KELOMPOK 3 - Gayatri Putri - 203310696 MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Oleh :
KELOMPOK 3
1. Dita Maharani 203310691
2. Gayatri putri (203310696)
3. Mardiah(203310699)
4. Mulyana Dwi Firza (203310701)
5. Oviro Fajri (203310705)
6. Putri Melati Yonita (203310706)
7. Salsa Billa (203310711)
DOSEN :
Reflita,S.Kp., M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN II. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Padang, 10 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................5

1.3 TUJUAN...............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................7

2.1 KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK........................................................................7

2.2 PRINSIP – PRINSIP DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK....................................8

2.3 HELPING RELATIONSHIP............................................................................................10

2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK......................................................................12

2.5 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK......................................................................14

2.6 TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK..................................................................16

BAB III PENUTUP......................................................................................................................19

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................19

3.2 SARAN...............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada
saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya
antara lain berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita,
dan ain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran
kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau
gestru (non verbal)

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan


dan mendapat respons. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu mempengaruhi
orang lain dan untuk mendapat informasi. Akan tetapi komunikasi dapat digambarkan sebagai
komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan).
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk
membangun suatu hubungan, baik tiu hub ungan yang kompleks maupun yang sederhana melalui
sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimilki oleh seseorang
menggambarkan secara utuh dirinya, perasaanya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui
komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan merasakan
kebahagiaan.

Effendy O.U (2002) dalam suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam komunikasi
yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator (pengirim pesan)
menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada komunikas (penerima
pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu,
komunikasi juga dapat memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu
komunikasi yang lebih lanjut.

4
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat,
karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan, mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjang sering, menumbuhkan rasa nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilainilai klien. Sehingga dapat juga
disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan
dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya. Komunikasi yang efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan
hubungan antara perawat dan klien. Addalatoi (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995)
menegaskan bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak
peduli terhadap pasien, seorang perawat yang tidak care dengan orang lain (pasien) adal berdosa.
Seoarang perawat yang tidak menjalankan profesinya ecara profesional akan merugikan orang
lain (pasien), unit kerjanya dan dirinya sendiri. Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada
umumnya menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi interpersonal,
interpersonal dan komunal/ kelompok. Demikian pula ditegaskan dalam poter dan perry (1993)
bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahaan yakni komunikasi interpersonal,
interpersonal dan publik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan konsep komunikasi terapeutik?
2. Jelaskan Prinsip – prinsip dalam komunikasi terapeutik?
3. Jelaskan helping relationship?
4. Apa saja tujuan komunikasi terapeutik ?
5. Jelaskan Teknik komunikasi terapeutik?
6. Jelaskan tahap komunikasi terapeutik?

1.3 TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan II

5
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui dan memahami Prinsip – prinsip dalam komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui dan memahami helping relationship
5. Untuk mengetahui dan memahami tujuan komunikasi terapeutik
6. Untuk mengetahui dan memahami Teknik komunikasi terapeutik
7. Untuk mengetahui dan memahami tahap komunikasi terapeutik
8.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan
perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal
mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987,
hal. 111) karena :
a) Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam
proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan
pikiran.
b) Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti,
keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses
keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan
yang normal.
c) Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik
tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.

Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses
komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya.

7
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan,
media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi
yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan
nonverbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien
anak.

Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain : Vokal; nada,
kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana emosi.
a. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau gerakan-gerakan
yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.
b. Jarak (space) : Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman.
c. Sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budaya dan
kebiasaaan.

Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya :
kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab.
Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak ada kemampuan
menghargai keunikan klien.

Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di rencanakan, di


pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali perawat melakukan
komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan
seperti di buat-buat.hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing
hubungan pasien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang
positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.

2.2 PRINSIP – PRINSIP DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan


yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang

8
konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi ini mempunyai
tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan.

Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi
terapeutik berikut ini :

1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya,
dan keunikan setiap .individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dininya dan harga
diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci
dan komunikasi terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai
yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
9. Perawat haruis menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.
10. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun fungsi.

9
2.3 HELPING RELATIONSHIP

Salah satu karakteristik dasar dan komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya, selain itu
komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang pada akhirnya membentuk
suatu hubungan ‘helping relationship’.

Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu
maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yang
dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan Klien
terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan
pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien.

Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:

1. Kejujuran

Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina
hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang
terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati
pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang
sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam
Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat
berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan
menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpurapura patuh
terhadap perawat.

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif

10
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan katakata
yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit.
Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya
karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif

Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya
maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan
dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk
mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan
kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi
penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam
Suryani,2005).

4. Empati bukan simpati

Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap diri
perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer, 1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap
empati perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak
hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaan
tersebut dan untuk berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.

5. Mampu melihat permasalahan dan kacamata klien

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien


(Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenanya perawat harus mampu untuk melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dan sudut pandang klien. Untuk mampu

11
melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perbatian berarti
mengabsorpsi isi dan komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi.
Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.
Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi
klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.

6. Menerima klien apa adanya

Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa
adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin
hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005).
Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan
pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien
apa adanya.

7. Sensitif terhadap perasaan klien

Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitif
terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dan berkata atau melakukan hal-hal yang
menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri Perawat harus
mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat mi, bukan
atas masa lalunya, demikian pula terhadap dininya sendiri.

2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

12
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :

1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri Memulai komunikasi
terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien yang menderita penyakit
kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu
menerima keberadaan dirinya, mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa
tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling


bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana
menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima
klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley
(1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses
interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan,
memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa
individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang
tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.

4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang reistis. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan
identitas diri yang jelas.

13
2.5 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Mendengar aktif; Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi terhadap
pesan orang lain yang menggunakan semua indra, Liendberg et al, cit Nurjanah (2001)
2. Mendengar pasif; Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non
verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga
keikutsertaan secara verbal
3. Penerimaan: Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima informasi
dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan
bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
4. Klarifikasi; Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klienapa yang
tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabula pesan
yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba memahami
situasi yang digambarkan oleh klien.
5. Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untukmembatasi area
diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart & Sundeen,
cit Nurjanah (2001).
6. Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain.Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat tingkah
laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen, cit
Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi
malu atau marah.
7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi
adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah,
(2001). Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien
tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat
memberikan informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir
pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk

14
menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami kesulitan
untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu
yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga
diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan
seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu
diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.
9. Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain,
Nurjanah, 2001.
10. Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi untukmeningkatkan
pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama denga
ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.
11. Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan); Memberipenghargan
merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan menandakan kesadaran, Schultz
& Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
12. Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa
respon bersyarat atau respon yang diharapkan, Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001
13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien untuk
meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001
14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong klien untuk
menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien
menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk
apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen,
cit, Nurjanah, 2001.
15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Melakukan klarifikasi
antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian lain. Teknik
bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah
yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat,
meyakinkan atau tidak mengakui klien.

15
2.6 TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G.W, 1998 menjelaskan bahwa dalam
prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau
tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien,

Tahapan im dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau
kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi
terapeutik dengan klien.

Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan


orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan
oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan
bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang
dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak
mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.


b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.

c. Mengumpulkan data tentang klien.

d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan
dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat

16
sesuai dengan keadaan klien saat mi, serta mengevaluasi basil tindakan yang telah lalu
(Stuart.G.W, 1998).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.


b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena
tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

3. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dan keseluruhan proses komunikasi terapeutik


(Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons
ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam
tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.

Di bagian akhir tahap mi, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya


dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien
memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005).
Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan
bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan
baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.

17
4. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dan pertemuan perawat dan klien. Tahap tenninasi dibagi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi
sementara adalah akhir dan tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan
perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan
kontrak waktu yang telah disepakati bersama. sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

 Mengevaluasi pencapaian tujuan dan interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi


objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
 Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
 Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut
yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan
interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap
orientasi pada pertemuan berikutnya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan
serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam
dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat
melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya


diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan
adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh
dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan


serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam
dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat
melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah :

a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal
yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan    mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri

19
Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu dan mahluk
sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di bidangnya, khususnya di
bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan segala tahapan dalam komunikasi
terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran
akhir-akhir ini semakin pesat, senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan
itu sendiri.

Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap pasien,


terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini akan lebih baik lagi bila
perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi khususnya komunikasi
terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam
proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang
sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang
perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna
untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang
terdapat di tempat kita bekerja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media

21

Anda mungkin juga menyukai