Upaya Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja
Upaya Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja
Upaya Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja
Kerja
December 19th, 2009 • Related • Filed Under
Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 mengakibatkan terpuruknya kondisi ekonomi
nasional. Keterpurukan ini merupakan tanda lemahnya fundamental ekonomi Indonesia.
Penyebab lemahnya fundamental perekonomian Indonesia tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kualitas sumber daya manusia yang masih relatif rendah
2. Masih banyaknya produk-produk yang dihasilkan dengan daya saing rendah dan tidak
efisien
3. Masih rendahnya tingkat penguasaan teknologi
4. Terbatasnya fasilitas infrastruktur dan masalah birokrasi
Dengan kata lain masalah sumber daya manusia dan teknologi menjadi dua dimensi yang
sangat penting dalam upayah memperkokoh fundamental perekonomian. Untuk itu, perlu
dilakukan peningkatan kualitas tenaga kerja di perusahaan dengan memahami strategi sumber
daya manusia meliputi hal berikut:
1. Pengembangan Kemampuan
Dimensi ini menelaah pengembangan kemampuan karyawan dan kemampuan manajer.
Dalam rangka mengantisipasi upaya daya saing, masalah alih teknologi menjadi wancana
penting, Kebijakan alih teknologi harus sejalan dengan strategi bisnis yang telah di tetapkan
yang ditujukan untuk mendapat keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan dan dapat
memperkuat posisi terhadap konsumen atau mengalokasikan sumber daya.
Ketiga hal tersebut di atas dinilai sangat dibutuhkan dalam rangka merumuskan dan
menerapkan alih teknologi yang akan efektif jika SDM yang tersedia memenuhi kualitas yang
layak dan berada dalam situasi kondusif untuk mengmbangkan dirinya.
Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan dinamika dan kelangsungan perusahaan
dan upaya pencapaian tujuan termasuk keunggulan kinerja. Oleh karena itu, kesiapan sumber
daya manusia penting untuk mencapai efisiensi. Hal tersebut sejalan dengan sasaran yang
paling utama dari program pengembangan manajemen. yaitu untuk menaikkan kinerja masa
depan dari perusahaan itu sendiri.
Usaha meningkatkan produktivitas dan kualitas tenaga kerja (SDM) perusahaan dapat
disatukan dengan berbagai program pemerintah sebagai berikut.
1. Menyiapkan tenaga ahli dan terampil dengan menyiapkan pendidikan formal bagi
penduduk. Contoh melalui investasi-investasi:
a. Wajib belajar Sembilan tahun,
b. Mendirikan sekolah Menengah dan Kejuruan
c. Merintis pendidikan kewirausahaan diperguruan tinggi dengan menyelenggarakan
program studi kewirausahaan sebagai mata kuliah sebab kemajuan suatu Negara lebih banyak
ditentukan oleh kwantitas dan kwalitas pengusahanya dari pada oleh faktor-faktor lain seperti
kekayaan alam
2. Menyiapkan tenaga kerja yang mampu bekerja keras dan produktif dengan meningkatkan
kesehatan melalui perbaikan gizi penduduk, memberikan jaminan social yang memadai dan
menjamin kesehatan yang baik
3. Mengadakan latihan-latihan atau job training bagi tenaga-tenaga kerja agar memiliki
kemampuan kerja yang baik, melalui diklat-diklat, penataran, kursus-kursus atau loka karya
4. Mengadakan penelitian-penelitian untuk memberikan keteranpilan kepada tenaga kerja
yang sedang mencari pekerjaan agar dapat mengisi lowongan pekerjaan sesuai dengan
permintaan pasar tenaga kerja. Melalui kursus-kursus keterampilan, baik yang dilakukan oleh
pemerintah seperti Balai Latihan Kerja (BLK) maupun kursus-kursus keterampilan yang
dilakukan oleh masyarakat seperti, kursus computer, mengetik, kursus akuntansi, dll. Melalui
pelatihan di BLK calon-calon tenaga kerja maupun memenuhi syarat-syarat yang diminta
oleh dunia usaha atau dapat menciptakan kesempatan kerja baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain.
5. Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negri untuk memperluas ilmu pengetahuan
dan keterampilan serta
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tentu akan membuat Indonesia semakin dilirik
oleh lebih banyak investor ataupun pengusaha, baik yang berasal dari dalam maupun yang
berasal dari luar negri. Jumlah penduduk yang mencapai 240 juta jiwa dan kekayaan alam
yang luar biasa tentu merupakan potensi ekonomi yang sangat, sangat dan sangat menggoda
bagi mereka. Maka itu tak heran jika banyak perusahaan dari berbagai belahan dunia yang
telah mengubah sudut pandang mereka terhadap Indonesia. Jika sebelumnya mereka hanya
menjadikan Indonesia sebagai konsumen, kini tidak lagi. Besarnya jumlah penduduk dan
semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia (pada tahun 2012 telah
mencapai 3.562 dolar Amerika) telah membuat mereka tertarik untuk menjadikan Nusantara
sebagai basis produksi mereka. Mereka mendirikan pabrik-pabrik dan juga kantor-kantor
guna memenuhi kebutuhan konsumen dalam dan luar negeri. Beberapa perusahaan yang
sebelumnya telah memiliki pabrik di Indonesia juga memperluas dan menambah jumlah
pabrik,jenis usaha, dan kantor mereka. Sebagian dari perusahaan tersebut adalah Nestle,
Toyota, Semen Indonesia, Suzuki, Honda, Aqua dan L’Oreal.
Perluasan dan pendirian pabrik, kantor, maupun unit usaha oleh perusahaan-perusahaan
tersebut merupakan keuntungan tersendiri bagi kita. Bagaimana tidak, semua itu tentu akan
menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Dan hal ini tidak hanya mengurangi
angka pengangguran, namun juga akan mengurangi angka kemiskinan. Sungguh pengaruh
ekonomi yang sangat positif bukan?
Pengaruh ekonomi yang cukup menggoda ini tentu akan berjalan lancar dan semakin
baik jika faktor-faktor vital selalu diperhatikan. Salah satu faktor vital tersebut adalah tenaga
kerja atau yang biasa kita sebut dengan sumber daya manusia (SDM).
Pabrik, kantor, atau usaha apapun mustahil bisa beroperasi tanpa adanya tenaga kerja.
Pabrik, kantor, atau usaha apapun juga tidak akan bisa bertahan dan bersaing jika karyawan
yang dipekerjakan tidak memiliki keahlian dan tidak bisa dihandalkan dalam bekerja. Harus
diakui bahwa sebagian besar perusahaan mau mendirikan dan mengembangkan usahanya di
tanah air karena mereka telah mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, mulai dari tingkat karyawan hingga ke tingkat pimpinan perusahaan. Namun, harus
diakui juga bahwa ada beberapa perusahaan menunda ekspansi usaha mereka di tanah air
karena belum adanya kepastian akan ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan handal.
Beberapa perusahaan, khususnya perusahaan asing, menyiasati hal ini dengan
mempekerjakan tenaga profesional asing (non-Indonesia).
Tidak terserapnya angkatan kerja tentu menjadi beban baru bagi pemerintah. Banyak
lulusan SMA dan pendidikan tinggi yang tidak dapat direkrut karena kualitas mereka yang
rendah. Dan ini tentu akan menyebabkan mereka menganggur. Dari 7,24 juta jumlah
penganggur (per Agustus 2012) 19,47% merupakan lulusan SMA dan 12,11% merupakan
lulusan pendidikan tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa pendidikan yang didapat semasa
SMA bahkan perguruan tinggi belum mampu menjawab kebutuhan akan tenaga kerja yang
berkualitas. Untuk itulah pembenahan di bidang pendidikan harus dilakukan. Pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas, produktif, mandiri, dan
bertanggung jawab. Dengan demikian mereka tidak hanya dapat menjadi tenaga kerja yang
handal, namun juga bisa membuka lapangan kerja baru bagi banyak orang. Selain itu, untuk
dapat menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, penulis juga berpendapat ada
dua hal penting lainnya yang harus diperhatikan. Kedua hal penting tersebut adalah
peningkatan kualitas tenaga pengajar dan peningkatan peran pemerintah di bidang-bidang
yang terkait dengan pendidikan dan dunia kerja.
Kualitas tenaga kerja sudah tentu sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang mereka
terima, khususnya saat berada di bangku SMA/sederajatdan dan di bangku perkuliahan. Dan
berbicara soal pendidikan berarti kita harus berbicara mengenai kurikulum. Kurikulum,
berdasarkan data dari beberapa sumber, dapat diartikan sebagai perangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada para peserta
pelajaran dalam suatu periode atau jenjang pendidikan. Dengan kata lain, di dalam kurikulum
termuat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan demikian kurikulum bisa
dikatakan sebagai kendaraan dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi pendidikan itu
sendiri. Adapun tujuan pendidikan yang termuat dalam UU No. 2 tahun 1989 adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan
fungsi pendidikan, menurut UU SPN no. 20 tahun 2003, adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan berbangsa.
Berjalannya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang
sedang diterapkan. Dalam kaitannya dengan kompetensi tenaga kerja, kurikulum dituntut
dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas, mandiri dan berkarakter. Dan untuk
memenuhi tuntutan itulah kurikulum selalu dievaluasi. Evaluasi yang sering berujung pada
pembaharuan kurikulum ini bertujuan agar kurikulum yang ada sesuai dengan perkembangan
zaman dan dapat memenuhi tuntutan lapangan atau dunia kerja. Dan hal ini terjadi di setiap
negara. Di Indonesia sendiri pergantian kurikulum sudah terjadi beberapa kali, mulai dari
Kurikulum Rentjana Pembelajaran (1947) hingga Kurikulum 2013 yang rencananya akan
diterapkan mulai tahun ajaran baru nanti.
Pergantian kurikulum, walau sudah terjadi beberapa kali ternyata belum mampu
menjawab kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas, mandiri, dan berkarakter. Banyak
lulusan SMA bahkan pendidikan tinggi yang terpaksa menunggu waktu yang cukup lama
untuk mendapatkan pekerjaan (menganggur). Seperti yang telah disampaikan sebelumnya,
tidak terserapnya para lulusan tersebut merupakan gambaran dari pendidikan yang mereka
dapatkan. Dan untuk itulah perbaikan di bidang pendidikan, melalui kurikulum, tentunya
sangat mendesak. Untuk itu kurikulum yang ada seharusnya dibenahi agar semakin dapat
menjawab tuntutan perkembangan jaman. Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Pengadaan dan Peningkatan jumlah jam Magang di SMA, SMK dan Perguruan Tinggi
Harus diakui bahwa dalam kurikulum yang sudah dan sedang berlangsung, mata
pelajaran ataupun mata kuliah yang bersifat praktik masih sangat minim jumlahnya. Hal
ini tidak hanya terjadi pada sekolah menengah atas/sederajat namun juga pada tingkat
perguruan tinggi.
Mata pelajaran ataupun mata kuliah yang bersifat praktik sangatlah penting. Pelajaran
yang hanya berkutat di dalam kelas hanya akan menciptakan lulusan yang teoritis.
Akibatnya mereka tidak leluasa menerapkan apa yang telah mereka dapatkan di sekolah
maupun di kampus. Untuk itulah pengadaan ataupun penambahan mata kuliah bersifat
praktik lapangan,atau yang lebih dikenal dengan istilah magang, perlu dilakukan. Mata
pelajaran ataupun mata kuliah magang mampu memberikan gambaran tentang dunia
kerja yang sebenarnya bagi mereka. Dengan praktik magang para siswa juga bisa
merasakan secara langsung tentang sudah seberapa baik kompetensi yang mereka miliki
dan kompetensi apa yang harus ditingkatkan dan kembangkan untuk dapat meraih
pekerjaan yang mereka cita-citakan.
