Penerapan Dari Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik, Konsep Wog, Penerapan Manajement Asn

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

PENERAPAN DARI PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN PUBLIK, KONSEP WOG,


PENERAPAN MANAJEMENT ASN (DISIPLIN) DI TEMPAT KERJA (INSTANSI
SAAT INI)

ANGKATAN : ANGKATAN VII / KELOMPOK 2


NAMA : dr. RIZA PARAMITHA
NDH : 11
INSTANSI : RSUD DR. DORIS SYLVANUS
(PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH)
NAMA MENTOR : dr. ANTO FERNANDO ABEL
JABATAN MENTOR :KEPALA SEKSI PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK RSUD DR. DORIS SYLVANUS

1. PELAYANAN PUBLIK
A. POKOK PIKIRAN
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi penyelenggara
pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh
penerima layanan (pelanggan).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah: Partisipatif, Transparan, Responsif, Non Diskriminatif, Mudah dan Murah, Efektif
dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan.
Hal-hal fundamental dalam pelayanan publik, antara lain: Pelayanan publik merupakan
hak warga negara sebagai amanat konstitusi, Pelayanan publik diselenggarakan dengan
pajak yang dibayar oleh warga Negara, Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan
untuk mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang,
Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi sebagai proteksi bagi warga
negara.
Bentuk-bentuk patologi birokrasi antara lain: Penggelembungan Organisasi, Duplikasi
Tugas dan Fungsi, Red Tape, Konflik Kewenangan, Korupsi Kolusi dan Nepotisme, dan
Enggan Berubah.
Budaya birokrasi yang melayani masyarakat dapat dioperasionalisasikan dengan cara:
memiliki kode etik untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh dan tidak boleh
dilakukan, menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan, memiliki code of
conduct atau SOP yang jelas dalam memberikan pelayanan, memiliki etika
profesionalisme sebagai seorang birokrat.
Prinsip-pinsip pelayanan prima antara lain: Responsif terhadap pelanggan/memahami
pelanggan, Membangun visi dan misi pelayanan, Menetapkan standar pelayanan dan
ukuran kinerja pelayanan, Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait
bagaimana memberikan pelayanan yang baik, Memberikan apresiasi kepada pegawai. Tujuh
Sikap pelayanan, antara lain: Passionate, Progressive, Proactive, Promt, Patience,
Proporsional, Puctional.
Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma
bagi perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan. Etiket pelayanan yang perlu diperhatikan oleh ASN terhadap
pengguna jasa pada umumnya adalah sebagai berikut: Sikap/ perilaku, Ekspresi wajah,
Penampilan, Cara berpakaian, Cara berbicara, Cara mendengarkan, Cara bertanya.
Beberapa etiket dasar yang seharusnya dilakukan oleh ASN antara lain:Politeness,
Respectful, Attentive, Cooperatif, Tolerance, Informality, Self Control. Beberapa manfaat
dari etiket antara lain: Communicative, Attractive, Respectable, dan Self Confidence.
Beberapa praktik etiket dalam pelayanan: Etiket dalam menyampaikan salam, Etiket
dalam berjabat tangan, Etiket dalam menerima tamu, Etiket dalam bertamu/menerima
tamu, dan Etiket dalam menangani keluhan pelanggan.
B. Penerapan
ASN sebagai pelayan publik harus bertekad melakukan perbaikan atas
kurang baiknya kualitas pelayanan publik di Indonesia, berkontribusi memperbaiki
birokrasi. Dan memiliki kesadaran untuk memberikan kontribusi terhadap upaya
perbaikan kualitas pelayanan Publik di Indonesia. Sehingga terdapat implikasi
strategis jangka Panjang sebagai upaya mengubah kinerja birokrasi dalam
