Asga Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 109

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MULIA
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Ny. Dengan Hipertensi Di Rt. 30 Kelurahan Pemurus Luar”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
bapak Angga Irawan, Ns., M. Kep pada Mata Kuliah Keperawatan Keluarga. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Hipertensi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Angga Irawan, Ns., M. Kep
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Keluarga yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 17 Juni 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................2
C. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4
A. Konsep Keluarga.........................................................................................4
1. Pengertian Keluarga............................................................................4
2. Struktur Keluarga................................................................................4
3. Tipe Keluarga......................................................................................5
4. Fungsi Keluarga...................................................................................7
5. Tugas Keluarga....................................................................................7
6. Ciri-Ciri Keluarga................................................................................9
7. Tahapan Perkembangan Keluarga.......................................................9
8. Peran Perawat Keluarga.......................................................................12
9. Prinsip Keperawatan Keluarga.............................................................13
B. Konsep Hipertensi.......................................................................................15
1. Pengertian Hipertensi............................................................................15
2. Klasifikasi Hipertensi............................................................................15
3. Etiologi Hipertensi................................................................................15
4. Patofisiologi Hipertensi.........................................................................17
5. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi............................................................18
6. Manisfestasi Klinik Hipertensi..............................................................19
7. Komplikasi Hipertensi..........................................................................20
8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi.......................................................20
9. Penatalaksanaan Hipertensi...................................................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga......................................................22
1. Pengkajian..............................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................24
3. Intervensi Keperawatan..........................................................................28
4. Implementasi Keperawatan....................................................................29
5. Evaluasi..................................................................................................29
6. Dokumentasi Keperawatan.....................................................................30
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.....................................................31
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................63
BAB V PENUTUP.........................................................................................................68
A. Kesimpulan..................................................................................................68
B. Saran............................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................69
LAMPIRAN....................................................................................................................72
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik yang
menimbulkan komplikasi dikemudian hari. Hipertensi sering disebut sebagai “Silent
Killer” karena sifatnya yang tidak memberikan gejala klinis. Hipertensi adalah ketika
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥ 90 mmHg setelah dilakukan pemeriksaan disaat pasien cukup istirahat/tenang.
(Soenarta, 2015).
Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah kondisi
dimana pembuluh darah terjadi peningkatan secara terus-menerus, penyakit ini biasa
disebut sebagai silent killer karena penyakit hipertensi sering muncul pada seseorang
tanpa disertai dengan gejala (Kurnianingtyas., dkk, 2017). Menurut World Health
Organization (WHO), penyakit hipertensi menjadi salah satu dari banyaknya
permasalah kesehatan didunia yang cukup berbahaya, karena hipertensi menjadi
faktor risiko utama yang dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik dan stroke
yang dimana menjadi penyebab utama kematian didunia pada tahun 2016 (WHO,
2018).
Berdasarkan data yang didapat dari WHO (2015) menunjukkan ada sekitar
1,13 milyar orang yang mengidap penyakit hipertensi. Jumlah pengidap hipertensi
setiap tahunnya terus terjadi peningkatan, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada
sebanyak 1,5 milyar orang yang mengidap hipertensi dan setiap tahunnya
diperkirakan ada 10,44 juta orang yang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya. Menurut data (Riskesdas, 2018) didapatkan bahwa kejadian penyakit
hipertensi pada umur ≥ 18 tahun di Indonesia sebesar 34,1%. dan yang menjadi
provinsi dengan pravelensi hipertensi terbanyak adalah Kalimantan Selatan yaitu
sebesar 44,1% dari total keseluruhan hipertensi di Indonesia, dan daerah yang paling
banyak pravelensi hipertensi adalah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu sebesar
52% dari Pravelensi Hipertensi di Provinsi Kalimantan Selatan. Pravelensi hipertensi
di Indonesia paling banyak terjadi pada usia lanjut atau lansia, yaitu pada usia 55-64
tahun sebesar 53,7%, lalu pada usia 65-74 tahun sebesar 63,5% dan usia 75 tahun
keatas sebesar 73,5%.

1
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena hipertensi.
Faktor risiko hipertensi tersebut dibagi menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan
yang tidak dapat diubah (Dharnidharka & Anyaegbu, 2014). Faktor risiko yang tidak
dapat diubah yaitu mempunyai riwayat keluarga yang mengidap hipertensi, usia dan
jenis kelamin (Nuraini, 2015). Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu berat
badan berlebih/obesitas, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik seperti
berolahraga, pola asupan garam yang berlebih dan buruknya kualitas tidur seseorang
(Yuliani, dkk., 2016).
Arista (2013) mengemukakan bahwa bagi individu yang mempunyai
faktor risiko tersebut harus waspada serta melakukan upaya pencegahan sedini
mungkin seperti rutin memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan dan juga
berusaha untuk menghindari faktor pencetus. Austriani (2008) mengungkapkan
bahwa kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi masih
rendah, hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang lebih memilih makanan cepat saji
yang biasanya rendah serat, tinggi lemak, gula dan garam. Hal ini dapat
menyebabkan tingginya risiko terjadinya kekambuhan hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada pasien hipertensi
b. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
c. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
d. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi
e. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan dengan baik dan benar
f. Melakukan pengobatan hipertensi dengan metode non-farmakologi pijat
kaki
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi
dalam bidang keperawatan keluarga tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi praktik mahasiswa keperawatan.
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman
khususnya dibidang keluarga pada keluarga dengan hipertensi.
c. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hipertensi beserta
penetalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu sama lain (Mubarak dkk, 2011). Sudiharto (2012) menyatakan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil
yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Sedangkan menurut Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah
kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih
yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau
hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari pola dan proses komunikasi, strukrur peran,
struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)
menggambarkan sebagai berikut:
a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi
apabila: jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki
kekuatan.
b. Struktur peran yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran
bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain: legitimate
power (hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini
adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

3. Tipe Keluarga
Adapun tipe keluarga menurut Mubarak (2011) dibagi menjadi beberapa yaitu:
a. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-
nenek, paman-bibi).
b. Secara modern berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain diatas yaitu:
1) Tradisional Nuclear Keluarga Inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
9) Three Generation Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
10) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti- panti.
11) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2011), yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama
orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan
dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan
sosioemosional semua anggota keluarganya.
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran
yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status
adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini
tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga
yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan.

5. Tugas Keluarga
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (2012)
dalam Dion & Betan (2014) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuat Keputusan Tindakan Yang Tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan
keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat
keputusan.
c. Memberi Perawatan Pada Anggota Keluarga Yang Sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas
fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan Atau Mengusahakan Suasana Rumah Yang Sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di Masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas
kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

6. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2013) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.

7. Tahapan Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2011) :
a. Tahap I Keluarga Pasangan Baru (Beginning Family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang
baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
b. Tahap II Keluarga Kelahiran Anak Pertama (Childbearing Family) Mulai
dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah
satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga
disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa
tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari
peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan
fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III Keluarga dengan Anak Prasekolah (Families With Preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-
ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri- saudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya
untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua
akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah
utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV Keluarga dengan Anak Sekolah (Families With Schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (Families With Teenagers) Ketika
anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak
tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan
utamapada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan
ikatankeluarga untuk meberikan tanggung jawab dan
kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa mudah. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada
tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.
Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk
memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas
perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota
keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara
terbukasatu sama lain.
f. Tahap VI Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (Launching
Centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,
orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka
menjadi mandiri.
g. Tahap VII Orang Tua Paruh Baya (Middle Age Families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua
berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan
persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai
18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah
wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap- siap untuk
hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang
berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai
kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan
yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali
kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi
problematik.

8. Peran Perawat Keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan
kesehatan.
c. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah
keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai Pembela (Advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi
hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap
hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai Fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g. Sebagai Peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah- masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga.

9. Prinsip Keperawatan Keluarga


Prinsip perawatan kesehatan keluarga Setiadi (2013) mengatakan ada beberapa
prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan keluarga yaitu:
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai
tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan
dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-
keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain
adalah:
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah:
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah secara abnormal yang dimana peningkatan tersebut terjadi secara terus-
menerus (Maghfiroh, dkk., 2018). Seseorang akan dinyatakan menderita
hipertensi apabila saat dilakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya melewati
nilai batas normal dari tekanan darah yaitu 140/90 mmHg (Majid, 2017).

2. Klasifikasi Hipertensi
Terdapat beberapa klasifikasi hipertensi pada hasil pengukuran tersebut. Adapun
klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut: Klasifikasi Sistolik
(mmHg) Normal < 130 < 85, Diastolik (mmHg) Normal
< 130 < 85, Normal tinggi 130-139 85-89, Hipertensi ringan (stadium 1)
140-159 90-99, Hipertensi sedang (stadium 2) 160-179 100-109,
Hipertensi berat (stadium 3) 180-209 110-119, Hipertensi sangat berat
(stadium 4 ) 210 – 120. (Widyanto dkk, 2016)

3. Etiologi Hipertensi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor
yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut
ini. (Udjianti, 2017).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk
mengalami hipertensi.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan (obesitas).
Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya
hipertensi.
e. Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder. pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa
kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2017).
1) Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.
Dengan penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali
secara beberapa bulan.
2) Penyakit Parenkim Dan Vaskuler Ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri
renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau
fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi dan perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
3) Gangguan Endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan
kelebihan primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi
dan hipokaemia.
4) Coaretation Aorta (Penyempitan Pembuluh Darah Aorta) Merupakan
penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau abdominal.
Penyempitan penghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan darah diatas area kontriksi.
5) Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormone
estrogen pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam
tubuh memang akan menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata
biasa menyebabkan sel-sel endotel
rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh
darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada
akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
6) Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama,
meningkatkan kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa
(mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu syaraf untuk
melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah
sekaligus meningkatkan tekanan darah.

4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titikini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi (Smelttzer, 2017).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan 14 volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mengakibatkan keadaan hipertensi (Price).

5. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


a. Faktor Yang Tidak dapat Diubah
1) Genetik
Genetik penderita Hipertensi dapat menjadikan keluarga tersebut
memiliki resiko dua kali lebih besar terkena hipertensi dari pada orang
yang tidak memiliki genetik hipertensi. (P2PTM Kemenkes RI, 2019).
2) Usia
Seseorang yang memasuki usia masa lansia (46-65 tahun) lebih rentan
mengidap penyakit hipertensi, karena pada usia tersebut elastisitas dari
arteri mulai menghilang yang mengakibatkan pembuluh darah
perlahan-lahan menjadi sempit, sensitivitas pengatur tekanan darah
mulai berkurang dan akhirnya dapat memicu terjadinya peningkatan
pada tekanan darah (Sundari & Bangsawam, 2015).
3) Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria 2,3 kali lebih tinggi mengalami peningkatan
tekanan sistolik dibandingkan wanita. Namun setelah masa
menopause, angka kejadian hipertensi pada wanita meningkat. Dan
saat lanjut usia hipertensi pada wanita lebih tinggi di karenakan faktor
hormonal. (P2PTM Kemenkes RI, 2019)
b. Faktor Yang Dapat Diubah
1) IMT
IMT merupakan salah satu pengukuran yang digunakan untuk
mengetahui keadaan gemuk dan obesitas (Angesti, dkk., 2018). Orang
yang memiliki IMT >25 Kg/m2 (gemuk/obesitas) akan memiliki risiko
3,474 kali lebih tinggi terkena penyakit hipertensi dibandingkan
dengan orang yang memiliki nilai IMT normal yaitu 18,5 – 25 Kg/m2
(Puspitasari, 2018).
Menurut Rahmayani (2018) seseorang yang menderita obesitas
memiliki risiko 5,573 kali lebih tinggi mengalami hipertensi primer
dibandingkan dengan seseorang yang tidak mengalami obesitas.
2) Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbon monoksida. Zat nikotin
menyebabkan adrenalin meningkat sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung. karbon monoksida
pun dapat mengentalkan darah sehingga terjadi hipertensi. (Tim Bumi
Medika, 2017).
3) Nutrisi
Garam mengandung zat Natrium yang fungsinya adalah mengikat
cairan agar tidak dikeluarkan sehingga terjadi penumpukan cairan
dalam tubuh. Sehingga terjadi peningkatan volume dan tekanan darah.
(Tim Bumi Medika, 2017).
4) Stress
Keadaan stress seperti tertekan, murung, gelisah, dendam dan rasa
bersalah dapat merangsang timbulnya hormone adrenalin sehingga
jantung bekerja lebih kencang dan tejadi peningkatan tekanan darah.
(Tim Bumi Medika, 2017).
Seseorang yang sering mengalami stress akan rentan terkena penyakit
hipetensi, karena stress merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi
pada seseorang, yang dimana faktor risiko tersebut 7,25 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stress
(Rahmayani, 2019).
5) Kurang Olahraga
Hanya sedikit orang yang berolahraga dikarenakan disibukkan dengan
hal lain seperti bekerja atau pun bersekolah. Akibatnya kita jadi
kurang bergerak dan kurang olaraga sehingga memicu kolestrol
meninggi dan juga meningkatnya tekanan darah yang menyebabkan
hipertensi. (Dafriani, 2019)

6. Manisfestasi Klinik Hipertensi


Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis (mimisan)
h. Kesadaran menurun

7. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2016) adalah :
a. Penyakit Jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran
glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi
berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan Pada Pembuluh Darah Arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan
arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).

8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
2) BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5) CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6) EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

9. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Triyatno (2017) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
secara nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi Non Farmakologi
Merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non farmakologi
diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan stress
dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus dilakukan.
Penanganan non farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks,
mengurangi stress dan menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi
diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan
tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya.
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan yang
dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi
seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel
dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap
kompleks karena tekanan darah cenderung tidak stabil.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, pengkajian adalah
tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang
dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3 generasi.
2) Tipe keluarga.

3) Suku bangsa.

4) Agama.

5) Status sosial ekonomi keluarga.

6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi dan
kendalannya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti
Meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga dan sumber pelayanan yang digunakan
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua dan hubungan masa silam
dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah, sanitasi, pengcahayaan,
kerapian.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Meliputi: tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana sosial, kejahatan.
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan
perkumpulan yang diikuti
5) Sistem pendukung keluarga
Meliputi: jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas kesehatan,
jaminan kesehatan yang dimiliki.
d. Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal
maupun informal baik di keluarga atau masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga
Bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan
utama, dan bagai mana peran anggota keluarga dalam mencapai
komunikasi
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilakuyang
berhubungan dnengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social.
3) Fungsi sosialisasi.
4) Fungsi pemenuhan kesehatan.
5) Fungsi religious.
6) Fungsi rekreasi.
7) Fungsi reproduksi.
8) Fungsi afeksi.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian lebih 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi masalah.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi masalah.
g. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang dilakukan tidak
beda pada pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa keperawatan
adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga, atau masyarakat, yang
diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan dimana perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga
dirumuskan berdasar data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen
diagnose keperawatan meliputi Problem atau masalah, Etilogi atau penyebab,
dan Sign atau tanda yang dikenal dengan PES. Tipologi dari diagnosa
keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, di mana masalah kesehatan memerlukan bantuan untuk segera
ditangani dengan cepat. Pada diagnosa aktual, faktor yang berhubungan
merupakan etiologi. Secara umum faktor yang berhubungan atau etiologi
dari diagnosa keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan
persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu prosedur
atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial,
fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis)
terhadap tugas kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,tapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah aktual apabilatidak segera mendapat
bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau weelness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan, diagnose keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-
faktor yang berhubungan.

Penentuan Prioritas Masalah dan Skoring


No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1

 Tinggi 3
 Cukup 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus 2
segeraditangani
 Ada masalah tetapi tidak 1
perluSegera ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan
Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan


dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

Skore

X Bobot

Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama


dengan seluruh bobot empat kriteria yang dapat mempengaruhi
penentuan prioritas masalah.
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak
atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi, karena
masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling
sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya dapat
memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalah
masahnya dengan baik.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah jika ada
tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan skore kemungkinan masalah dapat
diperbaiki adalah:
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang
dapatdilakukan untuk menangani masalah.
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik
dalamfisik, keuangan, atau tenaga.
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam
bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu.
d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam
bentukfasilitas kesehatan, organisasi masyarakat.
3) Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akantimbul dapat
dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah
adalah sebagai berikut:
a) Kepelikan masalah berkaitan dengan beratnya penyakit
atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan
mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah
tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah atau
mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan
timbul.
b) Lamanya masalah Hal ini berkaitan dengan jangka waktu
terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah
mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah
bila dicegah.
c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka
atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan
me nambah potensi masalah bila dicegah.
4) Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk
diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor
pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini, jika keluarga
menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera,
maka harus
diberi skor yang tinggi (Suprajitno, 2014).
R Aprilawati (2012) diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien hipertensi adalah:
a) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dengan intake yang tidak adekuat
nyeri akut b/d kmk merawat anggota keluarga yang sakit
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
d) Kurang pengetahuan tentang Hipertensi b/d mengenal
masalah kesehatan keluarga.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila masalah
kesehatan maupun masalah keperawatan telah teridentifikasi, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai dengan urutan
prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan
tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan/keperawatan yang telah
diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin
keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga
diantaranya:
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh
tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai dengan
prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini selain
berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan
lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan membantu mengevaluasi
perkembangan masalah keluarga.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Guna
membangkitkan minat keluarga dalam berprilaku hidup sehat, maka perawat
harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal di bawah ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, penggunaan alat dan
fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.

5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap
penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau belum
berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukansecara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga.Langkah-langkah dalam mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan, baik pada individu maupun keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan
sumber-sumber proses atau hasil, bergantung pada dimensi evaluasi yang
diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta sumber- sumber
data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan
kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan
alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau
kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang berbeda dari
metode problem-solving. Dokumentasi keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengobservasi
dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada profesi kesehatan lainnya.
Kekurangan dalam pendokumentasian proses keperawatan meliputi penggunaan
terminology dan cara pendokumentasian yang tidak standar yang tidak
menunjukkan adanya suatu perbedaan asuhan keperawatan yang kompleks
(Nursalam 2009).

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DATA UMUM KELUARGA


1. Nama kepala keluarga : Ny. S
2. Umur : 50 Tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SLTA
5. Pekerjaan : Pedagang
6. Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
7. Alamat : Jl. Pramuka Gang Arraudah
8. Komposisi keluarga

Keterangan
Hubungan Keluarga

Kesehatan Keadaan
Umur (thn)

Pendidikan

Agama
Pekerjaan
Nama Anggota

Immunisasi
L/
keluarga

No. KB
P

1. Ny. S Kepala P 52 SLTA Pedag Islam Sehat Tidak Tidak


Keluarga ang

2. Tn. B Menantu L 28 SLTA Swasta Islam Sehat Tidak Tidak

3. Ny. H Anak Ny. P 26 SLTA IRT Islam Sehat Iya Tidak


S

4. Ny. A Anak Ny. P 24 SLTA Swasta Islam Sehat Tidak Lengkap


S

5. Tn. S Anak Ny. L 20 SLTA Swasta Islam Sehat Tidak Lengkap


S

6. An. F Anak Tn. P 1 - - Islam Sehat Tidak Belum


B dan Lengkap
Ny. H

7. Ny. K Orang P 80 SLTP - Islam Tidak Tidak Tidak


Tua Ny.
S
8. Tn. A Suami L 60 SLTA - Islam Menin Tidak Tidak
Ny. S ggal

9. Tipe keluarga
Keluarga dengan tipe keluarga besar, karena terdapat keluarga inti yang ditambah
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah. Anak dari Ny. S yaitu Ny. H
sudah menikah akan tetapi masih tinggal satu rumah dengan Ny. S. Ketiga anak
Ny. S lainnya belum menikah tapi sudah bekerja.

10. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Sakit

: Perempuan : Tinggal serumah

: Meninggal

11. Sifat Keluarga


a. Pengambilan Keputusan
Apabila ada masalah di dalam keluarga Ny.S sering kali memusyawarahkan
bersama-sama dan yang sering berperan dalam pengambilan keputusan
adalah Ny.S.
b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1) Kebiasaan tidur / istirahat
a) Tidur siang
Keluarga Ny.S memiliki jam tidur siang secara bergantian sekitar
pukul 14.00 – 15.30 WITA karena sambil berjualan sembako di
rumah.
b) Tidur malam
Keluarga Ny. S waktu tidur malam sekitar pukul 22.00 – 05.00 WITA
2) Kebiasaan rekreasi
Keluarga mempunyai kebiasaan berkunjung untuk berziarah, Ny. K
biasanya berpindah pindah rumah ke rumah masing-masing anaknya, Ny.
S biasanya melakukan tugas rumahan dan mengobrol dengan tetangga
sambil berjualan. Anak-anak Ny.S biasanya nonton tv dan bermain
handphone, adapun Ny. H dengan mengurus anaknya.
3) Kebiasaan makan keluarga
a) Jenis makanan Nasi,
lauk dan sayur
b) Frekuensi
2-3 kali sehari
c) Keseimbangan gizi Ny. K
TB : 156 cm
BB : 44 kg
IMT : BB = 44 = 44 = 18,1 (BB Kurang)
(TB2) (1562) (2,43)
Ket :

12. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Penghasilan keluarga perbulan adalah >Rp2.000.000,-. Penghasilan berasal dari
hasil pekerjaan. Anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap
perekonomian keluarga adalah Ny.S bekerja sebagai pedagang sembako. Akan
tetapi anak-anak Ny. S sudah bekerja.

