisi teks (Penjelasan
kandungan teks : daftar kata asing, indeks, terjemahan/penafsiran, dsb.), Kajian teks (metodelogi:
intrinsik, ekstrinsik, keduanya, holistik), penutup (simpulan, saran, keputakaan, ndan lampiran).
Teori Dekontruksi dikemukakan oleh Jacques Derrida yang mematahkan teori strukturalisme dan
formalisme yang menurutnya adalah pemikiran dari orang-orang barat sehingga bisa disebut sebagai
pantulan budaya barat. Orang-orang barat ini, mempunyai pemikiran bahwa semua yang ada di muka
bumi ini berpasangan (oposisi biner). Contoh : ada baik-buruk, kaya-miskin, ada pintar-ada bodoh,
dsb. Hal ini disebabkan karena hirarkhi tertentu, misalnya putih lebih baik daripada hitam, dsb. Hal
inilah yang memunculkan adanya budaya barat dan budaya timur.
Teori Dekontruksi ini melihat karya secara heterogen atau tidak dapat dipastikan/tidak ada center
karena menurutnya suatu karya itu a free standing object. Sedangkan, strukturalisme dan formalisme
melihat karya mempunyai pusat arti tertentu.
Pembaca dalam karya satra sangat penting karena dengan adanya pembaca maka karya sastra tersebut
akan memunculkan tanggapan. Dalam hal ini ada dua kategori pembaca, yaitu jika menekankan pada
sejarah tanggapannya maka ada yang namanya A real reader atau pembaca sebenarnya; jika
menekankan pada efek-efek potensial teks maka ada yang namanya Hypothetical Reader atau
pembaca hipotesis yang akan dibagi menjadi dua yaitu pembaca ideal dan pembaca masa kini
(pembaca real dan historis ; pembaca hipotesis).
Teori merupakan suatu pernyataan tentang hakikat sesuatu fakta/kenyataan. Sedangkan, kerangka
teori merupakan suatu pernyataan yang digunakan untuk menjawab persoalan (sudut pandang,
kerangka pemikiran, alur pemikiran, dan sebagainya).
Fakta itu dapat dibuktika ada atau tidak ada dalam kenyataan. Fakta itu bukanlah kenyataan itu
sendiri, bukanlah apa yang terlihat, tetapi deskripsi atau penggambaran dari apa yang terlihat. Suatu
gejala atau kenyataan bukan fakta jika tidak di gambarkan melalui pernyataan, rumusan, atau istilah.
Tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan mengacu pada buku asli, rujukan pada seseorang yang
sudah mempunyai otoritas keilmuan, menyajikan hasil studi pustaka, dan rujukan dilakukan sesuai
dengan penelitian.
Penelitian filologi untuk tingkat dapat dilakukan dengan mealukan penyuntingan teks, termasuk
dalam pemurnian teks dan edisi teks. Dalam tingkat yang selanjutnya, dapat melakukan kajian teks
yang membuka peluang untuk menggunakan teori-teori dari disiplin ilmu lain. Hal tersebut, sangat
berguna agar filologi ini dapat dirasakan manfaatnya secara lebih luas dan sebagai adaptasi dalam
menghadi arus perkembangan zaman ini.