Portofolio 1 Industri Lafi Au, Suci Ainun Maharani 2008020174
Portofolio 1 Industri Lafi Au, Suci Ainun Maharani 2008020174
Portofolio 1 Industri Lafi Au, Suci Ainun Maharani 2008020174
PRAKTEK KERJA
PROFESI APOTEKER
2021
INDUSTRI
No Handphone :085-282-498-530
HALAMAN PENGESAHAN
INDUSTRI (LAFI-AU)
Disusun oleh :
2008020174
IDENTITAS MAHASISWA
No. HP : 0852-8240-8530
Pembimbing:
Dosen :
Preseptor :
NIM : 2008020174
Alamat : Jl. Poros Kolaka Pomalaa, Kec. Wundulako, Kab. Kolaka, Sulawesi
Tenggara
Berjanji :
1. Merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui sehubungan dengan tugas di tempat
Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dipercayakan kepada saya kecuali untuk
kepentingan akademik;
3. Dalam menunaikan praktek kerja profesi apoteker, saya akan berikhtiar dengan
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh dengan pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan social;
5. Mentaati segala peraturan di Program Studi Profesi Apoteker dan tempat Praktek
Kerja Profesi Apoteker yang ditetapkan dalam penyelenggaraan program pendidikan
ini;
PORTOFOLIO 1
SEJARAH, VISI MISI, DAN ORGANISASI
INDUSTRI FARMASI
B.1 Mahasiswa mampu menjelaskan peraturan perundang–undangan terkait Industri
Farmasi/obat tradisional/kosmetika
1. Melakukan penelusuran pustaka, dan membuat resume terkait regulasi Industri
Farmasi/OT/Kosmetika. Regulasi industri farmasi (UU, PMK, PerkaBPOM):
a. Izin usaha industri farmasi
Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang
termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk
memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB, yang mana dibuktikan
dengan sertifikat CPOB yang berlaku selama 5 tahun sepanjang memenuhi
persyaratan. Selain itu, Industri Farmasi wajib melakukan farmakovigilans, yang
mana harus memenuhi standar dan persyaratan. Persyaratan untuk memperoleh izin
industri farmasi yaitu:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
c. Memiliki nomor pokok wajib pajak;
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara
indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu; dan
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
f. Apabila pemohon yang mengajukan izin industri farmasi berasal dari milik
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka
untuk poin a dan poin b dikecualikan.
Untuk mengajukan permohonan izin industri farmasi, sebelumnya pemohon
harus mengajukan persetujuan RIP (Rencana Induk Pembangunan) dan persetujuan
prinsip.
Rekomendasi Rekomendasi
(Formulir 8) (Formulir 9)
Dirjen menerbitkan
izin industri farmasi
(Formulir 10)
PEMASTIAN MUTU
Dalam organisasi, bagian Pemastian Mutu adalah bagian yang
membangun, mengembangkan dan memonitor pelaksanaan Sistem Mutu dari
suatu perusahaan dan memastikan penerapan CPOB dalam tiap langkah
pembuatan obat.
PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwabahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu
dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
2. Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah
tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko
terhadap mutu obat.
Kualifikasi dan pengalaman personil yang diperlukan untuk tiap posisi
hendaklah ditetapkan secara tertulis (biasanya oleh pimpinan tertinggi bersama
bagian sumber daya manusia dan - untuk tingkat lebih rendah - juga kepala
manajemen mutu [pemastian mutu]), yang disimpan oleh bagian sumber daya
manusia, tapi juga dapat ditampilkan pada uraian tugas masing-masing.
Jumlah Personil. Kekurangan jumlah personil cenderung memengaruhi
kualitas obat, yang mengakibatkan tugas akan dilakukan secara tergesa-gesa
dengan segala risikonya. Di samping itu kekurangan jumlah personil biasanya
mengakibatkan kerja lembur sering dilakukan yang dapat menimbulkan
kelelahan fisik dan mental baik bagi operator maupun supervisor atau malahan
bagi personil pada tingkat lebih tinggi, yaitu - antara lain - yang melakukan
evaluasi dan / atau mengambil keputusan.
Bagi personil pada posisi tingkat tinggi, penentuan jumlah personil tidak
sederhana, karena biasanya jam kerja personil pada posisi ini tidak dibatasi oleh
jam kerja yang reguler dan aktivitas / tugasnya lebih kompleks daripada tugas /
kegiatan personil tingkat operator. Tapi proses penentuannya dapat dimulai
dengan melakukan analisis tugas (job analysis) dan kemudian mengalokasikan
waktu dalam seminggu untuk tiap tugas yang harus diselesaikan.
PERSONIL KUNCI
Industri dapat menentukan posisi lain yang lebih tinggi, sama atau lebih
rendah dicakup dalam kategori personil kunci; yang harus dipertahankan adalah
bahwa Kepala Bagian Produksi dan Kepala Bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) / Kepala Bagian Pengawasan Mutu harus independen satu
terhadap yang lain.
