Etika Menulis Ilmia
Etika Menulis Ilmia
Etika Menulis Ilmia
Etika akademik dan plagiarisme sangat perlu diperhatikan dalam menjamin landasan
mutu pendidikan terlebih untuk pedoman kehidupan masyarakat kampus yang dilandasi
keilmuan, kecendekiaan, dan kearifan. Tetapi masih saja ada yang melanggar plagiarisme yang
dapat melanggar etika akademik.
Etika akademik penulisan karya tulis ilmiah merupakan norma atau konsep aturan
perilaku yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh penulis tentang baik dan
buruknya cara penulisan karya tulis ilmiah. Etika penulisan ilmiah bertujuan agar penulis dapat
mengetahui bahwa walaupun ia memiliki kebebasan dan bisa bertindak secara mandiri dalam
menulis karya tulis ilmiah, penulis harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang ditulisnya
sehingga standar kualitas karya tulis ilmiah dapat terpelihara dan terjaga. Sifat etika penulisan
ilmiah meliputi kejujuran, bebas dari plagiarisme, menjunjung hak cipta, keabsahan, serta
keterandalan. Setidaknya beberapa alasan mengapa pelanggaran etika akademik masih marak
dilakukan dalam karya tulis ilmiah, yaitu Informasi yang tersedia dengan mudah karena adanya
internet, tekanan publikasi dari tuntutan akademik, kurang percaya diri dan kurang terampil
menulis, menulis artikel terburu-buru dan di bawah tekanan, kurangnya pemahaman dan
kesadaran mengenai plagiarisme, dan sebagainya.
Plagiarisme ini merupakan suatu tindakan tercela secara moral karena bertentangan
dengan aturan-aturan yang ada di perguruan tinggi maupun sekolah dalam penulisan makalah
atau karya tulis ilmiah yang seharusnya membuat mahasiswa/siswa berpikir secara kritis dan
berkomunikasi secara tulis. Apabila dalam pembuatan proyek tersebut malah melakukan
kecurangan yakni tindak plagiarisme, artinya sebagai mahasiswa/siswa malah
melewatkan/mengabaikan tujuan dari Pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, plagiarisme dapat
disebut dengan korupsi moral dan juga korupsi material. Dapat disimpulkan bahwa plagiarisme
merupakan tindakan tidak etis dikarenakan bentuk pencurian atas ide/karya orang lain dan
membuat seolah membuat ide/karya itu miliknya serta mendapatkan keuntungan dari hal
tersebut. Tentunya hal ini akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain saat melakukan
pekerjaan berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya.
Plagiarisme memiliki dua jenis, yaitu plagiarisme berdasarkan sumber referensi dan
plagiarisme berdasarkan jenis pengutipan. Plagiarisme berdasarkan sumber referensi memiliki
dua macam, yaitu plagiarisme artinya meniru karya milik orang lain dan otoplagiarisme artinya
meniru karya milik sendiri yang pernah dipublikasikan sebelumnya. Kemudian, plagiarisme
berdasarkan jenis pengutipan juga memiliki 3 macam, pertama yaitu Plagiarisme Verbatim yang
berarti menjiplak sama persis tanpa disertai sumber yang memadai, Plagiarisme kain perca atau
tambal sulam yang berarti mengambil karya orang lain dari banyak sumber tanpa
mencamtumkan sumber tersebut, dan Plagiarisme parafrasa yaitu mengubah kutipan asli penulis
menjadi kutipan lain tanpa diformulasikan menjadi kalimat langsung. Untuk menghindari
tindakan plagiarisme, kita harus melakukan beberapa hal saat membuat suatu karya, diantaranya
membaca serta memahami bacaan, kemudian menuliskan kembali gagasan yang telah kita baca
sebelumnya dengan menggunakan bahasa kita sendiri, mencantumkan sumber referensi atau
kutipan untuk memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri, mencantumkan daftar pustaka yang
berisi judul buku, nama pengarang, penerbit, dan sebagainya.
Pada Kutipan Langsung, tidak mengalami suatu perubahan kalimat dari sumber asal, jika
pada kalimat tersebut ada bagian yang dihilangkan maka digunakan tanda titik tiga berspasi [...],
apabila terdapat kesalahan pada kalimat sumber, maka digunakan simbol [sic!]. Misalnya…. Hal
itu mempunyai makna atau [sic!] yang tidak jelas, dan menggunakan syarat sistem APA, MLA,
ataupun lainnya untuk menambahkan sumber kutipan. Sedangkan kutipan tidak langsung ada
perubahan redaksi pada kalimat yang dikutip, tidak ada perubahan makna dari kalimat yang
dikutip, perubahan kalimat sesuai dengan gaya bahasa sang penulis, penjabarannya sesuai
dengan pemahaman penulis terhadap kalimat tersebut, tidak diapit tanda petik. Fungsi kutipan
dalam pereferensinya,yaitu kegiatan pengutipan dapat menghindari pengutip dari kegiatan
plagiarisme, membantu pembaca yang ingin memahami lebih lanjut tentang ide pengutip,
sumber pengutipan yang digunakan dapat memberikan nilai terhadap karya ilmiah yang sedang
atau telah dibuat, pengutipan yang tepat akan mengamankan penulis pada ide orang lain yang
salah, menguatkan tulisan pengutip melalui kutipan yang dimuat dalam karya ilmiah.
Dari penjelasan di atas telah menjelaskan bahwa etika akademik sangat perlu
diperhatikan, meskipun masih marak terjadi setidaknya ada peminimalisiran agar tidak parah,
oleh karena itu kita sebagai mahasiswa perlu mempelajari etika akademik dan sistem plagiarisme
di era perkembangan teknologi yang pesat karena dalam perkembangan ini membuat rasa
pemahaman terhadap materi kurang karena banyak mengandalkan dari sumber internet.