Spesifikasi Teknis DLL Wai Pulu Lanjutan
Spesifikasi Teknis DLL Wai Pulu Lanjutan
Spesifikasi Teknis DLL Wai Pulu Lanjutan
1. Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Undang – undang No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
Perpres No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah;
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-K/L;
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI Nomor 12 tahun 2021
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Melaui Penyedia .
Surat Dirjen Bina Marga Nomor PB.0201-Db/724 Tanggal 22 Juni 2021 Perihal Persetujuan
Prinsip Pengadaan Tender/Seleksi Mendahului Izin Kontrak Tahun Jamak (MYC) Paket
Pembangunan Jembatan Wai Pulu (Lanjutan), Paket Pembangunan Jembatan Wai Tunsa
(Lanjutan) beserta Pengawasannya di Provinsi Maluku.
2. Gambaran Umum
Jalan dan Jembatan merupakan prasarana transportasi darat untuk meningkatkan
aksesibilitas orang maupun barang untuk dapat berpindah dari suatu lokasi ke lokasi yang lain.
Dengan terbangunnya Jembatan Wai Pulu dapat meningkatkan konektivitas antar daerah
terutama pada pesisir selatan antara Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur
serta mendukung percepatan pembangunan ekonomi masyarakat dan menurunkan biaya
logistik, terutama dengan terhubungnya simpul – simpul ekonomi dengan Pelabuhan –
pelabuhan di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Timur.
C. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan Pembangunan Jembatan di Pulau Seram adalah pengguna
prasarana jalan dimana aksesibilitas pada ruas tersebut lebih lancar serta keselamatan pengguna
jalan lebih terjamin, sehingga :
a. Terciptanya jalur lalu lintas yang aman dan nyaman sehingga arus transportasi menuju
Kabupaten/Kecamatan dan desa – desa dalam rangka pertumbuhan/peningkatan ekonomi dan
sosial budaya pada kabupaten, kecamatan dan desa – desa sekitarnya.
b. Tercapainya kondisi Jembatan yang mantap dan Pelayanan yang baik bagi pengguna jalan.
Wai Pulu
1. PERENCANAAN PROGRAM
A. Program Tahunan
B. Program Bulanan
2) Program Bahan
Program pengadaan bahan ini sangat penting untuk persiapan
pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Jembatan, yang harus dipersiapkan tiap
bulan.
Untuk mempermudah pengendalian bahan maka dibuat formulir dengan
kolom – kolom format untuk memuat jenis pekerjaan, satuan, jenis dan
kuantitas bahan, serta bulan apa bahan harus dipersiapkan/disediakan. Dibagian
bawah pada halaman akhir ada rekapitulasi kebutuhan bahan secara keseluruhan
dalam satu tahun. Dengan demikian dalam perhitungan dana menjadi sangat
mudah dan akurat tinggal menjumlahkan hasil rekap dengan harga satuan
bahan.
3) Program Pengadaan Tenaga Kerja
Program pengadaan tenaga kerja ini sangat penting untuk pekerjaan
Pembangunan Jembatan, yang harus dipersiapkan tiap bulannya.
4) Pekerjaan Utama
Dalam paket ini pekerjaan utama adalah sebagai berikut :
NO. MATA SATUAN
NO. URAIAN
PEMBAYARAN
1. 7.6.(14b) Pemancangan Tiang Pancang Baja Diameter M
600 mm
2. 7.1 (5a) Beton Struktur fc’30 Mpa M3
3. 7.4 (3) Penyediaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kg
Standar 60 M
4. 7.4 (4) Pemasangan Jembatan Rangka Baja Standar Kg
Panjang 60 M
5) Identifikasi Bahaya
- Bertabrakan 2 5 SEDANG
- Tertimpa material
3 3 SEDANG
- Terpapar Debu
3 3 SEDANG
6) Bagian Pekerjaan yang disubkontrakkan:
No
Jenis Pekerjaan yang wajib disubkontrakkan
.
Pekerjaan bukan Pekerjaan Utama
Pemasangan Jembatan Rangka Baja Standar
1.
Panjang 60 M (SP-011)
Pekerjaan bukan Pekerjaan Utama
1. Marka Jalan Termoplastik
2. Patok Pengarah
D. Revisi Program
Revisi program dimaksudkan untuk menyesuaikan keadaan yang
sebenarnya terhadap program awal yang ada ( desain awal).
Revisi program diperlukan mengingat pembuatan program awal dengan
kenyataan (aktual) terjadi perbedaan yang sangat mempengaruhi anggaran yang
ada, sebagai contoh jika desain jembatan dibuat 2 – 3 tahun sebelumnya dimana
otensi braided river di sungai – sungai arah hilir, perubahan topografi dan
perubahan kedalaman tanah keras akibat pergerakan seismic.
Survey jembatan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data mutakhir
tentang pekerjaan jembatan, kemudian bandingkan dengan program yang ada.
Apabila terdapat perbedaan yang mencolok antara program dengan hasil survey
perlu diadakan revisi program.
2. JADWAL KERJA
1. MONITORING
a. Umum
c. Sumber Daya
1) Tenaga Kerja
a. Koordinator Pengawas
b. Pengawas lapangan
c. Konsultan Supervisi
2) Perlengkapan
a. Mistar pelurus panjang 1,2 Meter.
b. Meter Pengukur 5 dan 50 Meter.
c. Kapur atau Cat.
d. Rambu pengendali lalu-lintas.
e. Formulir standar, pensil, pena clip board, dll.
f. Kamera Digital.
g. Handy Talky
h. GPS
i. Laser Distance Meter
j. Kendaraan Roda 4 4WD (Untuk Pengawasan Area Sungai dan
Emergency).
BAB - IV
1. Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi mencakup pekerjaan, sebagai berikut: Pengangkutan peralatan
konstruksi sesuai dengan daftar peralatan yang akan digunakan untuk mengerjakan
proyek. Alat -alat yang berasal dari luar pulau dimobilisasi dengan Kapal Laut kemudian
setelah tiba di daratan dimobilisasi lagi dengan menggunakan Tronton dan Ponton/LCT
ke Lokasi Pekerjaan.
Mobilisasi juga meliputi demobilisasi dari tempat kerja oleh kontraktor pada akhir kontrak,
kontraktor harus menyerahkan program mobilisasi kepada konsultan pengawas untuk
diperiksa dan kemudian diajukan ke Pengguna Jasa untuk disetujui.
2. Galian Biasa
a. Peralatan : Excavator, Buldozer, Dump Truck;
b. Uraian Pekerjaan:
Galian mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai galian biasa atau galian batu atau galian perkerasan beton
tidak dimasukkan dalam galian struktur.
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh pengawas pekerjaan dan harus
mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organic
dan bahan perkerasan lama.
Permukaan galian yang telah ditandai digali dengan menggunakan alat
Excavator.
Membuat pengaman pada tebing yang telah digali dengan menggunakan kayu
atau dapat menggunakan pancang, sehingga tidak terjadi longsoran yang dapat
menutup kembali galian.
Hasil galian diangkut menggunakan Dump Truck menuju ke tempat pembuangan
yang telah disepakati.
3. Galian Struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter
a. Peralatan : Excavator, Buldozer, Dump Truck;
b. Uraian Pekerjaan
1. Mengajukan dokumen request, shop drawing/gambar penampang melintang yang
menunjukan elevasi dan cek list peralatan untuk diperiksa konsultan dan disetujui
direksi pekerjaan.
2. Dokumen lain yang diajukan seperti metode kerja disertai gambar penanganan
galian seperti gambar penyokong (shoring), pengaku (braching), cofferdam, dan
dinding penahan rembesan air (Cut Wall). Jika diperlukan Untuk menjaga
kestabilan lereng, dibuat penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang
memadai agar mampu menahan aktivitas pekerjaan, struktur dan alat berat
disekitarnya.
3. Mobilisasi alat berat (Excavator dan Dump Tuck) kelokasi pekerjaan, serta
melakukan pembersihan sebelum di mulai pekerjaan.
4. Menentukan kedalaman galian dengan melakukan pengukuran dan pemasangan
patok-patok batas galian. Pengukuran dilakukan dengan ukur theodolit yang
berpedoman pada hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan dan pihak
proyek.
5. Tanah yang digali oleh Excavator langsung dimuat ke Dump Truck, kemudian
diangkut keluar lokasi proyek.
1. Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan dalam pasal 7.1.2 dari spesifikasi.
2. Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk
masing-masing mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian
percobaan campuran beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk
umur 7 dan 28 hari, kecuali ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh direksi
pekerjaan. Kecuali ditentukan lain rancangan campuran harus memiliki standar
deviasi rencana (S) antara 2,5 MPa sampai 8,5 MPa. Proporsi bahan dan berat
penakaran hasil perhitungan harus memenuhi criteria teknis utama, kecelakaan
(workability), kekuatan (strength), dan keawetan (durability). Untuk jenis
pekerjaan beton yang lain, sifat-sifat mekanik beton selain kuat tekan juga
penting untuk diketahui. Penyedia jasa wajib menyerahkan data tersebut kepada
Direksi Pekerjaan.
3. Campuran Percobaan, Sebelum dilakukan pengecoran, Penyedia Jasa harus
membuat campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh
Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan
waktu pengangkutan dll). Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus
memenuhi syarat kelecakan (nilai slump) yang telah ditentukan. Pengujian kuat
tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus mencapai
kekuatan minimum 90 % dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan
dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 7 hari. Bilamana hasil
pengujian beton berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan
kuat tekan beton yang diisyaratkan, maka Penyedia Jasa harus melakukan
penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian tersebut.
4. Penyedia jasa harus mengirim gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari direksi Pekerjaan sebelum
setiap pekerjaan perancah dimulai.
5. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam, sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau
pengecoran setiap jenis beton, seperti yang diisyaratkan dalam pasal 7.1.4.1
1. Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton
yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan syarat yang disyaratkan.
2. Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, dan agar membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling pekerjaan
beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk
menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan
aman. kerkuse.id
3. Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur
atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di
dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.
4. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus
sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
5. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan.
6. Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran
beton dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian
penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan
lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah
pondasi.
7. Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau ke dalaman
dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak,
memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Acuan
1. Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual
sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang
sebelum pengecoran beton.
2. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan. kerkuse.id
3. Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata
harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut
tajam Acuan harus dibulatkan.
4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
Pengecoran
1. Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi
sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi
tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Sambungan
konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur
terkecuali disyaratkan demikian.
2. Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
3. Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
4. Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding.
Untuk pelat yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus
diletakkan sedemikian sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40
m2 , dengan dimensi yang lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang
lebih kecil.
5. Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana
yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana
pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya
pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
6. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat digunakan
untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
7. Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak
diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75
cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.
Pemadatan
1. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar
(Concrete Vibrator) tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
2. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi
tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan
gelembung udara terisi.
3. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada
agregat.
4. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
5. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran
per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau
kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
6. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke
dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-
pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak
boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak
boleh menyentuh tulangan beton
Pembongkaran Acuan
1. Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertical, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang
ditopang oleh perancah dibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton telah dicapai.
2. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
ornament, sandaran (railing), dinding pemisah (prapet), dan permukaan vertical
yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah
pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.
Perawatan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahan bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukan bahwa bahan-bahan
tersebut telah sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pasal 7.1.2
Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak dengan
pengiriman yang terus menerus, maka dengan perintah Direksi Pekerjaan, untuk
agregat kasar dan agregat halus Penyedia Jasa harus melakukan pengujian
bahan secara berkala selama pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m3
untuk gradasi dan 5000 m3 untuk abrasi, sedangkan untuk bahan semen dengan
interval setiap maksimum pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut Direksi
Pekerjaan terdapat indikasi perubahan mutu atau sifat bahan yang akan
digunakan, maka Penyedia Jasa harus segera melakukan pengujian bahan
kembali sebelum bahan tersebut digunakan.
Satu pengujian ‘’slump’’ atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan
dilakukan sesat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan. Campuran beton yang tidak
memenuhi ketentuan kelecakkan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap bias dijaga.
Kelecakkan dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga udara atau
gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
1. Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji
beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari
dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3 buah benda uji)
yang selisih nilai antara keduanya ≤ 5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan
beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terisah pada tiap hari
pengecoran.
2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan
benda uji beton berupa selinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau
kubus 150 x 150 x 150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998.
Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan
dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di
laboratorium.
3. Untuk keperluan evaluasi mutu sebagai dasar pembayaran harus menggunakan
data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam kontrak.
Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam kontrak
hanya boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton
sebagai dasar pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk
keperluan ini harus sesuai dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran
sebagai fungsi waktu.
4. Untuk pencampuran manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-
masing mutu beton ≤ 60 m3 harus di peroleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5
m3 beton dengan minimum satu hasil uji tiap hasil uji tiap hari. Dalam segala hal
jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-masing
umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3 , maka untuk setiap
maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh
satu hasil uji.
5. Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing-masing mutu ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap
maksimal 15 m3 beton secara acak, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan
beton mencapai jumlah > 60 m3 , maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton
berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
6. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 7.1.6.(1) atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Beton memadat mandiri, biasa disebut dengan SCC, adalah campuran beton yang
mampu memadat sendiri tanpa menggunakan alat pemadat atau mesin penggetar
(vibrator). SCC pertama kali diperkenalkan oleh Okamura pada tahun 1990-an, sebagai
upaya mengatasi persoalan pengecoran di Jepang. Campuran SCC segar ini lebih cair
daripada campuran beton konvensional. Campuran ini dapat mengalir dan memadat ke
setiap sudut struktur bangunan yang sulit dijangkau oleh pekerja dan mengisi tinggi
permukaan yang diinginkan dengan rata (self leveling) tanpa mengalami bleeding. Selain itu
campuran ini mampu mengalir melalui celah-celah antar besi tulangan tanpa terjadi
segregasi atau pemisahan materialnya. Beton SCC ini mampu mengalir sendiri yang dapat
dicetak pada bekisting dengan tingkat penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit atau
bahkan tidak dipadatkan sama sekali. Beton ini, memanfaatkan pengaturan ukuran agregat,
porsi agregat dan van admixture superplastiziser untuk mencapai kekentalan khusus yang
memungkinkannya mengalir sendiri tanpa bantuan alat pemadat. Sekali dituang ke dalam
cetakan, beton ini akan mengalir sendiri mengisi semua ruang mengikuti prinsip grafitasi,
termasuk pada pengecoran beton dengan tulangan pembesian yang Sangat rapat
Walaupun sifatnya lebih cair daripada beton konvesional, porositas SCC cenderung
lebih kecil daripada beton konvensional pada umumnya karena SCC menggunakan bahan
tambah (admixture) berupa superplasticizer. Fungsi bahan tambah ini adalah menambah
tingkat workability campuran beton tanpa harus menambah nilai faktor air semen (fas)
campuran beton. Nilai fas ini mempengaruhi porositas beton, semakin kecil nilai fas maka
tingkat porositas beton akan cenderung semakin kecil. Tingkat porositas beton inilah yang
mempengaruhi nilai kuat tekan dan permeabilitas beton.
Selain itu, komposisi agregat pada SCC berbeda dengan beton konvensional. Komponen
halus pada SCC cenderung lebih banyak daripada beton konvensional
karena SCC memanfaatkan perilaku pasta yang dapat membantu mengalirkan beton segar.
Beton konvesional menggunakan agregat kasar sebesar 70%-75% dari volume beton.
Selain itu ukuran agregat kasar pada SCC lebih kecil daripada beton konvensional. Ukuran
agregat kasar yang digunakan pada SCC sekitar 5 mm-20 mm. Komposisi agregat inilah
yang dapat mengurangi tingkat permeabilitas dan porositas pada SCC sehingga beton lebih
kedap air dan cenderung lebih awet dari pada beton konvensional.
Metode Pelaksanaan hampir sama dengan beton fc’ 30 MPa biasa namun diperhatikan
dalam hal komposisi aditif dan gradasi agregat, serta untuk pengujian digunakan slump cone
test pada kondisi segar.
7. Beton Struktur, fc’ 15 MPa
a. Pada pekerjaan ini peralatan yang digunakan adalah Mobile Batching Plant, Truck
Mixer (Agitator), Concrete Pump, Excavator, Dump Truck dan Water Tanker;
b. Uraian Pekerjaan:
Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan JMF dan
JMD campuran beton kepada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat
beton fc’ 15 MPa dicampur sesuai dengan komposisinya agregat kasar, pasir beton,
semen dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix
design yang disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan pengawas, kemudian
dicampur dengan air secukupnya. Campuran beton mutu sedang fc’ 15 MPa
kemudian diangkut dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran
dimulai perlu diperhatikan lahan, bekisting dan pembesian lantai jembatan telah
terpasang atau siap dengan baik sesuai gambar rencana pada dokumen kontrak.
Selama proses pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan
memadatkan dengan concrete vibrator. Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran mix desain untuk mutu
beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan beton dimulai.
Lapis beton struktur mutu sedang fc’ 15 MPa dicampur di Concrete Pan
Mixer/Batching Plant sesuai dengan mix desain yang telah disepakati bersama.
Persetujuan atau proporsi bahan pokok campuran harus didasarkan pada
percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh
konsultan pengawas dan direksi lapangan.
Material pasir beton, semen, agregat kasar dimasukkan ke Concrete Pan Mixer
atau Batching Plant dengan menggunakan Excavator kemudian campuran
material tersebut dimasukkan ke dalam truck mixer.
Pengangkutan beton struktur mutu sedang fc’ 15 MPa dengan menggunakan
truck mixer atau penghantar jenis agitator (penggoyang bolak - balik) dan harus
mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang diisyaratkan.
Setelah pembesian struktur selesai, maka bekesting dapat dibuat sesuai dengan
gambar rencana.
Sebelum memulai pengecoran seluruh kotoran yang berada dalam bekesting
harus dibersihkan.
Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran beton harus dicor dalam cetakan tidak boleh
melampaui 1 meter dari tempat awal kerja.
Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm.
Beton harus dipadatkan dengan pengetar mekanis/Concrete Vibrator, penggetar
harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang
diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai
kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan
tanah keras dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga
mencapai lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang
tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau
diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing
stratum)
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus
mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang
dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada
ujung tiang (pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat
lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan. Pada umumnya, tiang pancang
baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak
dapat digunakan.
Persiapan
b. Rencanakan final set tiang pancang untuk menentukan pada kedalaman dimana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
pukulan terakhir (final set).
c. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver
alat. Lokasi material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangannya.
d. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
Proses Pemancangan
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berimpit dan menempel
menjadi satu.
c. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling pertemuan
kedua pelat ujung.
d. Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar
tinggi dan harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus
dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat
ditingkatkan.
Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang
dipancang untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras
yang sukar dilas.Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen
penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja) biasanya merupakan las ujung penetrasi
penuh di sekeliling permukaan pipa.
e. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. selesai penyambungan,
pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama.
Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang
ditentukan.
f. melaksanakan kalendering pada saat hampir mendekati top pile yang disyaratkan,
Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data bore log.
g. Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesai) bila ujung bawah tiang telah
mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
h. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang ditentukan sesuai shop
drawing
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah
pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau
tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile
cap).
Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja
gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka
ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan
mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang
pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasar
tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan
pelat datar, atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja
fabrikasi.
Perakitan dengan sistem kantilever adalah suatu sistem perakitan jembatan rangka
baja yang dilakukan tanpa alat penyangga/perancah tetapi merupakan sistem
pemasangan komponen per komponen yang dipasang setempat secara bertahap
mulai dari abutment atau pilar hingga posisi akhir (abutment atau pilar berikutnya)
dengan cara penambahan dan pemasangan masing-masing komponen pada
sebagian bentang yang telah dipasang sebelumnya, hingga membentuk kantilever
yang bergerak segmen demi segmen menuju ke perletakan jembatan berikutnya.
Pada embankment yang terdekat dengan level akhir, maka sebaiknya untuk
pemasangan bentang pertama berkisar ± 1.50 m di atas level akhir. Dengan demikian
akan sangat berguna jika terjadi lendutan di bagian bawah ujung kantilever. Ujung
belakang bentang pemberat harus ditumpu dengan ganjal kayu atau landasan beton
yang dirancang sesuai dengan kondisi tanah yang ada dan secara umum
pelaksanaannya harus sepenuhnya sesuai dengan Pokok Bahasan Bentang
Pemberat. Bentang pemberat dihubungkan dengan bentang permanen yang sedang
dirakit melalui rangka penghubung/linking steel. Bentang pemberat dan rangka
penghubung disediakan oleh kontraktor pelaksana atau erector.
Sistem perakitan ini telah direncanakn dengan langkah-langkah yang mudah dan
dimulai dengan perakitan bentang pemberat di atas tanah pada area oprit hingga
selesai.
Langkah 1.
Sebagai dasar perakitan statis awal adalah pembuatan satu rangkaian bentuk
frame segitiga awal/pertama tepat setelah susunan rangka penghubung, tentunya
dapat dimulai dengan pemasangan batang diagonal (2) pada sambungan/join J1
dimana pelat sambungnya sudah terpasang lebih dahulu. Setelah kelengkapan
sambungan sudah terpasang semua pada J1, maka baut dapat segera dimasukan
dan diputar dalam kondisi sementara sehingga batang diagonal (2) masih mudah
diatur posisinya untuk menunggu dipasangnya batang datar bawah (3) yang
dipasangkan dan dibautkan pada J2 lebih dahulu.
Sambung dan pasang baut batang (2) dan (3) pada sambungan J3 dengan
dilengkapi keperluan plat sambung dan kelengkapannya (missal jika diperlukan
plat sisipan dan lain-lain). Setelah terbentuk frame segitiga pada posisi yang benar
maka lengkapi semua baut pada tiap-tiap sambungan dan dapat dikencangkan
sepenuhnya sehingga terbentuklah “segitiga awal” (segitiga, J1 J2 J3) sebagai
segitiga pijakan awal untuk perakitan selanjutnya. Pembentukan segitiga ini harus
dua sisi bersama-sama agar setelah disusul dengan pemasangan girder
melintang dari J3 akan membentuk kantilever sebagai pegangan untuk perakitan
komponen demi komponen berikutnya. Pasang pengikat sementara batang
bawah dan baut pada tempatnya, dimana pembautan ini juga bersifat sementara,
kemudian pasang gelagar melintang atas ujung (5) pada J1 (dua sisi).
Langkah 2.
Pasang batang datar tepi atas pada pelat-pelat buhul dan pelat penyambung
bagian bawah pada titik sambungan/join J1 yang telah selesai sebelumnya.
Sisipkan pelat penyambung atas dan pelat pengisi bagian dalam (jika diperlukan).
Setelah join J1 terpasang, pelat penyambung badan dan pengisi badan dan dalam
keadaan pembautan penuh (baut dikencangkan sepenuh-penuhnya).
Langkah 3.
