Abk Tuna Rungu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

OLEH :

KAJIAN TEORI

Menurut KBBI, tunarungu adalah istilah lain dari tuli yaitu tidak dapat mendengar
karena rusak pendengaran. Secara etimologi berasal dari kata tuna dan rungu. Tuna
artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Menurut Hallahan dan Kauffman (dalam
Ahmad 2013: 17) tunarungu merupakan istilah bagi orang yang kurang dapat atau
kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat. Jadi, orang dikatakan tunarungu
apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.

A. Klasifikasi Anak Dengan Hambatan Pendengaran


a. Klasifikasi menuru Bothroyd tunarungu dapat diklasifikasikan berdasarkan empat
kelompok :
1. Kehilangan 15dB-30 dB, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan.
Daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal atau kemampuan
mendengar untuk bicara dan membedakan suara-suara atau sumber bunyi
dalam taraf normal. Cara belajar menggunakan auditory dan alat bantu dengar.

2. Kehilangan 31dB–60 dB, moderate hearing losses atau ketunarunguan sedang.


Daya tangkap terhadap suara percakapan manusia hanya sebagian atau
kemampuan mendengar dan kapasitas untuk bicara hampir normal. Cara
belajar menggunakan auditori dengan bantuan visual. Jika menggunakan alat
bentu dengar kemampuan mendengar untuk bicaranya menjadi normal.

3. Kehilangan 61 dB – 80 dB, severe hearing losses atau ketunarunguan berat.


Daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada atau kemampuan
mendengar dan kapasitas membedakan suara tidak ada. Cara belajarnya
menggunakan visual. Jika menggunakan alat bantu dengar kemampuan
mendengar dapat menjadi normal dan kapassitas membedakan suara dapat
menjadi baik.

4. Kehilanggan 91db–120 db, profound hearing losses atau ketunarunguan sangat


berat.
daya tangkap terhadap percakapan manusia tidak ada sama sekali, kapasitas
membedakan suara bunyi dan kemampuan bicara sudah tidak ada. Cara belajar
dengan visual. Jika menggunakan alat bantu dengar kemampuan mendengar
untuk bicaranya normal, sedangkan kapasitas membedakan suara buruk. Pada
derajad ini masih mampu mengenal irama dan intonasi sehingga cara belajar
dapat menggunakan auditori dengan bantuan penglihatan.

5. Kehilangan lebih dari120 db, total hearing losses atau ketunarunguan total.
daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali (tidak
mampu mendengar). Kemampuan mendengar dan kapasitas untuk bicara tidak
ada, walaupun dengan bantuan alat dengar. Cara belajarnya hanya
mengandalkan pada alat bantu dengar.

Ada referensi lain yang membedakan klasifikasi tuna rungu yaitu :

a) 0 db : Menunjukan pendengaran yang optimal


b) 0 – 26 db : Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang
optimal
c) 27 – 40 db : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh,
membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi
bicara (tergolong tunarungu ringan) ·        
d) 41 – 55 db : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas,
membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu
sedang)·   
e) 56 – 70 db : Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya
sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat
Bantu dengar serta dengan cara yang khusus. (tergolong tunarungu berat)         
f) 71 – 90 db : Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang
dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan
alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusus. (tergolong tunarungu
berat)
g) 91 db : Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak
bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima
informasi dan yang bersangkutan diangap tuli (tergolong tunarungu berat
sekali)
b. Berdasarkan saat terjadinya kehilangan, yaitu :
1. Tunarungu bawaan
Ketika lahir anak sudah mengalami atau menyandang tunarungu dan indera
pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi.
2. Tunarungu setelah lahir
Terjadinya tunaringu setelah anak lahir yang diakibatkan oleh kecelakaan atau
suatu penyakit.

c. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa


1. Tuli pra bahasa ( prelingually deaf)
Mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya bahasa (usia 1,6 tahun) artinya
anak menyamakan tanda tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih dan
sebagainya, tetapi belum membentuk sistem lambang.
2. Tuli purna bahasa (post lingually deaf)
Mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan
dann memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungan.

B. Karakteristik Anak Dengan Hambatan Pendengaran

Karakteristik anak tunarungu secara umum sebagai berikut :

1. Karakteristik dari segi intelegensi


Secara kemampuan intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak
normal pada umumnya. Namun demikian secara fungsional intelegensi mereka
berada dibawah anak normal,karena mereka mengalami kesulitan dalam memahami
bahasa. Serta perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama dengan anak
normal, karena anak belajar banyak dari apa yang didengar lalu diproses dalam
berfikir. Tidak semua aspek intelegensi anak tunarungu terhambat, yang mengalami
hambatan hanyalah yang bersifat verbal,misalnya dalam menarik kesimpulan anak
mengalami kesulitan.

2. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara


Anak tunarungu dari segi bahasa dan bicara mengalami hambatan karena
adanya hubungan antara bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran.
Sedangkan bahasa dan bicara merupakan hasil proses peniruan dari apa yang
didengar. Sehingga anak tunarungu dalam pemilihan kosakata dan mengartikan arti
kiasan mengalami kesulitan.

3. Karakteristik dari segi emosi dan social


Anak tunarungu dapat melihat semua apa yang ada disekitarnya,namun tidak dapat
mendengarnya itu sebabnya anak tunarungu cenderung memiliki emosi yang tidak
stabil,mudah curiga,dan merasa kurang percaya diri. Karakteristik dari segi emosi
dan social (dalam Haenudin. 2013:67) sebagai berikut :
a. Egosentrisme yang melebihi anak normal
b. Memiliki perasaan takut akan lingkungan yang luas
c. Ketergantungan dengan orang lain
d. Perhatian mereka sukar dialihkan
e. Memiliki sifat polos dan sederhana
f. Mudah marah dan mudah tersinggung

4.   Karakteristik dari segi kepribadiannya


a. Anak tunarungu yang tidak bependidikan cenderung murung, penuh curiga,
curang, kejam (bengis), tidak simpatik, tidak dapat dipercaya, cemburu, tidak
wajar, egois, ingin membalas dendam, dan sebagianya,
b. Lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan dapat berpengaruh
terhadap ketidakmampuan dalam penyesuaian mental maupun emosi, dan
c. Anak tunarungu menunjukan kondisi yang lebih neurotik, mengalami
ketidakamanan dan berkepribadian tertutup (introvert).

5. Penyebab Anak Dengan Hambatan Pendengaran


Menurut Sardjono dalam Ahmad (2013:23) penyebab tunarungu dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Pre natal
a. Faktor keturunan
b. Cacar air, campak (Rubella)
c. Terjadi toxaemia (keracunan darah)
d. Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar
e. Kekurangan oksigen (anoxia)

2. Natal
a. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis
b. Anak lahir pre matur
c. Anak lahir menggunakan alat bantu
d. Proses kelahiran yang terlalu lama

3. Post natal
a. Infeksi
b. Meningitis (peradangan selaput otak)
c. Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
d. Otitis media yang kronis
e. Terjadinya infeksi pada alat-alat pernapasan

6. Dampak ketunarunguan
1. Dalam bidang kognitif
Pada umumnya kognitif anak tunarungu sama dengan anak normal pada
umumnya. Namun, akibat keterbatasan kemampuan berbahasanya, keterbatasan
informasi dan daya abstraksi anak sebagai dampak dari kehilanagn pendengaran
menyebabkan proses pencapaian yang lebih luas menjadi terhambat.

2. Dalam bidang emosi


Kekurangan dalam pemahaman bahasa secara verbal menyebabkan anak
tunarungu menjadi menafsirkan sesuatu secara negatif dan salah pemahaman
sehingga menyebabkan tekanan pada emosinya. Tekanan pada emosinya dapat
menyebabkan anak bertingkah laku agresif, menutup diri. Lingkungan yang tidak
mendukung juga mempengaruhi emosi anak tunarungu seperti anak menjadi
bosan, kecewa, sedih, kesepian, perasaan tidak berdaya, cemas dan takut.

3. Dampak bidang sosial


Kehilangan pendengaran menyebabkan anak miskin dalam kebahasaan atau kosa
kata. Akibatnya anak menjadi sulit dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi
sosial dengan lingkungannya.

AKTIVITAS PENJASKES YANG DAPAT DILAKUKAN


1. Gunakan indera lain untuk instruksional. Berikan bantuan khusus dalam
menggunakan bantuan visual, seperti papan pengumuman, papan tulis, pita video,
cermin dan demonstrasi. Gunakan tuntunan tangan untuk menggunakan kemampuan
residual.
2. Bila peserta didik memiliki radangan, hindari aktivitas dengan kondisi tempat yang
suhu banyak berubah.
3. Hindari suara yang terlalu banyak dalam ruang, kolam renang atau lapangan
permainan.
4. Ajar peserta didik untuk membedakan hubungan ruang melalui gerak baik pendidikan
gerak maupun permainan terstruktur.
5. Berikan model dari sikap static dan dinamis yang baik. Gunakan cermin dan alat
visual lainnya untuk mendorong memiliki sikap tubuh yang baik.
6. Langsung bertindak untuk menyiapkan perilaku yang tidak baik. Karena hal itu tidak
akan hilang dengan sendirinya.
7. Gunakan peserta didik yang normal dan anda sendiri sebagai model. Gunakan umpan
balik audio-visual dan cermin sebagai teknik. Secara fisik dorong peserta didik
mengangkat kaki dengan secara lembut memukul kakinya. Perkuat cara berjalan
dengan tidak menyeret kaki.
8. Seluruh rentangan perkembangan aktivitas amat penting bagi peserta didik ini.
Tekankan berjalan, lari, lompat, di samping keterampilan koordinasi mata-kaki dan
mata tangan, karena kemampuan tersebut dibutuhkan seumur hidup.
9. Berikan aktivitas untuk kekuatan kardiovaskuler, kelentukan paling kurang 3 kali per
minggu. Manfaatkan semaksimal mungkin bantuan visual.
10. Hindari aktivitas memanjat seperti tali tangga dan perkakas. Latihan kelincahan
melibatkan benda lain yang bergerak tidak disarankan

DAFTAR PUSTAKA
Hainudin. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan kusus Tunarungu. Jakarta Timur.
PT Luxima Metro Media.
Wasita, Ahmad. (2013). Seluk Beluk Tunarungu Dan Tunawicara. Jogjakarta :
Javalitera.

Anda mungkin juga menyukai