Teori Linguistik by Nurul Atikah
Teori Linguistik by Nurul Atikah
Teori Linguistik by Nurul Atikah
NIM : 2213210036
Kelas : SASINDO B
a. Teori Tradisional
Ahli bahasa yang beraliran tradisional antara lain :
b. Teori Struktural
Ahli bahasa yang beraliran struktural antara lain :
c. Teori Transformasional
Ahli bahasa yang beraliran transformasional antara lain :
Noam Chomsky
P. Postal
J.A. Fodor
M. Halle
R. Palmatier
J. Lyons
J.J. Katz
Y.P.B. Allen
P. Van Buren
R.D. King
R.A. Jacobs
J. Green
d. Teori Konteks
Ahli bahasa yang beraliran konteks antara lain :
J. R. Firth
M. A. K. Halliday
Dell Hymes
e. Teori Tagmemik
Ahli bahasa yang beraliran tagmemik antara lain :
a. Teori Tradisional
Pada abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429 SM-348 SM) melahirkan
pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Plato membagi
jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yakni onoma dan rhema. Onoma
adalah jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Adapun
rhema adalah jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau
pembicaraan. Selanjutnya, Aristoteles (384 SM-322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani
Kuno menjadi tiga golongan yakni onoma, rhema, dan syndesmos. Perkembangan ilmu
bahasa sampai pada masa itu terbatas pada telaah kata saja, khususnya tentang jenis kata.
Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada akhir abad (130 SM) oleh
Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul “Techne Gramatike”.
Buku inilah yang kemudian menjadi anutan para ahli tata bahasa yang lain yang kemudian
dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini pembagian jenis kata sudah
mencapai delapan, yakni: nomina, pronominal, artikel, verba, adverbial, preposisi,
partisipium, konjugasi.
Linguistik tradisional adalah segala hal mengenai paham, aliran, dan tokoh yang ada
pada zaman Yunani kuno hingga zaman Renaisans. Dalam zaman linguistik tradisional, para
ahli bahasa saat itu mengkaji bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Tokoh yang
mengembangkan ilmu linguistik tradisional di antaranya berasal dari bangsa Eropa dan
Asia seperti Yunani, Romawi, India, Latin, dan Arab. Linguistik zaman yunani telah berjalan
sekitar kurang-lebih 600 tahun (5 SM-2 M). Masalah pokok yang menjadi bahasan studi
linguistik pada zaman ini adalah pertentangan mengenai sifat dasar bahasa, dan analogi &
anomali. Tokoh-tokoh yang muncul dalam perkembangan ilmu bahasa pada zaman linguistik
tradisional di Yunani di antaranya adalah Kaum Sophis, Plato, Aristoteles, kaum alexandria
dan Kaum Stoik. Zaman romawi banyak terpengaruh dari zaman Yunani. Tokoh penting
dalam perkembangan bahasa pada zaman ini adalah Varro, yang mengeluarkan buku De
Lingua Latina setebal 25 jilid dan Priscia 18 jilid. Zaman renaisans merupakan pembukaan
bagi abad pemikiran modern dalam studi linguistik. Hal itu dikarenakan pada zaman ini
banyak sarjana yang menguasai bahasa Yunani, Ibrani, Latin, dan Arab. Selain itu, mereka
juga mengkaji, menyusun, dan membuat perbandingan terhadap bahasa-bahasa tersebut.
b. Teori Struktural
Linguistik struktural merupakan perkembangan lanjut studi bahasa yang eksis sejak
1857 yang diprakarsai oleh Bapak linguistik modern Ferdinand de Saussure. Aliran linguistik
struktural mendeskripsikan bahasa berdasarkan ciri khas yang dimiliki bahasa tersebut.
Selanjutnya berkembang para tokoh penerus linguistik modern yang di antaranya berasal dari
aliran Praha, aliran Glosematik, Bloomfield, dan Strukturalis Amerika. Aliran linguistik
struktural merupakan ‘tantangan’ linguistik tradisional yang berpegang pada filsafat dan
logika. Pengembang linguistik struktural meletakkan fondasi kajiannya pada bentuk bahasa.
Bahasa dipandang sebagai ‘form’ terbebas dari arti. Bentuk bahasa menjadi pusat kajian
terbebas dari apakah bentuk itu bermakna atau tidak.
Cara kerja aliran linguistik struktural berpegang apada asumsi bahwa ekspresi bahasa
merupakan sebuah struktur yang dibangun oleh segmen-segmen. Cara kerja seperti ini sering
disebut analisis unsur bawahan langsung (immidiate constituent, yang sering disingkat IC).
Pembicaraan tentang linguistik struktural akan berpusat pada dua tokoh linguistik dari
Amerika dan Prancis. Di Amerika, linguistik struktral dipelopori oleh Edward Sapir dan
Leonard Bloomfield. Linguistik struktural merumuskan asumsi dan hipotesis tentang bahasa
berdasarkan fakta empiris bahasa secara alamiah. Oleh karena itu, teori linguistik struktural
lebih menjalankan prinsip- prinsip keilmuan daripada linguistik tradisional.
c. Teori Transformasional
Selama puluhan tahun, linguistik struktural digandrungi para linguis modern sebagai
satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa. Kemudian pada tahun
1957, Aliran Transformational Generative Grammar atau disebut tata bahasa transformasi,
tata bahasa generatif atau tata bahasa transformasi klasik, lahir dengan terbitnya buku Noam
Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Adanya sambutan yang berupa
kritik dan saran atas kekurangan yang ada dalam teori itu menyebabkan munculnya lagi buku
Chomsky pada tahun 1965 dengan judul Aspect of The Theory of Syntax. Ia memberikan
gagasan mengenai kaidah transformasi yang dinyatakan bahwa terdapat struktur batin dari
setiap kalimat, yaitu struktur asal yang tersimpan dalam mental yang kemudian dapat
ditransformasikan ke dalam struktur lahir dengan kategori urutan kata yang berbeda-beda.
Selanjutnya pada tahun 70-an para murid pengikut Chomsky mulai meninggalkan teori yang
dianut gurunya. Mereka membentuk kelompok baru dengan nama aliran semantic
generatif. Aliran ini secara konsep teori mereka adalah struktur makna dan kalimat bersifat
homogeny, dan untuk menghubungkan keduanya cukup dengan menggunakan kaidah
transformasi. Lalu selain aliran semantic generatif, aliran tata bahasa relasional yang muncul
sekitar tahun 1970-an dengan tokoh populer di antaranya adalah David M. Perlmutter dan
Paul M. Postal.
d. Teori Konteks
Teori konteks merupakan suatu teori kebahasaan yang diperkenalkan oleh aliran
London yang disebut dengan Contextual Approach atau Operational Approach. Firth
sebagai tokoh dalam aliran ini telah meletakkan dasar tentang fungsi sosial bahasa. Menurut
Firth dalam kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada
konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari konteks-
konteks ini. Tiap-tiap konteks mempunyai peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur
atau unit-unit tiap tingkat bahasa itu. Susunan dari konteks-konteks ini membentuk satu
keseluruhan dari kegiatan kegiatan yang penuh arti. Tokoh-tokoh yang lain misalnya Halliday
dan Dell Hymes menjelaskan bahwa linguistik sistemik fungsional adalah teori bahasa yang
menyoroti hubungan antara tiga unsur pokok yaitu bahasa, teks atau wacana dan konteks.
e. Teori Tagmemik
Aliran ini dipelopori oleh Kenneth Lee Pike dari Summer Institute of
Linguistics (SIL). Teori ini mewarisi pandangan - pandangan Bloomfield dan Sapir yang
bersifat strukturalistis dan antropologis. Pike menyatakan bahasa dapat dipandang dari
perspektif gelombang, perspektif medan, dan perspektif partikel. Dalam penelitian bahasa
perlu dibedakan satuan bahasa etik dan emik. Dalam teori ini bahasa diperlakukan sebagai
struktur yang mempunyai 3 hierarki yang semiotonom yaitu fonologi, gramatika, dan
leksikon. Analisis gramatika tidak terbatas pada kalimat melainkan sampai ke wacana.
Menurut aliran ini, satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (bahasa Yunani yang berarti
susunan). Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok
bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
a. Teori Tradisional
Kaum Sophis muncul pada abad ke - 5 SM, salah satu tokoh kaum sophis adalah
Protagoras. Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yakni
onoma dan rhema. Protagoras membagi dan menyebutkan kalimat menjadi kalimat narasi,
kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, do’a dan undangan. Contoh :
Kalimat ‘Makassar itu kota bersih’ termasuk ke dalam jenis kalimat laporan, dimana pada
kalimat tersebut menunjukkan adanya laporan bahwa Makassar itu kota yang bersih.
b. Teori Struktural
Dalam pandangan Steven Best dan Douglas Kellner, strukturalisme merupakan
konsep-konsep struktural linguistik dalam sains manusia yang mereka gunakan untuk
merekonstruksi dasar yang lebih mapan. Contoh :
Dijual
Kalimat ‘Dijual’ dalah kalimat deklaratif. Hal itu terjadi karena kalimat itu berisi pernyataan. Selain
merupakan kalimat berita, kalimat ‘Dijual’ juga merupakan kalimat pasif dari kalimat menjual.
c. Teori Transformasional
Keraf ( 1980: 153) menurutnya transformasi adalah suatau proses merubah bentuk
bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks
maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana. Contoh :
Adik menangis
Dengan perubahan urutan kata, menjadi: Menangis adik. Dengan perubahan intonasi,
menjadi: Adik? Menangis ?
d. Teori Konteks
Menurut Firth dalam kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam
teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks ini. Contoh :
e. Teori Tagmemik
Menurut Kenneth Lee Pike penamaan teori tagmemik berangkat dari konsep tagmem.
Tagmem adalah gatra suatu struktur gramatikal dengan kelengkapan empat penanda umum.
Keempat penanda umum tersebut adalah slot, klas, peran, dan kohesi. Contoh :
Pada kalimat diatas yang baru mungkin Pak Camat, akan tetapi mungkin juga yang baru itu
istrinya.