Rakit dan pasang dua batang diagonal (2) berikut pelat penyambung buhul
termasuk pelat penyambung batang diagonal yang sudah ditandai bersama-sama
sehingga membentuk rakitan ^ (V terbalik). Angkat dalam keadaan tegak dan
sisipkan ujung bawahnya (dari bentuk ^) diantara pelat buhul batang bawah pada
sambungan J3. Sisipkan pelat pengisi sanyap dan pelat penyambung ke bagian
bawah jalur diagonal, lalu dikunci dengan kunci pas ujung lancip dan sisipkan agar
pelat buhul atas bisa pas dengan batang atas (1) pada sambungan J4. Pasang
pelat penyambung sayap bawah dan bagian dalam dan bagian luar pelat pengisi
pada J3 dan pasang bagian baut-baut pada J4 dan J5 (yaitu setengah ke bawah).
Langkah 4.
Pasang batang datar tepi bawah (3), masukan diantara pelat buhul pada bagian
pertemuan J3 yang telah selesai sebagian. Pasang pelat pengisi jika dijelaskan
pada Gambar Erection Jembatan dan pelat penyambung atas selesai (J4) setelah
pemasangan pelat penghubung badan bagian atas dan pelat penyambung badan
yang ada dan baut seluruhnya pada pertemuan J4.
Pada ujung depan dari batang datar bawah, pasang pelat buhul luar dan pelat
penyambung bawah secara bersamaan dengan pengisi yang ditentukan, bautkan
pada batang datar bawah dan batang diagonal pada sambungan/join (J5).
Langkah 5.
Pasang ikatan angin batang atas dan hubungksn pada pertemuan di J1 dan J4
saling menyilang.
Jalan kerja dari kayu dapat dipasang pada gelagar melintang batang atas (5) dan
rangka pengangkat dipindahkan satu panel berikutnya dipasang dan diikat
kembali.
Langkah 6.
Ulangi langkah ke (1). Pasangkan batang penghubung atas berikutnya seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya dan selesaikan titik hubung J3.
Langkah 7.
Ulangi langkah ke (2) dan lanjutkan tahapan perakitan seperti sebelumnya.
“Penting sekali bahwa seluruh baut harus dikencangkan penuh setelah semua
komponen pada suatu titik pertemuan terpasang”.
Pengikat ini harus dilepas setelah konstruksi selesai dan bentang telah menopang
keempat sudutnya. Penopang tidak dapat dipasang sebelum pengikat sementara
dilepas.
Menggeser komponen di atas alas kayu melalui bagian konstruksi baja yang
sudah selesai. Disarankan untuk mencengah kerusakan komponen, sebaiknya
digunakan rol.
Sebaiknya digunakan dua rangka pengangkat sederhana yang terbuat dari profil
baja ringan dan dipasang pada kedua batang paling atas dengan membautnya
melalui lubang drainase atau baut pada pelat badan. Penggunaan rangka
pengangkat ini bersama-sama dengan katrol rantai atau katrol tangan, menjamin
kemudahan pengoperasian dan alat ini dapat dipindah-pindah sepanjang bentang
selama berlangsungnya pemasangan jembatan.
Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan
seluruh pekeriaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan.
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah :
Batu, batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari ienis
yang diketahui awet Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah. Batu harus rata, lancip atau lonlong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
Mortar, mortar harus merupakan campuran air, pasir dan semen yang memenuhi
kebutuhan dan sesuai dengan Spesifikasi
Metode Pelaksanaan :
Pembuatan galian untuk pasangan batu sesuai dengan yang ditunjukkan oleh
gambar rencana. Pekerjaan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
alat berat untuk menggali seperti excavator.
Dasar galian dibuat rata dan diberi landasan dari adukan semen dengan pasir
setebal minimal 3 cm sebelum meletakkan batu pada lapisan yang pertama.
Batu dengan ukuran yang besar diletakkan pada lapisan dasar atau lapisan yang
pertama dan pada sudut sudut dari pasangan batu tersebut.
Batu dipasang dengan muka terpanjang secara mendatar dan untuk muka batu
yang tampak atau berada paling luar dipasang sejajar dengan muka dinding batu
yang terpasang.
Batu yang digunakan dibersihkan dan dibasahi sampai merata selama beberapa
saat agar air dapat meresap.
Setiap rongga atau celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari semen dan
pasir sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan. Bahan adukan atau
mortar dapat disiapkan menggunakan alat concrete mixer atau secara manual.
Setiap 2 meter dari panjang pasangan batu dibuat lubang sulingan. Kecuali
ditentukan lain oleh gambar atau direksi pekerjaan. Lubang sulingan dapat dibuat
dengan memasang pipa pvc yang berdiameter 50 mm.
14. Pekerjaan Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis
Peralatan : Excavator, Dump Truck
Uraian Pekerjaan :
Bronjong atau gabions merupakan kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja
mengandung seng yang pada pengguaanya disi dengan batu-batu untuk mencegah erosi
yang dipasang pada tebing-tebing, atau tepi sungai hingga muara. Keguanaan bronjong
adalah sebagai penahan tebing-tebing tanah guna menahan tanah agar tanah tidak
longsor, yang juga berfungsi untuk menahan gerusan air sungai yang deras.