PELATIHAN
Program pelatihan hendaklah disetujui bersama oleh masing- masing
kepala bagian dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Program
pelatihan hendaklah mencakup antara lain:
Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada hari pertama
kerjanya,
CPOB dasar (termasuk mikrobiologi dan higiene perorangan) kepada semua personil,
CPOB spesifik kepada personil berkaitan, misal bagi mereka yang menangani
pembuatan produk steril, menangani pembuatan produk toksis atau berpotensi tinggi
dan / atau bersifat sensitisasi,
Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil berkaitan,
dan pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan pengemasan.
AREA PENIMBANGAN
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area produksi.
AREA PRODUKSI
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus disediakan
untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitisasi
tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat biologis (misal mikroorganisme
hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon tertentu (misal hormon
seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu berpotensi
tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam
kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets
produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal
telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
AREA PENYIMPANAN
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untukmenyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk
seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan,
produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari
peredaran. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban)
dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan
dicatat di mana diperlukan.
Area penerimaan dan pengiriman hendaklah terpisah dari area
penyimpanan barang. Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat
memberikan perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan
hendaklah didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk
kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum dipindahkan ke tempat
penyimpanan.
Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan
bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang
dikembalikan.
Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat
berbahaya lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap
penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang
terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah
disimpan di tempat terkunci.
AREA PENGAWASAN MUTU
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi.
Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu
dengan yang lain. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk
mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan
tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku
pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan
catatan. Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara
ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Hendaklah
dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing laboratorium
biologi, mikrobiologi dan radioisotop.
SARANA PENDUKUNG
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja,
membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup
dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area
produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan
langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu
atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
DESAIN DAN KONTRUKSI
Bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk ruahan antara lain adalah:
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi hendaklah dilakukan dan
diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan
diberi penandaan dengan data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah
lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah
diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.
Untuk memudahkan rotasi stok, hendaklah industri melaksanakan /
mengaplikasikan prinsip FIFO / FEFO dan memantau bahan awal dan bahan
pengemas yang memerlukan pemeriksaan ulang maupun kadaluwarsa baik
secara manual maupun sistem komputerisasi.
Pencegahan terhadap penyebaran debu akibat pengolahan bahan atau produk kering dapat
dilakukan dengan alat atau sistem penghisap debu selama proses pengolahan. Alat atau
sistem penghisap debu tersebut hendaklah dilengkapi dengan filter yang memadai sesuai
dengan kelas kebersihan lingkungan dan produknya.
BAHAN AWAL
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu
hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan
menyeluruh perihal pemasok. Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari
pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila
memungkinkan, langsung dari produsen. Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat
oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat
menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal
tersebut, termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan,
juga prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik
pembuat dan pemasok.
Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan
yang akan menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk
memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan
diperiksa.
Pemeriksaan wadah dapat dilakukan berdasarkan waktu, prioritas, lokasi,
tipe bahan awal, bersamaan dengan, misalkan kegiatan penimbangan, re-
sampling, cycle count, stock taking dan sebagainya sehingga integritas wadah
dan isinya terkendali. 6.33 Cukup jelas. 6.34 Tergantung dari kestabilan bahan
awal, penyimpanan hendaklah dilakukan dalam ruang atau tempat yang suhunya
dikendalikan. Untuk penyimpanan hendaklah tersedia ruang atau tempat dengan
suhu berbeda-beda antara lain dengan:
- Suhu ruang (ambient) : ≤ 30oC;
- Suhu ruang berpendingin udara (AC) : ≤ 25oC;
- Dingin : 2o - 8 oC ; dan
- Beku : di bawah 0oC.
Kondisi penyimpanan hendaklah disesuaikan dengan yang tercantum
pada label bahan awal atau sesuai dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut.
Bahan awal yang ditolak hendaklah disimpan di tempat khusus yang dikunci.
Untuk memudahkan pengendalian, bahan awal yang ditolak atau tidak
diluluskan hendaklah diberi label jelas dan yang berbeda dari label lain
VALIDASI PROSES
Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan
hendaklah dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru
diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut
cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan
dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan
peralatan atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau
reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi. Hendaklah secara kritis dilakukan
revalidasi secara periodik untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tetap
mampu mencapai hasil yang diinginkan.
PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak
terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk
yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja
operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan
produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan
yang dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung
mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi
tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan
parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan yang
diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Tindakan pencegahan terhadap
pencemaran silang dan efektivitasnya hendaklah diperiksa secara berkala, misal
dengan melakukan:
a) pemeriksaan rutin pada filter udara apakah masih baik, bocor atau sudah harus
diganti;
b) pemeriksaan perbedaan tekanan udara antar-ruang, terutama ruang penyangga; dan
c) pemeriksaan lingkungan terhadap kemungkinan pencemaran.
SISTEM PENOMORAN BETS/LOT
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran
bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara,
produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Yang dimaksud dengan
tidak diperkenankan memakai nomor bets atau nomor lot yang sama pada
produk yang sama adalah selama periode waktu tertentu, yaitu paling sedikit
dalam jangka waktu 10 tahun. Untuk bets yang diolah ulang hendaklah diberikan
kode tambahan terhadap nomor bets tersebut, misal penambahan huruf P
(pengolahan ulang).
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi,
dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat penting.
Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan
awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah tercakup
dalam prosedur tertulis. Pencatatan dapat dilakukan secara manual atau secara
elektronis / komputerisasi yang tervalidasi.
PENGEMBALIAN
Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan
hendaklah diberi penandaan, jumlahnya diperiksa kembali dan disetujui oleh
petugas yang diberi wewenang. Bahan pengemas yang telah diberi kode
hendaklah dimusnahkan. Bahan awal yang telah dikeluarkan dari wadah aslinya
serta dipindahkan ke dalam wadah lain hendaklah diberi label identitas dan
status yang jelas.
OPERASI PENGOLAHAN - PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN
Pemantauan kondisi area pengolahan dan langkah yang harus dilakukan
sebelum mulai proses pengolahan hendaklah menggunakan suatu daftar periksa
yang mencakup antara lain kebersihan ruangan dan peralatan, perbedaan tekanan
antar ruangan, bebas dari bahan dan produk sebelumnya, bila perlu suhu dan
kelembaban nisba.
Semua kegiatan pengolahan dan kejadian yang terjadi di luar prosedur
yang ditetapkan hendaklah dicatat pada Catatan Pengolahan Bets dan dilaporkan
kepada kepala bagian Produksi dengan menggunakan formulir khusus yang
disiapkan. Penyebab penyimpangan hendaklah diselidiki bersama kepala bagian
Pemastian Mutu dan tindakan untuk menghindarkan keberulangan hendaklah
ditetapkan melalui sistem Corrective Action and Preventive Action (CAPA).
Wadah dan penutup yang digunakan untuk bahan yang akan diolah
hendaklah terbuat dari bahan yang inert antara lain polietilen, kaca, baja tahan
karat. Bahan tersebut tidak berpori, mudah dibersihkan dan bukan merupakan
media pertumbuhan mikroba.
Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses, termasuk produk ruahan,
hendaklah ditetapkan agar produk tidak mengalami penurunan mutu selama penyimpanan
sebelum dilakukan proses selanjutnya. Penetapan batas waktu dan kondisi penyimpanan
tersebut hendaklah divalidasi.
BAHAN DAN PRODUK KERING
Sebelum dan sesudah pengolahan petugas produksi hendaklah
memeriksa antara lain: ayakan, punch dan die mesin tablet terhadap kerusakan
atau keausan yang dapat menimbulkan serpihan logam dalam produk. Instruksi
tertulis yang sesuai dapat dicakup dalam Protap atau dalam Prosedur Pengolahan
Induk. Jika pada waktu selesai pengolahan diketahui ada kerusakan pada alat
pengolahan yang digunakan, serpihan alat ini hendaklah ditemukan secara
lengkap sebelum proses dilanjutkan; bila perlu, alat pendeteksi logam dapat
digunakan. Kejadian seperti ini hendaklah dicatat pada Catatan Pengolahan Bets.
6.84 Pemeriksaan kemungkinan ada tablet atau kapsul yang terselip pada alat
hendaklah tercantum dalam pemeriksaan kesiapan jalur atau dalam Prosedur
Pengolahan Bets.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai
kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan
tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai
mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak
terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua
keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan
Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu
dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
UMUM
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan
Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung
jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai,
yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus
tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu
dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian
Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah
dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui
sebelum didistribusikan.
Area laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari area produksi agar
bebas dari sumber cemaran maupun getaran yang dapat berpengaruh terhadap
hasil pengujian. Dianjurkan agar disediakan koridor untuk memisahkan area
laboratorium dari area produksi, apabila keduanya berada di gedung yang sama.
Sistem tata udara di laboratorium hendaklah terpisah dengan sistem tata
udara ruang produksi. Dalam suatu fasilitas pembuatan produk biologi,
laboratorium hendaklah dalam bangunan khusus yang terpisah dari area
produksi. Jika diperlukan, sistem ventilasi hendaklah mampu menarik uap, gas,
asap, debu, bau dan panas dengan segera. Dalam hal ini, hendaklah disediakan
lemari asam yang dilengkapi sistem penghisap udara untuk menghindari
penetrasi asap toksis ke area laboratorium. Kecepatan penghisap udara minimum
15 meter kubik udara per jam per meter kubik volume lemari asam dan
kecepatan aliran udara pada permukaan pipa penghisap (face velocity) 0,4–0,6
meter per detik. Kecepatan aliran udara hendaklah dipantau dan dicatat secara
periodik.
Dalam pemasangan instalasi pipa listrik, air, gas, udara vakum dan udara
tekan hendaklah diperhatikan kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan,
misalnya dengan cara memasang dalam panel yang mudah dibuka atau
menempelkannya pada bagian luar dinding. Instalasi pipa hendaklah diberi kode
atau warna yang berbeda, disertai tanda panah untuk menunjukkan arah aliran di
dalamnya, sehingga kekeliruan dalam pemakaian atau perbaikan saluran dapat
dihindarkan.
Laboratorium pengawasan selama-proses akan lebih memudahkan
apabila letaknya di area proses atau pengemasan di mana dilakukan pengujian
fisis seperti penimbangan dan uji pemantauan lain secara periodik. Dalam hal itu
tingkat kebersihan laboratorium pengawasan selama-proses hendaklah
memenuhi persyaratan standar lingkungan area produksi yang bersangkutan.
Uji sterilitas hendaklah dilakukan dalam area Kelas A berlatar belakang
ruang Kelas B dilengkapi dengan fasilitas ruang ganti dan ruang penyangga
udara (airlock) atau dalam isolator berlatar belakang kelas D. Mengingat bahwa
hewan merupakan sumber cemaran dan perlakuan khusus diperlukan untuk
hewan percobaan, maka laboratorium biologi dan ruang hewan uji hendaklah
terletak dalam ruang yang terpisah dengan sistem pengendali udara sendiri dan
dilengkapi dengan ruang antara yang berfungsi sebagai ruang penyangga udara.
Tempat pemeliharaan hewan hendaklah berada dalam bangunan terpisah.
Limbah dan residu hendaklah ditampung dalam wadah yang tertutup
rapat dan diberi tanda jelas yang menyatakan jenis dan penggolongan risiko
limbah tersebut. Pemusnahan limbah dan residu hendaklah dilaksanakan tanpa
menimbulkan pencemaran lingkungan. Personil Tiap personil pengawasan mutu
hendaklah memenuhi kualifikasi yang dapat dicakup dalam uraian tugas masing-
masing.
Hendaklah tersedia pancuran air darurat dan pencuci mata darurat. Aliran
air pencuci mata hendaklah memancar pada ketinggian yang memadai sehingga
air dapat membasuh kedua mata sekaligus. Pancuran air darurat dan pencuci
mata darurat hendaklah dapat dicapai dalam waktu 10 detik atau berjarak paling
jauh 30 m dari lokasi yang diperkirakan dapat terjadi kecelakaan.
Label penandaan Baku Kerja / Baku Pembanding Sekunder hendaklah
mencakup kadar, tanggal pembuatan, tanggal daluwarsa, tanggal pertama kali
tutup wadahnya dibuka dan bila perlu kondisi penyimpanan. Informasi lain yang
tidak tertampung pada label misal kadar air, tanggal pembukaan kedua dan
seterusnya hendaklah didokumentasikan pada catatan lain.
Hendaklah tanggal penerimaan dan pertama kali wadah dibuka
dicantumkan pada tiap wadah bahan yang digunakan untuk kegiatan pengujian
(misalnya pereaksi dan baku pembanding).
Bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan Pengawasan Mutu
berikut ini hendaklah tersedia di bagian Pengawasan Mutu: spesifikasi; prosedur
pengambilan sampel; prosedur dan catatan pengujian (termasuk lembar kerja
analisis dan/atau buku catatan laboratorium); laporan dan/atau sertifikat analisis;
data pemantauan lingkungan, bila diperlukan; catatan validasi metode analisis,
bila diperlukan; dan prosedur dan catatan kalibrasi instrumen serta perawatan
peralatan.
Revisi berkala terhadap spesifikasi diperlukan untuk memenuhi
persyaratan yang diuraikan di dalam edisi farmakope nasional terakhir atau
kompendial resmi lain. Semua dokumentasi Pengawasan Mutu yang terkait
dengan catatan bets hendaklah disimpan sampai satu tahun setelah tanggal
daluwarsa bets yang bersangkutan. Di samping informasi yang merupakan
bagian dari catatan bets, data asli lain seperti buku catatan laboratorium dan/atau
rekaman hendaklah disimpan dan tersedia.
PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya
sebagian kecil saja dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan secara
keseluruhan tidak dapat didasarkan pada pengujian yang dilakukan terhadap
sampel yang tidak mewakili satu bets. Oleh karena itu cara pengambilan sampel
yang benar adalah bagian yang penting dari sistem Pemastian Mutu.
Sampel pembanding tiap bets produk akhir hendaklah disimpan sampai
satu tahun pasca tanggal daluwarsa. Produk akhir hendaklah disimpan dalam
kemasan akhir dan dalam kondisi yang direkomendasikan. Sampel bahan awal
(di luar bahan pelarut, gas dan air) hendaklah disimpan selama paling sedikit dua
tahun pasca pelulusan produk terkait bila stabilitasnya mengizinkan. Periode
waktu ini dapat diperpendek apabila stabilitasnya lebih singkat, sesuai
spesifikasinya yang relevan. Jumlah sampel pertinggal bahan dan produk
hendaklah cukup untuk memungkinkan pelaksanaan minimal satu pengujian
ulang lengkap.
BAHAN AWAL
Identitas suatu bets bahan awal biasanya hanya dapat dipastikan apabila
sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas terhadap tiap sampel.
Pengambilan sampel boleh dilakukan terhadap sebagian dari jumlah keseluruhan
wadah bila telah tersedia prosedur tervalidasi yang menjamin bahwa tidak satu
pun wadah bahan awal yang keliru diidentifikasi pada labelnya.