13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)


Seluruh anggota keluarga adalah suku asli Banjar Bangsa Indonesia. Bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Banjar. Tidak ada kebiasaan budaya banjar
yang mempengaruhi kesehatan keluarga dan keluarga juga tidak pernah berobat
tradisional atau berobat berdasarkan budaya banjar.
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Agama yang di pegang atau di anut keluarga Ny. S seluruhnya agama islam.
Seluruh keluarga selalu menunaikan shalat 5 waktu.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny.S adalah pada tahap keenam yaitu keluarga
dengan anak dewasa atau pelepasan, karena anak pertama sudah bersuami namun
masih tinggal satu rumah dengan Ny. S. dan Ny. K selaku orang tua Ny. S pun
ikut tinggal satu rumah dengan Ny. S.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keempat anak dari Ny.S hanya ada 1 orang anak yang sudah menikah sehingga
keluarga sudah dapat menjalankan tugas perkembangan secara maksimal. Dan
ada 1 orang lansia di dalam keluarga Ny. S yaitu Ny. K yang merupakan Orang
tua Ny. S.
3. Riwayat keluarga inti
Pasangan Ny. S dan Tn. A menikah pada tahun 1995 dan dikaruniai 4 orang anak.
1 orang anak sudah menikah dan menjadi ibu rumah tangga, dan 3 orang anak
belum menikah dan bekerja, serta ada 1 orang lansia di keluarga Ny. S yaitu Ny.
K yang merupakan orang tua Ny. S. Adapun Tn. A sudah meninggal pada 2 tahun
yang lalu. Sehingga Ny. S menjadi Kepala Keluarga. Orang tua Ny.S sering
berpindah rumah ke rumah anak-anaknya yang lain, tetapi lebih sering berada di
rumah Ny. S.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya adalah penyakit Hipertensi, dalam
keluarga Ny.S. Keluarga Ny.S tidak pernah mengalami penyakit menular seperti
TB paru. Keluarga Ny.S tidak ada yang mengalami cacat fisik. Orang tua dari
Ny. S memang memiliki penyakit hipertensi, tetapi Tekanan Darah Ny. S Normal
saja. Anggota keluarga jarang berobat kepelayanan kesehatan dengan alasan
biaya.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Luas rumah 18 x 110 m2. Status kepemilikan rumah saat ini adalah rumah sendiri
milik Ny. S. Rumah yang dihuni sekarang adalah rumah sederhana, berdinding
papan, lantai papan, atap rumah terbuat dari seng, dan berplafon, rumah memiliki
toilet jongkok dengan septitank sendiri, 3 kamar tidur, dapur, ruang tengah dan
ruang tamu.
2. Ventilasi dan penerangan
Luas jendela > 10% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah agak gelap,
ventilasi rumah sedikit, jendela banyak tetapi tidak dibuka untuk keperluan
warung, lantai agak berdebu, tidak ada bau yang kurang enak.
3. Persediaan air bersih
Keluarga memiliki sumber air PDAM sendiri.
4. Pembuangan sampah
Membuang sampah langsung ke TPS.
5. Pembuangan air limbah
Air limbah yang dihasilkan keluarga yaitu air cucian, air memasak dan mandi.
Limbah tidak ditampung, tetapi langsung buang di belakang rumah.
6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki toilet jongkok dan septiktank. Letak toilet jongkok ada di dalam
rumah bagian kiri belakang. Kondisi toilet cukup bersih.
7. Denah Rumah

Warung

Pagar Rumah
Dapur

8. Lingkungan sekitar rumah Garasi

Keluarga memiliki halaman rumah sebagai tempat parkir mobil serta warung
sehingga jalan masuk ke dalam rumah agak sempit. Rumah berada di pinggir
jalan, disebelah rumah keluarga ada cafe dan disamping rumah ada terdapat rawa.
Jarak rumah dengan tetangga ± 2 meter. Suasana rumah ramai karena banyak
orang, agak gelap dan agak panas.
9. Sarana komunikasi dan transportasi
Keluarga memiliki handphone dan memiliki 4 sepeda motor dan 1 mobil.
10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Keluarga memiliki 1 buah TV, kulkas dan kompor gas
11. Fasilitas pelayanan kesehatan
Disekitar tempat tinggal keluarga tidak ada terdapat pelayanan kesehatan. Jarak
antara rumah dan pelayanan kesehatan (puskesmas) adalah sekitar
± 3 km.
D. SOSIAL
1. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong royong dalam
melakukan suatu kegiatan.
2. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.S tinggal menetap dan memiliki kepemilikan rumah sendiri.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul pada sore hari di rumah dan tempat tetangga
berkumpul di warung Ny.S.
4. Sistem pendukung keluarga
Dukungan keluarga Ny.S dengan keluarga besar baik. Setiap acara keluarga semua
keluarga berkumpul bersama.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga adalah bahasa Banjar. Tidak
ada waktu khusus untuk berkumpul dengan keluarga biasanya waktu ada acara
keluarga dan jika ada waktu kosong akan dimanfaatkan untuk berkumpul atau
mengunjungi keluarga yang tidak jauh dari tempat tinggal keluarga Ny.S.
2. Struktur kekuataan keluarga
Anggota keluarga yang berperan mengambil keputusan adalah Ny.S. Keputusan
diambil dengan cara bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota keluarga.
Orang tua dan anak selalu terlibat dalam pengambilan keputusan, namun yang
paling berpengaruh adalah Ny. S.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Ny.S berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah sebagai pedagang
sembako untuk penghasilan utama, dan Ny.S mendapatkan uang pemberian
tambahan dari anak-anaknya. Ny. K selaku orang tua Ny. S
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Ny.K hidup dalam nilai dan norma budaya banjar, yang dimana Ny.S
sebagai kepala keluarga yang membuka warung dan mengurus rumah. Tidak
ada hal-hal budaya yang pasien gunakan untuk berobat dan yang diyakini dan
aturan dikeluarga fleksibel.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain, memiliki dan mendukung.
Persoalan dan masalah dalam keluarga selalu dibicarakan bersama sehingga
tidak memicu terjadinya masalah komunikasi. Maka dari itu keluarga selalu
melakukan komunikasi terbuka. Sehingga tidak ada masalah dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik, sopan
santun, disamping itu sebagai contoh konkrit orang tua selalu berdiskusi dengan
anak-anaknya terhadap suatu masalah yang ada, memandirikan anak agar
memberikan pendapat ataupun masukan, jika itu bisa cukup membantu untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pendapat dari keluarga Ny.S , sehat adalah keadaan dimana tidak ada keluhan
kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari dalam keluarga, sedangkan
sakit adalah saat ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan yang sudah mengganggu aktifitas sehari-hari dan perlu pengobatan
baik tradisional atau medis. Orang tua dari Ny. S yaitu Ny. K mempunyai
kebiasaan memakan makanan yang asin dan dapat mengkonsumsi makanan
yang asin hampir setiap hari karena Ny. S memasak makanan seperti ikan asin
serta sayuran menggunakan penyedap rasa (MSG) dan garam. Peran keluarga
ketika ada keluarga yang sakit ikut merawat dan membantu untuk mengantar ke
pelayanan kesehatan apabila sakitnya parah.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah tidak lagi merencanakan akan menambah anggota keluarga.
Jadi, Ny. S menggunakan KB, serta tidak ada masalah dalam sistem reproduksi.
5. Fungsi Ekonomi
Pendapatan keluarga dipergunakan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
G. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Struktur jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Tidak ada masalah dalam koping keluarga Ny. S. Keluarga Ny.S bersyukur
dengan apa yang telah dimiliki.
b. Stressor jangka panjang
Koping dalam keluarga Ny.S mengeluhkan yaitu kondisi kesehatan yang di
alami.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi dan Stressor
Respon keluarga dalam menghadapi masalah dengan teknik asertif, Sikap
asertif merupakan perilaku seseorang untuk dapat mengemukakan pendapat,
keinginan, perasaan dan keyakinan yang dimilikinya secara langsung, jujur dan
terbuka pada orang lain.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Strategi kompensasi yaitu jika ada masalah keluarga selalu berusaha ditutupi
dengan jalan berunding bersama ataupun berkonsultasi dengan orang yang lebih
tahu serta tidak saling menyalahkan justru saling mendukung satu sama lain.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan yang berat mereka
cenderung berdiskusi dan minta pendapat pada tetangga atau keluarga dekat
sebelum masalah menjadi lebih berat.

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
a. Ny. S
Tidak ada masalah dalam kesehatan, akan tetapi pernah mengalami
kecelakaan tabrak lari yang menyebabkan terkadang lutut menjadi sakit,
dikarenakan setelah tabrakan tidak dibawa ke pelayanan kesehatan,
kecelakaan dialami beberapa tahun yang lalu.
b. Tn. B
Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga maupun masalah kesehatan.
c. Ny. H
Ny. H mengatakan tidak ada masalah kesehatan dan sedang menjalani
program KB.
d. Ny. A
Ny. A mengatakan tidak ada masalah kesehatan.
e. Tn. S
Tn. S mengatakan tidak ada masalah kesehatan.
f. An. F
Ny. H mengatakan anaknya tidak ada mengalami masalah kesehatan.
g. Ny. K
Ny. K mengatakan bahwa kedua orang tuanya tidak ada masalah kesehetan,
akan tetapi kakak tertuanya yang sudah meninggal mengalami masalah
hipertensi.
h. Tn. A
Tn. A sudah meninggal.
2. Keluarga berencana
Ny. S mengakatan tidak menggunakan KB dan mempunyai 4 anak. Tetapi Ny.
H sedang menggunakan KB (Pil) dan mempunyai 1 anak.
3. Imunisasi
Ny. S serta 2 anak pertamanya tidak pernah diimunisasi namun anak ke 3 sudah
pernah di imunisasi lengkap.
4. Tumbuh Kembang
a. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak
Keluarga memiliki anak dengan tumbuh kembang dengan anak usia balita
yaitu anak Ny. H cucu dari Ny.S dan tidak mengalami keterlambatan
tumbuh kembang.
b. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Kembang
Keluarga mengetahui tentang tumbuh kembang pada anak seperti bermain
dengan anak sebayanya.