Pemberian mata pelajaran ataupun mata kuliah praktik ini tentu harus disesuaikan
dengan jenjang pendidikan yang ada. Pada jenjang pendidikan menengah atas, jangan
hanya para siswa kejuruan (SMK) saja yang diwajibkan untuk magang. Wajib magang
juga harus diberlakukan dengan bagi para siswa SMA. Memang mungkin pada awalnya
ini akan terasa berat bagi mereka. Namun jika program ini didukung dengan program
lainnya dan disambut dengan baik oleh semua pihak maka program ini tentu akan dapat
berhasil. Dan yang jelas program ini harus berpihak kepada kebutuhan dan bakat para
siswa itu sendiri. Contohnya, bagi siswa yang suka menulis bisa saja mengikuti magang
di media cetak. Bagi siswa yang suka memasak bisa memilih restauran sebagai tempat
untuk mengasah keahlian memasaknya.
Bagi para siswa SMK maupun mahasiswa yang memang memiliki jam praktikum
banyak (seperti mahasiswa teknik misalnya), tentu akan lebih baik jika mata kuliah
praktikum maupun magang ditambah. Hal ini tentu akan lebih mematangkan mereka
tentang teori yang sudah mereka pelajari. Bagi mereka yang kuliah di bidang sosial juga
harus mendapatkan magang yang “sesungguhnya”. Berdasarkan pengalaman penulis,
yang sebelumnya kuliah di jurusan Sastra Inggris, tidak ada mata kuliah yang
mewajibkan magang yang betul-betul memberikan kesempatan bagi para mahasiswa
untuk merasakan dunia kerja yang sesungguhnya. Yang ada hanyalah program KKN.
Meski merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Nyata, namun KKN itu sendiri lebih
bersifat pengabdian masyarakat.
Siswa SMA dan mahasiwsa jurusan ilmu sosial misalnya tentu akan lebih
membutuhkan hal ini (magang) dibandingkan para siswa SMK dan mahasiswa jurusan
teknik misalnya. Namun kemudian muncul pertanyaan “mata pelajaran atau mata kuliah
apa yang sebenarnya diperlukan untuk menjawab hal ini?” Jawabannya tentu banyak.
Untuk tingkat SMA (selain SMK) bisa saja diberikan pendidikan ketrampilan dan
kerajinan tangan ataupun minat yang disesuaikan dengan hobi mereka. Sedangkan untuk
mahasiswa lebih beragam lagi, harus disesuaikan dengan jurusan mereka tentunya.
Sebagai contoh untuk mahasiswa Sastra Inggris mata kuliah Journalism dan Public
Speaking merupakan suatu keharusan. Aneh kan jika Sarjana Sastra Inggris tidak dapat
menulis ataupun berbicara bahasa Inggris dengan baik?
b. Mata pelajaran muatan lokal yang disesuaikan dengan ciri/karakteristik daerah (untuk
SMA)
Indonesia merupakan negara yang sangat luas. Dari Sabang sampai Merauke
terbentang berbagai macam potensi alam. Dengan kondisi alam seperti ini bisa dipastikan
bahwa hampir setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Ada daerah yang
subur dan cocok menjadi kawasan pertanian, ada daerah yang memiliki pantai yang
indah dan kaya akan hasil lautnya, ada juga daerah yang masyarakatnya selalu kental
dengan nilai-nilai kehidupan budaya mereka, dan sebagainya. Untuk itulah keberadaan
kurikulum pendidikan yang ada pada saat ini harus memberikan ruang bagi mata
pelajaran muatan lokal yang sesuai dengan karakter daerah masing-masing. Misalnya
suatu daerah yang kaya akan alam dan sangat cocok dijadikan daerah wisata, para siswa
SMA di daerah tersebut perlu diberikan mata pelajaran Pariwisata atau English for
Tourism.
Mata pelajaran muatan lokal tentu akan membuat para siswa lebih paham dan lebih
siap untuk berkarya di daerah setelah mereka lulus nantinya. Selain itu hal ini juga
mencegah mereka “lari” untuk bekerja dan berkarya ke kota-kota lain (besar).
Indonesia memiliki visi dan misi untuk menjadi negara maju pada tahun 2030 nanti.
Salah satu indikator negara maju adalah jumlah wirausahawan di negara tersebut. Mentri
Kordinator Bidang Perekenomian, Hatta Radjasa, menyatakan bahwa angka yang ideal
untuk jumlah wirausahawan di negara maju adalah 5 persen dari jumlah penduduknya.
