Makalah Kelompok 9 Kepribadian Guru Pai 5f

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KEPRIBADIAN GURU DALAM AL QUR’AN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepribadian Guru
Dosen Pengampu:
“Ahmad Marzuqi, S.Th.I., M.Pd. I”

Disusun oleh :

1. Kinanti Sukma pradani ( 12201193304)

2. Binti Luthfiya Hurier ( 12201193307)

3. Adhe Cahya Eka Putra ( 12201193340)

4. Ainur Rizqiah Firdausi ( 12201193341)

5. Andi Purnomo ( 12201193343)

KELAS PAI 5F
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
NOVEMBER 2021

i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat
Pendidikan Multikultural”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam makalah ini,maka kami mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Prof. H. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor UIN SATU Tulungagung yang telah
memberikan dukungan dan mengizinkan kami memakai semua fasilitas untuk
menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Ahmad Marzuqi, S.Th.I., M.Pd. I selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
Kepribadian Guru yang ikhlas dan tulus, serta berkonstribusi dalam membimbing
kami.
3. Civitas akademika UIN SATU Tulungagung yang selalu memberikan dukungan
selama perkuliahan.
4. Teman-teman kelas PAI F semester 5 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang sudah berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai
semua usaha kami.

Tulungagung 20 November 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................i

PRAKATA.............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1


B. Rumusan Masalah. .....................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan Masalah .....................................................................................2
D. Batasan Masalah .........................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN ......................................................................................................3

A. Pengertian Profil Guru Dalam Al Qur’an....................................................................3


B. Syarat Guru Dalam Al Qur’an....................................................................................6
C. Bentuk Kepribadian Guru dalam Ayat Al Qur’an.......................................................8

BAB III : PENUTUP...............................................................................................................14

A. Kesimpulan .................................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................14

DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru adalah salah satu unsur penting dalam dunia pendidikan. Guru juga
diumpamakan sebagai tokoh-tokoh yang membentuk karakter peserta didik sebagai
generasi masa depan bangsa yang cerdas dan berkarakter. Di dalam proses pendidikan guru
bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan yang dialami oleh siswanya. Untuk
mencapai profesionalitas, guru seharusnya memiliki kompetensi yang sesuai. Standar
kompetensi yang tertuang dalam peraturan menteri pendidikan Nasional mengenai standar
kualifikasi akademik serta kompetensi guru menyebutkan bahwa guru professional harus
memiliki empat kompetensi guru professional, yaitu : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial1.
Jadi, Pendidik (Guru) merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam
pendidikan. Guru sebagai Pendidik merupakan suatu amanah yang sangat berat untuk di
laksanakan. Kenapa dikatakan berat, karena guru harus bisa membimbing dan
mengarahkan peserta didiknya kea rah yang lebih baik, dari semua aspek yang adapada
siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian itu yang
akan menentukan apakah ia bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak didiknya atau ia
justru menjadi perusak atau bahkan penghancur anak didiknya. Anak didik merupakan
generasi penerus, terutama siswa yang masih duduk di sekolah dasar (SD) dan menengah,
yang masih rentan atau sedang mengalami kegoncangan jiwa. Guru akan menjadi anutan
(teladan contoh yang baik) yang akan ditiru oleh para siswanya. Bukan hany hal-hal yang
baik saja bahkan terkadang juga meniru tingkah laku yang buruk.
Seorang guru bisa mengemban amanah sebagai pendidik dengan baik, apabila ia
mengerti akan berbagai teori yang menyangkut dirinya yang bertugas sebagai Guru. Dalam
kaitannya dengan masalah ini, yang akan di bahas dalam Makalah ini yang berjudul
KONSEP KEPRIBADIAN GURU DALAM AL QUR’AN .

1
Muhammad Rohmadi, Menjadi Guru Profesional dan Berkarakter, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2012) hal
19

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Profil Guru dalam Al Qur’an ?
2. Bagaimana Syarat Guru dalam Al Qur’an ?
3. Bagaimana Bentuk Kepribadian Guru Dalam AL Qur’an ?