I. HARAPAN KELUARGA
Ny. S berharap tekanan darah ibunya turun ke angka normal dan berharap
keluarganya sehat selalu.
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
No Pemeriksaan Ny. K Ny.S Tn. A Ny. H Ny. A Tn. S An. F
1 Penampilan Sering pakai Sering pakai Sering pakai Sering Sering Sering memakai Sering memakai
dasteran dasteran baju kaos memakai baju memakai kaos hitam kaos berwarna

warna hitam tidur dasteran


putih
2 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
3 Tanda-tanda
vital
a. Tekanan 170/90 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80mmHg 130/90 mmHg
darah
b. Nadi 88x/menit 79x/menit 81x/menit 90x/menit 90x/menit 90x/menit 90x/menit

c. Respirasi 19x/menit 18x/menit 20x/menit 25x/menit 23x/menit 23x/menit 30x/menit

d. Suhu 36,5ºC 36ºC 36,5ºC 36,5ºC 37ºC 36,6ºC 36,6ºC

e. Berat badan 43 Kg 44 Kg 50 Kg 46 Kg 38 Kg 56 Kg 9 Kg

4 Kepala
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Rambut Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna
hitam putih hitam hitam hitam hitam hitam hitam
c. Kulit kepala

41
Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
normal normal normal normal normal normal normal
5 Mata
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
c. Sclera Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak
ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik
d. Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
kabur normal normal normal normal normal normal

6 Hidung
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
hidung
b. Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman
baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak
ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah
7 Telinga
a. Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris simetris simetris simetris simetris simetris simetris
normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi
b. Fungsi pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
pendengaran nornal nornal nornal nornal nornal nornal nornal

8 Mulut
Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
Bibir tidak Bibir tidak
b. Bibir Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak
kering kering
kering kering kering kering kering
Gigi lengkap Gigi tidak
c. Gigi Gigi kurang Gigi kurang Gigi lengkap Gigi lengkap Gigi lengkap
lengkap
lengkap lengkap

9 Leher
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. JVP Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
JVP JVP JVP JVP JVP JVP JVP
c. KGB Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
KGB KGB KGB KGB KGB KGB KGB
d. Pergerakan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerak gerak gerak gerak gerak gerak gerak
10 Dada
a. Pergerakan Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan
simetris Bunyi simetris Bunyi simetris Bunyi simetris Bunyi simetris Bunyi simetris Bunyi dada simetris
b. Bunyi nafas nafas vesikuler nafas vesikuler nafas vesikuler nafas vesikuler nafas vesikuler nafas vesikuler Bunyi nafas
Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi vesikuler
c. Bunyi S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 Terdapat
jantung bunyi S1 dan
S2
11 Abdomen
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
12x/menit 8x/menit 15x/menit 13x/menit 11x/menit 10x/menit 12x/menit
Ekstrimitas
Tidak ada
12 a. Atas Tidak ada Adanya nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembatasan
pembatasan bagian bawah pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerak
gerak pinggul gerak gerak gerak gerak
b. Pergerakan Pergerakan
normal
Pergerakan Tidak ada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
normal pembatasan normal normal normal normal Tidak ada
c. Bawah gerak pembatasan
Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada gerak
keterbatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerakan di gerak gerak gerak gerak gerak Pergerakan
lutut normal Kuat
d. Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
normal Lemah normal Kuat normal Kuat normal Kuat normal Kuat normal Kuat
e. Kekuataan
otot
K. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
No Daftar Masalah Kesehatan

1 Ancaman

a. Terlalu sering memakan makanan yang asin dan menggunakan


penyedap rasa (MSG) dan garam dapat menyebabkan TD meningkat
sehingga terjadinya hipertensi
b. Terlalu sering memakan buah-buahan yang asam sehingga
menyebabkan diare
c. Sering mandi tengah malam
d. Kurang beraktivitas lebih banyak berdiam diri dirumah
e. Jendela rumah tertutup yang membuat suasana rumah menjadi pengap
dan gelap
2 Kurang/Tidak Sehat

a. Ny. K menderita tekanan darah yang tinggi (hipertensi)


b. Ny. K memiliki riwayat penyakit diare
c. Ny. K makan suka memakan makanan yang asin
d. Ny. S memasak menggunakan penyedap rasa (MSG) dan garam
3 Defisit

Ny. K jarang berobat ke puskesmas, lebih memilih pengobatan tradisional


seperti meminum minuman jamu

L. PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


No Kriteria Pengkajian

1. Mengenal masalah Pengetahuan keluarga tentang penyakit


cukup baik. Keluarga juga menyatakan
cemas dengan penyakit hipertensi yang
di derita Ny. K, tetapi apabila pusing
sudah terbiasa hanya membeli obat di
toko atau di warung
saja, dan Ny. S tidak berani

46
meminum obat hipertensi dan tidak
pernah memeriksakan
diri kepelayanan
kesehatan
2. Mengambil keputusan yang Kebiasaan yang sudah tertanam di
tepat dalam keluarga, jika penyakit yang
diderita dirasa tidak terlalu
mengganggu, keluarga memilih obat
warung, namun saat penyakit dirasakan
sangat sudah parah barulah keluarga
mencari pertolongan terhadap tenaga
kesehatan.

3. Merawat anggota keluarga yang Keluarga Ny. S mengatakan sudah


sakit atau punya masalah mengetahui bagaimana cara merawat
anggota yang sakit. Akan tetapi Ny. K
sulit untuk diberikan arahan kalau
makanan yang asin dapat memicu
timbulnya tekanan
darah tinggi.
4. Memodifikasi lingkungan Keluarga memodifikasi lingkungan
dengan cara membersihkan
halaman rumah agar tetap bersih.
5. Memanfaatkan sarana Keluarga Ny. S kurang menggunakan
kesehatan fasilitas kesehatan (POSKESDES) dan
merasa kesehatan keluarga baik-baik
saja, namun ketika sakit parah baru
ke
puskesmas.
M. DAFTAR MASALAH
No Data Problem Etiologi

1. Data Subyektif : Perilaku kesehatan Ketidakmampuan


cenderung beresiko keluarga dalam
- Ny. K menyatakan
merawat keluarga
memiliki riwayat
yang sakit
hipertensi sejak tahun
2005
- Ny. K mengalami
nyeri pada kaki karena
terpeleset
- Ny. S menyatakan
mengetahui makanan
yang menyebabkan
terjadinya hipertensi
tetapi Ny. K tetap
memakan makanan
tersebut.
- Ny. S menyatakan
masih menggunakan
penyedap rasa (MSG)
dan garam.

Data obyektif:
- Ny. S tahu saat
ditanya tentang
penyebab, tanda dan
gejala hipertensi
- Keluarga kurang tahu
saat ditanya tentang
bagaimana diet yang
baik bagi
hipertensi
- Keluarga masih
mengkonsumsi
makanan yang tinggi
kandungan garam
dan penyedap rasa.
- TD: 170/90 mmHg
- Nadi: 90x/mnt
- Suhu: 36,5 ºc
- Respirasi: 23x/mnt
2. Data Subyektif: Ketidakefektifan Pendidikan rendah,
- Keluarga menyatakan managemen kurangnnya terpapar
jarang kesehatan informasi kesehatan
memeriksakan
kesehatan dipelayanan
kesehatan karena
lebih memilih
menunggu tenaga
kesehatan melakukan
pemeriksaan kerumah

Data obyektif:
- Anggota keluarga
tidak mampu
menjelaskan tentang
obat-obatan
- Pola makan Ny. K
tidak sehat
- Ny. S (TD : 170/90
mmHg)
- Tekanan darah Ny.
K diatas batas
normal
3. Data Subyektif : Hambatan Kurang pengetahuan
- Keluarga mengatakan pemeliharaan rumah tentang pemeliharaan
jika rumah
rumahnya
berhamburan
dikarenakan ada
anak kecil

Data Obyektif :
- Tipe bangunan
rumah tidak
permanen dengan
lantai kayu
- Keadaan rumah
secara umum
terlihat berantakan,
pengap dan gelap,
salah satu kamar diisi
dengan barang barang
jualan
- Kondisi Kasur
terlihat berantakan
dan tidak
menggunakan sprei
- Ventilasi hanya ada 1
yaitu melalui pintu
utama, karena jendela
tidak bisa dibuka
- Kondisi perabot
dirumah kurang
teratur
Skoring

Diagnosa 1

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat 3 . 2/3x1=2/3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Dengan mudah 2 1/2x2=1
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
 Tinggi 3 2/3x1=2/3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera 2 2/2x1=1
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3,4
Diagnosa 2

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat 3 2/3x1=2/3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Dengan mudah 2 1/2x2=1
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
 Tinggi 3 1/3x1=1/3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera 2 2/2x1=1
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3
Diagnosa 3

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat 3 2/3x1=2/3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Dengan mudah 2 1/2x2=1
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
 Tinggi 3 1/3x1=1/3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera 2 1/2x1=1/2
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3,1
N. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA INTEGRASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN NANDA/INCP, NOC, NIC
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Data
kode Diagnosa Kode Hasil kode Intervensi
1. Data Subyektif : 00188 Perilaku kesehatan Keluarga mampu mengenal 7560 - Mengunjungi fasilitas
cenderung beresiko masalah kesehatan kesehatan
- Ny. K menyatakan memiliki
b/d 1803 - Pengetahuan kesehatan
riwayat hipertensi sejak tahun
Ketidakmampuan 1602 - Pengetahuan tentang proses 5606 - Pengajaran: individu
2005
keluarga dalam penyakit
- Ny. K mengalami nyeri pada
merawat keluarga 1603 - Perilaku peningkatan 5602 - Pengajaran: proses
kaki karena terpeleset
yang sakit kesehatan penyakit
- Ny. S menyatakan mengetahui
Keluarga mampu 7140 - Dukungan keluarga
makanan yang menyebabkan
memutuskan tindakan dan
terjadinya hipertensi tetapi Ny.
keyakinan keluarga untuk 1120 - Terapi nutrisi
K tetap memakan makanan
meningkatkan atau 1160 - Monitor nutrisi
tersebut.
memperbaiki kesehatan:
- Ny. S menyatakan masih
1606 - Berpartisipasi dalam
menggunakan penyedap rasa
memutuskan perawatan
(MSG) dan garam.
kesehatan

54
Data obyektif: 1622 - Perilaku kepatuhan: diet
- Ny. S tahu saat ditanya tentang yang dianjurkan/menyiapkan
penyebab, tanda dan gejala diet dengan tepat
hipertensi
- Keluarga kurang tahu saat
ditanya tentang bagaimana diet
yang baik bagi hipertensi
- Keluarga masih
mengkonsumsi makanan yang
tinggi kandungan garam dan
penyedap rasa.
- TD: 170/90 mmHg
- Nadi: 90x/mnt
- Suhu: 36,5 ºc
Respirasi: 23x/mnt
2. Data Subyektif : 00098 Hambatan 1910 - Keamanan lingkungan 7140 - Dukungan keluarga
- Keluarga mengatakan jika pemeliharaan rumah 7180 - Bantuan pemeliharaan
rumahnya berantakan rumah b/d kurang 2009 - Status kenyamanan: rumah
dikarenakan ada anak kecil pengetahuan lingkungan
tentang
Data Obyektif : pemeliharaan
- Tipe bangunan rumah tidak rumah
permanen dengan lantai kayu
- Keadaan rumah secara umum
terlihat berantakan, pengap dan
gelap, salah satu kamar diisi
dengan barang barang jualan
- Kondisi Kasur terlihat
berantakan dan tidak
menggunakan sprei
- Ventilasi hanya ada 1 yaitu
melalui pintu utama, karena
jendela tidak bisa dibuka
- Kondisi perabot dirumah
kurang teratur