Angka ini masih jauh jumlah wirausahawan Indonesia yang ada pada saat ini, yaitu 1,56
persen. Ini artinya, dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, diperlukan 3,5% atau 8,4 juta
wirausahawan baru untuk menghantarkan Indonesia sebagai negara maju.
Masalah minimnya jumlah wirausahawan ini harus mampu dijawab dan diatasi oleh
kurikulum. Untuk itulah mata pelajaran ataupun mata kuliah kewirausahaan harus
diberikan. Pemberian mata pelajaran ini akan membuka mata hati mereka tentang mitos-
mitos yang tidak benar sama sekali. Mitos-mitos tersebut antara lain (1) bahwa PNS
merupakan satu-satunya pekerjaan yang menjanjikan, (2) bahwa dokter, pilot merupakan
pekerjaan yang paling bergengsi, (3) hanya mereka yang berasal dari suku tertentu yang
cocok jadi wirausahawan, dsb. Berprofesi sebagai wirausahawan sebenarnya
menjanjikan dan juga mulia. Dan sebenarnya siapapun bisa jadi wirausahawan yang
sukses asal mereka serius, pintar membaca peluang dan selalu tekun dalam menjalankan
usahanya.
Selain itu pelajaran kewirausahaan akan memberikan wawasan kepada para pelajar
bahwa mereka tidak seharusnya selalu menjadi konsumen. Mereka juga bisa menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri dalam memenuhi sebagian bahkan seluruh kebutuhannya,
terlebih pada masa-masa sekolah atau kuliah. Pelajaran tentang kewirausahaan juga akan
mampu mendorong para pelajar untuk lebih menghargai bakat-bakat yang diberikan oleh
Tuhan kepada mereka. Mereka bisa mulai berwirausahawa dari hal yang paling
sederhana, yaitu hobi mereka sendiri. Anak yang hobi memasak kue bisa saja menitipkan
kue buatannya di warung-warung, anak yang hobi melukis bisa saja menawarkan jasanya
di tempat-tempat wisata misalnya, dsb. Lebih dari itu, pelajaran ini tidak hanya mampu
menciptakan pribadi-pribadi yang mandiri, namun juga pribadi-pribadi yang mampu
membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Dengan kata lain mereka ikut
membantu negara dalam mengurangi pengangguran dan juga pengentasan kemiskinan.
d. Pendidikan karakter
Mereka yang baru bekerja sering mengatakan bahwa dunia kerja merupakan dunia
yang sebenarnya. Pernyataan ini sangat benar adanya. Dalam dunia kerja kita
berinteraksi dengan banyak orang yang berbeda-beda karakternya. Ada yang suka marah,
ada yang tidak pernah tepat waktu, ada yang sok kebos-bosan, dsb. Dunia kerja akan
membawa kita pada berbagai situasi yang mungkin banyak tidak kita harapkan, misalnya
dibentak oleh atasan (padahal kita telah mengerjakan tugas dengan benar), dimarahi oleh
klien dengan alasan yang tidak jelas, dipermalukan oleh teman sekantor, dsb.
Dunia kerja juga akan membawa kita kepada suatu tahap “kehidupan” yang lebih
kompleks. Maka itu tak heran jika di banyak kejadian seringkali nilai ataupun
ketrampilan yang baik belum tentu bisa menjadi tolak ukur untuk diterima atau tidaknya
seseorang bekerja. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan lulusan SMK yang justru
menduduki tingkat tertinggi dalam angka pengangguran di negara ini. Dari total dari 7,2
juta jiwa penganggur, 9,87% merupakan lulusan SMK. Fakta ini menunjukkan bahwa
kecakapan ilmu yang dimiliki oleh seseorang hanya sebagian dari tuntutan dunia kerja.
Meski cukup memprihatinkan dapat dikatakan bahwa tidak terserapnya mereka oleh
lapangan kerja dikarenakan kondisi yang berasal dari dalam diri mereka sendiri. Salah
satu fakta mengungkapkan bahwa sebagian siswa SMK miskin semangat, miskin harta
dan miskin cita-cita. Untuk itu, kepintaran dan ketrampilan yang dimiliki harus
dilengkapi dengan karakter yang kuat.
