LAPORAN PENDAHULUAN Revisi-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Tugas ini disusun sebagai bentuk penugasan Praktik Klinik Keperawatan


Dasar

Dosen pembimbing : Rika Maya Sari, S.Kep. Ns., M.Kes.

Disusun oleh :

Margarita Eka Rinofia / 19613336

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Resume Keperawatan

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan Dasar di


Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Hari : Sabtu

Tanggal : 09 Januari 2021

Mengetahui,

Pembimbing instusi Mahasiswa

(Rika Maya Sari, S.Kep, Ns. M.Kes) (Margarita Eka R.)


NIK. 1985061120150313 NIM. 19613336
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi merupakan kebutahan dasar manusia yang esensial dan
berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia.
Eliminasi adalah pelepasan sisa-sisa metabolisme tubuh. Secara umum
sisa-sisa metabolisme dibagi menjadi dua yaitu eliminasi fekal ( buang
air besar/defekasi) dan eliminasi urine (buang air kecil/BAK)
(Haryono, 2012). Eliminasi adalah proses pembuangan atau
pengeluaran sisa metabolisme berupa feses atau urine yang berasal dari
saluran pencernaan dan kencing melalui anus atau uretra (Tarwoto &
Wartonah, 2004) Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses)
(Dianawuri,2009). Jadi, eliminasi adalah sisa metabolisme yang
disaring melalui saluran pencernaan atau saluran kecinng yang berupa
feses dan urine. Sedangkan eliminasi urin normalnya adalah
pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di
glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi,
hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin. Sebagian besar hasil
filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh
tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2. Klasifikasi
1. Eleminasi Urine
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi
urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urine
akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan
selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan
mengeluarkan urine.
2. Eliminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada
usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses
kering. Unutk megatasi eliminasi fekal biasanya dilakukan
huknah,baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukan
cairan hangat memalui anus sampai ke kolon desenden dengan
menggunakan kanul rekti.
3. Etiologi
1. Gangguan eliminasi urine
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari
kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
b. Aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya
tonus otot kandung kemih terjadi saat menggunakan kateter
untuk priode waktu yang lama. Karena urin secara terus-
menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot tersebut
tidak pernah mereggang dandapat menjadi tidak berfungsi.
Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine
yang diproduksi, hal ini disebabkan oleh lebih besar
metabolisme tubuh.
c. Obstruksi ; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal,
struktur uretra
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit ; pembesaran kelenjar prostat
g. Trauma sumsum belakang
h. Operasi pada daerah abdomen bawah, perviks, kandung kemih,
uretra
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
2. Gangguan eliminasi fekal
a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. . ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, dibeberapa bagian
jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi
defekasi. Makan yang tidak teratur dapat menganggu
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu
yang sama setiap hari mempunyai keteraturan waktu, respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola
aktivitas pristaltik di colon.
b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (urine,
muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk, mereabsorsi air dari chyme ketika lewat di
sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan mempertambat perjalanan
chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan rebsorsi
cairan dari chyme.
c. Meningkatnya Stress Psikologi
Dapat dilihat bahwa stress dapat mempengaruhi defekasi.
Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus
pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi.
Diketahui juga bahwa beberapa orang yang cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas pristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yang depresi bisa memperlambat
motilitas intestinal, yang berdmpak pada konstipasi.
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilitas atau bedrest akan terjadi penurunan
gerak pristaltik dan dapat menyebabkan melambatnya feses
menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorsi cairan
fases sehingga fases mengeras.
e. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh
terdapat eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare,
yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morfin dan codein,
menyebabkan kosntipasi. Bebrapa obat secara langsung
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang
merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses.
Obat-obatan ini melunakan feses, mempermudah defekasi.
Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrocloride
(bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang
digunakan untuk mengobati diare.
f. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuscular berkembang,
biasanya anatra umur 2-3 tahun. Orang dewasa juga
mengalami perubahan pengalaman yang dapat memepengaruhi
pengosongan lambung. Dianataranya adalah atony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos
colonyang dapat berakibat pada melambatnya pristaltik dan
mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari
otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani
yang dapat berdampak pada proses defekasi.
g. Penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada spinal cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakang dan kepala dapat
menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan
mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon
terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya klien bisa mengalami
konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal
inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter
ani.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi
1. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defikasi
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan
rekpon awal untuk berkemih atau defekasi. Akibatnya urine
banyak tertahan di kandung kemih. Begitu juga dengan fases
menjadi keras karena terlalu lama di rectum dan terjadi
reabsorsi cairan.
2. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
eliminasi urine dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau
kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi dan
defekasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi
tingkah laku
3. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena
meningkatnya sensifif untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
4. Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Pada wanita hail kapasitas kandung kemihnya
menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih
sering berkemih. Pada usia tua terjadi penurunan tonus otot
kandung kemih dan penurunan gerakan pristaltik intestinal.
5. Kondisi Patologis
Demam dapat menurunkan prduksi urin ( jumlah dan karakter).
6. Obat-obatan
Obat-obatan dioretik dapat meningkatkan output urin.
Analgetik dapat terjadi retensi urin.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN ELIMINASI