3. Data Subyektif: 00080 Ketidakefektifan Keluarga mampu mengenal 5510 - Pendidikan kesehatan:
- Keluarga menyatakan jarang manajemen masalah tentang mengajarkan proses
memeriksakan kesehatan kesehatan b/d penyakit yang dialami
dipelayanan kesehatan Pendidikan pengetahuan dan perilaku 5602 - Pengajaran: proses
karena lebih memilih menunggu rendah, kesehatan penyakit
tenaga kesehatan melakukan kurangnnya 1602 - Pengetahuan: proses 5614 - Pengajaran: diet yang
pemeriksaan kerumah terpapar penyakit tepat / dianjurkan
informasi 1808 - Pengetahuan: 7040 - Dukungan pemberi
Data obyektif: kesehatan pengobatan perawatan
- Anggota keluarga tidak mampu 1802 - Pengetahuan: anjuran 7140 - Dukungan keluarga
menjelaskan tentang obat-obatan pengaturan diet 7560 - Mengunjungi fasilitas
- Pola makan Ny. K tidak sehat 2609 - Dukungan keluarga kesehatan
- Ny. S (TD : 170/90 mmHg) selama pengobatan 5616 - Pengajaran pengobatan
- Tekanan darah Ny. K diatas 1813 - Pengetahuan: regimen yang ditentukan/dianjurkan
batas normal pengobatan - Konsultasi
Keluarga mampu 7910 - Penkes: proses penyakit
memanfaatkan fasilitas 5510
kesehatan
1806 - Pengetahuan tentang
sumber Kesehatan
1603 - Perilaku mencari
pelayanan kesehatan
O. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa TTD
No. Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
1. 12 Juni 2021 Perilaku kesehatan - Memberikan motivasi S:
cenderung beresiko b/d kepada keluarga dan pasien - Ny. K mengatakan bahwa dia
Ketidakmampuan keluarga agar mereka mau mengunjungi memiliki riwayat hipertensi
dalam merawat keluarga fasilitas sejak 15 tahun yang lalu
yang sakit kesehatan untuk - Ny. K dan keluarga mampu
memeriksakan diri menyebutkan makanan yang
- Memberikan motivasi dapat memicu terjadinya
kepada pasien dan keluarga hipertensi
untuk selalu menjaga - Ny. K dan keluarga mengatakan
kesehatan dengan cara bahwa dia masih suka
menjaga pola makan dan pola memakan makanan yang
hidup yang sehat banyak mengandung garam
- Melakukan pendidikan seperti ikan asin.
kesehatan tentang proses - Ny. K mengatakan bahwa dia
terjadinya penyakit sudah jarang mengonsumsi
hipertensi dan cara untuk
menghindari kembalinya makanan yang berlemak
hipertensi seperti santan
- Memberikan edukasi
tentang terapi yang dapat O:
menurunkan tekanan darah - Ny. K dan keluarga sudah
- Menganjurkan keluarga dan mampu menyebutkan
pasien agar menghindari pengertian, penyebab dan tanda
makanan ataupun minuman gejala dari hipertensi
yang dapat memicu - Keluarga sudah mampu
meningkatkan tekanan darah menyebutkan makanan yang
dapat memicu hipertensi
- Ny. K masih suka memakan
makanan yang asin
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR : 21 x/menit
- 360C

A:
Masalah teratasi Sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2. 12 Juni 2021 Hambatan pemeliharaan - Memberikan informasi kepada S :
rumah b/d kurang pasien dan keluarga tentang - Pasien dan keluarga mampu
pengetahuan tentang bagaimana cara membuat menyebutkan cara membuat
pemeliharaan rumah rumah menjadi aman dan rumah menjadi aman dan bersih
bersih - Keluarga mengatakan bahwa
- Menentukan kebutuhan selalu berpartisipasi dalam
pemeliaraan rumah memutuskan suatu
- Menganjurkan kepada masalah/kebutuhan
keluarga dan pasien untuk - Keluarga mengatakan bahwa
menghilangkan bau yang tidak mau terlibat dalam
enak pemeliharaan rumah
- Melibatkan pasien dan
keluarga dalam O:
memutuskan kebutuhan - Keluarga mulai merapikan
- Melibatkan keluarga dalam barang yang berantakan
pemeliharaan rumah
- Keluarga melakukan bersih-
bersih dilingkungan sekitar
rumah
- Keluarga mencari cara agar bisa
menghilangkan bau yang tidak
enak

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
3. 12 Juni 2021 Ketidakefektifan manajemen - Memberikan edukasi S:
kesehatan b/d Pendidikan tentang hipertensi, seperti - Pasien dan keluarga
rendah, pengertian, penyebab, dll. mengatakan bahwa jarang
kurangnnya terpapar - Memberikan motivasi memeriksakan diri
informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga kepelayanan kesehatan
untuk mengunjungi fasilitas karna lebih memilih
kesehatan untuk berobat tradisional
memeriksakan diri secara rutin O:
- Memberikan edukasi - Pasien dan anggota
kepada pasien dan keluarga keluarga tidak bisa
mengenai diet yang tepat menjelaskan tentang
untuk mencegah obat-obatan untuk
kekambuhan penyakit penderita hipertensi
hipertensi yang diderita - TD : 160/100 mmHg
- Memberitahukan kepada - Tekanan darah Ny. K
keluarga agar selalu masih diatas batas normal
memberikan dukungan kepada
salah satu anggota A :
keluarganya yang sedang sakit Masalah belum teratasi
- Menganjurkan kepada pasien
dan keluarga agar melakukan P :
konsultasi Intervensi dilanjutkan
tentang kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di


dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal
(Triyanto,2014).
Pembahasan asuhan keluarga ini dimulai dari tahapan-tahapan seperti yang ada
dalam proses keperawatan, yaitu pengkajian, intervensi, implementasi, evaluasi dan
dokumentasi.
Tujuan dilkaukan pembahasan dalam kasus ini adala untuk mengupas kembali
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkannya dengan tinjauan
pustaka pada BAB II, hal ini dilkukan karena respon setiap manusia terhadap suatu
masalah berbeda-beda.
Asuhan keperawatan keluarga ini kelompok melakukan kunjungan sebanyak 3
kali dalam 2 minggu, kunjungan pertama dimulai dari meminta persetujuan kepada
keluarga untuk dikelola serta membina hubungan saling percaya, kunjungan kedua
melakukan pengkajian keluarga, kunjungan ketiga menentukan rencana keperawatan atau
intervensi tentang penggunaan terapi komplementer terhadap penyakit Hipertensi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data yang
ada pada keluarga mengingat begitu pentingnya pengkajian maka diharapkan
perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat bantu, dan format
pengkajian yang digunakan.
Secara teori menurut Widjadja (2009) etiologi hipertensi ini terbagi menjadi
dua yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder, da nada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit hipertensi antara lain
usia, jenis kelamin, keturunan, kegemukan, kurang olahraga, konsumsi garam
berlebih, stress, dan merokok. Dengan bertambahnya usia, resiko terkena hipertensi
lebih tinggi. Ny. K memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu sampai
sekarang. Ny. S suka

63
memakan makanan yang asin karena Ny. K suka memasak menggunakan penyedap rasa
(MSG) dan garam.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kumpulan pernyataan, urayen dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status
kesehatan mulai dari potensi, resiko tinggi sampai dengan masalah actual. Etiologi
dari diagnose keperawatan keluarga diambil dari 5 tugas keluarga, maka kesenjangan
antara teori dan kasus yang dijumpai pada keluarga Ny.S berikut ini kelompok akan
membahas setiap masalah.
Diagnose keperawatan secara tipologi dalam teori dapat dibedakan menjadi
3 yait. Aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Resiko tinggi adalah masalah
keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah kesehatan
actual yang dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapatkan bantuan
perawat. Potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. Sedangkan diagnosa yeng
ditemukan pada kasus keluarga Ny. K yaitu ketidakefektifan managemen kesehatan,
perilaku kesehatan cenderung beresiko dan hambatan pemeliharaan rumah.
1. Ketidakefektifan managemen kesehatan
Menurut IPKKI, 2017 dan Nanda, 2018. Ketidakefektifan managemen
kesehatan adalah pola mengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses
keluarga, suatu program untuk mengobati penyakit dan sekuelnya yang tidak
memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu dari unit keluarga.
Berdasarkan data yang didpat keluarga jarang memeriksakan kesehatan
dipelayanan kesehatan karena keluarga mengobati sendiri dan keluarga akan
membawa anggota keluarga kepelayanan kesehatan apabila sakit parah karena
keluarga tidak memaksimalkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk
berobat.
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
Menurut IPKKI, 2017 dan Nanda, 2018. Perilaku kesehatan
cenderung beresiko adalah hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup
atau periaku dalam cara yang memperbaiki tingkat
kesejahteraan dengan batasan karakteristik mengurangi perubahan status
kesehatan, tidak menerima perubahan status kesehatan, gagal melakukan
tindakan mencegah masalah kesehatan. Berdasarkan data yang muncul Ny. S
memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2016, Ny. K menderita LBP sejak 1
bulan yang lalu, An. K menderita demam typoid sejak 2 tahun yang lalu dan 2
bulan yang lalu kambuh kembali, Ny. S menyatakan mengetahui makanan yang
menyebabkan terjadinya hipertensi tetapi Ny. S tetap memakan makanan
tersebut, Ny. S masih menggunakan penyedap rasa (MSG) dan garam sehingga
menjadikan hal tersebut sebagai ancaman masalah kesehatan.
3. Hambatan Pemeliharaan Rumah
Hambatan pemeliharaan rumah adalah ketidakmanpuan untuk secara
mandiri mempertahankan lingkungan yang aman dan menunjang pertumbuhan.
Berdasarkan data keluarga mengatakan jika rumahnya berhamburan
dikarenakan ada anak kecil untuk situasi rumah tipe bangunan rumah tidak
permanen dengan lantai kayu, Keadaan rumah secara umum terlihat berantakan,
pengap dan gelap, salah satu kamar diisi dengan barang barang jualan,Kondisi
Kasur terlihat berantakan dan tidak menggunakan sprei, Ventilasi hanya ada 1
yaitu melalui pintu utama, karena jendela tidak bisa dibuka Kondisi perabot
dirumah kurang teratur.

C. Intervensi Keperawatan
Perenanaan yang pertama adalah penapisan masalah yang perlu diperhatikan
adalah kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk diubah, potensi
masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Secara teori sifat masalah terbagi
menjadi 3 yaitu actual dengan nilai 3, resiko dengan nilai 2, potensi dengan nilai 1
dan bobot dengan nilai 1. Namun keluarga Ny. S ada diagnosa keperawatan actual
ketidakefektifan manajemen kesehatan dan potensi, perilaku kesehatan cenderung
beresiko dan hambatan pemeliharaan rumah. Intervensi yang bisa dilakukan sesuai
dengan teori pengendalian hipertensi menurut Ardiansyah (2012) yang menyatakan
bahwa degan promosi kesehatan, preventif, kuratif diharapan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup sehat dalam
perawatan serta pencegahan hipertensi. Intervensi yang dapat dilakukan kepada Ny.
K
adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang Hipertensi, penerapan diet,
hipertensi manajemen, pengobatan dan menganjurkan pasien dan keluarga untuk ikut
berpartisipasi dalam membantu merawat anggota keluarga. Selain itu, pendidikan
kesehatan juga diberikan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan anggota
keluarga lain dalam hal mencegah timbulnya penyakit atau penurunan status
kesehatan.