memberikan pelayanan Publik. Dalam memberikan pelayanan Publik ASN harus
professional, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktek Kolusi Korupsi
dan Nepotisme.
Sebagai Rumah Sakit Provinsi, RSUD dr. Doris Sylvanus wajib melaksanakan
Pelayanan Publik kepada masyarakat. Pelayanan publik yang menyenangkan bagi
masyarakat akan memberi citra positif bagi RSUD. Untuk meningkatkan pelayanan
publik di butuhkan standar yang tertuang dalam peraturan yang dikeluarkan oleh
Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus. Beberapa Penerapan dari Prinsip-prinsip
Pelayanan Publik yang ada di RSUD dr Doris Sylvanus adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pelayan kesehatan kita melaksanakan aturan mengenai pelayanan
Publik di Rumah Saki yaitu Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 67
Tahun 2016 tentang Tata Kelola RSUD dr. Doris Sylvanus. Melayani seluruh
pasien dengan sikap profesional yang tinggi, Dalam bidang kesehatan kita wajib
menerapkan standarisasi pelayanan yang diberikan, Melakukan semua tindakan
sesuai SOP, bisa dari perilaku, cara berpakaian, Berperilaku 5S (Senyum Sapa
Salam Sopan Santun) sesuai moto RSUD dr. Doris Sylvanus yaitu BAJENTA
BAJORAH yang artinya memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua
orang dengan ramah tamah, tulus hati, dan kasih sayang. Kemudian harus
membuat inovasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
kualitas dan kemandirian masyarakat.
2. RSUD dr. Doris Sylvanus Menerapkan “Lansia Prioritas” untuk lansia
pelayanan di dahulukan disemua tempat, Menyediakan keberadaan jalur cepat
bagi pasien disabilitas, anak-anak, ibu hamil dan orang tua, selain itu pelayanan
antrian operasi elektif (terjadwal) bisa menunggu di rumah tanpa masuk rumah
sakit sampai pada saat jadwal operasinya.
3. RSUD dr. Doris Sylvanus Mempunyai website untuk memberikan informasi
yang mudah didapat tentang rumah sakit yang berguna untuk pasien-pasien yang
jauh wilayahnya yang ingin berobat ke rumah sakit.
4. RSUD dr. Doris Sylvanus Menyediakan Pojok ASI untuk Ibu-ibu menyusui
baik pasien, pendamping pasien atau pengantar pasien agar lebih terjaga
kenyamanan, keamanan dan pelayanan saat di rumah sakit.
5. Mengoptimalkan penggunaan T riage (Triage Merah, Kuning, atau Hijau)
untuk menentukan prioritas pasien berdasarkan kegawatdaruratannya dan tidak
membeda-bedakan pasien dalam penanganan pasien yaitu salah satu bentuk non
diskriminatif pasien.
6. Memberi informasi secara jelas tentang kondisi sakitnya dan terapi yang akan
kita berikan kepada mereka, hal ini merupakan bentuk transparansi kita kepada
pasien.
7. Perbaikan operan shift dengan optimalisasi buku dinas atau Operan dinas
langsung ke pasiennya agar tidak salah dalam penanganan pasien merupakan
salah satu bentuk efektif dan efesien dalam penanganan pasien.
8. Dalam masa Pandemi Covid-19, RSUD dr. Doris Sylvanus melayani Vaksin
Covid-19 setiap harinya yang di prioritaskan untuk lansia tetapi terbuka juga
untuk umum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
9. RSUD dr. Doris Sylvanus membuka pendaftaran online jika ingin berobat ke
Poli Klinik, merupakan salah satu bentuk aksesibel untuk mempermudah
masyarakat yang ingin berobat dari luar palangka Raya dapat mendaftar terlebih
dahulu.
10. Proses pelayanan yang diberikan tidak berbelit, melayani pasien tanpa
melihat latar belakang, melayani pasien dengan ramah dan sopan, memberikan
informasi yang jelas kepada pasien dan betanggung jawab atas pelayanan yang
diberikan, Tetapi kadang-kadang Proses Pelayanan nya bisa mengantri panjang
akibat penuhnya pasien yang ingin scrrening di poli klinik Covid-19.
11. Sebelum Tindakan semua Pegawai d. Doris Sylvanus terlebih dahulu
