Kel 3 Makalah
Kel 3 Makalah
Kel 3 Makalah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konselor Sebagai
Fasilitator” ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan.
Demikian kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
2
Kata pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1
Bab II Pembahasan 2
1. Konselor Sebagai Fasilitator 2
2. Model Fasilitaif 2
a. Kondisi Fasilitatif Dari Hubungan Yang Membantu 2
b. Proses Fasilitatif 3
c. Tanggapan Fasilitatif 5
d. Kegiatan dan Tugas Fasilitatif 7
3. Konseling dan Pengajaran yang Fasilitatif 7
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konselor merupakan tenaga profesional yang memberikan pelayanan dalam bidang
konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas,
konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi mereka. Selain itu,
konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang mendampingi klien sampai
klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapinya.
Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru mempunyai tugas
sebagai fasilitator dan komunikator untuk mendidik, mengajar dan melatih anak didiknya.
Guru dan konselor mengandalkan komunikasi karena komunikasi adalah jantung dari proses
konseling. Dengan adanya komunikasi atara siswa dan guru dapat memberi arahan dalam
memecahkan masalahnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui :
1. Apa yang dimaksud dengan konselor sebagai fasilitator
2. Model fasilitatif yang baik
3. Proses fasilitatif dalam proses konseling
BAB II
1
PEMBAHASAN
2. Model Fasilitatif
Model Fasilitatif telah berkembang selama bertahun-tahun, Fasilitatif ini merupakan
strategi yang digunakan untuk mencapaian tujuan membantu menentukan layaknya suatu
pekerjaan. Model ini dapat digunakan dengan siswa, orang tua, administrator, dan lainnya.
Model ini menekankan aspek-aspek tertentu dalam membantu hubungan dan proses fasilitatif
yang dapat dilakukan lebih efektif. Selain itu, mengidentifikasi dan menjelaskan keterampilan
inter personal penting yang diperlukan dalam pengembangan bimbingan dan konseling.
Guru dan konselor ingin membuat hubungan antar siswa terjalin dengan baik.
Akan tetapi ada kalanya menjalin hubungan baik tidak selalu datang dengan mudah
karena mereka bergantung dengan cara orang berinteraksi dan komunikasi pada kesan
pertama yang mereka lihat.
Kami telah mengetahui sejak lama bahwa hubungan tertentu lebih bermanfaat
daripada orang lain. Carl Rogers, misalnya, adalah seorang pelopor dalam menarik
perhatian pada pentingnya "hubungan membantu". Dia percaya jika ada kondisi tertentu
antara orang-orang, maka sebuah proses akan terjadi menggerakkan yang akan
produktif. Dia mengatakan kondisi pribadi ini penting dan cukup untuk menghasilkan
perubahan positif dalam kepribadian, sikap, dan perilaku.
Terlepas dari teori atau metode, karakteristik suatu hubungan akan membuat
perbedaan kritis dalam hal ini membantu siswa mengambil tanggung jawab diri mereka
sendiri dan membuat perubahan yang diinginkan dalam hidup mereka.
2
Enam kondisi fasilitatif yaitu :
b. Proses Fasilitasif
Ini mengarahkan kita untuk mempertimbangkan empat proses membantu dasar dari
yang bertanggung jawab. Fasilitatif Model: (1) pengungkapan diri; (2) umpan balik; (3)
peningkatan kesadaran dan pengambilan keputusan, dan (4) tindakan bertanggung
jawab.
3
(1) Pengungkapan diri
Pengungkapan diri melibatkan mengungkapkan seseorang diri kepada
orang lain dan itu adalah proses utama dalam konseling. Seperti hubungan
kepercayaan dibangun antara konselor dan siswa, ada lebih banyak berbagi
informasi pribadi dan lebih mendalam dalam mengeksplorasi ide dan perasaan
pribadi.
Proses pengungkapan diri adalah yang pertama prioritas dalam
konseling dan bimbingan karena itu menetapkan dasar untuk proses fasilitasi
lainnya. Saat siswa mengungkapkan lebih banyak tentang diri mereka sendiri,
mereka dapat menerima umpan balik tentang ide, perasaan, sikap, dan
perilaku. Dua proses fasilitasi pengungkapan diri dan umpan balik berinteraksi
bersama untuk menciptakan hubungan yang bebas dan terbuka.
(2) Umpan balik
Umpan balik pribadi adalah membantu kita sebagai individu. Kadang-
kadang menguji sikap dan perilaku kita. Di lain waktu, ini membantu kita
memodifikasi atau membuat perubahan dalam hidup kita. Umpan balik dari
orang lain dapat membantu kita tetap di jalur atau memetakan arah yang baru.
c. Tanggapan Fasilitatif
4
Tanggapan konselor terbagi menjadi tiga bagian yaitu tanggapan fasilitator yang
tinggi, tanggapan rendah, dan tanggapan grup.
3. Pertanyaan Terbuka
5
5. Pengakuan Sederhana
6. Menghubungkan
Tanggapan fasilitator yang rendah ada tiga bagian yang harus diketahui oleh
konselor yaitu :
6
Mereka juga dapat digunakan dengan kelompok siswa. Dalam kasus ini, anda
masih dapat menanggapi individu dalam konteks grup atau anda dapat menanggapi
grup total. Memperoleh tanggapan fasilitatif yang tinggi dari anggota kelompok
membantu mereka untuk lebih responsif satu sama lain. Ini meningkatkan hubungan
fasilitatif dalam kelompok dan membangun keterpaduan yang lebih besar.
Kegiatan dan tugas dapat diatur dalam urutan sebagai bagian dari sesi atau unit
bimbingan atau konseling. Kegiatan dapat diatur sehingga kemungkinan besar akan
membimbing siswa secara berurutan melalui proses fasilitasi. Pengungkapan diri
biasanya merupakan langkah pertama, diikuti dengan umpan balik. Setelah melakukan
beberapa kegiatan seperti ini, diasumsikan konseli lebih terbuka untuk menjelajahi dan
membuat keputusan dengan bantuan kegiatan tambahan.
Kondisi ini juga dipupuk melalui proses umpan balik, di mana pertukaran persepsi yang
jujur dapat membantu siswa mengetahui lebih banyak tentang dampaknya terhadap orang
lain. Yang cukup menarik, saat kedua proses fasilitatif ini terjadi, hubungan membantu
semakin ditingkatkan; siswa menjadi lebih terbuka untuk mengeksplorasi ide, perasaan, dan
perilaku; dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan pemecahan masalah dapat
terjadi.
Model ini berlaku untuk bekerja dengan individu, kelompok kecil, dan kelompok
besar. Ini berguna tidak hanya untuk situasi yang berfokus pada masalah , tetapi untuk situasi
perkembangan dan pencegahan juga. Apalagi bila digunakan di dalam kelas, model tersebut
dapat memfasilitasi akademik serta kurikulum bimbingan.
BAB III
PENUTUP
7
Kesimpulan
Konselor dan guru sekolah sebagai fasilitator. Fasilitator adalah orang yang pandai
dalam keterampilan interpersonal dan yang dapat membantu individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan mereka. Dengan adanya konselor sebagai fasilitator dapat memudahkan siswa
atau klien untuk berkonsultasi dalam proses bimbingan konseling.
Model fasilitatif dapat digunakan dengan siswa, orang tua, administrator, dan
lainnya. Model ini menekankan aspek-aspek tertentu dalam membantu hubungan dan proses
fasilitatif yang dapat dilakukan lebih efektif. Selain itu, mengidentifikasi dan menjelaskan
keterampilan inter personal penting yang diperlukan dalam pengembangan bimbingan dan
konseling.
Jadi dengan adanya model fasilitatif dan proses konseling dapat membantu konselor
dalam proses konseling secara individu ataupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Developmental Guidance and Counseling : A Pratical Approach by: Robert D. Myrick Ph.D