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu Dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan
CPOB secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui kekurangan atas
pemenuhan CPOB, baik yang kritis, yang berdampak besar maupun yang
berdampak kecil. Penilaian terhadap kekurangan atas pemenuhan CPOB sebagai
berikut:
Inspeksi diri hendaklah dilakukan oleh tim yang anggotanya ditunjuk
secara tertulis atau ditetapkan dalam sistem inspeksi diri. Anggota tim inspeksi
diri hendaklah mempunyai pengetahuan tentang CPOB dan penerapannya,
terkualifikasi dan mempunyai pengalaman yang memadai dalam melakukan
inspeksi diri.
Inspeksi diri dapat dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan dengan
membentuk suatu tim atau oleh konsultan yang independen dari luar perusahaan.
Di samping menemukan kekurangan dan kelemahan lain, juga harus ditetapkan
cara yang efektif untuk pencegahan keberulangan hal yang sama dan untuk
melakukan perbaikan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh
personil (-personil) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah
membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-
masing dan memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat
bermanfaat.
Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah
mencakup:
- Semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan, bila
memungkinkan,
- Saran untuk tindakan perbaikan.
Dalam menjalankan inspeksi diri, tim hendaklah berfokus pada tujuan
yaitu untuk menemukan hal yang memerlukan perbaikan dan bukan untuk
mencari kesalahan seseorang. Laporan hendaklah mencakup semua temuan dan
tingkat kekritisan dari temuan serta saran tim untuk tindakan perbaikan dengan
tetap mempertimbangkan tingkat kekritisan untuk menentukan prioritas
pelaksanaan perbaikan melalui proses Tindakan Korektif dan Tindakan Preventif
(Corrective Action and Preventive Action / CAPA).
AUDIT MUTU
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu
juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak
AUDIT DAN PERSETUJUAN PEMASOK
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan
pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Hendaklah dibuat daftar pemasok
yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok
hendaklah disiapkan dan ditinjau ulang.
Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan
dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit
diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dalam
pemenuhan standar CPOB. Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah
dievaluasi secara teratur.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk Dan Penarikan Kembali Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat, dapat bersumber dari dalam maupun dari luar industri,
dan memerlukan penanganan serta pengkajian secara teliti. Keluhan atau
informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain dapat dari bagian
produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian pemasaran,
sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien, dokter,
paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Badan POM.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu atau
beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari rantai distribusi karena
keputusan bahwa produk tidak layak lagi untuk diedarkan. Keputusan ini dapat
bersumber dari Badan POM atau dari industri. Personil yang ditunjuk telah
mendapat pelatihan dan dapat menunjukkan kemampuan untuk melakukan
penanganan keluhan. Kepala bagian Pemastian Mutu pada uraian tugasnya
hendaklah mencakup penanganan keluhan.
Tiap keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan
mendalam serta mencakup:
a. pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan;
b. inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta, bila perlu,
pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama; dan
c. pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan atau dilaporkan.
10. Dokumentasi
Semua jenis dokumen dan media yang digunakan hendaklah ditetapkan
dan dijelaskan dalam Sistem Manajemen Mutu. Dokumentasi dapat dibuat
dengan bentuk yang bervariasi termasuk media berbasis kertas, elektronis atau
fotografis. Tujuan utama sistem dokumentasi yang digunakan haruslah untuk
menentukan, mengendalikan, memantau dan mencatat seluruh kegiatan yang
secara langsung atau tidak langsung berdampak terhadap semua aspek mutu
obat.
a) Dokumen Produksi Induk, dokumen ini biasanya disiapkan oleh bagian Penelitian
dan Pengembangan dan masih memerlukan konversi ke dalam Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk yang divalidasi bagi tiap
ukuran bets untuk dapat digunakan memproduksi bets komersial.
c) Catatan Pengolahan Bets dan catatan pengemasan bets. Catatan Pengolahan Bets
hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah. Dokumen ini hendaklah dibuat
berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan Induk yang berlaku. Metode
pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat,
bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen
sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang
direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya. Sedangkan
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan
diperoleh. Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan
pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari
produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk
pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk
penggunaannya.
Adapun dokumen-dokumen lain yang diperlukan:
Untuk Pemastian Mutu
● Dokumen Induk Industri Farmasi / DIIF (Site Master File /SMF ), yang harus
disiapkan sesuai Pedoman Penyiapan Dokumen Induk Industri Farmasi
● Protap Membuat Prosedur Tetap (Protap)
● Pengkajian Catatan Bets dan Pelulusan Akhir
● Inspeksi Diri / Audit Internal
● Protap Membuat Protokol Kualifikasi / Validasi
● Protap Membuat Laporan Kualifikasi / Validasi
● Penarikan Kembali Obat
● Keluhan Terhadap Obat
● Audit Terhadap Kontraktor
● Audit Terhadap Pemasok
● Pengendalian, Revisi dan Distribusi Dokumen
● Catatan Mengenai Karyawan, Catatan Kesehatan
● Pelatihan (Teknik dan CPOB)
● Laporan Kejadian yang Merugikan
● Pengendalian Perubahan
● Penanganan Penyimpangan
● Pemantauan Suhu Penyimpanan
● Prosedur Distribusi Produk
● Catatan Distribusi
● Karantina, Pelulusan, Penolakan dan Penyimpanan
● Rencana Validasi Induk
Untuk Bahan Awal
● Spesifikasi / Kode Produk
● Persetujuan Terhadap Pemasok
● Penerimaan dan Penyimpanan
● Prosedur Pengambilan Contoh
● Pengujian oleh Pengawasan Mutu, Inspeksi Mutu
● Karantina, Pelulusan dan Persetujuan
Untuk Bahan Awal Biologi (misalnya Sel, Telur, Hewan, Virus, Bakteri)
● Spesifikasi
● Sumber, Nama, Karakteristik, Riwayat
● Sistem Lot Benih dan Penyimpanan
● Pengujian Sebelum Penggunaan di Produksi
● Pemasok (Persetujuan, Pemesanan, dst.)
● Pemeliharaan Hewan
● Pengkajian Protokol
Untuk Sarana
● Pengoperasian Sistem, Pemeliharaan dan Kalibrasi (misalnya Pengaturan Udara/
HVAC*, Air, Uap Bersih)
● Pembersihan Sarana
● Pemantauan Lingkungan
● Keluar-Masuk Ruang Bersih
● Mengenakan Pakaian Kerja
● Alur Produk
● Alur Penyaluran Bahan
● Alur Karyawan
● Aliran Udara
● Alur dan Pembuangan Limbah
● Pencucian dan Sterilisasi Pakaian
● Pencucian dan Sterilisasi Peralatan Gelas
● Desinfektan / Fumigasi
● Pembasmian Hama
Untuk Peralatan Produksi dan Pengawasan Mutu
● Operasi
● Pembersihan / Sterilisasi (Permukaan, CIP, SIP, COP)*
● Persiapan Larutan Pembersih
● Sisa Produk dan Bahan Pembersih
● Buku Log (untuk tiap peralatan utama)
● Pemeliharaan Preventif
● Kalibrasi
● Pemantauan
● Kalibrasi Peralatan (NIST)** yang Disertifikasi
Untuk Produksi
● Dokumen Produksi Induk
● Prosedur Pengolahan Induk
● Catatan Pengolahan Induk
● Prosedur Pengemasan Induk
● Catatan Pengemasan Induk
● Pengujian-dalam-pengolahan (Produksi)
● Pembuatan Larutan untuk Pengolahan
● Pengambilan Contoh Lingkungan
Untuk Penandaan dan Pengemasan
● Pengkajian dan Pengendalian Terhadap Penandaan dan Kemasan
● Spesifikasi
● Tanggal Daluwarsa
Untuk Pengawasan Mutu
● Pengujian / Pemeriksaan dan Pelulusan
● Penetapan Kadar
● Sampel Pertinggal dan Sampel Pembanding
● Uji Stabilitas
● Baku Pembanding dan Pengawasannya (Pemeliharaan dan Pengujian)
● Sertifikasi Ulang / Kalibrasi Ulang Peralatan Pengawasan Mutu
● Pembuatan Pereaksi dan Bahan untuk Pengujian oleh Pengawasan Mutu.
Prosedur dan Catatan Prosedur Tetap (Protap) disiapkan untuk tiap cara
melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian
lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, pengoperasian peralatan, pelatihan
personil, penanganan keluhan, penarikan kembali produk jadi, penanganan obat
kembalian, penanganan penyimpangan, pengendalian perubahan, penyiapan
protokol dan sebagainya. Semua Protap dibuat seragam dan konsisten.
Hendaklah juga disiapkan untuk membuat Protap, yang meliputi antara
lain format Protap, siapa menyiapkan dan siapa memeriksa, cara merevisi,
mengesahkan, mendistribusikan, menarik kembali dan memusnahkan Protap
yang tidak berlaku lagi. Format Protap biasanya mencakup tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab, bahan dan alat (bila perlu), prosedur, pelaporan (bila
perlu), daftar lampiran (bila ada), dokumen rujukan (bila ada), riwayat dan
distribusi
11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK
Pada kontrak perlu disebutkan apakah kontrak pembuatan mencakup
seluruh mata rantai pembuatan (mencakup mulai dari pengadaan bahan sampai
dengan pengemasan akhir termasuk analisisnya) atau sebagian.
PEMBERI KONTRAK
Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah Pemberi Kontrak
mengaudit calon Penerima Kontrak dengan menggunakan daftar periksa yang dapat
menyimpulkan bahwa calon Penerima Kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan
produk yang akan dikontrakkan dengan memuaskan.
Di samping itu juga, untuk pembuatan produk hendaklah diperiksa apakah
sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Badan POM sesuai dengan produk yang
pembuatannya akan dikontrakkan dan masih berlaku. Pemberi kontrak hendaklah
memastikan bahwa penerima kontrak analisis adalah industri farmasi mempunyai sertifikat
CPOB yang masih berlaku yang diterbitkan oleh Badan POM untuk bentuk sediaan terkait
atau laboratorium yang memperoleh akreditasi dari otoritas yang berwenang, misal
Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan sarananya sesuai dengan analisis produk yang
akan dikontrakkan.
Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan untuk Penerima Kontrak yaitu semua
informasi yang diperlukan untuk pembuatan termasuk pengemasannya. Pemastian bahwa
semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), hendaklah diuraikan dalam suatu “kesepakatan
teknis” (technical agreement) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak
PENERIMA KONTRAK
Pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga berdasarkan kontrak harus
mengacu kepada Peraturan Kepala Badan POM tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat. Surat perjanjian kontrak hendaklah mencakup
pernyataan bahwa Penerima Kontrak wajib melaporkan dan meminta
persetujuan kepada Pemberi Kontrak apabila ada perubahan aktivitas.
KONTRAK
Di samping Surat Perjanjian Kerja Sama Pembuatan Produk, hendaklah
perusahaan membuat perjanjian tambahan yaitu Kesepakatan Teknis, di mana
diuraikan lebih rinci antara lain hal-hal: pemasokan dan pelulusan bahan,
persyaratan validasi, pelulusan produk, penyimpanan sampel pembanding dan
pertinggal, penanganan keluhan dan penarikan kembali, pengamatan stabilitas.
PERENCANAAN VALIDASI
Hendaklah dibuat dokumen RIV yang menyajikan informasi mengenai
program kerja validasi perusahaan. Dokumen ini hendaklah juga memberi
rincian jadwal kerja validasi yang harus dilaksanakan dengan memerhatikan
urutan pelaksanaan misal sebelum melaksanakan validasi proses:
a. personil;
b. alat;
c. metode analisis;
d. sarana penunjang kritis; dan
e. bangunan; harus sudah terkualifikasi termasuk alat-alat ukur terkait.
Pemantauan pencapaian RIV yang sudah ditetapkan hendaklah dilakukan
secara berkala.
VALIDASI PROSES
VALIDASI PEMBERSIHAN
Validasi prosedur pembersihan dilakukan untuk setiap peralatan / mesin
yang kontak langsung dengan produk (zat aktif). Kajian risiko dilakukan untuk
mengkaji apakah suatu prosedur pembersihan, setelah dipakai untuk membuat
semua produk yang menggunakan alat yang sama perlu divalidasi. Pembersihan
Alat Baru atau Alat sesudah perawatan atau perbaikan. Pertimbangan khusus
diberikan dalam melakukan pencucian awal peralatan baru dan pencucian
setelah pembongkaran mesin untuk diperbaiki untuk memastikan sisa – sisa
debu maupun pelumas.
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis sampel validasi
pembersihan harus divalidasi. Batas perolehan kembali (recovery) pada validasi
metode analisis pemeriksaan residu hendaklah minimal 80%.
Validasi prosedur pembersihan dan kriteria keberterimaan residu produk
dapat dilakukan terhadap tiap produk atau kelompok produk berdasarkan
pertimbangan sifat dan dosis terapetik produk. Pengelompokan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode matriks dan pengkajian risiko sebagai berikut:
a) Tiap batas residu dari suatu produk ditetapkan sesuai sifat produk berkaitan yang
spesifik;
b) Dari kelompok produk sejenis dapat dipilih satu produk yang mewakili kelompok
tersebut; dan
c) Kelompok produk yang disusun menurut nilai risiko
VALIDASI METODE ANALISIS
Tujuan prosedur analisis hendaklah jelas dan dimengerti karena hal ini akan
menentukan karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi
yang umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
akurasi;
presisi;
ripitabilitas;
intermediate precision;
spesivisitas;
batas deteksi;
batas kuantitasi;
linearitas; dan
rentang.
PENGENDALIAN PERUBAHAN
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil
jika ada usul perubahan terhadap bahan awal, komponenprodu k, peralatan
proses, lingkungan kerja (atau pabrik), proses produksi atau pengujian ataupun
perubahan yang berpengaruh terhadap mutu atau reprodusibilitas proses.
Prosedur pengendalian perubahan hendaklah memastikan bahwa data
pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa proses perubahan yang diperbaiki
akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Semua perubahan yang dapat memengaruhi mutu produk atau
reprodusibilitas proses hendaklah secara resmi diajukan, didokumentasikan dan
disetujui. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem dan peralatan
terhadap produk hendaklah dievaluasi, termasuk analisis risiko. Hendaklah
ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi
ulang.
VALIDASI ULANG
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan serta
metode analisis hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi
keabsahannya. Jika tidak ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi,
peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas, sistem, peralatan, proses dan metode
analisis memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan kebutuhan revalidasi.
Validasi ulang diperlukan juga pada kondisi:
Melibatkan bahan aktif obat baru / pemasok baru.
Melibatkan formulasi baru (bahan aktif obat sama namun terdapat penggantian
bahan lain yang menyebabkan bahan aktif obat sulit dibersihkan).