mencuci tangan 6 langkah dengan sabun agar pasien merasa aman. Menerima
pasien dengan dengan ramah dan sopan, supaya pasien merasa nyaman.
Bertanya keluhan pasien dengan penuh perhatian. Melakukan pemeriksaan
dengan teliti dan menyeluruh. Memberikan Inform Konsen dengan jelas dan
mudah dimengerti oleh pasien sebelum melakukan prosedur tindakan.
12. Pada saat pasien cuci darah, RSUD dr. Doris Sylvanus memberikan
pelayanan berupa Televisi dan musik agar pasien-pasien gagal ginjal atau yang
memerlukan cuci darah tidak tegang dan bersantai mengingat cuci darah
dilakukan seumur hidup dan minimal 1 kali seminggu.
13. RSUD dr. Doris Sylvanus Tidak boleh membeda-bedakan antar pasien
berdasarkan status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau
orientasi seksual, atau tidak boleh membeda-bedakan pasien berdasarkan
penggunaan BPJS atau umum karena dasar pelayanan nya itu sama yang
membedakannya hanya bed rawat inap.
14. RSUD dr. Doris Sylvanus terdapat pelayanan ambulan untuk pasien yang
tidak sadarkan diri, penyakit parah atapun kematian, sampai saat ini di RSUD
dr. Doris Sylvanus masih menjalankan pelayanan jemput pasien ini.
15. Keprofesionalan Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai
dengan bidang tugas atau tupoksinya. Misalnya Jika ada pasien mengeluh saat
rawat inap, seorang Perawat tidak boleh meresep obat, harus lapor kepada dokter,
diperiksa sesuai SOP lalu dokter memberikan dan meresep obat tersebut.
16. Menyediakan Tempat atau ruang Informasi di RSUD dr. Doris Sylvanus untuk
pasien (Informasi letak ruangan, pelayanan poli, harga pelayanan, ruangan rawat
inap, dan lain-lain)
17. Semua Petugas Medis di RSUD dr. Doris Sylvanus wajib Menjaga
kerahasiaan pasien. Di RSUD dr. Doris Sylvanus sudah menjalankan etika
tersebut.
18. Menyediakan tempat cuci tangan dan handsanitizer di setiap ruangan dan poli
klinik untuk pasien
2. WOG ( WHOLE OF GOVERMENT )
A. POKOK PIKIRAN
Keberagaman Indonesia dalam konteks suku bangsa, agama, nilai dan
keyakinan menjadi khazanah kebhinnekaan yang mempunyai dua sisi mata pedang
yang berbeda satu sama lain. Sebagai sebuah bentuk kekayaan, maka kondisi
majemuk bangsa merupakan sebuah realitas yang bisa menghadirkan potensi-potensi
pendorong adanya pertumbuhan dan kerjasama. Namun di sisi lain, keberagaman
juga menjadi ancaman ketika primordialisme dan ego sektor menguat dan saling
„mengalahkan‟.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuantujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WoG dipandang
menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas
batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu
pemerintah terhadap isu-isu tertentu
Karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip
kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan
aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan. WoG menjadi penting, karena
diperlukan sebuah upaya untuk memahami pentingnya kebersamaan dari seluruh
sektor guna mencapai tujuan bersama. Sikap, perilaku, dan nilai yang berorientasi
sektor harus dicairkan dan dibangun dalam fondasi kebangsaaan yang lebih
mendasar, yang mendorong adanya semangat persatuan dan kesatuan. Terdapat
beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa
negara, termasuk Indonesia dalam level- level tertentu.
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus
3. Membentuk gugus tugas
4. Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi
antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus
dalam koordinasi ini.
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek antara lain
adalah:
1. Kapasitas SDM dan institusi
2. Nilai dan budaya organisasi
3. Kepemimpinan

Praktek WoG dalam Pelayanan Publik


Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal
yang dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah:
1. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif
Praktek WoG dalam jenis pelayanan administrasi dapat dilihat dalam
praktek-praktek penyatuan Pelayanan Jasa Pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya.
2. Pelayanan Barang Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan
telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
3. Pelayanan Regulatif Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.penyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti PTSP atau
kantor SAMSAT.

WOG dalam Lingkup Penyelenggaraan Negara


Sistem penyelenggaraan negara merupakan aktivitas dari lembaga eksekutif,
legislatif dan yudikatif atau seluruh lembaga negara, dalam rangka mencapai tujuan
berbangsa dan bernegara. Dalam penyelenggaraan negara perlu diterapkan “check
and balances system”, agar penyelenggaraan kekuasaan negara dimaksud bisa
berjalan secara efektif dan efisien. Inilah yang menjadi salah satu bentuk
penyelenggaran negara yang terintegrasi dan saling mengontrol.

WoG dalam Lingkup Penyelenggaraan Pemerintahan Negara


Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan bagian integral dan paling
dominan dalam sistem penyelenggaraan negara. Karena, operasionalisasi dari semua
ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945, kecuali yang telah secara khusus dan jelas
menjadi kewenangan lembaga-lembaga negara di luar eksekutif.

WoG dalam Lingkup Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah


Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar Daerah sangat terkait erat
dengan prinsip-prinsip dan tujuan pemberian Otonomi Daerah, baik kepada Daerah
Provinsi maupun kepada Daerah Kabupaten dan Kota, berdasarkan asas
desentralisasi.

Pegawai ASN dan Pelayanan Publik


Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan
dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan Pegawai ASN.

Asas-Asas terkait dengan Implementasi WoG


Berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme :
a. Asas Kepastian Hukum;
b. Asas Kepentingan Umum;
c. Asas Akuntabilitas;
d. Asas Proporsionalitas;
e. Asas Profesionalitas;
f. Asas Keterbukaan;
g. Asas Efisiensi; dan
h. Asas Efektifitas. Berdasarkan

WoG dalam Lingkup Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Daerah melaksanakan pembangunan untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan publik dan daya saing Daerah. Pembangunan Daerah merupakan
perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional.
CONTOH KASUS
Profesi Dan Pengabdian Satu Paket yang Harus Dimiliki ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai salah satu unsur aparatur dalam
birokrasi pemerintahan yang langsung berhubungan dengan masyarakat
memiliki dua dimensi pengertian. Sebagai pekerjaan atau profesi, dan
sebagai pengabdian. Keduanya, satu paket yang harus dimiliki setiap
ASN. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy saat
menutup Diklat Calon ASN di Lingkungan Provinsi Banten Angkatan tahun
2019 yang diselenggarakan Badan Pengebangan Sumber Daya Manusia
Daerah (BPSDMD) Banten, Rabu (2/10). "Sebagai pekerjaan atau profesi,
seorang ASN dituntut memiliki profesionalitas. Sedangkan dalam
pengertian sebagai pengabdian, seorang ASN harus mempertajam
sensit ivitas sebagai pengayom dan pelayanan masyarakat merespon
berbagai permasalahan krusial yang dihadapi masyarakat di wilayah
Provinsi Banten," ujar Andika.
Menurutnya, rasa kesatuan seluruh aparatur dan rasa kesamaan
tujuan di antara ASN pada masing-masing OPD di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Banten maupun di lingkungan pemerintah kabupaten/ kota se-
Provinsi Banten menjadi modal terbangunnya budaya kinerja. "Selain itu,
aparatur mempunyai tanggung jawab atas pencapaian kinerja dan merasa
bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Adanya target kinerja yang jelas
dan berjenjang di setiap unit kerja akan membuat setiap aparatur memiliki
tanggung jawab dan akuntabilitas sehingga pada akhirnya memicu
terwujudnya budaya kinerja,’ paparnya.
Sementara, Kepala BPSDMD Banten Endrawati mengatakan,
penyelenggaraan Latihan Dasar CASN telah mengalami perubahan dengan
sistem pola baru. Hal itu, kata dia, mengacu pada peraturan Kepala LAN
Nomor 12 tahun 2018 tentang pelatihan dasar CASN. "Perubahan itu
terutama pada kurikulum atau materi pembelajarannya yang dirancang
untuk dapat meningkatkan kemampuan organisasi birokrasi di sektor pub
lik,’ ujarnya.
Selain materi pembelajaran, lanjut Endrawati, perubahan lain yang
membedakan Latsar CASN pola baru ini membekali peserta dengan
pengetahuan tentang sistem pengelolaan pemerintah yang terintegrasi
dalam penyelenggaraan pemberian pelayanan me lalui konsep whole of
government (WOG) dan best practice. BPSDM Provinsi Banten mulai
mengintegrasikan peningkatan kompetensi aparatur melalui program
pendidikan dan pelatihan yang lebih mengutamakan sifat pendekatan tugas
yang diarahkan pada hal pengayo man dan pelayanan masyarakat dan
menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan,"
pungkasnya.