C. Tujuan Pembahasan Masalah


1. Mengetahui Profil Guru dalam Al Qur’an.
2. Mengetahui Syarat Guru dalam Al Qur’an.
3. Mengetahui Bentuk Kepribadian Guru Dalam AL Qur’an.

D. Batasan Masalah
Dalam hal ini penyusun hanya membahas berdasarkan rumusan masalah yang telah
disebutkan di atas, maka dari itu penyusun membatasinya. Adapun batasan masalah ini
yaitu Pengertian Profil Guru Dalam Al Qur’an, Syarat Guru Dalam Al Qur’an dan Bentuk
Kepribadian Guru dalam Ayat Al Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Guru Dalam Al Qur’an

Dalam Islam, istilah pendidik disebut dengan beberapa istilah seperti muaddib,
murabbi dan mu’allim. Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan karena masing-
masing memiliki konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam sejarah
pendidikan Islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian.2 Pertanyaan yang
menggelitik kemudian, siapakah pendidik/guru itu?

Dalam sebuah hadis tersebut bahwa Nabi bersabda:

‫أدبنى ربى فأحسن تأديبى‬


“Tuhanku telah mendidikku, maka menjadi baiklah pendidikanku”.

Dalam penggalan hadis ini, maka nyatalah bahwa Allah SWT adalah Pendidik
Agung bagi para Nabi dan seluruh alam semesta. Dja’far Siddik mengatakan, “Dialah
Muaddib Agung, dan Dia pulalah Murabbi Agung yang telah mendidik para Nabi dan
Rasul-Nya. Dia juga Mu’allim Agung yang telah membelajarkan Adam as, nenek moyang
umat manusia tentang segala sesuatu.” Berdasarkan penjelasan di atas, maka Allah pulalah
sesungguhnya pendidik agung manusia. Hanya saja dalam operasionalnya, Allah Swt
tidaklah berinteraksi secara langsung dengan manusia. Dia mengutus para Rasul untuk
mendidik manusia ke jalan yang diridai-Nya. Dengan demikian, para Rasul pulalah yang
mengambil peranan sebagai pendidik bagi umat manusia.

Dalam unit kehidupan sosial terkecil yakni keluarga, orang tua menjadi pendidik
utama bagi anak dan keluarganya. Dalam surat at-Tahrim/66 ayat 6 Allah SWT
mewajibkan setiap orang untuk mendidik dan memelihara diri pribadinya dan sekaligus
membimbing keluarganya agar tidak tergelincir ke dalam api neraka.3 Dalam kehidupan

2 Jalaluddin as-Suyuthi, Jami’ al-Ahadits, Juz 2, h. 88.


3 Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya,Cet. ke-5 (Bandung: CV Diponegoro, 2007), h. 560.

3
sosial yang lebih luas, yang berperan sebagai pendidik adalah terutama para ‘ulama dan ahl
al-zikr. Namun dalam konteks pendidikan yang lebih luas, maka pada diri setiap orang
sesungguhnya melekat kewajiban untuk mendidik. Hanya saja ulama dan ahl zikir secara
khusus diberi amanah sebagai pendidik.
Dalam pengembangannya profil guru berupa kemampuan dasar (kepribadian),
kemampuan mengajar, dan kemampuan keterampilan. Kemampuan Dasar Guru
(Kepribadian) berupa; beriman dan bertakwa, berwawasan Pancasila, mandiri penuh
tanggung jawab, berwibawa, berdisiplin dan berdedikasi, bersosialisasi dengan
masyarakat, mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikannya. Kemampuan
mengajar mencakup; menguasai ilmu pendidikan dan keguruan, menguasai kurikulum,
menguasai metodik umum, menguasai pengelolaan kelas, melaksanakan evaluasi peserta
didik, kemampuan pengembangan dan aktualisasi diri. Kemampuan keterampilan meliputi;
keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka
dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dengan kata lain, profil/profesi guru dalam
pendidikan sesungguhnya juga menekakan pencerminan sifat kebaikan dalam diri manusia
yang kaiatannnya dengan praktik mengajar dan pemberi pentunjuk bagi perbaikan perilaku
manusia laiannya. Sehingga jabatan profesi guru dapat dilaksanakan oleh setiap manusia
yang berilmu pengetahuan. Artinya manusia yang memimilki ilmu pengetahuan mampu
mencerdaskan,mencerahkan, dan membebaskan manusia dari ketidaktahuan yang
berhubungan dengan aspek kehidupan dunia dan akhiratnya.4
Dalam operasionalnya, guru yang dimaksud dalam kajian ini adalah setiap orang
yang melakukan pekerjaan mendidik dalam arti luas, yakni segala usaha memanusiakan
manusia (humanisasi) yakni dalam bentuk internalisasi nilai dan transper pengetahuan dan
keterampilan. Dalam pengertian lain, yakni segala usaha yang bermakna pendewasaan
manusia. Di samping itu, Islam menambahkan, juga segala bentuk penjagaan, pencegahan
dan pelarangan manusia terhadap kemungkaran (destruksi dunia-akhirat). Namun, dalam

4
Umar, Pengantar Profesi Keguruan (Cet. I; Depok: Rajawali Pers, 2019), hal.11

4
Al-Qur’an yang membicarakan tipe seorang guru yang ideal dalam mendidik diantaranya
ideal dalam kemampuan, sikap, metode dan sebagainya.5
Menurut Al-Qur’an, secara personal seorang pendidik adalah orang yang memiliki
kecerdasan spiritual, karena ia senantiasa zikir (mengingat) Allah dalam keadaan apapun.
Sebagai ahl al-zikr, ia memiliki pengetahuan sejarah para Nabi (sirah) dan sejarah social
umat terdahulu. Selain itu, seorang pendidik adalah juga seorang ulama, yakni orang yang
kapabilitas keilmuannya bersepadu antara ilmuilmu ukhrawi dan duniawai. Ilmunya utuh.
Ia tidak mengenal dualisme keilmuan. Pengetahuannya tentang kealaman, baik mikro atau
makro kosmos disinari oleh pengetahuan keilahiannya. Sebagai uli al-nuha ia memiliki
spektrum pengetahuan yang luas. Tidak hanya kealaman tetapi juga sejarah dan sosial.
Penamaan lainnya seperti al-muzakki, al-rasikhuna fi al-‘ilm, ulul albab, dan ulil al-absar
juga menegaskan kompetensi personal, juga kapasitas dan kapabilitas serta misi propetis
(nubuwwah) seorang pendidik.6
Berdasarkan penelitian terhadap ayat-ayat Al-Quran yang memiliki makna yang
jelas (sarīh) tentang pekerjaan mendidik adalah mubasysyir wa nazir, al-muwa’iz,
mu’allim, murabbi, muzakki, dan da’i. Jika ayat-ayat yang mengandung kosa kata tersebut
dilihat dalam konteks pendidikan, maka seorang pendidik adalah orang yang mendidik dan
mengajar orang lain untuk memanusiakan manusia (mensucikannya) dengan
menginternalisasikan nilai-nilai kepada kepribadian peserta didik terutama nilai-nilai
tauhid, akhlak, ibadah dan mengajarkan pengetahuan tentang berbagai hal. Sehingga
dengan ilmu pengetahuan seperti itu peserta didik akan terbimbing kepada jalan Tuhan.
Bimbingan tersebut dilaksanakan dengan hikmah, mauizah dan jidal al-ahsan.7 Sementara

5
Idhar, PROFIL GURU IDEAL DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN, Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman
dan Kemanusiaan, Vol. 4 No. 2 Oktober 2020, hal. 144.
6
Sebagai penguat argumentasi ini, berikut dipaparkan dengan singkat penjelasan Quraish Shihab tentang ahl
al-zikr. Ia mengatakan bahwa oleh banyak ulama frase ahl al-zikr dipahami sebagai para pemuka agama Yahudi dan
Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para rasul. Ada juga yang
memahami istilah ini dalam arti sejarawan, baik muslim maupun non muslim. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,
Volume 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 236-237.
7
Kata al-mau’izah terambil dari kata wa’aza, yang berarti nasihat. Mau’izah adalah uraian yang menyentuh
hati yang mengantar kepada kebaikan. Sedangkan kata jidal bermakna diskusi atau bukti-bukti yang dapat
mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan. Didapati
bahwa mau’izah hendaknya disampaikan dengan baik/hasanah, sedangkan jidal disampaikan dengan ahsan/yang
terbaik. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Volume 7, h. 387.

5
pengetahuan yang dibimbingkan itu jika dikelompokkan dapat berbentuk pengetahuan
tentang ayat-ayat tanzili dan pengetahuan tentang ayat-ayat kauni.

B. Syarat Guru Dalam Al Qur’an


Pendidik harus menjadi skill labour ( tenaga terlatih) agar tidak terjadi out put yang
split personality maka sang Pendidik harus memiliki keilmiahan akal dan kecerdasan
moral, Sebenarnya modal utama seorang pendidik adalah keimanan, etika yang baik, dan
ilmu atau wawasan yang luas8.

Diantara standar pendidik adalah harus memiliki kualifikasi akademik dan


kompetensi sebagai agen pembelajaran baik kompetensi pedagogic, kepribadian,
professional dan social), sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan9.

 Kompetensi Pedagodik meliputi bahwa Guru :


a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, social,
cultural, emosional dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f. Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktuaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

8
Al-Qaradhawi, Yusuf. Tsaqafatul Daiyah, Maktabah Wahbah Cairo, cet : 10, thn : 1996, hal : 4-5
9
E. Mulyasa, Implementasi KTSP, Cet : 3, Th : 2009, Hal : 34, Bumi Aksara Jakarta

6
 Kompetensi kepribadian meliputi bahwa Guru :
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa.
d. Menunjukkan eetos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
 Kompetensi social meliputi bahwa Guru :
a. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status
social ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman social budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisa dan
tulisan atau bentuk lain.
 Kompetensi profesional meliputi bahwa Guru :
a. Menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.

7
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri10.

Termasuk faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran


yaitu kemampuan guru dalam membuka pembelajaran, kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, kemampuan guru melakukan penilaian
pembelajaran dan kemampuan guru menutup pembelajaran11.

Secara garis besar kompetensi di atas disebut dalam Al-Quran seperti ayat yang
berhubungan dengan :

 Kompetensi Pedagogik terdapat dalam surah Ali Imran ayat 79


 Kompetensi Kepribadian terdapat dalam Luqman ayat 12 - 19
 Kompetensi Sosial terdapat dalam surah al-Maidah ayat 2
 Kompetensi Profesional terdapat dalam surah Yusuf ayat 55

C. Bentuk Kepribadian Guru Dalam Al Qur’an


Sebagai pendidik dalam pendidikan Islam, guru harus memiliki kepribadian yang
baik sebagaimana dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an memuat berbagai konsep yang bersifat utuh
dan komprehensif serta mencakup berbagai dimensi kehidupan manusia, termasuk pula
konsep tentang kepribadian guru. Salah satu ayat Al-Qur`an yang menjelaskan tentang
kepribadian guru yaitu Q.S al-Kahfi ayat 27-28:

Q.S al-Kahfi ayat 27

‫ب َر ِبّ َك ۖ َﻻ ُم َب ِدّ َل ِل َك ِل ٰ َم ِتِۦه َولَن ت َ ِجدَ ِمن دُو ِنِۦه ُم ْلتَ َحدًا‬
ِ ‫ى ِإلَي َْك ِمن ِكتَا‬ ِ ُ ‫َوٱتْ ُل َما ٓ أ‬
َ ‫وح‬
Q.S al-Kahfi ayat 28

َ‫َاك َع ْن ُه ْم ت ُ ِريد ُ ِزينَة‬ َ ُ‫ى ي ُِريد ُونَ َو ْج َه ۥهُ ۖ َو َﻻ ت َ ْعد‬


َ ‫ع ْين‬ ّ ِ ‫س َك َم َع ٱلﱠذِينَ يَ ْدعُونَ َربﱠ ُهم ِب ْٱلغَدَ ٰوةِ َو ْٱلعَ ِش‬ َ ‫ص ِب ْر نَ ْف‬
ْ ‫َوٱ‬
ً ‫ْٱل َحيَ ٰوةِ ٱلدﱡ ْنيَا ۖ َو َﻻ تُ ِط ْع َم ْن أ َ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَ ۥهُ َعن ِذ ْك ِرنَا َوٱتﱠبَ َع ه ََو ٰىهُ َو َكانَ أ َ ْم ُر ۥهُ فُ ُر‬
‫طا‬

10
Tb. Abin Syamsuddin Makmun, Pengelolaan pendidikan, Cet. 1, Thn. 2010, Pustaka Educa Bandung, Hal. 235.
11
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovativ Kontemporer, PT. Bumi Aksara Jakarta, Cet : 3, Thn : 2009,
Hal : 22

8
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-
Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimatkalimat-Nya. Dan
kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya. Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini. Dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
(Q.S al-Kahfi/18: 27-28)12
1. Q.S al-Kahfi ayat 27
َ ‫ى إِلَي‬ ُ
a. ‫ْك‬ َ ‫( َوٱتْ ُل َما ٓ أو ِح‬Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu), yaitu perintah agar
membaca, mempelajari, dan mengamalkan isi ‫ك‬ ِ ‫( ِمن ِكتَا‬kitab Tuhanmu (Al-Qur‟an)13
َ ّ‫ب َر ِب‬
b. ‫( َﻻ ُمبَ ِدّ َل ِل َك ِل ٰ َمتِ ِه‬tidak ada (seorang pun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya).
Maksudnya tidak ada satu pun makhluk Allah yang mampu menghapus atau mengubah
hukum-hukum yang telah tercantum di dalam Al-Qur‟an.14
c. َ‫( َولَن ت َ ِجد‬dan kamu tidak akan dapat menemukan). Maksudnya jika seseorang tidak
mengikuti Al-Qur‟an, maka tidak akan ada ‫حدًا‬ َ َ‫( ِمن دُونِ ِه ُم ْلت‬tempat berlindung selain dari
pada-Nya).15
2. Q.S al-Kahfi ayat 28
ْ ‫( َوٱ‬Dan bersabarlah kamu) untuk tetap duduk dan tidak tergesa-gesa َ‫َم َع ٱلﱠذِين‬
َ ‫ص ِب ْر نَ ْف َس‬
a. ‫ك‬

‫(يَ ْدعُونَ َربﱠ ُهم‬bersama dengan orangorang yang menyeru Tuhannya). Mereka adalah para
sahabat Nabi Muhammad SAW yang fakir tetapi selalu beribadah kepada Allah. Mereka
antara lain Ammar bin Yasir, Shuhaib, Bilal, dan sahabat-sahabat lainnya.16

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Jil. V, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2010), hlm. 599.
13
Al-Qaththan, Tafsir al-Qaththan dalam software Maktabah Syamilah.
14
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. Abu Bakar dkk, Jil. XV, (Semarang: Karya Toha
Putra Seamarang, 1993), hlm. 276.
15
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. Asmuni, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 983.
16
Al-Qaththan, Tafsir Al-Qaththan dalam Software Maktabah Syamilah.

9
b. ّ ِ ‫( ِب ْٱلغَدَ ٰوةِ َو ْٱلعَ ِش‬di pagi dan senja hari). Disebutkan secara khusus yaitu pagi dan petang
‫ى‬
karena dua waktu tersebut kebanyakan manusia lalai dan sibuk dengan urusan-urusan
duniawi.
c. ُ‫( ي ُِريدُونَ َوجْ َه ۥه‬mengharap keridhaan Allah). Maksudnya, tujuan mereka menyembah Allah
adalah untuk mencari ridho-Nya.
d. ‫ع ْن ُه ْم‬
َ َ‫( َو َﻻ ت َ ْعد ُ َع ْينَاك‬Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka). Yaitu teguran
Allah kepada Nabi Muhammad SAW agar tidak meninggalkan sahabat-sahabat beliau yang
fakir namun bertaqwa kepada Allah.

َ ‫( ت ُ ِريد ُ ِزينَةَ ْٱل‬karena mengharapkan perhiasan dunia), yaitu kemuliaan dan


e. ‫حيَ ٰوةِ ٱلدﱡ ْنيَا‬
kedudukan di dunia.17

َ ُ‫( َو َﻻ ت ُ ِط ْع َم ْن أ َ ْغ َف ْلنَا قَ ْلبَ ۥه‬Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah
f. ‫عن ِذ ْك ِرنَا‬
Kami lalaikan dari mengingati Kami). Yaitu orang-orang yang mengabaikan agama dan
ibadah karena sibuk dengan urusan dunia. 18
g. ُ‫( َوٱتﱠبَ َع ه ََو ٰىه‬menuruti hawa nafsunya). Maksudnya, melakukan syirik. Sepanjang hari
mereka menuruti kesenangan-kesenangan dunia dan meninggalkan perintah Allah.19
ً ‫( َو َكانَ أ َ ْم ُر ۥهُ فُ ُر‬dan keadaannya itu melewati batas). Semua urusan kehidupannya menjadi
h. ‫طا‬
hilang dan sia-sia.

Surat al-Kahfi terdiri atas 110 ayat. Surah ini diturunkan di kota Mekkah setelah surah
al-Ghasyiyyah.20Para ulama berbeda pendapat mengenai surah ini. Mayoritas ulama
menyatakan bahwa keseluruhan ayat surah al-Kahfi diturunkan di kota Mekkah. Ada yang
berpendapat ayat 1-8 diturunkan di Madinah. Ada pula yang mengecualikan ayat 28 dan ayat
29 diturunkan di kota Madinah. Surah ini dinamai dengan al-Kahfi yang artinya goa. Nama
al-Kahfi diambil dari kisah sekelompok pemuda yang mengasingkan diri dari ancaman
penguasa pada masanya, kemudian tertidur di dalam gua selama kurang lebih 309 tahun.21

17
Al-Shabuni, Shafwatut Tafāsīr..., hlm. 189.
18
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Juz XV, Terj. M. Abdul
Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2008), hlm. 339.
19
Al-Shabuni, Shafwatut Tafāsīr..., hlm. 190.
20
Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur..., hlm. 2383.
21
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari SurahSurah Al-Qur’an, Jil. II,
(Tangerang: Lentera Hati, 2002), hlm. 277.

10
Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru adalah manusia yang dapat dipercaya
ucapannya dan patut diikuti tindak-tanduknya. Hal ini dikarenakan di kalangan masyarakat
biasa, guru memiliki wawasan yang luas dan memiliki seperangkat ilmu pengetahuan yang
memadai. Selain itu guru juga memiliki kepribadian yang luhur, sehingga segala tingkah
lakunya patut dijadikan teladan oleh siswa dan masyarakat.22Uraian ini mengasumsikan
bahwa tugas guru tidak sekedar mentransformasikan ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana
ia mampu menginternalisasikan nilai-nilai pada siswa. Pada tataran ini harus ada sinkronisasi
antara apa yang diucapkan dan yang dilakukan oleh guru. Maka di samping kompetensi
keilmuan yang memadai, guru juga harus memiliki kompetensi kepribadian mulia.

Nabi Muhammad SAW adalah guru pertama dalam Islam yang berhasil menjalankan
dakwahnya dengan berbekal kepribadian luhur,23antara lain selalu bersabar, ikhlas, ikhtiar,
selalu beribadah, dan berdo‟a kepada Allah. Tugas guru laksana tugas nabi dan rasul maka
untuk mewujudkan pribadi guru yang profesional, guru dapat mengacu pada tuntunan Nabi
Muhammad SAW sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Surah al-Kahfi
ayat 27-28 bukanlah ayat yang secara langsung menjelaskan tentang pendidikan, ayat tersebut
mengandung pesan tersirat yang merupakan wujud pendidikan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW. Dalam ayat tersebut Allah berpesan kepada beliau agar selalu
berkepribadian mulia dalam berdakwah. Adapun kompetensi kepribadian yang harus dimiliki
oleh guru menurut surah al-Kahfi ayat 27-28 yaitu:

1. Berpedoman pada Al-Qur‟an


ِ ‫ى إِلَيْكَ ِمن ِكتَا‬
Pada awal ayat 27 yaitu َ‫ب َر ِبّك‬ ِ ُ ‫( َوٱتْ ُل َما ٓ أ‬watlu mā ūhiya
َ ‫وح‬
ilaika min kitābi rabbika) Allah berpesan kepada Nabi Muhammad SAW agar
beliau berpedoman pada AlQur‟an. Lafadz ‫( َوٱتْ ُل‬watlu) merupakan fi‟il amar (kata
perintah) dari kata ً ‫ ت َِﻼ َوة‬، ‫ يَ ْتلُ ْوا‬، ‫ ت ََﻼ‬Talaa-Yatluu-Tilaawatan). Makna awalnya adalah
mengikuti secara langsung dengan tanpa pemisah, yang secara khusus berarti
mengikuti kitab-kitab Allah, baik dengan cara qira’ah (intelektual) atau
menjalankan apa yang terkandung di dalamnya. 24Maka lafadz ‫( َوٱتْ ُل‬watlu) di atas

22
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
hlm. 156.
23
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 95.
24
Imam al-„Allamah Ibn Mandhur, Lisan al-‘Arab, Juz I, (Qahirah: Dar alHadits, tth), hlm. 624.

11
dapat diartikan sebagai perintah membaca yang diikuti komitmen untuk
mengamalkannya. Berpedoman pada Al-Qur‟an berarti selain rajin membaca
AlQur‟an, guru juga harus mengerti, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur‟an. Dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah
maupun di luar sekolah guru harus menjaga perilakunya sesuai dengan ajaran yang
ada dalam AlQur’an Sebagai guru pertama dalam Islam, Nabi Muhammad SAW
adalah contoh utama dalam teladan. Ketika beliau akan mengajarkan tentang
sesuatu hal, maka beliau melakukan sendiri apa yang hendak diajarkannya tersebut.
Pepatah mengatakan, “lidah perbuatan lebih tajam daripada lidah lisan.” Artinya
manusia cenderung meniru perbuatan seseorang daripada apa yang dikatakan atau
yang diperintahkan. Hal ini diperkuat oleh Permendiknas No. 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa guru harus
bertindak sesuai dengan norma agama yang bersumber dari Al-Qur’an.
2. Taqwa kepada Allah

َ َ‫( َولَن تَ ِجدَ ِمن د ُونِِۦه ُم ْلت‬wa lan tajida min dūnihī
Potongan ayat selanjutnya yaitu ‫حدًا‬
multahadan) mengandung pesan agar Nabi Muhammad SAW (sebagai guru
pertama dalam Islam) selalu bertaqwa kepada Allah. Taqwa adalah ketundukan dan
ketaatan manusia kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Guru
sebagai tenaga profesional berperan dalam melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Tanggung jawab
ini mengasumsikan bahwa selain berilmu, guru juga harus beriman dan bertaqwa
kepada Allah.
3. Sabar
Secara bahasa sabar berarti tahan menghadapi cobaan, tidak lekas putus asa,
tenang, tidak tergesa-gesa, atau tidak terburu nafsu. Sifat sabar inilah yang
mempengaruhi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah
agar kaumnya beriman kepada Allah. Jalan dakwah yang bertahun-tahun beliau
lalui tidaklah mudah. Banyak kaum yang menolak dan menentang untuk beriman

12
kepada Allah dan tetap menyembah berhala. Beliau dihina, difitnah, disebut orang
gila, diusir, bahkan mereka tidak segan melakukan tindakan kekerasan kepada
beliau dan para pengikutnya.

4. Rajin beribadah
Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.Maka orang yang
rajin beribadah berarti orang yang sering atau terus menerus beribadah kepada
Allah. sebagai bentuk ketaatannya sebagai seorang hamba dengan menjalankan
segala perintah-Nya. Dalam surah al-Kahfi ayat 28 disebutkan bahwa orang-orang
yang rajin beribadah kepada Allah antara lain Shuhaib, Ammar bin Yasir, dan
Khabbab. Mereka adalah orang-orang yang sepanjang harinya tekun beribadah
kepada Allah dengan ikhlas semata-mata mengharap ridho-Nya. Allah lebih
menyukai orang-orang yang selalu beribadah kepada-Nya. Karena orang yang
paling mulia di hadapan-Nya adalah orang yang bertaqwa.
5. Ikhlas
Secara bahasa ikhlas berarti bersih hati atau tulus hati. Abu Zakariya
berpendapat bahwa orang yang ikhlas berarti tidak mengharapkan apapun, semata-
mata hanya menuntut ridho Allah tanpa menghiraukan imbalan dari selain-Nya.
Guru dengan segala aktivitasnya merupakan sebuah profesi yang mulia. Kemuliaan
tugas ini tidak berarti apa-apa jika tidak dilandasi dengan niat mencari ridho Allah.
Al-Ghazali menegaskan bahwa guru harus mengikuti langkah para rasul. Ia tidak
patut meminta imbalan atas jasanya dalam menyampaikan ilmu dan tidak pula
menginginkan balasan. Bahkan al-Ghazali memandang bahwa orang yang
menuntut ilmu dengan maksud menjadikannya sebagai alat untuk mencari rizki
tidak lain adalah orang yang melakukan suatu perkara yang buruk. Ikhlas
merupakan salah satu kompetensi personal religius yang harus dimiliki oleh guru.
Ia harus ikhlas mengajarkan ilmu pengetahuan atau semua kegiatan dalam bidang
pendidikan. Apabila guru dalam mengajar tidak diimbangi dengan keikhlasan,
maka mengajar akan terasa berat, waktu mengajar pun dirasakan lama.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam Islam, istilah pendidik disebut dengan beberapa istilah seperti muaddib,
murabbi dan mu’allim. Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan karena masing-
masing memiliki konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam
sejarah pendidikan Islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian.
2. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, social, cultural,
emosional dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Menfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktuaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki. Berkomunikasi secara efektif, dan santun dengan peserta didik.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
3. Sebagai pendidik dalam pendidikan Islam, guru harus memiliki kepribadian yang baik
sebagaimana dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an memuat berbagai konsep yang bersifat utuh
dan komprehensif serta mencakup berbagai dimensi kehidupan manusia, termasuk pula
konsep tentang kepribadian guru. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru adalah
manusia yang dapat dipercaya ucapannya dan patut diikuti tindak-tanduknya. Hal ini
dikarenakan di kalangan masyarakat biasa, guru memiliki wawasan yang luas dan
memiliki seperangkat ilmu pengetahuan yang memadai. Selain itu guru juga memiliki
kepribadian yang luhur, sehingga segala tingkah lakunya patut dijadikan teladan oleh
siswa dan masyarakat.

B. SARAN
1. Kepada praktisi pendidikan, sebaiknya mampu memberikan contoh pembuatan makalah yang
baik dan benar.
2. Bagi peserta didik, seharusnya mampu memahami, mengetahui serta memberikan contoh
tentang akhlak terhadap diri sendiri.

14
3. Bagi calon pendidik, seharusnya mampu mempelajari dan memprediksi tentang akhlak
terhadap diri sendiri.
4. Bagi pendidik, seharusnya mampu menjelaskan tentang akhlak terhadap diri sendiri. Sehingga
dapat mendatangkan kefahaman peserta didik terhadap materi tersebut.

15
DAFTAR RUJUKAN

Agama RI Departemen, 2020, Al qur’an dan Terjemahnya, Bandung :CV diponegoro

Idhar, 2020, Profil guru dalam Presfektif Al qur’an Imam syaikh al-qurtubi, 2008, tafsir al qurthubi,
Jakarta : Pustaka Azzam

Mujib Abdul, 2010, Ilmu pendidikan islam, Jakarta: Kencana

Rohmadi Muhammad, 2012, Menjadi Guru Professional Berkarakter, Surakarta : Yuma pustaka

Umar, 2019, pengantar profesi Keguruan, Depok: rajawali pers

Quraish Shihab M, 2002, Tujuan Dan Pelajaran Dan Surah-Surah Ak Qur’an , Tangerang : lentera
Hati

Wena Made, 2009, Strategi pembelajaran inovatif kontemporer, Jakarta: PT Bumi Aksara

16

Anda mungkin juga menyukai