Perubahan prosedur analisis
Prosedur pembersihan diperbaharui melalui mekanisme perubahan (termasuk
pergantian cara pembersihan, perubahan pembersihan manual ke automatis,
pergantian bahan pembersih, dll.)
Melewati jangka waktu yang ditetapkan untuk melakukan validasi ulang
(PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN
OBAT YANG BAIK, 2012).
d. Registrasi obat/produk obat/OT/Kosmetik
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapat izin edar. Registrasi
obat dikategorikan menjadi registrasi baru dan registrasi variasi. Registrasi baru terdiri dari:
a. Kategori 1 : adalah registrasi obat baru dengan zat aktif baru atau derivat baru atau kombinasi
baru atau produk biologi dengan zat aktif baru atau kombinasi baru atau dalam bentuk sediaan
baru;
b. Kategori 2 : adalah registrasi obat baru dengan komposisi lama dalam bentuk sediaan baru atau
kekuatan baru atau produk biologi sejenis;
c. Kategori 3 : adalah registrasi obat atau produk biologi dengan komposisi lama dengan:
Indikasi baru
Posologi baru
d. Kategori 4 : adalah registrasi obat copy:
Obat copy dengan nama dagang
Obat copy dengan nama generik
e. Kategori 5: adalah registrasi alat kesehatan yang mengandung obat.
(Formulir 6)
Resertifikasi dilakukan melalui penilaian terhadap pemenuhan CPOB/CPBBAOB
berdasarkan hasil inspeksi rutin, riwayat produk yang diedarkan, dan/atau inspeksi dalam
rangka resertifikasi bila diperlukan. Pelanggaran terhadap kewajiban melakukan
resertifikasi dikenai sanksi administratif berupa penghentian sementara kegiatan.
f. Pelaksanaan pelaporan informasi industri farmasi
Industri Farmasi yang telah memperoleh izin usaha Industri Farmasi wajib
menyampaikan laporan kegiatan produksi termasuk profil Industri Farmasi, pemasukan,
penggunaan, distribusi, impor dan ekspor Obat dan Bahan Aktif Obat secara berkala kepada
Kepala Badan.
Laporan meliputi:
a. laporan pemasukan dan penggunaan Bahan Aktif Obat;
b. laporan produksi dan distribusi Obat;
c. laporan produksi dan distribusi Bahan Aktif Obat;
d. laporan realisasi ekspor dan impor Obat dan Bahan Aktif Obat; dan/atau
e. laporan data Industri Farmasi berisi informasi/profil Industri Farmasi termasuk kegiatan
produksi dan peralatan produksi yang digunakan.
Laporan disampaikan kepada Kepala Badan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan paling
lambat tanggal 15 Januari, 15 April, 15 Juli, dan 15 Oktober. Laporan untuk Narkotika,
Psikotropika, Prekursor Farmasi, dan Obat-obat Tertentu disampaikan kepada Kepala Badan
secara berkala setiap 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya. Laporan untuk Narkotika disampaikan kepada Kepala Badan paling lambat 3 (tiga)
hari kerja sejak diterimanya Narkotika atau dilaksanakannya ekspor Narkotika oleh Industri
Farmasi. Laporan untuk Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi disampaikan kepada Kepala
Badan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Psikotropika dan/atau Prekursor
Farmasi, atau dilaksanakannya ekspor Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi.
Laporan disampaikan kepada Kepala Badan secara berkala setiap satu kali dalam 1
(satu) tahun paling lambat tanggal 15 Januari. Dilaksanakan secara daring melalui subsite Badan
Pengawas Obat dan Makanan dengan laman http://ewas.pom.go.id. Apabila terdapat perubahan
data perusahaan dan gudang, Industri Farmasi wajib menyampaikan perubahan data perusahaan
dan gudang kepada Kepala Badan paling lambat 1 (satu) bulan setelah perubahan izin usaha
Industri Farmasi dan/atau perubahan sertifikat CPOB (Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Nomor 35 Tahun 2019 Tentang Pelaporan Kegiatan Industri Farmasi)
2. Mengisi Form Daftar Perundang-Undangan Terlampir
FORM DAFTAR PERUNDANG– UNDANGAN TERKAIT INDUSTRI FARMASI
Jenis Dasar
Nomor Tah Tentang
Hukum
un
1. Industri Farmasi Peraturan Menteri 1799 2010 Industri Farmasi
Kesehatan Republik
Indonesia
2. Pengawasan Pemasukan Peraturan Kepala HK.03.1.3.1 2011 Pengawasan
Bahan Baku Badan Pengawas 2.11.10693 Pemasukan Bahan
Obat Dan Makanan Obat
Republik Indonesia
Badan Pengawas HK.00.05.1. 2005 Pengawasan
Obat Dan Makanan 3460 Pemasukan Bahan
Republik Indonesia Baku Obat
Peraturan Kepala
Badan Pengawas
Obat Dan Makanan
Republik Indonesia
3. Dokumen Induk Industri Peraturan Kepala HK.04.1.33. 2012 Dokumen Induk
Farmasi Dan Obat Badan Pengawas 02.12.0883 Industri Farmasi
Farmasi Makanan