B. PENERAPAN
Beberapa Penerapan pendekatan praktek WoG yang ada di RSUD dr Doris
Sylvanus adalah sebagai berikut :
1. kerjasama antar BPJS dan rumah sakit sehingga memudahkan pengguna
pelayanan mendapatkan pelayanan dirumah sakit, tidak harus
mengeluarkan uang banyak secara bersamaan, cukup membayar setiap
bulan.
2. Rekam medis pasien rawat inap maupun rawat jalan, Penulisan Resep dan
Permintaan pemeriksaan penunjang masih menggunakan system manual jadi
banyak proses dan tahapan yang harus diisi dari mulai pasien mendaftar sampai
dengan pasien pulang. Seharusnya pelayanan dapat diterapkan salah satunya
dengan sistem eMedical record yang baik yang multiguna dalam tiap tahapan
pelayanan kesehatan (pendaftaran, verifikasi BPJS/asuransi/pembayaran, rekam
medis, penunjang, order tindakan) dan dipergunakan juga sebagai database
informasi untuk penelitian dan pengembangan pelayanan seperti penggunaan
SIMRS (Sistem Informasi Mnajemen Rumah Sakit). Saat ini di RSUD dr. Doris
Sylvanus menerapkan SIMRS tetapi sampai saat ini masih uji coba dan sosialisasi
kepada setiap pegawai Rumah Sakit. SIMRS Berfungsi sebagai sistem informasi
yang terintegritas yang di siapkan untuk menangani keseluruhan manajemen
rumah sakit mulai dari pelayanan diagnosa, tindakan terhadaap pasien, medical
record, apotek, gudang farmasi. SIMRS juga menangani sistem komputerisasi
baik hardward maupun softward Rumah Sakit ( Jaringan Internet, Billing sistem
untuk pelayanan pasien). Dalam pelayanan pasien dibutuhkan koordinasi baik tim
medis (dokter, perawat, bidan) maupun penunjang medis (laboratorium, farmasi,
radiologi). sehingga SIMRS disini sangat berperan penting dalam
pengkoordinasian. Salah satunya “Billing” dimana setiap tindakan yang
dilakukan bisa langsung di input di komputer yang sudah berhubungan dengan
jaringan yang terintegrasi. Maka demikian dapat meminimalisirkan terjadinya
manipulasi data.
3. Kerjasama antar Rumah Sakit dan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Tengah ataupun Pemerintah Kota Palangka Raya melalui dinas sosial
bagi masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki BPJS. Dengan
kerjasama ini, efeknya tentu meringankan beban masyarakat kurang
mampu dalam berobat karena mendapatkan layanan gratis setelah
mengurus persyaratan sesuai dengan peraturan pemerintah P r o v i n s i
K a l i m a n t a n T e n g a h.
4. Kerjasama antar Rumah Sakit dan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Tengah Dalam Penerimaan Vaksin dalam Kegiatan Percepatan
Pemutusan Rantai Covid-19 dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah.
5. Dokter memiliki peran penting dan ikut menentukan kelancaran dan keberhasilan
suatu rumah sakit. Agar para dokter dan tenaga kesehatan lainnya dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik dan efektif, maka diperlukan kerjasama dari
berbagai elemen. Pada dasarnya, tujuan dari kerjasama itu adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan agar terpenuhinya kebutuhan
yang diperlukan oleh pasien. Sebagai contoh adalah kasus yang sedang merebak
saat ini yaitu pandemi covid-19. Angka kejadian yang terus meningkat membuat
mustahil jika pasien-pasien covid-19 hanya ditangani oleh satu rumah sakit. Oleh
karena itu, diperlukan korrdinasi beberapa rumah sakit terkait perawatan pasien
covid-19. Agar koordinasi berjalan dengan lancar, maka dibentuklah satgas
covid-19 wilayah Palangka Raya. Satgas covid ini sendiri dibawahi langsung
oleh dinas kesehatan kota Palangka Raya ataupun Satgas Provinsi Kalimantan
Tengah. Sehingga dinas kesehatan pun dapat mendata jumlah dan kondisi pasien
covid-19 di seluruh Provinsi Kalimantan Tengah. Satgas covid ini pun
berhubungan dengan pasien dan menjelaskan kepada pasien langkah-langkah apa
saja yang perlu dilakukan saat pasien mengalami keluhan. Kemudian tim satgas
juga berkomunikasi kepada pihak rumah sakit jika nantinya, pasien tersebut
memerlukan perawatan yang lebih intensif di rumah sakit. Seperti inilah bentuk
penerapan WoG dalam bidang kesehatan.
6. Kerjasama antara Rumah Sakit Swasta dengan RSUD dr. Doris Sylvanus
dalam Rujukan Penyakit yang membutuhkan Pemeriksaan Spesalis atau
penunjang lebih lanjut.
7. Kerjasama antar Asuransi Kesehatan dan rumah sakit sehingga
memudahkan pengguna pelayanan mendapatkan pelayanan dirumah sakit
ketika tidak mempunyai BPJS, tidak harus mengeluarkan uang banyak
secara bersamaan, cukup membayar setiap bulan.
8. Kerjasama antar Perusahaan Farmasi dan Rumah Sakit sehingga
memudahkan pengguna pelayanan mendapatkan obat-obatan yang
lengkap di RSUD dr. Doris Sylvanus. Merupakan wujud WOG
Pelayanan publik di bidang Barang atau obat -obatan.
9. Kerjasama antar Perusahaan Supplier alat kesehatan dan Rumah Sakit
sehingga memudahkan pengguna pelayanan mendapatkan alat-alat
kesehatan yang lengkap di RSUD dr. Doris Sylvanus. Merupakan
wujud WOG Pelayanan publik di bidang Barang
10. Kerjasama Kepolisian dan Rumah Sakit dalam hal KLL, atau tindak
pidana lainnya untuk dilakukan Visum et repertum atau autopsi pada
jenasah sehingga membantu kepolisian dalam pemecahan kasus yang
sedang di tangani.
3.MANAJEMEN ASN (KEDISIPLINAN)
A. POKOK PIKIRAN
Aparatur Sipil Negara atau yang biasa disingkat ASN merupakan
keseluruhan pejabat negara yang telah memenuhi syarat tertentu, diserahi tugas
serta diberi gaji yang bekerja untuk kepentingan negara. Pengaturan aparatur sipil
negara ini dimuat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (selanjutnya disebut dengan UU ASN) yang telah
beberapa kali dilakukan perubahan diantaranya Undang Undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Manajemen ASN merupakan dasar pengelolaan ASN dalam rangka
menghasilkan ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan
menekankan penataan profesi pegawai sehingga diharapkan tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. ASN
berfungsi sebagai Pelaksana kebijakan Publik, Pelayan Publik, dan Perekat dan
pemersatu bangsa. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Dalam UU ASN mengedepankan independensi, kinerja dan profesionalisme
ASN. Jabatan dalam UU ASN terdiri dari jabatan fungsional, jabatan administratif
serta jabatan pimpinan tinggi, istilah PNS diganti menjadi ASN, dan ada perubahan
batas usia pensiun yang semula 56 tahun diperpanjang menjadi 58 tahun sementara
pejabat pimpinan tinggi (eselon I dan II) 60 tahun. Perubahan-perubahan tersebut
didasarkan pada sistem merit, yang lebih menekankan profesionalisme, kualitas,
kompetensi, kinerja, obyektivitas, transparansi serta bebas dari intervensi politik
dan praktik KKN untuk pengisian jabatan.
Sistem merit diterapkan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai
akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja.
Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi
lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan
dari organisasi untuk meningkatkan kinerja. Bagi organisasi sistem merit
mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang saat ini menjadi tuntutan dalam
sektor publik. Sedangkan bagi pegawai, sistem ini menjamin keadilan yang akan
meningkatkan motivasi kinerja pegawai dan juga menyediakan ruang keterbukaan
dalam perjalanan karir seorang pegawai.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Perbedaan antara keduanya terdapat pada PPPK tidak meliputi pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, dan jaminan pensisun dan hari
tua. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi,
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas
serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina
Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. Pegawai
ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Sengketa Pegawai ASN
diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan
dan banding administrative.

