Komu Nik As I Inter Profesional

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL

Disusun Oleh:

Najwa Humairo

(2348201087)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan untuk membuat
makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas. Kami menyadari
tidak akan bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik tanpa adanya bantuan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak pihak yang terlah membantu kami. Saya tentu saja
menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, saya sangat menerima kritik dan saran untuk laporan ini,
sehingga laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kiranya isi laporan
makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan.......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................6

2.1 Pengertian Kokunikasi..............................................................................................6

2.2 Komunikasi Interprofesional....................................................................................6

2.3 Tujuan Komunikasi Interprofesional........................................................................7

2.4 Prinsip Komunikasi Interprofesional........................................................................7

2.5 Jenis Komunikaso Interprofesional...........................................................................7

2.6 Faktor Pendukung Komunikasi Interprofesional......................................................8

2.7 Faktor Penghambat Komunikasi Interprofesional....................................................9

BAB II PENUTUP.......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi Interprofessional menjadi sangat penting dalam pelayanan
kesehatan saat ini, di mana dapat memperluas populasi pelayanan kesehatan
khususnya dalam memberikan perawatan dalam layanan kesehatan. Komunikasi
interprofessional efektif adalah keterampilan penting yang dapat meningkatkan fungsi
tim yang berkualitas tinggi, dalam perawatan pasien dengan melibatkan beberapa
disiplin ilmu seperti dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya (kolaborasi
interprofesi). Kolaborasi Interprofesi atau Interprofessional Collaboration (IPC)
adalah kemitraan antara orang dengan latar belakang profesi yang berbeda dan
bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan dan menyediakan pelayanan
kesehatan (Morgan et al, 2015).
Menurut WHO, IPC terjadi saat berbagai profesi kesehatan bekerja sama
dengan pasien, keluarga dan komunitas untuk menyediakan pelayanan komprehensif
dan berkualitas tinggi (WHO, 2010). IPC dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
memberi manfaat bersama bagi semua yang terlibat (Green and Johnson, 2015).
Tenaga kesehatan harus melakukan praktek kolaborasi dengan baik dan tidak
melaksanakan pelayanan kesehatan sendiri- sendiri (Orchar et al, 2005 dan Fatalina,
2015). Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS, 2017) di standar MKE (Manajemen
Komunikasi dan Edukasi) 5 mengatur tentang manajemen komunikasi dan edukasi
antar profesi kesehatan. Standar MKE 5
menjelaskan bahwa informasi asuhan pasien dan hasil asuhan harus dikomunikasikan
antar profesi kesehatan selama bekerja dalam shift. Komunikasi antar profesi
kesehatan penting untuk berjalannya proses asuhan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana pengertian dari komunikasi?
2.Apa saja faktor pendukung terjadinya komunikasi interprofesional?
3.Apa saja faktor penghambat terjadinya komunikasi interprofesional?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi
2. Untuk mengetahui faktor pendukung terjadinya komunikasi interprofesional
3. Untuk mengetahui faktor penghambat terjadinya komunikasi interprofesional

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar dari
kata communis adalah communico yang artinya berbagi. Komunikasi juga berasal
dari kata communication atau communicare yang berarti membuat sama. Dapat
disimpulkan bahwa sebagai kata kerja komunikasi berarti proses bertukar pikiran,
perasaan dan informas; membuat tahu seseorang; membuat sama; dan membuat
hubungan yang simpatik. Sebagai kata benda komunikasi berarti bertukar
simbolpesan-pesan yang sama dan informasi; proses pertukaran di antara individu
melalui simbol yang sama; seni untuk mengeksoresikan gagasan; dan ilmu
pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983 dalam Vardiansyah, 2004).
Konsep definisi komunikasi mengarah efektifitas komunikasi antara orang yang
terlibat di dalamnya. Schramm menyatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif
apabila komunikasi berhasil melahirkan kebersamaan (commones), kesepakatan
antara sumber (source) dengan penerima (audience). Schramm juga berpendapat
bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang membuat penerima
(audience) dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan.

2.2 Komunikasi Interprofesional


Komunikasi interprofesional adalah komunikasi yang berlangsung lama antara
beberapa orang dalam 1 kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi,
dan sebagainya. Komunikasi antar petugas kesehatan yang buruk dapat menimbulkan
ketidakpuasan pasien. Komunikasi yang kurang baik tersebut kadang-kadang
menyebabkan kecacatan atau kematian.
Semangat kerjasama antar petugas kesehatan sangat penting bagi suksesnya
suatu pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien
untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Namun terkadang semangat
6
tersebut tidak kelihatan. Bahkan pasien sering merasa bingung karena ada dua dokter
yang memberikan nasehat yang berbeda dan terkadang bertentangan.

2.3 Tujuan Komunikasi Interprofesional


Komunikasi Interprofessional pada pelayanan kesehatan dilakukan oleh
tenaga-tenaga medis seperti dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dokter spsialisdan
lainnya. Dengan adanya komunikas Inteprofessional bertujuan untuk
•Mewujudkan kesehatan pasien yang lebih baik
•Bertukar informasi dan alat medis agar lebih efektif untuk memajukan praktek medis
•Mengadvokasi untuk penerapan standar baru pelayanan perawatan kesehatan
Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan semua tenaga medis dapat
memberikan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya tanpa adanya kesalahan komunikasi
antar tenaga medis

2.4 Prinsip Komunikasi Interprofesional


Komunikasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mendukung komunikasi
dalam tim. Menurut Kumala (1995) prinsip-prinsip tersebut ialah:
1.Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan menjelaskan
pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan sesuatu tindakan.
2. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan dengan
menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua
individu dalam tim tersebut.
3. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama
individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.

2.5 Jenis Komunikasi Interprofesional


Komunikasi interprofessional dapat terjadi dalam berbagai jenis komunikasi dalam
suatu organisasi pelayanan kesehatanJenis komunikasi tersebut dapat berupa :
1. Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan
2. Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan
7
3. Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter
spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang merawat pasien
4. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas apotek
5. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas administrasi/keuangan 6.
Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang
(radiologi, laboratorium, dan lain-lain)
Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi bergantung
kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan. Semakin
banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi tersebut, kemungkinan
terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar.
Selain jenis komunikasi diatas, komunikasi interprofessional memiliki bentuk
komunikasi yang terjadi ketika komunikasi berlangsung. Bentuk komunikasi
interprofessional dapat berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbalContoh
komunikasi nonverbal dalam komunikasi interprofessional dapat berupa rekam medik
pasien, resep untuk pasien, dan lain-lain. Rekam medik pasien menjadi sumber
informasi untuk tenaga medis yang akan menjadi petugas pelayanan perawatan di
kemudian hariRekam medis pun bentuk komunikasi antar tenaga medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Sehingga mereka dapat melihat rekam medik
terlebih dahulu dan saling memberikan informasi. Selain itu, resep pun menjadi
bentuk komunikasi yang diberikan dokter untuk pasien mengambil obat di apotek.

2.6 Faktor Pendukung Komunikasi Interprofesional


Menurut (Potter & Perry, 2005)terdapat beberapa faktor pendukung
komunikasi interprofessional, antara lain:
• Persepsi
Saat berkomunikasi antar profesi perlu menyetarakan persepsiagar tidak menimbulkan
masalah dalam berkomunikasi
•Lingkungan
Saat berkomunikasi, pilihlah lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi. Hindari
lingkungan yang dapat mengganggu/menghambat proses komunikasi
8
•Pengetahuan
Saat berkomunikas, tingkat pengetahuan yang berbeda, dapat menimbulkan.
penyampaian pesan yang tidak jelas dan negative feedback.

2.6 Faktor Penghambat Komunikasi Interprofesional


Yang menyebabkan konflik antar petugas kesehatan antara lain:
a. Role Stress
Adanya permasalahan yang dialami petugas kesehatan pada saat bekerja,
menyebabkan seseorang tersebut mengalami stress sehingga mempengaruhi suasana
hati orang tersebutHal ini dapat mempengaruhi hubungannya dengan petugas yang
lain, sehingga menyebabkan komunikasi interprofesional terganggu.

b. Lack of interproffesional understandings


Maksudnya adalah, kurangnya pemahaman seseorang akan peran dari masing-
masinng petugas lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan
kesalahtafsiran terhadap pettugas lainnya ketika berada pada lingkungan kerja,
sehingga menyebabkan timbulnya konflik akibat terganggunya komunikasi
interprofesionalc. Autonomy Struggles (masalah otonomi).
Otonomi maksudnnya, setiap petugas kesehatan memiliki peran,
tanggungjawab, dan wewenang tersendiri terhadap profesi yang digelutinya. Namun,
adanya perbedaan tigkat otonomi pada masing-masing petugas kesehatan dapatt
memicu adanya ketegangan interpersonal pada diri seseorang. Seperti contoh, seorang
perawat merasa sangat kesal karena rendahnya otoritas mereka dalam menentukan
suatu keputusan mengenai keamanan atau kenyamanan pasien. Jadi seharusnya,
tiap-tiap orang memahami betul bagaimana ewenang mereka dan bagaimana otoritas
mereka terhadap kounikasi interprofesionalnya dengan orang lain. Ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah yang timbul dalam komunikasi
interprofesional:

9
a.Sensitifitas kepada penerima komunikasi.
Sensitivitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi serta
pemilihan media komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi paling baik
dibicarakan secara langsung atau tatap muka, dan dengan demikian adanya
kecanggungan serta kemungkinan adanya miskomunikasi.
b. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis
Komunikasi seringkali disampaikan secara non verbal atau lebih dikenal
dengan body language. Pengertian akan body language, yang bisa berbeda sesuai
dengan kulturini akan memberikan kelebihan dalam komunikasi
c. Frarent amgalah penting dalam mengk baliknikasikan keadaan yang bersifat
sensitif. Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan
kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang sumber
(source) dapat diterima oleh komunikan (receiver).
Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan pengaturan komunikasi yang
sebaik- baiknya antar tenaga kesehatan. Maka dalam organisasi kesehatan agar
komunikasi berjalan dengan baik dan tanpa ada masalah perlu memperhatikan hal-hal
berikut: 1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing petugas
dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus diketahui
oleh masing-masing petugas, 2) memberikan otonomi kepada petugas untuk
mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya, dan 3)
mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling
melengkapi.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi interprofesional sangat penting dilakukan guna meningkatkan
keselamatan pasien dan menurunkan angka insiden keselamatan pasien.Peningkatan
komunikasi secara efektif dengan tim kesehatan lain dibutuhkan dalam pelaksanaan
Interprofessional Collaboration sehingga petugas kesehatan dapat melakukan tindakan
pelayanan kesehatan yang aman dan efektif. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan komunikasi antar profesi adalah dengan catatan perkembangan pasien
terintegrasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. (2015). Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan Perawat


terhadap pengelolaan keselamatan Pasien di rumah sakit. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1),
97- 99.
Firawati. (2012). Pelaksanaan Program Keselamtan pasien di RSUD Solok. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 6 (2), 74-77.
Harus, B., D., & Sutriningsih, A. (2015). Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan
Pasien dengan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. 3(1), 25-27.
Herawati, Y., T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit X Kabupaten Jember. Jurnal Ikatan Kesehatan Masyarakat. 11(1), 54-58.
Iskandar, E. (2017). Tata Kelola dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient Safety
Penyakit Stroke di Rumah Sakit Dr Kanujoso Djatiwibowo. Jurnal Administrasi
Rumah Sakit. 3(3), 169-170.
Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta : Deepublish.
Kemenkes RI. (2011). Permenkes RI No.1691/Menkes/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
Najihah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit:
Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. 3 (1), 1-4.
Neri, R., A., Lestari, Y., & Yetty, H. (2018). Analisis Sasaran Pelaksanaan
Keselamatan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman.
Jurnal Kesehatan Andalas. 7 (4), 48-50.
Pagala, I., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, B. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat
Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X
Kendari. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 12(1), 138-141.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2011). Keselamatan pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Menteri Kesehatan.
Putri, S., Santoso, S., &Rahayu, E. P. (2018).Pelaksanaan Keselamatan Pasien dan
12
Kesehatan Kerja terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. Jurnal
Endurance: KajianIlmiahProblemaKesehatan, 3(2), 271-277
Qomariah, S. N., & Lidiyah, U. A. (2015). Hubungan Faktor Komunikasi Dengan
Insiden Keselamatan Pasien (Correlation of Communication Factor with Patient
Safety Incident). Journals of Ners Community, 6(2), 166-170.
Rivai, F., Sidin, A., I., & Kartika, I. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Implementasi Keselamatan Pasien Di Rsud Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia. 5(4), 152-154.

13

Anda mungkin juga menyukai