1. Pengkajian
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015)
diantarannya sebagai berikut: Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita, mengidentifikasikan ,kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya
a. Anamnesa
Riwayat keperawatan
1. Informasi Biografi
Informasi biografi adalah data demografi faktual mengenai klien.
Informasi tersebut meliputi usia, alamt, pekerjaan, status
pernikahan. Alasan berobat ke fasilitas kesehatan dan harapan
klien
2. Keluhan Utama
Merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau penyakit
yang mendorong pasien memeriksakan diri atau keluhan yang
paling dirasakan klien, yang membawa klien datang ke RS.
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan tahapan yang penting karena melalui kegiatan ini akan
diperoleh gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama
keluhan dirasakan dan hal-hal yang terkait termasuk lokasi, durasi,
hubungannya dengan fungsi fisiologis maupun pengobatan yang
pernah dialami.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit dulu yang pernah diderita oleh pasien
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga baik itu penyakit
menular, dan menurun
b. Pola Kesehatan Sehari-hari
1. Pola nutrisi
Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan serta
elektrolit. Pengkajian meliputi: nafsu makan, pola makan, diet,
kesulitan menelan, mual, muntah, kebutuhan jumlah zat gizi.
2. Pola eliminasi
Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kenih dan
kulit. Pengkajian yang dilakukan meliputi: kebiasaan deddekasi,
ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguria, disuri),
frekuensi defekasi dan miksi. Karakteristik urine dan feses, pola
input cairan, masalah bau badan.
3. Pola latihan-aktivitas
Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fumgsi
pernapasan. Pentingnya latihan atau gerak dalam keadaan sehat
maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan dengan satu
sama lain. Kemampuan klien dalam menata dirinya sendiri apabila
tingkat kemampuannya
4. Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang
dilakukan pada pola ini meliputi: jam tidur siang dan malam
pasien, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi uruk,
penggunaan obat serta mengaluh letih.
5. Pola konsep diri-persepsi diri
Menggambarkan sikap tentan diri sendiri serta persepsi terhadap
kemampuan diri sendiri dan kemampuan konsep diri yang
meliputi: gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri
sendiri
6. Pola peran dan hubungan
Menggambarkan serta mengatahui hubungan pasien serta peran
pasien terhadap anggota keluarga serta dengan masyarakat yang
berada dalam lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
c. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
Keadaan pasien saat datang ke RS meliputi kesadaran, keadaan
emosional, tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.
- Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Permukaan perut, bentuk perut, gerakan dinding perut
Auskultasi
Suara abdomen, Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop
selama 1 menit dan perhatikan : intensitas, frekuensi, dan nada.
Normal frekuensi peristaltik 5-35 x/menit
Palpasi
Adanya Massa pada rektal, bunyi abdomen timpani
Perkusi
Identifikasi adanya, pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan
bebas di dalam rongga perut, perkusi hepar, perkusi limpa