Contoh Kasus Terbaik


LIPI Masuk Kategori “Baik” untuk Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen
ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan aktor utama penggerak birokrasi
pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik. Untuk menciptakan ASN yang profesional, berintegritas, netral
dan berkinerja tinggi, Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara untuk mentransformasi birokrasi Pemerintah
Indonesia dari rule-based bureaucracy menuju ke dynamic governance, dan
manajemen ASN dari administrasi kepegawaian menuju ke pembangunan Human
Capital.
Sesuai dengan kewenangannya, pada tahun 2018 Komisi Aparatur Sipil
Negara (KASN) melakukan pemetaan penerapan sistem merit dalam manajemen
ASN di Pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian/LPNK) dan Pemerintah Provinsi, berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 40 Tahun 2018 dan
Peraturan KASN No. 5 Tahun 2017. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
penerapan sistem merit di masing-masing instansi pemerintah dan sejauh mana
kesiapan instansi tersebut untuk menerapkan sistem merit sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hasil “Pemetaan Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen ASN”
yang dikeluarkan oleh KASN, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dinilai
masuk ke Kategori III – BAIK. “Instansi dalam kategori ini masih perlu
menyempurnakan berbagai persyaratan penerapan sistem merit dalam manajemen
ASN di instansinya, tetapi sudah dapat menerapkan seleksi terbatas dari talent
pool dengan pengawasan KASN serta dievaluasi setiap tahun”, jelas Nuraida
Mokhsen, Komisioner KASN Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem.
Penerapan sistem merit dalam manajemen ASN merupakan amanat utama dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014. Penerapan sistem merit bertujuan untuk
memastikan jabatan yang ada di birokrasi pemerintah diduduki pegawai yang
memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi. Artinya, pengangkatan pegawai,
mutasi, promosi, penggajian, penghargaan dan pengembangan karier pegawai
didasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja pegawai. Tidak hanya
menimbulkan rasa keadilan di kalangan pegawai, tujuan untuk mewujudkan
pegawai ASN yang profesional, berintegritas, netral dan berkinerja tinggi dapat
diwujudkan.