Sekolah merupakan salah satu dari tiga pusat pendidikan (selain keluarga dan
masyarakat). Karenanya sekolah merupakan wadah penting untuk membangun karakter
anak bangsa melalui pendidikan karakter. Maka itu kurikulum yang ada saat ini jangan
hanya sekedar memuat pendidikan karakter yang hanya berada pada tingkatan
“pengenalan” norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter harus bisa mewujudkan lulusan
yang ber-Pancasila: beriman, jujur, harmonis dalam perbedaan, tenteram, saling
menghargai, terbuka, tangguh, dan bertanggung-jawab. Dengan karakter ber-Pancasila
ini para anak bangsa tidak hanya mampu untuk bersosialisasi dengan orang banyak
namun juga mampu menaklukkan sifat-sifat yang seharusnya dibuang dari diri mereka
sendiri.
Dalam pelaksanaan pendidikan, tenaga pengajar memiliki peran yang vital. Merekalah
yang secara langsung berhubungan dengan murid. Mereka jugalah yang secara langsung
menjalankan berbagai macam kebijakan-kebijakan pemerintah di lapangan (kelas).
Seiring dengan cepatnya perkembangan zaman, maka para guru juga harus bisa berpacu
dengan waktu. Sekarang merupakan zaman teknologi. Hampir semua pelajar memiliki
akun facebookdan twitter. Untuk itu para guru tidak seharusnya buta teknologi. Mereka
harus membiasakan hidup dengan teknologi sebagai wadah untuk mendapatkan
informasi dan mengembangkan diri. Salah satu cara penting untuk meningkatkan kualitas
tenaga pengajar ini adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan rutin yang mereka
butuhkan. Dalam pelatihan-pelatihan ini mereka tidak hanya diberikan, misalnya,
gambaran tentang materi-materi kurikulum yang baru, namun juga diberikan kesempatan
untuk berbagi mengenai pengalaman mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai abdi
negara untuk menghasilkan generasi yang berkualitas. Singkatnya, pelatihan dapat
menghasilkan tenaga pengajar yang lebih baik.
Pendidikan merupakan unsur yang sangat vital dalam mencapai semua visi dan misi
negara. Oleh karena itu, Pemerintah sebagai perpanjangan tangan negara, diharapkan
memainkan peran yang signifikan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah,
melalui berbagai institusinya (khususnya Kemdiknas), harus mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang berkualitas, mandiri, jujur, dan bertanggung jawab dalam memasuki
dunia kerja. Untuk mencapai hal ini maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
pemerintah.
a. Penataan pendidikan yang adil, merata, dan mengarah pada kebutuhan dunia kerja
Salah satu hakikat dari pendidikan adalah menciptakan manusia yang siap
bersaing. Untuk itu Pemerintah harus mampu mengarahkan pendidikan menjadi
sesuatu yang mampu menghasilkan lulusan yang siap terampil dan berkarakter. Untuk
dapat menghasilkan lulusan yang seperti ini maka pemerintah harus melakukan
beberapa hal berikut:
(2) Mengevaluasi kinerja para tenaga pengajar dan juga institusi pendidikan.
(4) Mengurangi bahkan menghapus segala biaya kegiatan yang merupakan bagian dari
pendidikan tersebut.
Salah satu contoh dari poin ini adalah biaya magang. Mahalnya biaya magang
memang menjadi keluhan bagi banyak siswa maupun mahasiswa. Tidak jarang
pihak sekolah mengenakan biaya yang mahal untuk sekali magang. Selain itu ada
juga pihak tempatmagang yang mengenakan biaya kepada mereka. Hal ini
dialami oleh teman penulis sendiri yang pernah magang di hotel bintang 4 di
Jogja. Pihak hotel mengenakan sejumlah biaya kepada peserta magang dengan
alasan sekedar pengganti uang makan. Penulis berpendapat bahwa hal ini tidaklah
etis karena saat magang pihak hotel juga menggunakan tenaga dari para
mahasiswa tersebut. Sungguh ironi bukan? Untuk itulah pemerintah harus berani
mengeluarkan peraturan yang membatasi bahkan menghapuskan biaya magang
bagi para peserta didik.
