Hadist Tarbawi - Kelompok 9 - Etika Guru Dalam Perspektif Hadist (Siap Presentasi)
Hadist Tarbawi - Kelompok 9 - Etika Guru Dalam Perspektif Hadist (Siap Presentasi)
Hadist Tarbawi - Kelompok 9 - Etika Guru Dalam Perspektif Hadist (Siap Presentasi)
DISUSUN OLEH :
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen pengampu kami, KH.
Masyudi, M.H Selaku dosen yang selalu memberikan dukungan serta
bimbingannya sehingga Makalah ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah
Ilmu Hadist Tarbawi, serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Etika............................................................................................2
B. Pengertian Guru............................................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seorang guru harus mempunyai sifat dan etika yang baik dengan
siswanya, agar dalam kegiatan belajar ilmmu yang di transfer oleh guru
kepada muridnya akan di terima dan difahami lebih cepat, oleh karena
etika pda diri seorang guru sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi
psikologi dan mental anak didik yang di didiknya, dengan seperti itu
seorang guru harus menempatkan dirinya dengan etika-etika yang baik,
agar mampu berkomunikasi dengan baik dan memberikan pemahaman
yang memahamkan. Dan untuk mendapatkan hasil yang optimal maka
seorang guru harus memiliki etika terhadap anak didik, karena seorang
guru memiliki tangung jawab yang besar.
Tanggung jawab pendidik terjadi karena adanya sifat tergantung
dari anak, akan membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik.
Maka etika terhadap anak didik sangat perlu agar antara pendidik dengan
anak didik tidak terjadi keseimbangan. Dalam hal ini guru dituntut untuk
membuat dan menjaga akhlak anak didiknya agar mempunyai akhlak yang
mulia dengan cara memberikan contoh etika yang baik seperti yang di
lakukan Rosulullah saw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika?
2. Apa pengertian dari guru?
3. Bagaimana konsep etika guru dalam Islam?
4. Bagaimana etika guru dalam perspektif hadist?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui serta mendiskripsikan mengenai apa itu etika
2. Mampu mengetahui pengertian mengenai guru
3. Mengetahui konsep dari etika guru dalam Islam
4. Dapat mengetahui pandangan beberapa hadis mengenai etika
keguruan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata etik yang berate aturan, tata Susila, sikap atau
akhlak. Menurut kamus besar bahasa Indonesia etika meripakan kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Menurut M. Sastrap Radja, etika merupakan dari filsafat yang
mengajarkan keseluruhan budi (baik dan buruk). Pendapat lain mengatakan
bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia umumnya, teristimewa yang mengalami
gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan
perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.
Kemudian Rosadi mengutip pendapat Ki Hajar Dewantara, bahwa etika
adalah suatu ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di
dalam hidup manusia semuanya. Dan etika yang dimaksudkan dalam kajian
ini adalah ilmu yang membahas tentang sikap atau akhlak seseorang baik
Ketika berinteraksi dengan orang lain maupun ketika sendirian yang
didasarkan kepada ajaran agama Islam, khususnya menurut hadist Rasulullah
Saw.1
Etika guru adalah menguraikan tentang aturan tata susila, sikap yang
harus dimiliki oleh guru dalam profesinya sebagai pendidik, pengajar,
pelatih, pembimbing dan penilai. Peranan etika bagu kehidupan guru,
melebihi peranan ilmu, dengan ilmu guru dapat mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk, tetapi dalam batas-batas tertentu, kekacauan dan
kejahatan tidak bisa dicegah dengan ilmu saja, kekacauan dan kejahatan yang
timbul bukan karena kekurangan ilmu, melainkan kurangnya etika. Guru-
guru khususnya saat ini, pada umumnya memiliki ilmu pengetahuan yang
cukup tinggi, mengemban berbagai macam title seperti S-1, S-2 dan S-3,
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru Dalam Perspektif Hadis” dalam Jurnal Forum
1
2
tetapi jika diteliti etikanya, sikap dan tingkah lakunya, sehari-hari Sebagian
sungguh rendah, tidak sebanding dengan ilmu yang dimilikinya, oleh karena
itu kedudukan etika dalam kehidupan guru melebihi kedudukan ilmu, seperti
kata pujangga Arab “Al Adabu, Fauqol Ilm” adab itu lebih tinggi dari ilmu.2
B. Pengertian Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan Pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak harus di lembaga Pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid,
di surau atau mushola, dirumah dan sebagainya. Sementara Supardi dalam
bukunya yang berjudul “Kinerja Guru” menjelaskan pengertian guru menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal.3
Selanjutnya dalam literatur kependidikan Islam, banyak sekali kata-kata
yang mengacu pada pengertian guru, seperti murabbi, mu’allim dan muaddib.
Ketiga kata tersebut memiliki fungsi penggunaan yang berbeda-beda.
Menurut para ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata rabba yurabbi yang
berarti membimbing, mengurus, mengasuh, dan mendidik. Sementara kata
mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari ‘allama yu’allimu yang biasa
diterjemahkan mengajar atau mengjarkan. Hal ini sebagaimana ditemukan
dalam firman Allah sebagai berikut:
ٰ ۡونِ ۡى بِا َ ۡس َمٓا ِء ٰهٓؤُٓاَل ِء اِ ۡن ُك ۡنتُمaُُٔۡضهُمۡ َعلَى ۡال َم ٰلٓـئِ َك ِة فَقَا َل اَ ۡۢنبِٔـ
َص ِدقِ ۡين َ َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااۡل َ ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
Nur Illahi, “Peranan Guru Professional Dalam Peningkatan Prestasi Siswa Dan Mutu
3
Pendidikan di Era Millenial” dalam Jurnal Asy-Syukriyyah, No.1, Vol.21, 2020, h.3
3
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!” (Q.S Al-Baqarah /2:31)
4
Jika direnungkan, tugas guru seperti tugas para utusan Allah swt.
Rasulullah sebagai Mu’allimul awwal fi al-Islam (guru pertama dalam Islam).
Bertugas membacakan, menyampaikan, dan mengajarkan ayat-ayat Allah
(AlQur’an) kepada manusia, mennyucikan diri dan jiwa dari dosa,
menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, dan menceritakan
tentang manusia di zaman silam kemudian dikaitkan pada zamannya serta
memprediksikan kehidupan yang akan datang. Dengan demikian, tampaklah
bahwa secara umum guru bertugas dan bertanggung jawab seperti rasul, yaitu
mengantarkan murid dan menjadikannya manusia terdidik yang mampu
menjalankan tugas-tugas ketuhanan dan tugas-tugas kemanusiaan.4
5
hidup modern yang sekuler, sifat-sifat ideal tersebut semakin terasa untuk
direaktualisasikan. Apa yang disampaikan para ahli pendidikan Islam di atas
adalah karakteristik guru secara umum. Sedangkan bagi guru profesional, ada
beberapa kriteria tambahan yang harus dipenuhi. Untuk kasus Indonesia,
misalnya, ketentuan tentang guru profesional diatur dalam Undang-Undang
No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 1 ayat (1) dinyatakan,
guru adalah:
“Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”5
5
Ahmad Junaedy Abu Huraerah, “Etika Guru dalam Perspektif Al-Tirmidzi”, dalam
Jurnal IAIN Manado, No.2, Vol.1, 2016, h.132-133
6
Zulhammi, “Etika Profesi Keguruan Tinjauan Hadist Rasulullah Saw” dalam Jurnal
Darul Ilmi, No.2, Vol.6, 2018, h.128
6
Etika guru terhadap diri sendiri antara lain: seorang guru harus mampii
membuat keputusan keahlian dan mampu bertanggung jawab teori dan
wawasan keilmuannya.
Guru harus berusaha secara terus menerus agar memperbaiki dirinya
menuju kearah yang lebih baik, berusaha maksimal, menyadari kekurangan
diri dan selalu bersikap jujur.
Hadist Rasulullah Saw dalam Riwayat Muslim dinyatakan:
ﻓَﻴَﺪُﻭ ُﺭ َﻛ َﻤﺎ، ﺎﺭِ َّﻖ ﺃَ ْﻗﺘَﺎﺑُﻪُ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨ ِ َّﻳ َُﺠﺎﺀُ ﺑِﺎﻟ َّﺮ ُﺟ ِﻞ ﻳَﻮْ َﻡ ْﺍﻟﻘِﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﻓَﻴ ُْﻠﻘَﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨ
aُ ِ ﻓَﺘَ ْﻨ َﺪﻟ، ﺎﺭ
َْﺲ ُﻛ ْﻨﺖ َ َﻣﺎ َﺷﺄْﻧُﻚَ ﺃَﻟَﻴ، ُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺃَﻯْ ﻓُﻼَﻥ، ﺎﺭ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ ِ َّ ﻓَﻴَﺠْ ﺘَ ِﻤ ُﻊ ﺃَ ْﻫ ُﻞ ﺍﻟﻨ، ُﺭ ْﺍﻟ ِﺤ َﻤﺎ ُﺭ ﺑِ َﺮ َﺣﺎﻩaُ ﻳَﺪُﻭ
َﻭﺃَ ْﻧﻬَﺎ ُﻛ ْﻢ ﻋ َِﻦ، ُﻭﻑ َﻭﻻَ ﺁﺗِﻴ ِﻪaِ ﺖ ﺁ ُﻣ ُﺮ ُﻛ ْﻢ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌﺮ ُ ﺎﻝ ُﻛ ْﻨَ َُﻭﻑ َﻭﺗَ ْﻨﻬَﻰ َﻋ ِﻦ ْﺍﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ ﻗ aِ ﺗَﺄْ ُﻣ ُﺮﻧَﺎ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌﺮ
ْﺍﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َﻭﺁﺗِﻴ ِﻪ
7
kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan
yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang
betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku
sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari
kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya. ” (HR.
Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)7
Kemudian, etika guru terhadap peserta didik: Seorang guru harus berusaha
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik sampai mereka paham.
Kalau perlu guru sering mengulanginya kembali. Sabda Rasulullah Saw:
7
Zulhammi, “Etika Profesi Keguruan,…h.130
8
Artinya: Dan Ali berkata, "Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar
pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya
didustakan?" Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin
Musa] dari [Ma 'ruf bin Kharrabudz] dari [Abu Ath Thufail] dari
['Ali] seperti itu."
Secara etika guru memberikan pengajaran kepada peserta didik harus
berdasarkan ilmu dan keahlian yang dimilikinya agar yang menerima
pelajaran mendapatkan manfaat dari pelajarannya tersebut. Sabda Rasulullah
saw:
9
ارةَ أَ ْخبَ َرنِي ٍ َح َّدثَنَا ْال َعبَّاسُ بْنُ ْال َولِي ِد ال ِّد َم ْشقِ ُّي َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ َعيَّا
َ ش َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ ُع َم
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
ال َ ِ ل هَّللاaِ ِّث ع َْن َرسُوُ ك ي َُحد ٍ َِس ْبنَ َمال َ ْت أَن ُ ث بْنُ النُّ ْع َما ِن َس ِمع ُ ارِ ْال َح
أَ َدبَهُ ْمa أَوْ اَل َد ُك ْم َوأَحْ ِسنُواaأَ ْك ِر ُموا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Al 'Abbas bin Al Walid Ad
Dimasyqi] telah menceritakan kepada kami [Ali bin 'Ayyasy] telah
menceritakan kepada kami [Sa'id bin 'Umarah] telah mengabarkan
kepadaku [Al Harits bin An Nu'man] saya mendengar [Anas bin
Malik] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah tingkah laku
mereka."8
Seorang pendidik bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang
dapat menggerakkan peserta didik untuk berpilaku atau beradab sesuai
dengan moral-moral, tata susila dan sopan santun yang berlaku dalam
masyarakat.
Guru dalam melaksanakan tugas tersebut, penting memiliki etika,
dalam kajian ini akan di uraikan beberapa etika yang harus dimiliki guru
dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan hadis-hadis Rasulullah Saw yaitu:
Ikhlas, takwa, berilmu, memiliki ketabahan dan menyadari tanggung jawab.9
1. Ikhlas
1- ْت ُ َس ِمع:ال َ َض َي هللاُ َع ْنهُ ق ِ ب َر ِ ص ُع َم َر ْب ِن ْالخَطَّا ٍ ع َْن أَ ِمي ِْر ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ أَبِ ْي َح ْف
.ئ َما ن ََوى ِ إِنَّ َما ْاألَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا:َُرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُوْ ل
ٍ ت َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِر
ْ َو َم ْن َكان،َت ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه
َُت ِهجْ َرتُه ْ فَ َم ْن َكان
ص ْيبُهَا أَوْ ا ْم َرأَ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه
ِ ُلِ ُد ْنيَا ي
- 2- ئ ً فٌما رواه ابو داود و النسا-وقال سلوت هلال و سالمه علٌه
ُإِ َّن هللاَ الَ يَ ْقبَ ُل ِمنَ ال َع َم ِل إِالَّ َما َكانَ لَهُ خَالِصا ً َو ا ْبتُ ِغ َي بِ ِه َوجْ هُه
8
Zulhammi, “Etika Profesi Keguruan,…h.132
9
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru,…h.99
10
- Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab
radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah
shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap
perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
(akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang
hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.
Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang
layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka
hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR.
Bukhary)
- Rasulullah Saw bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan Abu
Daud dan Nasai: Sesungguhnya Allah yang maha perkasa lagi
maha tinggi tidak menerima amal kecuali yang ikhlas karenanya
dan mencari wajahnya.
11
yang tidak dapat mengetahuinya selain Allah Swt, tempat niat itu adalah
pada hati, dan niat-niat itu berlebih kurang derajatnya.10
2. Takwa
ض َي هللاُ َع ْنهُ َما ع َْنِ ب ب ِن ُجنَا َدةَ َوأَبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَ ٍل َر ِ ع َْن أَبِ ْي َذرٍّ ُج ْن ُد
َ َ َوأَ ْتبِ ِع ال َّسيِّئَة، َق هللاَ َح ْيثُ َما ُك ْنت
َالح َسنَة ِ َّ (ات:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َ ُِول هللا
ِ َرس
ِ َوفِي بَع.ْث َح َس ٌن
ْض ٍ ُاس بِ ُخل
ٌ َح ِدي: َوقَا َلaق َح َس ٍن) َر َواهُ التِّرْ ِم ِذي َ َّق الن ِ ِ َوخَال،تَ ْم ُحهَا
َ َح َس ٌن:خ
ص ِح ْي ٌح ِ النُّ َس
Artinya: Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bertakwalah
kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan
menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan
10
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru,…h.99-100
12
akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu
hasan dalam sebagian naskah disebutkan bahwa hadits ini hasan
shahih) [HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Dalam hadist diatas, menunjukkan perintah bertakwa itu berlaku
dimana saja seorang berada dan dalam kondisi apapun, baik ditempat
tersembunyi maupun dihadapan orang banyak, baik urusan rahasia
maupun yang terang-terangan, karena hal ini merupakan tuntutan
daripada ikhlas. Ini berlaku bagi setiap orang yang mendapat amanah
mendidik, maka hendaklah seorang bertakwa kepada Allah, baik dia
sedang dihadapan muridnya, maupun tidak sedang berhadapan dengan
mereka
Makna takwa menurut Ubai bin Ka’ab dalam perbinacangan
dengan Umar bin Khattab, Umar menanyai Ubai tentang takwa, lalu Ubai
menjawab pernahkah engkau Umar melewati jalan yang berduri, Umar
menjawab: Ya, Ubai bertanya lagi, apa yang kau lakukan, Umar
menjawab: aku berhati-hati dan bersungguh-sungguh, Ubai berkata:
itulah takwa, berarti takwa adalah berhati-hati dan bersungguh-sungguh.
Kedudukan takwa sangat penting dalam agama Islam dan
kehidupan, takwa adalah pokok segala pekerjaan. Disebutkan disebuah
hadis bahwa Abu Dzar Al-Gifari, meminta nasihat kepada Rasulullah.
Rasulullah menasehati Al-Gifari supaya ia takwa kepada Allah, karena
takwa adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim dan takwa itu
juga ukuran (manusia yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang
paling takwa). Karena pentignya kedudukan takwa dalam kehidupan,
maka setiap guru harus memiliki bahwa dalam tugasnya, bahkan didalam
berbagai rumusan peraturan perundang-undangan di negara Indonesia
kata takwa menjadi kata kunci.11
3. Berilmu
11
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru,…h.102
13
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :
14
Artinya: Dari sahal bin saad r.a. Nabi saw berkata: maka demi Allah
sekiranya Allah menunjuki seseorang dengan usahamu lebih
baik bagimu dari pada ternak unta yang banyak.
Dari hadis-hadis diatas, bila dikaitkan dengan tugas pendidik, maka harus
memiliki ilmu dan selalu berusaha untuk menambahnya dan haruslah
mengamlkan ilmunya sehingga ia menjadi teladan bagi anak didiknya dan
menyadari bahwa ilmu adalah jalan kesurga12
4. Memiliki Ketabahan
Dari Aisyah R.A ia berkata, bersabda Rasulullah Saw:
12
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru,…h.104
15
Artinya: Sesungguhnya Allah maha lembut, ia menyukai kelembutan
dalam semua urusan.
Tabah adalah tetap dan kuat hati. Pengertian lain tabah adalah teguh
dan tetap hati untuk meneruskan sesuatu dengan ulet. Maka ketabahan (al
hilmi) ialah memiliki rasa kedekatan dengan orang lain, rendah hati,
lemah lembut, dan mudah berkomunikasi dengannya.
Islam menganjurkan untuk berperilaku tabah dan menumbuhkan
kegemaran padanya, hal ini banyak ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah
saw, menjekaskannya, agar manusia mengetahui dan secara khusus para
pendidik dan dai, bahwa ketabahan itu adalah Sebagian dari keutamaan
jiwa yang paling besar, dan akhlak yang dapat mengangkat manusia
kepuncak peradaban dan kesempurnaannya, dan pada tingkat akhlak yang
paling tinggi. Jadi ketabahan itu adalah satu sifat yang mendasar yang
dapat membantu keberhasilan para pendidik dalam tugas pendidikannya
dan tanggung jawab pembentukan dan perbaikan anak didiknya, ia
merupakan sifat keseimbangan dan ketabahan.
Sifat itu dapat menarik perhatian anak pada gurunya. Anak-anak
didiknya akan menerima ucapan para gurunya dengan car aitu anak didik
akan berperilaku dengan peradaban yang terpuji dan akan terhindar dari
akhlak-akhlak yang tercela. Dengan demikian akan berjalan dipermukaan
bumi seperti bulan purnama menampakkan diri kepada manusia.
Dari hadis diatas dapat disimpulkan:
a. Pentingnya setiap muslim memiliki ketabahan (al-hilmi), karena ia
sifat yang disukai Allah
b. Bagian dari ketabahan adalah bersikap lemah lembut, sikap ini
disukai Allah, oleh karena itu seorang pendidik selalu berusaha
bersikap lemah lembut terhadap anak didiknya.13
13
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru,…h.105-107
16
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ ِ ُول هَّللاَ ْت َرس ُ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ُع َم َر يَقُو ُل َس ِمع
اع َو َم ْسئُو ٌل ٍ اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه فَاإْل ِ َما ُم َرٍ ُكلُّ ُك ْم َر:ُيَقُول
ُاع فِي أَ ْهلِ ِه َوهُ َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َو ْال َمرْ أَة ٍ ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر
اع فِي َما ِل ٍ ت َزوْ ِجهَا َو َم ْسئُولَةٌ ع َْن َر ِعيَّتِهَا َو ْالخَ ا ِد ُم َر ِ اعيَةٌ فِي بَ ْي ِ َر
اع فِي ٍ ال َوال َّر ُج ُل َر َ َْت أَ ْن قَ ْد ق ُ َسيِّ ِد ِه َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه قَا َل َو َح ِسب
اع َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه ٍ ال أَبِي ِه َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َو ُكلُّ ُك ْم َرِ َم
)(متفق عليه
Artinya: Diberitakan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, “Kamu semua adalah
pemelihara (pemimpin) dan bertanggung jawab kepada
pemeliharaannya. Seorang imam adalah pemelihara, ia
bertanggung jawab kepada pemeliharaannya. Seorang suami
adalah pemelihara keluarganya, ia bertanggung jawab atas apa
yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemelihara di dalam
rumah suaminya, ia bertanggung jawab kepada pemeliharaannya.
Seorang pembantu adalah pemelihara harta majikannya, ia
bertanggung jawab kepada pemeliharaannya.” Perawi berkata,
“Aku menyangka bahwa Rasulullah sungguh bersabda, “Seorang
lelaki (anak) adalah pemelihara harta ayahnya, ia bertanggung
jawab kepada pemeliharaannya. Kamu semua adalah pemelihara
dan bertanggung jawab kepada pemeliharaannya.” (Hadis
Shahih, Riwayat al-Bukhari: 844 dan Muslim: 3408. teks hadis di
atas riwayat al-Bukhari)
Dari hadist diatas menunjukkan, bahwa setiap orang memiliki
tanggung jawab sesuai dengan kedudukannya masing-masing mulai dari
tanggung jawab yang paling besar sampai yang paling kecil, dan akan
dimintai pertanggung jawaban dari setiap tanggungjawab terhadap tugas
yang embannya dan akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu
hendaklah setiap pendidik menyadari tanggung jawabnya. Bahwa orang
yang mengabaikan tanggung jawab tidak akan masuk surga, maka hadis
17
ini menunjukkan bahwa mengabaikan tanggung jawab itu adalah dosa
yang sangat besar yang mengakibatkan seseorang tidak diizinkan Allah
masuk surga. Maka seorang pendidik yang diamanahi mendidik anak
didiknya adalah merupakan tanggung jawab yang besar, karena itu tugas
dalam pembentukan dan perbaikan perilaku manusia, dan pendidik harus
menyadari tanggung jawabnya.14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru,…h.109
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Tatta Herawati Daulae. “Etika Guru Dalam Perspektif Hadis” dalam Jurnal
Forum Paedagogik. No.1, Vol.05, 2013
Nur Illahi, “Peranan Guru Professional Dalam Peningkatan Prestasi Siswa Dan
Mutu Pendidikan di Era Millenial” dalam Jurnal Asy-Syukriyyah, No.1,
Vol.21, 2020
20