Metode Pelaksanaan :
− Bronjong terdiri dari anyaman kawat yang membentuk anyaman dengan diameter
kawat pengikat adalah 2,7 mm. Ukuran Lebar bukaan 80 x 100 mm berbentuk kotak
bronjong dengan panjang (P) = 2 M dan Lebar (L) = 1 M serta tinggi (T) 0,5 M sesuai
dengan gambar. Keranjang bronjong harus mempunyai rangka yang diikat erat
dengan anyaman pada pinggir keranjang.
− Bahan baku bronjong berupa kawat Digalvanis berdasarkan SNI 03-6145-1999 Kawat
Bronjong dan Batu yang akan digunakan untuk mengisi bronjong harus kokoh, bentuk
anyaman bersagonal dengan lilitan ganda dan harus simetri. Lilitan harus erat dan
tidak terjadi kerenggangan hubungan antara kawat sisi dan kawat anyaman dililit
minimum 4 kali sehingga bronjong kawat mampu menahan beban dari segala jurusan.
− Sebelum membuat bronjong, terlebih dahulu harus membuat contoh bronjong
dilapangan untuk diperiksa oleh Direksi dan mendapatkan persetujuan. Semua
pekerjaan selanjutnya harus sesuai dengan contoh elevasi yang tercantum dalam
gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
− Sebelum dipasang pada tempatnya, bronjong harus direntangkan supaya mencapai
ukuran yang sebenarnya dan semua pinggirnya harus diikat dengan kawat sesuai
dengan petunjuk Direksi. Tiap jajaran bronjong harus diikat dengan kawat terhadap
jajaran sebelahnya pada pinggir bagian atas dan bawah dan pada sudutnya.
− Bila dibutuhkan bentuk yang khusus, maka bronjong harus dipotong dengan rapi dan
ujung potongannya harus diikat erat-erat dengan kawat bersama-sama dengan bagian
mana saja yang memungkinkan dari ujung bronjong yang bersambungan dengannya.
Pada bagian dalam dari lengkungan yang tidak nampak dari penglihatan, maka lubang
anyaman akan mengkerut dan harus diikat erat-erat supaya menghasilkan bentuk
yang dikehendaki. Sambungan diantara Bronjong harus seragam berselang-seling
dengan bagian yang teratur yang disetujui oleh Direksi.
− Permukaan tanah tempat bronjong yang akan dibangun harus diratakan sebelum
keranjang bronjong dipasang.
− Tiap bronjong harus diisi dengan batu dengan tangan secara cermat menggunakan
tenaga manusia, sehingga penempatannya memperkecil volume rongga diantara batu
dalam keranjang yang telah terisi penuh. Bronjong harus diisi sampai 25 mm melebihi
sisi bagian atas sehingga tutupnya dapat merenggang erat diatas batu sebelum ikatan
kawatnya mengendor, jajaran bronjong yang berdampingan harus diisi sampingnya
tidak menonjol. Haruslah dijaga agar supaya bronjong tidak berubah bentuknya
selama diisi.
− Begitu seterusnya lapis demi lapis sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi teknis
yang telah ditentukan.
− Pada setiap kemajuan tahapan kostruksi ini perlu dibuat dokumentasi dan laporan
kemajuan pekerjaan.
Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete-Wearing Course atau AC-WC), sphalt Concrete -
Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan
berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah
daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah
masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus
dibandingkan dengan jenis laston lainnya.
1. Pastikan Request Pekerjaan Aspal telah tersedia, berikut hasil pengecekan formula
disain (DMF) dan formula rumusan kerja (JMF)
2. Cek stock Asmin cukup untuk produksi, dan di panaskan pada suhu yang memadai.
3. Cek Stock Additif cukup untuk produksi
4. Additif ditakar sesuai kebutuhan produksi (JMF) .
5. Jika menggunakan modifikasi asbuton Stock Asbuton harus pada kemasan, dengan
jumlah yang mencukupi untuk produksi saat itu
6. Suplai Asbuton ke Filler Bin dengan jumlah kg / Menit sesuai kebutuhan, dan hindari
over suplai Rujuk hasil kalibrasi.
7. Jumlah Asbuton butir harus sesuai kebutuhan berdasarkan RCK (JMF) .
8. Suplai aggregate pada masing-masing Cold Bin harus sesuai dengan kalibrasi Cold
Bin, untuk mencegah penyimpangan gradasi dan overflow
9. Filler ditakar sesuai kebutuhan prosuksi (JMF).
10. Pemanasan aggregate pada Drier harus memenuhi, untuk mendapatkan suhu
campuran yang di syaratkan.
11. Jumlah berat aggregate masing masing Hot Bin sesuai dengan RCK (JMF) yang telah
disetujui.
12. Pencampuran aggregate dengan waktu yang cukup untuk mendapatkan homogenitas
yang baik.
13. Timbang Asmin sesuai jumlah kebutuhan, rujuk RCK (JMF).
14. Tuang Asbuton pada campuran aggregate (campuran kering).
15. Catat waktu pencampuran Asmin+Additif pada aggregate.
16. Loading ke DT, gunakan DT yg telah ditimbang ambil sample untuk Marshal tes
17. Timbang DT Kosong.
18. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan, jika
tidak memenuhi, maka lakukan rekomendasi penolakan dan buang produk ).
19. Hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan, yang direkomendasikan
untuk Diangkut kelokasi penghamparan.
20. Ambil Sampel (Marshal Tes).
21. hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan
22. Rekomendasi Pembayaran
23. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan, jika
tidak memenuhi, maka lakukan Rekomendasi penolakan dan buang produk
24. Ketidaksesuaian dari hasil pengecekan visual pada verifikasi maupun, hasil Marshal
test harus ditindak lanjuti dgn pengendalian Produk Tidak Sesuai
sebagaimana yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Hasil Pekerjaan Tidak
Sesuai.
25. Harus ada bukti telah dilakukan tindakan perbaikan atas produk tidak sesuai, dengan
meng- gunakan tatacara yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan HPTS Daftar
Simak Laporan Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai (HPTS).
B. Proses Penghamparan Hot Mix :
Persiapan
Pengangkutan
Cek Kesesuaian
Catat HPTS
Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa.
Cek Berulang
Amati apakah kejadian berulang, baik saat itu maupun pada pelak sanaan
pekerjaan dihari yang lain.
Jika berulang, evaluasi penyebab dan lakukan tindakan perbaik an.
Penghamparan
Prosedur Pemadatan ;
Suhu pemadatan antara 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk
bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan instruksi direksi.
Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller (PTR)
Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang
disetujui.
Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang
dicampur sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan.
Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam.
Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.
Pemadatan akhir
Suhu pemadatan 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk bitumen
asbuton murni atau modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja
(Steel wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan instruksi direksi
Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang
disetujui.
BAB - V
TUGAS DAN FUNGSI PERSONAL LAPANGAN
1. PENGAWAS LAPANGAN
Adapun tugas yang dilakukan oleh pengawas lapangan yaitu :
1. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan di lapangan serta membantu Kasatker dan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan.
2. Malaksanakan Survey awal pekerjaan
3. Menyiapkan rencana pelaksanaan pekerjaan dilapangan
4. Mengawasi dan mengarahkan jalannya pekerjaan di lapngan
5. Membuat laporan kemajuan pekerjaan (laporan Harian, Mingguan, Bulanan)
6. Membuat Back Up data Quantity
7. Membuat Dokumentasi Pekerjaan
8. Mencatat Pemakaian bahan di lapngan
2. MANDOR
Tugas yang dilakukan adalah :
1. Menerima dan melaksanakan arahan dari pengamat mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan
2. Mengatur dan mengarahkan tenaga kerja
3. Mengontrol pekerjaan yang akan dilaksanakan`
4. Mengabsensi tenaga kerja di lapangan
5. Membuat laporan pekerjaan kepada pengamat
3. TUKANG TERAMPIL
Tukang mempunyai tugas untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh mandor
berdasarkan arahan dari pengamat, pekerjaan dilakukan mulai dari hari senin s/d hari
sabtu dengan efektif jam kerja 7 jam kerja. Pekerjaan tukang yang spesifik sehingga
perlu dibantu oleh beberapa pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.
4. PEKERJA
Pekerja bertugas untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh mandor /tukang
terampil berdasarkan arahan dari pengamat atau pengawas lapangan.
5. PEKERJA PADAT KARYA
Padat Karya adalah kegiatan yang melibatkan Pemberdayaan masyarakat
setempat/lokal (penganggur, setengah penganggur dan miskin, jika ada) dalam
kegiatan pembangunan jalan, guna menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Penyedia diwajibkan melaksanakan program padat karya dengan pemberdayaan
masyarakat setempat (jika ada) untuk pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan
khusus.
6. SOPIR/OPERATOR
Sopir bertugas untuk mengendarai/mengoperasikan kendaraan/alat berat/peralatan
untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dilapangan, serta mencatat jam kerja atau
pemakaian bahan bakar minyak (BBM) kepada pengamat untuk kemudian diteruskan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
7. MEKANIK
Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kendaraan/alat berat/peralatan unit alat
berat baik secara rutin, berkala atau bila sewaktu-waktu terjadi kerusakan. Membuat
catatan kerusakan peralatan dan suku cadang pada setiap perbaikan
kendaraan/peralatan.
GILANG TAUFIQUROHMAN
NIP. 19861127 2010 12 1 003