b. Menggalakkan dan Mendirikan lebih banyak SMK yang sesuai dengan kebutuhan
daerah
Lulusan SMK menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengusaha. Hal ini
dikarenakan mereka telah memiliki kompetensi terkait yang dibutuhkan oleh para
pencari kerja. Untuk itu Pemerintah juga harus mampu memasyarakatkan SMK
khususnya bagi para siswa SMP dan orang tua mereka. Selain itu, Pemerintah juga
harus mendirikan lebih banyak lagi SMK. Namun pendirian-pendirian SMK ini
sebaiknya disesuaikan dengan potensi atau karakter daerah setempat. Untuk apa
mendirikan SMK Tehnik Mesin di pedesaan yang identik dengan pertanian dan jarang
ada kendaraannya? Pendirian SMK yang sesuai dengan karakter daerah tersebut
bertujuan agar lulusan SMK nantinya dapat berkarya dan membangun daerah mereka.
Kita harus mengakui bahwa tidak semua lulusan SMA mau ataupun mampu
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Untuk itu mereka para lulusan SMA
yang belum bisa melanjutkan pendidikannya sebaiknya didata dan diberikan pelatihan
ketrampilan sesuai dengan minat mereka. Ada berbagai macam kursus ataupun
pelatihan yang dapat diberikan bagi mereka. Dan hal ini tidak hanya mampu
meringankan beban mereka dalam mencari kerja, namun juga mampu menjadikan
mereka sebagai pribadi-pribadi yang mandiri, yang mampu membuka usaha sendiri.
Berbagai macam kursus atau pelatihan yang dapat diberikan misalnya mesin,
menjahit, dan kewirausahaan.
d. Membangun data center yang mewadahi para pencari kerja dan pencari pekerja
Dari penjelasan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kualitas
pendidikan merupakan unsur yang terpenting dalam proses pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan sangat vital peranannya. Ibarat membangun sebuah gedung tinggi, pendidikan
merupakan pondasi dasar yang mampu membuat gedung tersebut berdiri tegak, kokoh dan
megah. Kuat atau tidaknya suatu pondasi bangunan juga akan menentukan mungkin atau
tidaknya gedung tersebut ditinggikan lagi.
Pendidikan perlu diperkuat oleh tenaga pengajar yang berkualitas. Bagaimanapun juga
merekalah yang akan membentuk generasi muda menjadi generasi yang berpengatahuan dan
berkarakter. Selain itu peningkatan peran pemerintah dalam menyelaraskan dunia pendidikan
dan dunia kerja akan sangat membantu dalam menjawab kebutuhan dunia kerja itu sendiri.
Dengan demikian pendidikan (melalui kurikulum), tenaga pengajar, dan pemerintah
merupakan tiga kesatuan yang vital dalam menyelaraskan dunia pendidikan dengan dunia
kerja. Keberhasilan di bidang pendidikan jika diperkuat dengan peningkatan kualitas tenaga
pengajar dan peran pemerintah akan membuat Indonesia lebih “tinggi”, mampu bersaing, dan
siap memasuki status sebagai negara maju pada tahun 2030 yang akan datang.
