Al Quran & Wahyu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Bagi umat Islam, percaya akan adanya kitab-kitab Allah SWT merupakan salah satu dari
ajaran-ajaran dasar dalam Islam. Orang Islam yang tidak percaya adanya kitab-kitab Allah SWT,
tidaklah disebut mukmin. Dalam Al-Qur’an disebutkan ada empat macam Kitab Allah SWT
yang telah diwahyukan kepada para rasul, yaitu Zabur kepada Nabi Daud a.s., Taurat kepada
Nabi Musa a.s., Injil kepada Nabi Isa a.s., dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Al Qur’an  yang telah diturunkan beberapa abad yang lalu, tepatnya pada tahun ke-40 dari
lahirnya nabi Muhammad SAW. Kemujmalan Al Qur’an juga merupakan sebuah misteri,
mengapa Allah harus mengeluarkan firmannya dalam bentuk bahasa yang mujmal, bukankah
dengan kemujmalan makna Al Qur’an dapat mempersulit setiap muslim untuk mempelajari Al
Qur’an?.Padahal Al Qur’an merupakan sumber utama dalam penentuan hukum Islam.
Seandainya Al Qur’an dapat dengan mudah dipahami tanpa adanya makna-makna yang ambigu
dan sulit, tetunya setiap muslim dapat mengetahui alasan-alasan atau dasar-dasar pijakan setiap
amaliyah mereka.

B.  Rumusan Masalah
  Apa pengertian Al-Qur’an menurut bahasa dan dan istilah?
  Apa saja nama-nama Al-Qur’an?
  Sebutkan garis-garis besar kandungan Al-Qur’an?
  Apa pengertian wahyu itu?

C.  Tujuan Masalah
  Dapat mengetahui pengertian Al-Qur’an
  Dapat menyebutkan nama-nama Al-Qur’an
  Dapat mengetahui garis-garis besar kandungan Al-Qur’an
  Dapat mengetahui pengertian wahyu
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Al-Qur’an

Allah SWT menamai kitab suci-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan nama Al-Qur’an. Di kalangan ulama, terdapat beberapa pendapat tentang asal kata Al-
Qur’an, di antaranya adalah sebagai berikut.

Al-Lihyani berpendapat bahwa kata Alquran (‫رآن‬44‫)الق‬ merupakan bentuk mashdar yang


berasal dari fi’il madhiَ‫قـ َ َرأ‬ , seperti halnya kata  ُ‫فُرْ قَان‬ yang berasal dari fi’il madhi َ‫فَ َرق‬.  Walaupun
bentuknya mashdar, kata ‫رآن‬44‫الق‬ mempunyai arti yang sama dengan isim maf’ulnya (‫)اَ ْل َم ْقـرُوْ ُء‬,
ْ
sebagaimana kata  ُ‫اب‬44َ‫ال ِكت‬ memiliki arti yang sama dengan ‫وب‬44‫المكت‬ . Dengan demikian, jika
kata َ‫قَ َرأ‬  berarti membaca, maka ‫القرآن‬  berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan.[1]

Menurut Al-Asy’ari, kata ‫ران‬44444‫(الق‬dibaca al-Quran, tanpa hamzah) berasal dari


kata ‫قرن‬  yang berati menggabungkan, berkumpul, bersama-sama.[2]

Menurut Ibnu Katsir yang berdasarkan madzhab Asy-Syafi’I, kata ‫ران‬44‫الق‬ (ditulis dan


dibaca tanpa hamzah) serta tidak diambil dari kata lain.  Ia merupakan isim jamid yang dijadikan
nama khusus untuk kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana
nama Injil dan Taurat yang masing-masing diberikan kepada Nabi Isa a.s. dan Musa a.s. [3]

Dr. Shubhi ash-Shalih dalam kitabnya, Mabahis fi ‘Ulum Al-Qur’an, mengemukakan


bahwa pendapat yang paling kuat adalah lafal Al-Qur’an itu masdar dan sinonim dengan
lafal qira’ah, sebagaimana tersebut dalam Surah Al-Qiyamah Ayat 17-18.

Artinya: Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.


Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(Q.S. Al-Qiyamah/75:
17-18)

Menurut istilah (terminologi), Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril, menjadi mukjizat atas kenabiannya,
tertulis dalam bahasa Arab yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir[4], dan
membacanya merupakan ibadah.
Menurut Dr. Shubhi ash-Salih, definisi Al-Qur’an dikemukakan sebagai berikut.
Artinya: Al-Qur’an adalah sebuah Kitab Allah yang mengandung mukjizat, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang sampai kepada kita
dengan jalan mutawatir, dan membacanya menjadi ibadah.
Banyak pendapat yang dikemukakan para ulama tentang pengertian Al-Qur’an. Dari
berbagai pendapat tersebut, suatu pendapat yang dipandang cukup memadai dan karenanya
dikutip oleh kebanyak penulis Ulumul Quran yang datang kemudian adalah definisi yang
dikemukakan oleh az-Zarqani[5] sebagai berikut:
"‫د بِتـِـالَ َوتِ ِه‬4ُ ‫ ْال ُمتَ َعبَّــ‬,‫ـواتُ ِر‬
َ َّ‫ ْال َم ْنقُوْ ُل بِالت‬,‫ف‬ َ ‫ ْال َم ْكـتـُوْ بُ فِ ْي ْال َم‬,‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ‫صا ِح‬ َ ‫ْج ُز ْال ُمنَ َّز ُل َعلَى النَّبِ ِّي‬
ِ ‫"بِأَنَّهُ ْال َكـالَ ُم ْال ُمع‬
Artinya: Al-Quran adalah Kalamullah yang berfungsi sebagai mukjizat, diturunkan kepada Nabi
SAW., ditulis dalam mushaf-mushaf, disampaikan secara mutawatir, dan dipandang ibadah
dalam membacanya.
Dalam definisi ini yang yang menjadi unsur utama adalah Kalam Allah (firman atau
perkataan Allah). Karena banyaknya Kalam Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul
sebelum Nabi Muhammad, maka karakteristik/ciri khas Alquran yang membedakannya dengan
Kalam Allah yang lainnya adalah:
1.   Alquran berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw. Hal ini berarti bahwa Alquran
dengan kemukjizatannya dapat membuktikan kenabian Muhammad bagi orang yang
meragukannya. Berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya yang hanya berfungsi sebagai
pedoman hidup bagi umat pada zamannya.
2.   Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini jelas membedakannya dengan kitab-
kitab suci yang lain. Seperti kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Kitab Zabur diturunkan
kepada Nabi Daud, Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa A.S.
3.   Alquran ditulis ke dalam lembaran-lembaran (mushhaf). Sebagaimana diketahui, bahwa
penulisan Alquran kedalam satu mushhaf terjadi pada masa Abu Bakar, segera setelah wafatnya
Rasulullah. Hal ini menjamin orisinalitas (keaslian) Alquran yang terus terpelihara sampai saat
sekarang.
4.   Proses transformasi Alquran, baik dalam bentuk bacaan maupun tulisan, dari suatu generasi ke
genarasi berikutnya, sejak dari masa Rasulullah sampai sekarang berlangsung secara mutawatir.
Dengan demikian, Alquran yang ada pada generasi sekarang ini tidak berbeda dengan Alquran
yang diterima oleh Rasulullah dari Malaikat Jibril.
5.   Membaca Alquran bernilai ibadah. Hal ini tidak berarti bahwa membaca buku-buku dan kitab-
kitab yang lain tidak ada gunanya dan tidak mendapat pahala. Melainkan aktifitas membaca
tersebut tetap mendapat pahala di sisi Allah yang nilainya sesuai dengan substansi bacaan, yaitu
memperoleh pengetahuan dari apa yang dibacanya. Sedangkan nilai pahala dalam membaca
Alquran, di samping berpahala dari sisi pemahaman maknanya (jika mengerti akan isi yang
dibacanya), juga berpahala dari sisi bilangan huruf yang dilafalkannya. Hal ini sesuai dengan
Sabda Rasulullah Saw.:
ِ ‫ َحرْ فًا ِم ْن ِكـتَا‬  َ‫قَ َرأ‬  ‫ َم ْن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ َو‬  ،ٌ‫ َح َسنَــة‬  ُ‫ب هللاِ فَلَـــه‬ َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫َع ِن اب ِْن َم ْسعُوْ ٍد َر‬
)‫ف (رواه الترمذي‬ ٌ ْ‫ف َو ِم ْي ٌم َحر‬ ٌ ْ‫ف َو الَ ٌم َحر‬ ٌ ْ‫ف َحر‬ ٌ ْ‫ َحر‬  ‫آلــــم‬ ‫ الَ أقوْ ُل‬،‫أَ ْمثَالِهَا‬  ‫بِ َع ْش ِر‬  ُ‫ْال َح َسنَة‬
ٌ ِ‫اَل‬   ْ‫ بَل‬،‫ف‬ ُ َ
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang membaca
satu huruf dari kitab Allah (Alquran), maka mendapat satu kebajikan (hasanah). Setiap
kebajikan dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam
mim itu satu huruf; akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf” (H. R. Al-
Turmudzi).[6]
B.  Nama-nama Al-Qur’an
          Selain nama al Quran yang sering disebutkan dalam kitab tersebut sebagaimana yang
sering dikenal oleh mayoritas muslim, masih ada beberapa nama yang juga dirujukkan kepada
Al-Qur’an. Menurut Al Qodhi Abu al Ma’aly ‘Aziziy bin Abdul Malik mengatakan Al Quran
memiliki 55 buah nama, diantaranya adalah:
ْ
   Al-Kitab (  ُ‫)ال ِكتَاب‬
Sebagaimana surat Al-Dukhon ayat 1 dan 2 yang berbunyi
“Haa-miim. Wal kitaabil mubiin.”
 “Demi kitab (AlQuran) yang menjelaskan”
Juga terdapat dalam surat Al-Baqoroh ayat 2:
Artinya: Itulah Al-Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan lagi padanya. Ia adalah petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa [Q.S. Al-Baqarah/2: 2].
          Dinamakan Al-Kitab karena ia merupakan sesuatu yang ditulis. Kata Al-Kitab dalam hal
ini pengertiannya sama dengan Al-Maktub.
ْ
   Al Qur’an  (‫القُرْ آ ِن‬ )
  “Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan." (Q.S. Taha/20:114)
Juga terdapat dalam surat Al-Isra’ ayat 9:
Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh, bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar[Q.S. Al-Isra’/17: 9].
          Dinamakan Al-Qur’an, karena kitab suci ini merupakan kitab bacaan atau kitab yang
paling banyak dibaca oleh umat manusia. Sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam
setiap muslim membacanya pada setiap raka’at shalat fardhu.
   Kalam  (‫هاللَّ َكال َم‬ )
  “Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke
tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui” (Q.S. At-Taubah/9:6)

   Al Furqon (  َ‫الفُرْ قَان‬ ) ْ


  “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”[Q.S. Al-Furqan/25:1].
          Dinamakan Al-Furqan, karena kitab suci ini berfungsi sebagai pembeda antara yang haq
dengan yang bathil.
   Al Dzikro  (‫ ِذ ْك ٌر‬ )
‫ك ِذ ْك ٌر َوهَ َذا‬ َ َ‫ُم ْن ِكرُونَ لَهُ أَفَأ َ ْنتُ ْم أَ ْن َز ْلنَاهُ ُمب‬
ٌ ‫ار‬
“Dan Al Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami
turunkan.Maka mengapakah kamu mengingkarinya?” (Q.S. Al-Anbiya’/21:50)
Juga terdapat dalam surat Al-Hijr ayat 9.
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Dzikr (Al-Qur’an) dan Kami pulalah yang
memeliharanya [Q.S. Al-Hijr/15: 9].
          Penamaan al-Dzikr ini berkaitan dengan fungsi Alquran sebagai pemberi peringatan.Atau
dapat juga dikatakan demikian, karena kitab ini sangat mudah diingat (dihafalkan).
   An-Nur (‫)النـــور‬
Penamaan ini tersebut dalam ayat:
Artinya: Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada an-Nur (Al-Qur’an)
yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Menhetahui apa yang kamu kerjakan [Q.S. Al-
Taghabun/64: 8].
          Dinamakan An-Nur karena kitab ini berfungsi sebagai cahaya, penyuluh bagi umat
manusia dalam menjalani kegelapan hidupnya di dunia ini.
C.  Garis-garis Besar Kandungan Al-Qur’an
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam merumuskan garis-garis besar
kandungan Alquran. Perbedaan disebabkan cara pandang yang berbeda, sesuai dengan
kecendrungan dan latar belakang keilmuan yang dimilikinya.
Pokok-pokok isi al-Qur'an ada lima.
a. Tauhid kepercayaan kepada Allah swt, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasul, hari
kiamat/kemudian, serta qada dan qadar yang baik dan buruk.
b. Tuntunan ibadah sebagai perubahan yang menghidupkan jiwa tauhid.
c. Janji dan ancaman: al-Qur'an menjanjikan pahala bagi orang yang menerima dan
mengamalkan isi al-Qur'an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa.
d. Hukum yang dihajati pergaulan hidup untuk kebahagiaan dunia akhirat.
e.  Inti sejarah orang-orang yang tunduk kepada Allah swt, yaitu orang-orang yang shalih seperti
nabi-nabi, dan rasul-rasul juga sejarah mereka yang mengingkari agama Allah swt dan hukum-
hukumnya.[7]
Secara garis besar, kandungan ayat-ayat al Quran dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
  Ayat-ayat yang berhubungan dengan keimanan, baik iman kepada Allah, malaikat, kitab kitab
Allah, rosul-rosul Allah dan hari akhir. Atau dapat dikatakan kandungan yang pertama adalah
pembahasan ilmu kalam (tauhid) dan ushul Ad –dien.
  Ayat-ayat yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan hati, seperti menganjurkan berakhlak
mulia. Atau dapat dikatakan kandungan yang kedua adalah pembahasan akhlak.
  Ayat-ayat yang berhubungnan dengan pekerjaan anggota badan seperti perintah-perintah,
larangan-larangan, pilihan-pilihan. Atau dapat dikatakan kandungan yang ketiga adalah
pembahasan fiqih.
Alqur’an pun memiliki sifat-sifat yang Esensial. Pertama, alqur’an adalah kalam
(firman) Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Demikian kalam Allah yang
diturunkan kepada nabi nabi yang lain seperti Taurat, Zabur, dan Injil tidak termasuk
alquran. Kedua, kalam Allah tersebut diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril a.s. Ketiga,
kalam Allah tersebut diturunkan dalam  bahasa Arab baik dari segi lafal maupun
maknanya.Keempat, kalam Allah tersebut disampaikan kepada kita secara mutawatir. Kelima,
Alquran menjadi petunjuk bagi umat islam juga menjadi mukjizat yang abadi bagi kerasulan
Nabi Muhammad SAW.[8]
D.   Pengertian Wahyu
Sebelum membahas pengertian wahyu lebih lanjut, sebuah ayat dalam Al Qur’an dalam
surat As-Syuro, ayat 51 sebagai berikut:
  “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”
Kalau dipahami lebih dalam, ayat di atas menjelaskan bahwa Allah berkomunikasi dengan
manusia melalui tiga cara, yaitu dengan perantaraan wahyu, langsung bertemu dengan utusannya
sebagaimana ketika nabi Muhammad SAW isra’ mi’ raj, mengirim utusan sebagaimana ketika
nabi Muhammad ketika menerima wahyu yang pertama kali.[9]
          Dalam Alquran, kata wahy  ( ‫)الوحي‬ , digunakan dalam bentuk  ‫اإليحاء‬  dan dipakai dalam
berbagai macam pengertian. Di antaranya:
-    Ilham Fithriah bagi manusia:
Artinya: Dan Kami wahyukan (berikan ilham) kepada ibu Musa agar ia menyusuinya …[Q.S.
Al-Qashash/28: 7].
-    Instink bagi hewan :
Artinya: Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memberikan instink) kepada lebah, “Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit dan di pohon-pohon dan di tempat-tempat yang dibuat oleh
manusia [Q.S. Al-Nahl/16: 68].
-        Isyarat :
Artinya: Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia wahyukan (memberi isyarat)
kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang [Maryam/19: 11].
-          Bisikan/rayuan syeithan :
Artinya: Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka  membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan [Q. S. Al-An’am/6: 112]
Demikian arti kata wahyu   menurut penggunaannya dalam Alquran. Sedangkan
kata wahy menurut istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Abduh, ialah
“Pengetahuan yang didapat seseorang di dalam dirinya serta diyakini bahwa pengetahuan
tersebut datangnya dari Allah, baik dengan perantaraan, dengan suara atau tanpa suara, maupun
tanpa perantaraan”.[10] Jika definisi ini dipadukan dengan pengertian wahyu menurut bahasa
atau yang digunakan oleh Alquran sendiri, maka secara definitif, wahyu dapat diartikan sebagai
“Pemberitahuan Tuhan kepada nabi/rasul-Nya tentang hukum-hukum Tuhan, berita-berita dan
cerita-cerita dengan cara yang samar tetapi meyakinkan, bahwa apa yang diterimanya benar-
benar dari Tuhan. Pemberitahuan tersebut bersifat ghaib, rahasia dan berlangsung sangat
cepat.
Pengertian demikian ini juga digunakan dalam Alquran, antara lain pada ayat :
Artinya: Sesungguhnya Kami Telah  memberikan wahyu kepadamu (Muhammad) sebagaimana
Kami juga telahmemberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang sesudahny;, dan Kami
telah  memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami berikan Zabur kepada Daud [Q. S. Al-Nisa’/4:
163]
              Sedangkan proses penyampaiannya yang kadangkala secara langsung dan kadangkala
melalui perantara, diungkapkan dalam Alquran surat al-Syura/42: 51 sebagai berikut:
Artinya: Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir (secara langsung) atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang
dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. [Q.S. as-Syura/42: 51][11]
E.       Macam-macam Wahyu
            Ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya dideskripsikan dalam
tiga macam bentuk wahyu, yaitu: Alquran, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi. Perbandingan
antara ketiga macam wahyu ini dapat dilihat dalam tabel berikut:[12]

ALQURAN HADITS QUDSI HADITS NABAWI


Redaksi bahasa dan Maknanya dari Allah, Maknanya dari Allah, sedangkan
maknanya dari Allah redaksi bahasanya disusun redaksinya disusun sendiri oleh
sendiri oleh Nabi dengan Nabi tanpa menyandarkannya
menyandarkannya kepada kepada Allah
Allah.
Keabsahan-nya sebagai Keabsahannya sebagai wahyu Keabsahannya sebagai wahyu
wahyu Allah bersifat mutlaq( Allah ada yang Allah ada yang bersifat mutlaq(
‫)قطع ّي الورود‬  bersifat mutlaq (‫قطع ّي‬ ‫ورود‬44‫)قطع ّي ال‬ dan ada yang tidak
‫)الورود‬dan ada yang relatif ( mutlaq (‫)ظن ّي الورود‬
‫)ظن ّي الورود‬
F.    Persamaan dan Perbedaan antara Wahyu dan Ilham
          Ilham dari segi bahasa berartimenelan. Menelan dalam arti menghunjamkan sesuatu ke
dalam jiwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Asy-Syams ayat 8: Artinya: Maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. (Q.S. Asy-Syams/91: 8)
          Menurut M. Rasyid Rida, ilham adalah suatu perasaan emosional yang diyakini jiwa.
Perasaan itu mendorong untuk melakukan yang dikehendaki tanpa disertai kesadaran jiwa dari
mana datangnya. Keadaan seperti itu hamper sama dengan perasaan lapar, dahaga, sedih, dan
senang.
Ilham tidak hanya diterima manusia, tetapi binatang dan tumbuh-tumbuhan pun
menerimanya. Dalam surat An-Nahl ayat 68 disinggung tentang ilham yang diterima lebah.
Artinya: Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memberikan instink) kepada lebah, “Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit dan di pohon-pohon dan di tempat-tempat yang dibuat oleh
manusia [Q.S. Al-Nahl/16: 68]. Ilham dalam ayat ini menurut Fakhr ar-Razi adalah Allah telah
menetapkan perilakunaluriah pada lebah. Perbuatan dan perilaku lebah yang menimbulkan
kekaguman itu bukanlah terjadi dengan kebetulan, melainkan karena berdasarkan ilham
(ketetapan) Allah yang menentukan sebelumnya. Ilham untuk binatang yang bersifat naluri, tidak
sama dengan ilham yang diberikan kepada manusia. Ilham untuk manusia merupakan suatu
pengetahuan yang dihunjamkan langsung oleh Allah ke dalam hati orang yang dikehendaki-Nya.
[13]
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

          Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang disampaikan dalam bahasa Arab, diturunkan secara
berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat,
disampaikan kepada kita secara mutawatir, tertulis dalam mushhaf dan telah dihafalkan secara
baik oleh umat Islam sejak Nabi Muhammad masih hidup hingga akhir zaman, dimulai dari
Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas, bagi yang membacanya dinilai sebagai
ibadah. Nama-nama lain Al-Qur’an adalah Al-Kitab, Al-Furqon, Az-Zikr, An-Nur.
          Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada para Nabi/Rasul-Nya mengenai segala hal
yang ia kehendaki untuk disampaikan kepada manusia, baik berupa hidayah maupun
pengetahuan yang disampaikan dengan cara rahasia.
          Perbedaan wahyu dan ilham adalah wahyu khusus untuk para nabi/rasul Allah, sedangkan
ilham dapat diterima/dialami manusia biasa atau binatang.
Al-Qur’an, hadits qudsi, dan hadits nabawi mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut ditinjauu
dari segi bahasa dan makna, periwayatan, kemukjizatan, dan nilai membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Lilis Fauziyah, Andi Setyawan, Kebenaran Al-Qur’an dan Hadits, Tiga Serangkai, Malang,


2007
Drs. Masran, M. Ag, Bamkuluq “Al-Qur’an dan Wahyu”, RTF, Ciputat,  2011
Prof.Dr.H.A Athaillah, M.Ag.,Sejarah Alquran,Banjarmasin,Pustaka Pelajar,2009

Anda mungkin juga menyukai