B. PENERAPAN
Penerapan manajemen ASN sebagai dokter harus mengacu pada UU ASN yang
mengedepankan independensi, kinerja dan profesionalisme ASN. Dokter juga
memiliki peran penting dan ikut menentukan kelancaran dan keberhasilan dalam
pelayanan medis. Beberapa Penerapan pendekatan Nilai-nilai manajemen ASN
(Disiplin) yang ada di RSUD dr Doris Sylvanus adalah sebagai berikut :
1. Seorang dokter harus selesai melaksanakan pendidikan sarjana kedokteran dan
profesi dokter (Kualifikasi Akademik), kompetensi Profesional sesuai
bidangnya, sertifikat tenaga kesehatan, Surat Tanda Rigistrasi (STR), Surat Izin
Praktik (SIP), sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan indonesia sehat (menunjukan kinerja terbaik).
2. Seorang dokter harus Menjunjung tinggi Kode etik kedokteran begitu pula
dengan Profesi lain, harus menjunjung tinggi Kode etik tersebut.
Contohnya : Tidak boleh menjual contoh obat (tree sample) yang diterima cuma-
cuma dan perusahaan farmasi, Menjuruskan pasien untuk membeli obat tertentu
karena dokter yang bersangkutan telah menerima komisi dan perusahaan farmasi
tertentu, Mengijinkan penggunaan nama dan profesi sebagai dokter untuk kegiatan
pelayanan kedokteran kepada orang yang tidak berhak, misalnya dengan namanya
melindungi balai pengobatan yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Pemerintah, Melakukan tindakan kedokteran yang tidak perlu atau tanpa indikasi
yang jelas, karena ingin menarik pembayaran yang lebih banyak, Melakukan usaha
untuk menarik perhatian umum dengan maksud supaya praktek lebih dikenal orang
lain dan pendapatannya bertambah. Misalnya mempergunakan iklan atau
mengizinkan onang lain mengumumkan namanya dan atau hail pengobatannya
dalam surat kabar atau media massa lain, Meminta dahulu sebagian atau seluruh
imbalan jasa perawatanpengobatan, misalnya pada waktu akan diadakan
pembedahan atau pertolongan obstetri, Meminta tambahan honorarium untuk
dokter-dokten ahli bedah/ kebidanan kandungan, setelah diketahui kasus yang
sedang ditangani ternyata sulit, dimana pasien yang bersangkutan berada pada
situasi yang sulit, Menjual nama dengan memasang papan praktek di suatu tempat
padahal dokter yang bersangkutan tidak pernah atau jarang datang ke tempat
tersebut, sedangkan yang menjalankan praktek sehani-harinya dokten lain bahkan
orang yang tidak mempunyai keahlian yang samadengan dokter yang namanya
terbaca pada papan praktek, Mengekploitasi dokter lain, dimana pembagian
presentasi imbalan jasa tidak adil, Merujuk pasien ke tempat sejawat kelompoknya,
walaupun di dekat tempat prakteknya ada sejawat lain yang mempunyal keahlian
yang diperlukan.
3. Pegawai Kesehatan yang masuk RSUD dr. Doris Sylvanus menerapkan tata
kelola klinis (clinical governance) agar menjaga kedisiplinan dan
profwsinalisme melalui mekanisme Kredensial, penjagaan mutu profesi medis
dan pemeliharaan etika dan disiplin etik medis.
4. Menambah jumlah dokter jaga dan perawat jaga berdasarkan beban kerja
terutama di saat Pandemi Covid 19. Dengan seiring meningkatnya kasus, Harus
menambah jumlah relawan atau kontrak di RSUD Doris Sylvanus.
5. Disiplin saat Absensi menggunakan Fingerprint di RSUD dr. Doris Sylvanus,
Shif pagi jam 07.00 pulang pukul 14.00, Shif sore jam 14.00 pulang pukul
21.00, Shif malam jam 21.00 pulang pukul 07.00, Menegaskan Punishment
bagi Pegawai yang datang terlambat datang kerja.
6. ASN di RSUD dr. Doris Sylvanus wajib disiplin dalam pengisian SKP (sasaran
Kerja Pegawai) dan perilaku pegawai setiap tahun sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
7. Petugas Kesehatan berhak memperoleh insentif sesuai dengan kemampuan
rumah sakit.
8. Dokter harus terus mengasah dan meningkatkan kompetensi dan kualifikasi
demi memberikan pelayanan publik yang berkualitas dan profesional, misalnya
mengikuti seminar, workshop bahkan melanjutkan pendidikan (Dokter
Spesalis)
9. ASN RSUD dr. Doris Sylvanus professionalitas dalam penempatan tempat
kerja pegawai sesuai dengan Profesi pegawai.
10. Untuk peningkatan atau akreditasi RSUD dr. Doris Sylvanus ASN Profesi
selain Tugas Kerja sesuai Profesi, ASN wajib ikut serta dalam akreditasi
(tugas tambahan) di luar tugas profesi.
MANAJEMEN TENAGA KEDOKTERAN DALAM REGULASI ASN

Anda mungkin juga menyukai