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Pelaksanaan secara teori yaitu berdasarkan pelaksanaan yang mengacu
pada rencana keperawatan yang dibuat, pelaksanaan dilakukan dengan tetap
mempertahankan prioritas masalah, dan kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial,
motivasi dan sumber-sumber pendukung lainnya. Pelaksanaan yang dibuat pada kasus
tidak ada perbedaan dengan yang ada pada teori.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menjelaskan pengertian,
penyebab, tanda dan gelaja dari hipertensi, memotivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali pengertian, penyebab, tanda dan gelaja dari hipertensi. Penerapan terapi
penurunan hipertensi yang dianjurkan kepada Ny. K untuk menurunkan tekanan darah
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh wenny azdia, dkk (2020) tentang
pengaruh rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Seledri (Apium graveolens) dikatakan memiliki kandungan Apigenin
yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat
mengendurkan otot- otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang
mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan
mengurangi tekanan darah. Seledri diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat
menurunkan tekanan darah yaitu ''apiin'' dan manitol yang berfungsi seperti diuretik.
Daun seledribanyak mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk
menambah jumlah air kencing.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan keluarga.
Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai
yang ditetapkan dalam tujuan direncanakan keperawatan.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan somatif. Evaluasi
formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan secara kontrak pelaksanaan. Evaluasi sumatif bertujuan
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnose pada saat melakukan
evaluasi terhadap masalah keluarga Ny. S menggunakan evaluasi formatif dan
somatif, dimana evaluasi formatif diharapkan pada pencapaian tujuan khusus.

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat seluruh
data yang dibutuhkan untuk menentukan keperawatan, perencanaan, tidakan
keperawatan dan penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan
dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hokum.
Pendokumentasian pada keluarga Ny. S selama 2 minggu dibagi dalam 4 kali
pertemuan. kunjungan pertama dimulai dari meminta persetujuan kepada keluarga
untuk dikelola serta membina hubungan saling percaya, kunjungan kedua melakukan
pengkajian keluarga, kunjungan ketiga menentukan rencana keperawatan atau
intervensi tentang penggunaan terapi komplementer terhadap penyakit Hipertensi,
keempat melakukan implementasi dan evaluasi terhadap penyakit hipertensi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah secara abnormal yang dimana peningkatan tersebut terjadi secara terus-
menerus. Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga kegiatan yang dilakukan
yaitu pengkajian pada keluarga, perumusan diagnose keperawatan keluarga dan
menyusun intervensi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga.
Hipertensi dapat ditangani secara farmakologi dan non farmakologis.
Penanganan non farmakologis dilakukan dengan penerapan gaya hidup sehat dan
terapi rendam kaki menggunakan air hangat. Terapi rendam kaki menggunakan
rendam air hangat dengan suhu 38-400C diatas mata kaki yang dilakukan selama 25-
30 menit selain dapat menurunkan tekanan darah terapirendam kaki juga dapat
meringankan nyeri sendi, menurunkan ketegangan otot, melebarkan pembuluh
darah, membunuh kuman, menghilangkan baud an juga dapat meningkatkan kulitas
tidur.

B. Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga mahasiswa atau perawat hendaknya tetap mempertahankan
dan mengupayakan pendekatan keluarga yang optimal dan diharapkan untuk
mahasiswa dalam melakukan npemberian asuhan keperawatan pada keluarga dapat
menyesuaikan dengan tahap perkembangan keluarga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Angesti, A. N., Triyanti & Sartika, R. A. D. 2018. Riwayat Hipertensi Keluarga Sebagai
Faktor Dominan Hipertensi pada Remaja Kelas XI SMA Sejahtera 1 Depok
Tahun 2017. Buletin Penelitian Kesehatan. 46(1):1–10.
Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses Mei 2018 Dari
https://health.detik.com/berita-
detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789- sebut-kasus- hipertensi-di-
indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html

Arista. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Skripsi.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negri semarang. Austriani. 2008. Risiko
Perilaku Perawatan Diri Pasien Hipertensi Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Pada Pasien Hipertensi. Skripsi.
Airlangga University Library. Surabaya
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2019. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018. In Riset Kesehatan Dasar 2018 (p. 674).
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan- risetkesehatan-dasar-riskesdas/

Dafriani, P. 2019. Pendekatan Herbal Dalam Mengatasi Hipertensi. Padang: CV.


Berkah Prima.

Dharnidharka, V. R & Anyaegbu, E. I. 2014. Hypertension in the Teenager. Elsevier


Inc. 61(1): 131-151.
Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Kendari: Dinkes Sultra

Friedeman., Mulyadi, B., Nurdin, Y., & Mahathir, M. 2019. Pengaruh Pemberian
Akupresur oleh Anggota Keluarga terhadap Tingkat Nyeri Pasien Nyeri Kepala
(Chephalgia) di Kota Padang Panjang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 19(3), 714. https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i3.772

Friedman, E. B., Susilo, A. J., & Pranata, A. E. 2014. Perbedaan Tingkat Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Tindakan Akupresur Pada Penderita Hipertensi
Lansia di PSLU Puger Kabupaten Jember. 154–160.

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta
: Kemenkes RI; 2014.
Kurnianingtyas, B. F, Suyatno, Kartasurya M. I. 2017. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi
Pada Siswa Sma Di Kota Semarang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
5(2): 70–7.
Maghfiroh, D., Kusuma, F. H. D & Adi C. R. 2018. Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Dengan Diet Rendah Garam Di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas
Wagir Kabupaten Malang. Nursing News. 3(1): 431-438.

Majid, A. 2017. Asuhan Pada Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mubarak,ddk R. I. W. 2012. Akupresur untuk Berbagai Penyakit. Rapha Publishing.

Nanda. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Nuraini B. 2015. Risk Factors of Hypertension. J Major. 4(5).
Nurarif & Kusuma. 2015. Terapi Komplementer Akupresure. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

P2PTM Kemenkes RI. (2019, Mei 13). Faktor risiko penyebab Hipertensi.

Puspitasari, A. A. 2018. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Usia 20-44 Tahun Di
Puskesmas Kawatuna Kota Palu. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan. 2(2): 67-70.
Rahmayani, S. T. 2019. Faktor-faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55
Tahun Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD 45 Kuningan. Syntax Idea. 1(4):
100-111.
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI

Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas . Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Setiadi. 2019. Pengaruh Terapi Akpresur pada Titik Hegu, Titik Zusanli dan Titik
Fengchi terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia Hipertensi di
Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.
http://eprints.unipdu.ac.id/1724/

Smeltzer, B. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: nuha medika.


Soenarta, A. A. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta, Indonesia: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia.

Sundari, L & Bangsawan, M. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi. Jurnal Keperawatan. 11(2): 216-223.
Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.

Triyanto, Endang. 2016. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, Wajan. 2017. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Widyanto FC & Tribowo C. 2016. Trend Disease. Jakarta: Trans Info Media World

Health Organization (WHO). 2015. A Global Brief on Hypertension: Silent


Killer, Global Public Health Crisis.
World Health Organization (WHO). 2018. Global Health Estimates 2016: Deaths by
Cause, Age, Sex, By Country and By Region, 20002016. Geneva: World
Health Organization.
Yuliani, H., dkk. 2016. Gambaran Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur dan
Stress dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(4): 387- 393.
LAMPIRAN
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA
DI RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya)


Sub pokok bahasan : Memperkenalkan diri kepada klien serta menjelaskan
maksud dan tujuan.
Waktu/durasi : 30 Menit
Tempat : Rumah Ny.S di Rt.30 Keluarahan Pemurus Luar
Hari/ tanggal : Selasa, 08 Juni 20211
Waktu pelaksanaan : 16.00-selesai

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar dapat
bertahan hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain, maka butuh
komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat mempengaruhi
perilaku dan sikap seseorang. Pada proses keperawatan, komunikasi menjadi sangat
penting karena merupakan faktor penentu dalam keberhasilan memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
Keluarga merupakan sub pelayanan komunitas sebagai system sosial yang
bersifat unik dan dinamis. Memberikan alasan mengapa keuarga
menjadipentingkarena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan
seperti individu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya.
C. Metode pelaksanaan
Fokus Group Discussion (FGD)

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny. S
Target : Ny. K (80th)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Alat tulis

F. Strategi pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 08 Juni 2021
Waktu : 30 menit
NO. TAHAP KEGIATAN
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 Menit) 2. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
(20 menit)
3. Terminasi 1. Kontrak kemali untuk hari berikutnya
(5 Menit) 2. Salam penutup

G. Setting tempat

: Keluarga Binaan

: Mahasiswa
H. Kriteria Evaluasi
1. Ealuasi Struktur
a. Menyampaikan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
2. Evaluasi proses
a. Keluarga mampu menyambut kedatangan sesuai dengan kontrak yang
disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
b. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa

Lampiran foto kunjungan pertama


PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA
DI RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Pengkajian Fisik


Sub pokok bahasan : Mengkaji Seluruh Anggota Keluarga
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ny.S
Hari/ tanggal : Kamis, 10 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai

A. Latar Belakang
Keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan atau hubungan sedarah atau hasil adopsi , anggota tinggal bersama dalam
satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta
mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai
keunikan tersendiri.

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu


proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien (). Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam meberikan asuhan keperawatan sesai dengan kebutuhan individu
(klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan
kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana
yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing
Association (ANA). Tahap pengkajian dapat menggunakan metode
:Wawancara, Observasi/pengamatan, Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga, serta
Data sekunder/studi dokumentasi.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai tugas di


bidang kesehatan adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-
tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya,
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan pengkajian kepada seluruh keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji Data Umum keluarga
b. Mengkaji riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Mengkaji lingkungan
d. Mengkaji sosial
e. Mengkaji struktur keluarga
f. Mengkaji fungsi keluarga
g. Mengkaji stress dan koping keluarga
h. Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
i. Mengkaji harapan keluarga
j. Mengkaji pemeriksaan fisik keluarga
k. Menentukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjut nya

C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target Sasaran


: Keluarga Ny.S Target :
Ny.K (80 Tahun)
E. Media dan Alat
1. Stetoskop
2. Spygmomanometer
3. Thermometer
4. Jam Tangan

F. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Kamis, 10 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2 Interaksi 1. Mengkaji keluarga
(20 menit)
3 Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 2. Salam penutup

G. Setting Tempat

Keterangan :
: Mahasiswa

: Ny. M

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali masalah yang dialami keluarga
Lampiran foto kunjungan
PRE PLANNING KUNJUNGAN 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
NY.S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA
DI RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Menetapkan Intervensi asuhan keperawatan keluarga Sub


pokok bahasan : Penyampaian dan mendiskusikan dengan keluarga
tentang rencana yang akan dilakukan pada saat implementasi
serta menentukan kegiatan yang dapat dilakukan bersama
untuk menangani masalah yang ditemukan setelah
pengkajian pada keluarga selama melakukan asuhan
keperawatan keluarga.
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ny. K Wilayah Di wilayah Pramuka gg. arraudah
Rt.30 Rw,002
Hari/ tanggal :Sabtu, 12 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 14.00 WITA – Selesai

A. Latar Belakang
Perencanaan asuhan keperawatan bersifat individualistik dan responsif
terhadap kebutuhan unik pasien. Tujuannya adalah menyusun strategi untuk
mengatasi hambatan atau masalah pasien. Perawat secara teratur meninjau kemajuan
pasien dan merevisi rencana perawatan yang sesuai kebutuhan pasien (Choi & De
Gagne, 2016).
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas adalah berorientasipada
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan manajemen
krisis. Dalam menyusun perencanaan keperawatan kesehatan komunitas melalui
menetapkan prioritas, menetapkan sasaran, menetapkan tujuan menetapkan rencana
intervensi (riasmini, permatasari, chairani, astuti, muara ria, & handayani, p. 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dan mahasiswa dapat menetapkan intervensi asuhan
keperawatan keluarga dalam penanganan masalah hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu menentukan intervensi untuk penanganan
hipertensi.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi penaganan
hipertensi.
c. Keluarga dan mahasiswa menentukan kontrak waktu untuk pertemuan yang
ke 4

C. MetodePelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny.S
Target : Ny. K (80tahun)

E. Media
1. Spygmomanometer
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. Alat tulis

F. StrategiPelaksanaan
Hari/ tanggal : Sabtu, 12 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 15.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi ( 1. Menyampaikan salam
5 menit ) 2. Mengulangi kontrak yang telah disepakati
3. Menjelaskan tujuan
4. Apersepsi.
5. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
( 30 menit ) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang telah
didiskusikan
9. Memberikan reinforcement positifatas
jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
( 5 menit ) 2. Salam penutup

G. Setting Tempat

Keterangan :
: Mahasiswa

: Ny. K

H. KriteriaEvaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan
3. Evaluasi hasil
a. Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan mendatang pada
hari yang telah ditentukan.

Lampiran foto kunjungan


PRE PLANNING KUNJUNGAN 4
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.
S DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 4
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
NY.S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA
DI RT.30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Implementasi


Sub pokok bahasan : Implementasi inilah yang nantinya akan menentukan apakah
masalah di dalam keluarga dapat terselesaikan atau tidak.
Dalam menentukan implementasi bisa disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang telah
ditetapkan

Waktu/durasi : 30 Menit
Tempat : Rumah Ny.S Di RT.30 Kelurahan Pemurus Luar
Hari/ tanggal : Sabtu, 12 Juni 2021
Waktu pelaksanaan : 14.00 WITA - selesai

A. Latar belakang
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses keperawatan
implementasi, inilah yang menentukan apakah masalah dalam keluarga dapat teratasi
atau tidak. Dalam menentukan implementasi disesuaikan dengan masalah keperawatan
yang muncul dan intervensi yang telah ditetapkan.

Hipertensi adalah dimana kondisi seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah secara abnormal dimana peningkatan tersebut terjadi secara terus-menerus
(Maghfiroh, dkk., 2018). Seseorang akan ditanyakan menderita hipertensi apabila saat
dilakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya melewati nilai batas normal dari
tekanan darah, hasilnya melewati nilai batas normal dari tekanan darah yaitu 140/90
mmHg (Majid, 2017)

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Juni 2021 jam : 14.00 WITA
pada keluarga didapatkan data bahwa Ny. K mengalami hipertensi. Keluhan yang
dirasakan Ny. K adalah nyeri pada bagian kaki akibat terpeleset dan diare selama 2
hari karna memakan buah-buahan yang asam.
Dengan adanya masalah diatas maka perlu dilakukan tindakan keperawatan
berupa pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi agar keluarga bisa mengambil
keputusan dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diharapkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat mengetahui masalah penyakit hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk penderita
hipertensi
e. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat untuk
mengatasi masalah hipertensi

C. Metode Pelaksanaan
Fokus Group Discussion (FGD)

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny. S
Target : Ny. K (80th)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. Alat tulis
F. Strategi Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Sabtu, 12 Juni 2021
Pukul Pelaksanaan : 30 menit
NO TAHAP KEGIATAN
.
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan alasan
(5 Menit) 4. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
5. Menjelaskan tujuan
6. Apersepsi
7. Memberika reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
(30 menit) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
3. Terminasi ( 5 Menit) 1. Kontrak kenali untuk hari berikutnya
2. Salam penutup
G. Setting Tempat

: Keluarga
Binaan

: Mahasiswa

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang di sepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan
3. Evaluasi Hasil
Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan mendatang pada
hari yang telah ditentukan.
Lampiran foto kunjungan
PRE PLANNING KUNJUNGAN 5
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.
S DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 5
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
NY.S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA
DI RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Evaluasi


Sub pokok bahasan : Evaluasi hasil setelah melakukan Implementasi kepada
keluarga binaan
Waktu/durasi : 30 Menit
Tempat : Rumah Ny.S di Rt.30 Keluarahan Pemurus Luar
Hari/ tanggal : Selasa, 15 Juni 20211
Waktu pelaksanaan : 16.00-selesai

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
keperawatan dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan untuk memonitor
yang terjadi selama tahap pengkajian, perencanaan maupun implementasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2013).
Tahap evaluasi memungkinkan perawat dalam memonitor apa
yangterjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan asuhan keperawatan keluarga secara optimal dan
berkualitas
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan keluarga
b. Menyatakan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai

C. Metode pelaksanaan

Ceramah dan Tanya jawab


D. Sasaran Dan Target
Sasaran : Keluarga Ny. S
Target : Ny. K (80th)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Alat tulis

F. Strategi pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 15 Juni 2021
Waktu : 30 menit
NO. TAHAP KEGIATAN
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan salam
(5 Menit) 4. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
5. Menjelaskan tujuan
6. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 2. Menanyakan keluhan keluarga
(20 menit) 3. Menanyakan progres terhadap
penyakit
4. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
5. Menanyakan kembali hal-hal
yang didiskusikan bersama
6. Melakukan pengukuran tekanan darah
7. Memberikan reinforcement positif
atas jawaban keluarga yang benar
3. Terminasi 3. Memberikan pujian dan mengucapkan
(5 Menit) terimakasih
4. Salam penutup
G. Setting tempat

: Keluarga Binaan

: Mahasiswa

H. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan pre planning
2. Kontrak waktu dengan keluarga.
3. Menyiapkan media.
b. Evaluasi Proses
1. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
2. Keluarga memperhatikan terhadap materi yang disampaikan
3. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
4. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.

Lampiran foto dokumentasi


97
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

PENGARUH REBUSAN DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI
Wenny Lazdia1,Widia Afdilatul Rahma2,Anggi Sakinah Lubis3,Tuti Sulastri4
1Program Studi Ilmu Keperawatan, 2Ilmu Kesehatan Masyarakat, 3,4Fisioterapi
Email Corresponding:
[email protected]

Info Artikel Abstract


Masuk: 19 Februari 2020 Hypertension is known as a "silent killer". Hypertension is a major
Review: 9 Agustus 2020 risk factor for cardiovascular disease which is a leading cause of
Diterima: 11 Agustus 2020 death worldwide. Aside from being a famous kitchen herb, the
popularity of celery leaves as an herbal is undoubtedly. Factors
associated with hypertension are genetic factors, age, sex, obesity,
salt intake, smoking habits and physical activity. Individuals with a
family history of hypertension have a 2 times greater risk of
Keywords:
suffering from hypertension than people who do not have families
celery leaves, blood pressure, with a history of hypertension. One of the properties of celery is to
hypertension reduce blood pressure. Want to know if sledri leaves reduce blood
pressure. This study uses a quasi experimental design with 10
research subjects. The data assessed are systolic and diastolic blood
pressure. The average systolic blood pressure after consuming
celery leaves was 136 mmHg (SD = 10,750), lower than the average
systolic blood pressure before consuming celery leaf stew, which
was 142 mmHg (SD = 13,984) (p> 0.05 ). The average diastolic blood
pressure after consuming celery leaf decoction was 87 mmHg (SD =
4,830), lower than the average diastolic blood pressure before
consuming celery leaf decoction of 94 mmHg (SD = 9,661) (p <0.05).
Sledri leaves reduce blood pressure.

Abstrak
Hipertensi diketahui sebagai “silent killer”. Hipertensi merupakan faktor
resiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama
Kata kunci: kematian di seluruh dunia. Selain sebagai rempah dapur yang terkenal,
daun seledri, kepopuleran daun seledri sebagai herbal tidak diragukan lagi. Faktor-faktor
tekanan darah, yang berhubungan dengan hipertensi adalah faktor genetik, umur, jenis
hipertensi kelamin, obesitas, asupan garam, kebiasaan merokok dan aktifitas fisik.
Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih
besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Salah satu khasiat daun seledri adalah
untuk menurunkan tekanan darah. Ingin mengetahui apakah daun sledri
menurunkan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan desain
eksperimental kuasi dengan subjek penelitian sebanyak 10 orang. Data yang
dinilai adalah tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil rata-arat tekanan
darah sistolik sesudah mengonsumsi daun seledri adalah sebesar sebesar
136 mmHg (SD = 10,750), lebih rendah daripada rerata tekanan darah
sistolik sebelum mengonsumsi rebusan daun seledri, yakni sebesar 142
mmHg (SD = 13,984) (p>0,05). Rata-rata tekanan darah diastolik sesudah
mengonsumsi rebusan daun seledri adalah sebesar 87 mmHg (SD = 4,830),
lebih rendah daripada rata-rata tekanan darah diastolik sebelum
mengonsumsi rebusan daun seledri sebesar 94 mmHg (SD = 9,661)
(p<0,05).

PENDAHULUAN

26
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya pola konsumsi natrium, obesitas, merokok, kebiasaan olahraga/aktivitas fisik, Stress dan
alkohol.
Hipertensi memang dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer.
Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apa pun,
meski tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlansung bertahun–tahun sampai
akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat dan terkena penyakit
jantung, stroke, atau kerusakan ginjal.
Menurut data RISKESDAS KEMENKES RI, angka kejadian hipertensi pada 5 tahun terakhir
sebanyak 31.7%. Sementara kasus hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi
yakni 76%. Seseorang yang berusia 50 tahun dengan tekanan darah sitolik ≥ 140 mmHg lebih berisiko
menderita penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi diastolik. Risiko menderita penyakit
kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali pada setiap penambahan
20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah normal pada usia 55 tahun, 90% nya berisiko
menjadi hipertensi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin,
obesitas, asupan garam, kebiasaan merokok dan aktifitas fisik. Individu dengan riwayat keluarga
hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia,
dan pria memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Obesitas juga dapat
meningkatkan kejadian hipertensi, hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Adapun cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah hipertensi adalah dengan dua pendekatan yaitu secara farmakologi dan non
farmakologi. Pengobatan secara non farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan pengobatan
komplementer yang telah dikenal di kalangan masyarakat. Secara farmakologis, Obat-obat kimia banyak
digunakan untuk mengatasi hipertensi, akan tetapi sering menimbulkan efek samping seperti
:bronkopasme, insomnia, memperburuk gangguan pembuluh darah perifer, hipertrigliserida, dan lain-lain.
Namun dengan kemajuan di dunia kesehatan saat ini, banyak peneliti yang mulai meneliti
tanaman yang bisa digunakan sebagai terapi salah satunya untuk mengatasi hipertensi. Saat ini
penanganan non farmakologis juga banyak diminati oleh masyarakat karena sangat mudah untuk
dipraktekan, tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak dan tidak menimbulkan efek samping
berbahaya Salah satu terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi
komplementer. Ada banyak jenis terapi komplementer dimana salah satunya penggunaan herbal seledri.
Seledri (Apium graveolens) dikatakan memiliki kandungan Apigenin yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau
merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan
pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah. Seledri diketahui mengandung senyawa aktif
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu ''apiin'' dan manitol yang berfungsi seperti diuretik. Daun
seledribanyak mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk menambah jumlah air
kencing.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah nya adalah bagaimana pengaruh daun
seledri terhadap penurunan tekanan darah.

METODE KEGIATAN
Jenis penelitian menggunakan rancangan penelitian dengan Pre eksperiment yaitu experiment
yang memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran (outcome measures) dan unit-unit
(ekperimental units) namun tidak menggunakan penepatan secara acak. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu 10 orang yang mengalami hipertensi di Kelurahan Kayu
Kubu.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 07 Februari sampai 12 Februari 2020.
Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa masyarakat yang mengalami hipertensi di
kelurahan kayu kubu. Sampel dalam penelitian ini memakai yaitu pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri yaitu semua masyarakat dan penderita
hipertensi yang berada di kelurahan kayu kubu.
Dalam penelitian ini penderita hipertensi yang diambil berjumlah 10 responden. Sampel yang
diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah diseleksi sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah berjumlah 10 orang.
Pengambilan sampel diambil secara purposive sampling, dengan kriteria : a.Kriteria inklusi yaitu
: 1)Penderita hipertensi 2)Berusia ≥ 30 tahun 3)Tekanan darah 140 mmHg/90mmHg ke atas 4)Bersedia
menjadi responden. Kriteria eksklusi : 1)Tidak memiliki komplikasi penyakit ginjal dan DM 2)Tekanan
darah < 140 mmHg/90mmHg 3)Tidak dalam kondisi hamil 4)Tidak bersedia menjadi responden
5)Mengkonsumsi obat 6)Penderita hipertensi yang sensitive pada daun seledri dan alergi terhadap obat.
Penelitian ini bersifat eksperimental semu. Analisis data memakai uji paired sample t test dengan
α=0,05. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini berupa tensimeter untuk mengukur tekanan
darah sistolik dan diastolik, daun seledri, panci, air putih, dan gelas.
Penelitian ini dimulai dengan memberikan edukasi terlebih dahulu mengenai hipertensi dan
manfaat daun seledri, dilanjutkan dengan pretest yaitu pemeriksaan tekanan darah. Subjek penelitian ini
diberikan rebusan daun seledri pada hari pertama apabila tekanan darah 140 mmHg/90mmHg ke atas
dan pemberian rebusan daun seledri pada hari kedua apabila tekanan darah masih diatas 140
mmHg/90mmHg dan pada hari ketiga dilakukan kembali pemberian rebusan daun seledri apabila
tekanan darah masih di atas 140 mmHg/90mmHg, tetapi apabila tekanan darah normal pada saat diukur
setelah sebelumnya diberikan rebusan daun seledri tidak diberikan lagi rebusan daun seledri, berarti
sudah adanya perubahan setelah diberikan rebusan daun seledri kepada penderita hipertensi. Data
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah rebusan daun seleri ini akan diolah dan dianalisa
menggunakan uji t dependen.

Keterangan : Pemeriksaan tekanan darah pada masyarakat kelurahan kayu kubu di kantor lurah
dan pemeriksaan tekanan darah kerumah-rumah masyarakat bagi penderita hipertensi dan pemberian
rebusan daun seledri pada penderita hipertensi yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut, guna untuk
mengetahui pengaruh pemberiaan rebusan daun seledri terhadap penderita hipertensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada Tabel 1 Rerata tekanan darah sistolik sesudah mengonsumsi rebusan daun seledri adalah
sebesar 136 mmHg (SD = 10,750), lebih rendah daripada rerata tekanan darah sistolik sebelum
mengonsumsi rebusan daun seledri, yakni sebesar 142 mmHg (SD = 13,984) (p>0,05). Rata-rata tekanan
darah diastolik sesudah mengonsumsi rebusan daun seledri adalah sebesar 87 mmHg (SD = 4,830), lebih
rendah daripada rata-rata tekanan darah diastolik sebelum mengonsumsi rebusan daun seledri sebesar
94 mmHg (SD = 9,661) (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesamaan antara teori dan fakta, dibuktikan dari hasil
penelitian yang didapatkan responden terbanyak yang menderita hipertensi adalah perempuan sebanyak
27 orang. Hal ini bisa disebabkan karena 22 orang dari 27 diantara mereka telah berusia > 50 tahun
dengan kadar progesteron dalam tubuh telah berkurang saat memasuki umur yang rentan sehingga dapat
menyebabkan adanya kekakuan pada pembuluh darah dan penurunan kelenturanarteri. Sedangkan
untuk responden terbanyak yang menderita hipertensi responden yang berusia lebih dari 41 - 50 tahun
sebanyak 24 responden. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya usia akan mengalami hilangnya
kelenturan arteri menyebabkan arteri menjadi kaku. Sehingga arteri tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri karena itu setiap denyut jantung
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

dipaksakan untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Rebusan daun seledri dapat menurunkan umum seledri dalam mengontrol tekanan darah antara
lain, memberikan efek dilatasi pada pembuluh darah dan menghambat angiotensin converting enzym
(ACE). Penghambat sistem renin-angiotensin dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam meningkatkan
tekanan darah. Tekanan darah mulai turun sehari setelah pengobatan yang diiukti dengan membaiknya
tidur terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan meningkat. Seledri mengandung flevonoid,
saponi, tanin 1% minyak asiri 0,033 %, flavuglukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides,
asparagine, zat pahit, vitamin (A,B dan C), apiin minyak menguap, apigenin dan alkaloid.
Kandungan kimia daun seledri secara keseluruhan. Apigenin dalam daun seledri berfungsi
sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.

N Mean Standar Deviasi Nilai P Value Uji T Uji T

Sistol Sebelum 10 142 13,984 0,279 P>0,05

Sesudah 136 10,750


Diastol Sebelum 10 94 9,661 0,045 P<0,05

Sesudah 87 4,830

Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dari
dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menrunkan tekanan darah. Potasium
(kalium) yang terkandung dalam seledri akan bermamfaat meningkatkan caiaran interselular denagn
menarik cairan ekstraselular, sehingga terjadi perubahan keseimbangan pompa natrium-kalium yang
akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Salah satu strategi dalam penanganan hipertensi adalah
mengubah keseimbanagn Na+. Perubahan keseimbangan Na+ biasanya dilakukan dengan pemberian
diuretik secara oral.
Daun seledri juga memilki kandungan alami berupa fitosterol. Fitosterol merupakan komponen
fitokimia yang mempunyai fungsi berlawanan dengan kolestrol bila dikonsumsi oleh manusia. Fitosterol
diketahui mempunyai fungsi menurunkan kadar kolestrol di dalam darah dan mencegah penyakit jantung
sehingga sangat bermamfaat bagi kesehatan manusia. Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa
sterol yang didominasi oleh tiga bentuk utama dari fitosterol, yaitu beta sitosterol. Sitosterol adalah zat
antihiperkolestrol dan mencegah deposisi kolestrol pada dinding dalam pembuluh darah yang penting
untuk mengobati kasus atherosklerosis. Khasiat fitosterol untuk menurunkan kadar kolesterol telah
diakui secara klinis. Khasiat ini telah dimanfaatkan dalam dunia medis, yakni ekstrak fitosterol telah
diberikan kepada penderita hiperkolestrolemia (kadar kolestrol dalam plasma darah berlebih) dalam
usaha untuk mengurangi absorpsi kolestrol.
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, Puwarti, & Handayani. (2015). Efektivitas Rebusan Seledri Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Pajar bulan Kecamatan Way
Tenong Lampung Barat. Kesehatan, 130–136.

Hartono, H., & Handayani, S. (2017). Pengaruh Pemberian Seledri (Apium Graveolens L.) Terhadap
Penurunan Hiperkolesterolemia Pada Lansia Di Panti Wreda Darma Bhakti Kasih Surakarta.
Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 217–223. https://doi.org/10.37341/interest.v6i2.105

Kata Kunci: Hipertensi, Seledri, Tekanan Darah 151. (n.d.). 151–165.

Medika, E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN
POLA KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokter , Bagian
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tekanan darah tinggi atau biasa dikena. Medika,
E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN POLA
KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokt, 8(4), 1–5.

Nengah, N., & Arie, M. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Dusun Gogodalem Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas, 2(1), 46–51.

Oktavia, I. E., Junaid, & Ainurafiq. (2017). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
2(6), 1–12.

Sakinah, S., & Azhari, H. K. (2018). Rebusan daun seledri pada hipertensi. 12, 261–266.

Saputra, O., & Fitria, T. (2016). Khasiat Daun Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pada Pasien Hiperkolesterolemia. Majority, 5(2), 120–125. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1087/927

Studi, P., Budaya, K., Universitas, P., Oleo, H., & Tenggara, S. (2019). Penggunaan Obat Tradisional Seledri
dengan Obat Paten terhadap Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Puuwatu 1. 4(2), 9–
16.

Sukahor, A., & Arisandi, R. (2016). Seledri (Apium graveolens L) Sebagai Agen Kemopreventif bagi
Kanker. Majority, 5(2), 95–96.

Asmawati, Puwarti, & Handayani. (2015). Efektivitas Rebusan Seledri Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Pajar bulan Kecamatan Way Tenong
Lampung Barat. Kesehatan, 130–136.
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

Hartono, H., & Handayani, S. (2017). Pengaruh Pemberian Seledri (Apium Graveolens L.) Terhadap
Penurunan Hiperkolesterolemia Pada Lansia Di Panti Wreda Darma Bhakti Kasih Surakarta.
Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 217–223. https://doi.org/10.37341/interest.v6i2.105

Kata Kunci: Hipertensi, Seledri, Tekanan Darah 151. (n.d.). 151–165.

Medika, E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN
POLA KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokter , Bagian
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tekanan darah tinggi atau biasa dikena. Medika,
E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN POLA
KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokt, 8(4), 1–5.

Nengah, N., & Arie, M. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Dusun Gogodalem Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas, 2(1), 46–51.

Oktavia, I. E., Junaid, & Ainurafiq. (2017). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
2(6), 1–12.

Sakinah, S., & Azhari, H. K. (2018). Rebusan daun seledri pada hipertensi. 12, 261–266.

Saputra, O., & Fitria, T. (2016). Khasiat Daun Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pada Pasien Hiperkolesterolemia. Majority, 5(2), 120–125. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1087/927

Studi, P., Budaya, K., Universitas, P., Oleo, H., & Tenggara, S. (2019). Penggunaan Obat Tradisional Seledri
dengan Obat Paten terhadap Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Puuwatu 1. 4(2), 9–
16.

Sukahor, A., & Arisandi, R. (2016). Seledri (Apium graveolens L) Sebagai Agen Kemopreventif bagi
Kanker. Majority, 5(2), 95–96.

Anda mungkin juga menyukai