sumber data:
Sumber data:
1. http://www.antaranews.com/berita/359459/menkeu-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
berprospek-baik
2. http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=277935&Itemid
3. http://www.bappenas.go.id/node/165/3685/pada-tahun-2012-jumlah-pengganggur-di-
indonesia-berkurang/
4. http://news.liputan6.com/read/450197/72-juta-orang-indonesia-statusnya-pengangguran
6. http://www.bin.go.id/wawasan/detil/169/3/02/12/2012/proyeksi-indonesia-menjadi-negara-
maju-dan-kuat-2030
7. http://manado.tribunnews.com/2012/07/29/hatta-indonesia-miskin-pengusaha
8. http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=977:indonesia-bu
tuh-1-juta-entrepreneur&catid=50:bind-berita&Itemid=97
9. http://esq-news.com/2012/berita/11/06/lulusan-smk-duduki-jumlah-pengangguran-
tertinggi.html
10. http://www.penyelarasan.kemdiknas.go.id/content/detail/381.html
11. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4146
12. http://komunitaspendidikan.com/index.php/forum/cara-jitu-menerapkan-pendidikan-karakter-
di-sekolah/264
13. http://nasional.sindonews.com/read/2012/08/03/15/662873/hasil-uji-kompetensi-guru-
memprihatinkan
Belum Diperiksa
Daftar isi
[sembunyikan]
Konsep indikator pembangunan manusia sebagai ukuran pembangunan yang sejajar dengan
indikator pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan.[1] Semuanya terkait dengan proses
pergolakan sosial yang berlangsung dalam tiga dasawarsa terakhir sejak tahun 60 an.[1]
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan
manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya mencakup pembangunan manusia,
baik sebagai insan maupun sumber daya pembangunan manusia sebagai insan memberikan
tekanan pada harkat, martabat, hak, dan kewajiban manusia yang tercermin dalam nilai-nilai
yang terkandung dalam diri manusia baik segi etika, estetika, maupun logika yang meliputi
nilai-nilai rohaniah, kepribadian dan kejuangan.[1]
SDM dalam Konteks Pembangunan Nasional[sunting | sunting sumber]
1. Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani,
dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang
sehat,
2. Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya,
3. Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan
dan menguasai iptek yang berwawasan lingkungan, serta
4. Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan peran hukum yang mendukung
upaya peningkatan kualitas SDM.[3]
Kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan yang bersifat lintas sektoral serta menjadi dasar
keterpaduan kebijaksanaan dan program yang bersifat sektoral.[3] Secara operasional upaya
peningkatan kualitas SDM dilaksanakan melalui berbagai sektor pembangunan, antara lain
sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, kependudukan, tenaga kerja, dan sektor-
sektor pembangunan lainnya.[3]
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, maka koordinasi antar lembaga pemerintah,
maupun antara lembaga-lembaga dimasyarakat dalam pengembangan SDM perlu lebih
dikembangkan.[3] Masyarakat, termasuk dunia usaha (swasta), koperasi dan organisasi
kemasyarakatan lainnya didorong untuk lebih partisipatif dalam berbagai upaya peningkatan
kualitas SDM.[3]
Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), baik manusia sebagai insan
maupun sebagai sumber daya pembangunan terasa semakin penting dalam rangka
mewujudkan struktur perkonomian yang kokoh, mandiri dan andal sebagai usaha bersama
atas asas kekeluargaan dan berdasarkan demokrasi ekonomi.[4] Ciri perekenomian yang
diharapkan adalah semakin meningkatnya kemakmuran rakyat melalui tercapainya tingkat
pertumbuhan yang tinggi dan tercapainya stabilitas nasional yang mantap.[4] Untuk
mewujudkan cita-cita tersebut,berbagai upaya perbaikan di sektor pertanian harus
dikerahkan.[4] Menyadari besarnya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bergantung
pada sektor pertanian, upaya-upaya perbaikan disektor ini menjadi titik sentral guna
mewujudkan pertnian yang tangguh.[4] Strategi pembangunan pertanian harus mampu
memecahkan kendala-kendala yang masih dihadapi dan salah satu permasalahan yang sangat
perlu diperhatikan adalah masalah SDM pertanian.[4] Peranan SDM dalam pembangunan
nasional begitu pentingnya lebih-lebih apabila dikaitkan dengan motto pembangunan yang
demokratis,"pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat".[5] Data empiiris
menunjukkan kekayaan sumber daya alam (SDA) suatu negara diimbangi dengan kualitas
yang memadai tidak akan menghasilkan pembangunan yang memadai pula.[5] Sebaliknya
tidak demikian.[5] Suatu negara yang memiliki SDM yang tinggi dalam kemampuan kerja
samanya, manajemen dan kewirausahaan walaupun SDA yang dimiliki relatif rendah akan
dapat memiliki daya saing nasional dan tingkat kemakmuran yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan SDA yang berlimpah tapi memiliki SDM yang relatif rendah
kualitasnya.[5]