d. Pemeriksaan Penunjang

1. Obat pencahar osmotik

2. Obat pencahar pelembut tinja

3. Obat pencahar stimulan


4. Suplemen serat

5. Pelumas, untuk memudahkan pergerakan tinja melalui usus.

e. Penatalaksanaan
1) Pengobatan non-farmakologis
a. Latihan usus besar
Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang
disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas
penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara
teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya.
dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga
dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB.
Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap
terhadap tanda-tanda tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak
menahan atau menunda dorongan untuk BAB
b. Diet
Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada
golongan usia lanjut. Data epidemiologis menunjukkan bahwa
diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka kejadian
konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal lainnya,
misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan
massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di
usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup
asupan cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak ada
kontraindikasi untuk asupan cairan.
c. Olahraga
Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu
mengatasi konstipasi seperti jalan kaki atau lari-lari kecil yang
dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan
meningkatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot
dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot
perut.
2) Pengobatan farmakologis Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi
farmakologis, dan biasnya dipakai obat-obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
a. Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain :
Cereal, Methyl selulose, Psilium.
b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga
mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor,
golongan dochusate.
c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman
untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara
lain : sorbitol, laktulose, gliserin sorbitol, laktulose, gliserin
d. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus
besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan
bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka
panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat
dismotilitas kolon. Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.
Bisakodil, Fenolptalein.
Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi
dengan cara-cara tersebut di atas, mungkin dibutuhkan tindakan
pembedahan. Misalnya kolektomi sub total dengan anastomosis
ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan
masa transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta
tidak diketahui penyebabnya dan tidak ada respons dengan
pengobatan yang diberikan. Pasa umumnya, bila pengobatan yang
diberikan. Pasa umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena
massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan
pembedahan.
2. Pathway

Etiologi

- pola diet tidak adekuat


- cairan
- meningkatnya stress psikologi
- kurang beraktivitas, kurang
berolahraga, berbaring lama.
- Obat-obatan
- Usia
- Adanya suatu penyakit

Obstruksi sel cerna

Kerusakan neuromuskular

Mortalitas (pristaltik colon)

Penurunan pengeluaran cairan dalam usus

Refleks defekasi

Peningkatan penyerapan air dari feses dalam waktu lama

Resiko kostipasi
Penurunan pristaltik usus

Fases kering dan keras

Fases sulit dikeluarkan

KONSTIPASI

Manifestasi Klinis

 Kembung, sembelit
 Tidak nafsu makan
 Rasa tidak tuntas saat BAB
 Rasa menganjal pada rektum

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensikeperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan
atau mengurangi masalah-masalah klien.

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


. Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Konstipasi (D.0049) Luaran utama : Intervensi utama :
Penurunan defekasi Eliminasi fekal Managemen
normal yang disertai (L.04033) eliminasi fekal
pengeluaran fases Proses defekasi (I.04151)
sulit dan tidak tuntas normal yang disertai Definisi :
serta fases kering dan dengan pengeluaran Mengidentifikasi
banyak fases mudah dan dan mengelola
kosistensi, frekuensi, gangguan pola
Penyebab : serta bentuk fases eliminasi fekal.
1. Penurunan normal Tindakan :
motilitas 1. Mengontrol Observasi
gastrointestina pengeluaran 1. Identifikasi
l fases masalah
2. Kelemahan 2. Teraba masa usus dan
otot abdomen pada rektal obat
3. Ketidakcukupa 3. Mengidentifik pencahar
n asupan serat asi kosistensi 2. Identifikasi
4. Ketidakcukupa fases pengobatan
n asupan 4. Mengontrol yang
cairan pristaltik usus berefek
5. Ketidakcukupa pada kondisi
n diet gastrointesti
Psikologi : nal
1. Konfusi 3. Monitor
2. Depresi BAB
3. Gangguan (warna,
emosional frekuensi,
Situasional : konsistensi,
1. Perubahan volume)
kebiasaan Terapeutik
makan 1. Berikan air
2. Ketidakadekua hangat
tan toileting setelah
3. Efek agen makan
farmakologi 2. Jadwalkan
4. Aktivitas fisik waktu
harian kurang defekasi
dari yang bersama
dianjurkan pasien
3. Sediakan
Gejala dan Tanda makanan
Mayor : tinggi serat
Subjektif : Edukasi
1. Defekasi 1. Jelaskan
kurang dari 2x jenis
seminggu makanan
2. Pengeluaran yang
fases lama dan membantu
sulit meningkatk
Objektif : an
1. Fases keras keteraturan
2. Pristaltik usus pristaltik
menurun usus
Gejala dan Tanda 2. Anjurkan
Minor : mencatat
Subjektif : warna,
1. Mengejan saat frekuensi,
defekasi konsistensi,
Objektif : volume
1. Distensi fases
abdomen 3. Anjurkan
2. Kelemahan mengonsum
umum si makanan
3. Teraba masa yang
pada rektal mengandun
g tinggi
serat
Kalaborasi
Kalaborasi
pemberian obat
supositoria anal,
jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnosis, Edisi I . Jakarta : DPP PPNI. 2017

PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan , Edisi I. Jakarta : DPP PPNI. 2018

PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Kriteria hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.
2018

Anda mungkin juga menyukai