Kebutuhan Istirahat Dan Tidur-1
Kebutuhan Istirahat Dan Tidur-1
Kebutuhan Istirahat Dan Tidur-1
Tugas ini disusun sebagai salah satu bentuk penugasan mata kuliah Keperawatan Gerontik
Anggota Kelompok :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Gerontik tentang “ KEBUTUHAN ISTIRAHAT
DAN TIDUR”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari dosen pengajar
Bu Rika Maya Sari, S.Kep.Ns.,M.Kes yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
2.2.1 Pengkajian........................................................................................
2.2.7 Perencanaan.....................................................................................
2.2.8 Pelaksanaan.....................................................................................
2.2.9 Evaluasi...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
4. Tahapan Tidur
Menurut hasil penelitian ada 2 tahap/pola tidur, yaitu :
1. Pola Tidur Biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur
NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM
lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidakdalam keadaan tidur (lihat
gambar).
Tanda-tanda tidur NREM adalah :
a. Mimpi berkurang
b. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
c. Tekanan darah turun
d. Kecepatan pernafasan turun
e. Metabolisme turun
f. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan
suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai
4 (empat) tahap yang masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a. Tahap 1
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar
menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan
pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang
betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah. Ketika
bangun seseorang merasa seperti telah melamun.
b. Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak,
kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak
ditandai dengan “sleepspindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir
dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit. Pada tahap ini merupakan periode tidur bersuara, kemajuan
relaksasi, untuk bangun relatif mudah.
c. Tahap 3
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam. Otot-otot dalam keadaan santai penuh, kecepatan jantung,
pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik.
Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak. Gelombang otak menjadi lebih teratur
danterdapat penambahan gelombang delta yang lambat. Tahap ini berlangsung 15-30menit.
d. Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat.
Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan. Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM. Tahap ini
berlangsung 15-30 menit.
2. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini
disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas
otaknya nyata. Tidur REM /Paradoks merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif.
Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan
sekelilingnya kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan perbedaan antara mimpi-mimpi yang
timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM
dapat di ingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur
NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
a. Mengigau atau bahkan mendengkur
b. Otot-otot kendor (relaksasi total)
c. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
d. Perubahan tekanan darah
e. Gerakan otot tidak teratur
f. Gerakan mata cepat
g. Pembebasan steroid
h. Sekresi lambung meningkat
i. Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan
secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur
REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6-8
jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4-6 siklus.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia anatara lain misalnya : membaca,
mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum
terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya : tidur berjalan, night
terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya : mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM
(misalnya : mimpi buruk), dan lainnya (misalnya : bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan
ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau
karena gangguan metabolisme (misalnya : hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secaratiba-tiba pada siang hari.
Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.
Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti : amfetamin ataumetilpenidase, hidroklorida, atau
dengan antidepresan seperti imipraminhidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya napas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini
diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup
berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung.
6. Deprivasi tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien akibat disomnia. Penyebab dapat mencakup penyakit
(misal : demam, sulit bernafas atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misal asuhan
keperawtan yang dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan
perawat cenderung mengalai deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.
Deprivasi tidur menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur serta ketidak konsistenan waktu tidur.
Respon orang terhadap deprivasi sangat bervariasi, gejala fisiologis : ptosis, penglihatan kabur, kekakuan motorik
halus, penurunan reflek, waktu respon melambat, penilaian menurun, aritmia jantung. Gejala psikologisnya :
bingung, peningkatan sensifitas nyeri, menarik diri, apatis, rasa kantuk berlebihan, agitasi, hiperaktif, penurunan
motivasi.
7. Enuresis
Enuresis adalah kencing/BAK yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling
banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain : hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan
kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
8. Night terror
Night terror adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam,
anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
9. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap aliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak
dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran
napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
7. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik,
ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur atau tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut :
1. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengannyenyak. Tetapi pada orang yang
sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak
dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam
kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahatdan tidur (Asmadi, 2008).
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang
memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008).
3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM (Asmadi, 2008).
4. Diet/Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi seperti pada
keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam
amino dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang mengandung kafein maupun alkohol
akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
5. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan
nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek
(Asmadi, 2008).
6. Obat – Obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah
jenis golongan obat diuretic menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada
timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses
tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat,
2008).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi
pengkajian mengenai:
a) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola
tidur klien.
b) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain.
c) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya. d. Kebiasaan tidur siang.
d) Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?, apakah kondisinya bising, gelap, atau suhu
dingin?
e) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa yang dialami klien, yang
menyebabkan klien mengalami gangguan tidur?
f) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur,
seperti:
- Penampilan wajah, misalnya adalah adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva
kemerahan, atau mata yang terlihat cekung.
- Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu
menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung.
- Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu
2. Pathway
Latihan
Obat & Lingkungan
Stress / kelelahan
Substansi Gaya hidup tidak nyaman
emosional
Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan Sering
menanti tidur
Penyakit
Gangguan
Lemah & letih Gangguan Tidur
proses tidur
Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
periode panjang
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur
2. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk. tidur, henti nafas saat
tidur,a(sleep apnea) dan keetidak mampuan mengawasi prilaku.
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan atau intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai dan
ditujukan pada perawat untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2015).
BAB III
Kesimpulan :
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusiadimana
istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan dankecemasan (ansietas)
sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar sebagaifungsi protektif tubuh untuk
melakukan perbaikan dan pemulihan jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan
kembali.
Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan tidur
yangdalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam kondisi aktifatau tidur
paradoksial yang bersifat nyenyak sekali.
Kebutuhan istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda-beda yangsangat
dipengaruhi oleh umur individu atau orang tersebut.
Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan menyeimbangkankondisi
tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun psikologis sehinggakembali optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur meliputi status
kesehatan,lingkungan, stress psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup, obat-obatan, dan motivasi.
Gangguan istirahat dan tidur meliputi insomnia, parasomnia, hipersomnia,narkolepsi,
apnea saat tidur, deprivasi tidur, enuresis, night terror, danmendengkur.
Saran :
Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu atau pasien dengan gangguan istirahat
dantidur sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena
itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat
dantidur. Sehingga proses pemulihan pasien dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA