Evaluasi BK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu

pengetahuan dan teknologi, melainkan harus didukung oleh peningkatan

profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan

mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan seperti itu tidak

hanya menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual,

dan sistem nilai.

Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan

haruslah merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu

menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan profesional

dan akdemis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan

produktif. Para peserta didik dilingkungan pendidikan pada umumnya adalah

orang-orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki

karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi.

Sunaryo (dalam Yusuf, 2001:4) salah satu aspek yang harus diperhatikan

oleh pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di

sekolah–sekolah yaitu keberadaan bimbingan dan konseling.

Pencapaian standar kemampuan profesional akademis dan tugas-tugas

perkembangan peserta didik memerlukan kerja sama yang harmonis antara para

pengelola pendidikan, pengajaran, dan bimbingan dan konseling.


Pelayanan bimbingan dan konseling menekankan komponen nilai dan

sikap dalam tujuan pendidikan nasional seperti ; perkembangan diri yang optimal,

mengembangkan sikap tabah dalam menghadapi tantangan hidup serta memiliki

tanggung jawab atas tindakan-tindakanya sendiri.

Oleh karena itu bimbingan dan konseling merupakan bagian pelengkap

dalam proses pendidikan dan pengajaran, yang memiliki posisi strategis dalam

membantu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapinya serta berperan

memfasilitasi perkembangan potensi yang mereka miliki.

Depdikbud (dalam Suherman, 2009:10) mengemukakan tiga tujuan yang

ingin dicapai dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu : 1)

memahami, menerima, mengarahkan, mengembangkan minat, bakat dan

kemampuan siswa secara optimal, 2) menyesuaikan diri dengan lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat, 3) merencanakan kehidupan masa depan yang

sesuai dengan tuntutan dunia pada saat ini maupun dimasa yang akan datang.

Menurut M. Luddin ( 2010 :68) dalam rangka pencapaian tujuan

bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat beberapa jenis layanan yang

diberikan kepada siswa, diantaranya: 1) layanan orientasi, 2) layanan informasi, 3)

layanan penempatan dan penyaluran, 4) layanan penguasaan konten, 5) layanan

konseling individu, 6) layanan bimbingan kelompok, 7) layanan konseling

kelompok, dan 8) layanan mediasi.

Berdasarkan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling tersebut maka

adanya bimbingan dan konseling di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk

memfasilitasi peserta didik mengefektifkan kegiatan belajarnya, memberi arah


bagi tercapainya kesuksesan sepanjang hayat, baik pada rentang tujuan jangka

pendek, menengah maupun jangka panjang. Olehnya itu perlu adanya pengelolaan

layanan bimbingan dan konseling yang optimal sehingga dapat memberikan

sumbangan bagi pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang

ideal.

Menurut Nurihsan (2005:39) dalam melakukan pengelolaan layanan

bimbingan dan konseling, perlu memperhatikan beberapa aspek diantaranya: 1)

Perencanaan program dan waktu pelaksanaan layanan, 2) Pengorganisasian

program layanan, 3) Pengadministrasian program layanan dan 4) Evaluasi

program layanan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan aspek-spek pengelolaan layanan bimbingan dan konseling

tersebut, guru bimbingan dan konseling di sekolah telah memiliki acuan pokok

sehingga dapat melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling dengan

baik dan optimal. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal dalam

pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka perlu dilakukan

penilaian terhadap program yang akan dijalankan. Sehingga dapat diketahui

kemajuan dan prestasi yang telah dicapai. Proses penilaian yang dimaksud dalam

pengelolaan layanan bimbingan dan konseling dikenal dengan istilah “evaluasi

program bimbingan dan konseling”.

Menurut Stone (dalam Sukardi, 2003:50) evaluasi program bimbingan dan

konseling adalah upaya untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan

yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.


Evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan

akhir, namun evaluasi program bimbingan dan konseling ini dilakukan agar guru

bimbingan dan konseling mendapatkan data atau informasi untuk dijadikan dasar

dalam pengambilan kebijakan atau keputusan dalam pengembangan program

bimbingan dan konseling selanjutnya.

Menurut Suherman (2009:83) kegiatan evaluasi program bimbingan dan

konseling hendaknya dilakukan berdasarkan prosedur-prosedur evaluasi, yakni: 1)

Identifikasi tujuan yang akan dicapai, 2) Pengembangan rencana evaluasi, 3)

Proses pelaksanaan evaluasi dan 4) Pelaporan serta pemanfaatan hasil evaluasi.

Oleh karena itu dengan melakukan evaluasi program bimbingan dan

konseling sesuai prosedur-prosedur evaluasinya, guru bimbingan dan konseling di

sekolah akan mengetahui keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan

konseling yang telah direncanakan. Sejalan dengan hal tersebut, prosedur-

prosedur evaluasi bimbingan dan konseling akan lebih terarah apabila guru

bimbingan dan konseling terlebih dahulu memperhatikan aspek-aspek yang akan

dievaluasi dalam program bimbingan dan konseling.

Menurut Tohirin (2009:88) aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam

program bimbingan dan konseling, diantaranya: 1) Kesesuaian antara program

dengan pelaksanaan layanan, 2) Keterlaksanaan program yang telah direncanakan,

3) Dampak layanan bimbingan dan konseling terhadap kegiatan belajar mengajar,

4) Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan

bimbingan dan konseling dan 5) Kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan

layanan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajarnya.


Berdasarkan penjelasan tentang prosedur dan aspek-aspek yang dievaluasi

dalam program bimbingan dan konseling, maka dapat disimpulkan bahwa di

samping memperhatikan prosedur-prosedur pelaksanaan evaluasi program

bimbingan dan konseling perlu juga diketahui aspek-aspek yang harus dievaluasi

dalam program bimbingan dan konseling agar proses pelaksanaan evaluasi

program bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan optimal.

Namun kenyataan dilapangan, guru bimbingan dan konseling di sekolah

sering mengalami hambatan dalam melaksanakan evaluasi program bimbingan

dan konseling dengan baik sesuai prosedur-prosedur dan aspek-aspek yang harus

dievaluasi, sehingga proses pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di

sekolah tidak terlaksana dengan baik.

Hal tersebut merupakan temuan peneliti pada saat melakukan PPL-BK di

SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango, bahwa guru bimbingan dan

konseling masih mengalami hambatan-hambatan dalam pelaksanaan evaluasi

diantaranya; 1) Guru bimbingan dan konseling di sekolah tidak mempunyai waktu

yang memadai untuk melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling,

2) Guru bimbingan dan konseling memiliki latar belakang pendidikan yang

bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang pendidikan maupun program studinya,

sehingga kemampuannya dalam mengevaluasi program bimbingan dan konseling

dapat bervariasi.

Dengan melihat permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian secara empiris untuk mengetahui lebih jauh tentang

pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah.


Maka dari itu peneliti merumuskan penelitian dengan judul “Analisis

Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Di SMP Negeri 1

Kabila Kabupaten Bone Bolango”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka

identifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Tidak adanya waktu yang memadai dalam pelaksanaan evaluasi program

bimbingan dan konseling,

b. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan guru bimbingan konseling di

sekolah, sehingga kemampuan mengevaluasi program bimbingan dan

konseling dapat bervariasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana Proses Pelaksanaan Evaluasi

Program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone

Bolango?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana proses

pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Kabila

Kabupaten Bone Bolango.


1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang

peningkatan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

referensi bagi penelitian lebih lanjut, khususnya yang meneliti lebih dalam tentang

permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan

konseling di sekolah.

b. Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan pengetahuan yang lebih kepada guru pembimbing

(konselor) tentang cara pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di

sekolah, serta menambah wawasan peneliti dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling terutama yang berkaitan dengan

pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai