Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Fasilitas Kesehatan
Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Fasilitas Kesehatan
Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Fasilitas Kesehatan
Oleh:
18.4840118.1289
Oleh:
18.4840118.1289
i
HALAMAN PENGESAHAN
1848401181289
Pembimbing I
Mengetahui
Tim Penguji :
Anggota :
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
(Q.S.Al-Baqarah: 286)
Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran segala urusan sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
sederhana.
Terima kasih kepada Orang Tua yang telah mendoakan anak pertamamu ini dan
memberikan apapun dukungan agar dapat mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Tanpa kalian mungkin saya tidak akan bisa sampai dititik ini.
Terima kasih kepada dosen pembimbing saya yaitu Bapak Apt. Triswanto Sentat,
M.Farm-Klin dan Ibu Apt. Nurul Fatimah, M.Si yang telah membimbing saya
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan penuh kesabaran.
Terima kasih kepada Alm. Rizky Agung Nurcholik Hartono Bin Rudi Hartono
yang telah banyak-banyak membantu saya dari awal menjadi mahasiswa hingga
dapat membantu saya dalam mencari judul serta refrensi dalam membuat Karya
Tulis Ilmiah ini. Segala kebaikan dan ilmu yang abang berikan akan menjadi amal
jariyah untuk abang dan semoga kita dapat dipertemukan lagi di akhirat nanti.
Terima kasih kepada DPM STIKES Samarinda yang telah banyak mengajarkan
saya untuk beroganisasi dan memenejemen waktu sehingga saya betul-betul bisa
membagi waktu saya, dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih karena telah
mensupport saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. “Viva Legislativa”
Terima kasih kepada Hertam Squad yang telah memberikan saya banyak masukan
dan pencerahan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir.
Terima kasih kepada teman-teman dari kost 45 squad yang telah menjadi teman
seperjuangan selama perkuliahan ini, walaupun setelah lulus ini kita akan
mengejar cita-cita kita dengan cara yang berbeda-beda dan semoga kita akan
iii
sukses dengan jalan kita masing-masing. “Kita disatukan dan dipisahkan oleh
cita-cita”
Terima kasih kepada teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu karena
nanti terlalu kepanjangan untuk dipersembahan saja tetapi saya tidak akan bisa
melupakan apa saja support yang telah kalian berikan.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
NIM : 1848401181289
KESEHATAN” adalah benar- benar hasil karya sendiri, seluruh ide, pendapat,
dan materi serta sumber lain telah dikutip sesuai dengan penulisan referensi yang
berlaku.
Pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. karena berkat rahmat dan
dukungan selama menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Oleh karena itu, sudah
1. Bapak apt. Supomo, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Samarinda.
3. Ibu apt. Nurul Fatimah, M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberikan
pendidikan.
vi
5. Seluruh staf di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda yang telah
membantu.
6. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan moral
serta doa sejak awal menempuh pendidikan hingga berkuliah di Sekolah Tinggi
sejak awal berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda hingga hari
kelulusan nanti.
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai
pihak. Demikian karya tulis ilmiah ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat
Penulis
vii
STUDI LITERATUR GAMBARAN KEPATUHAN
PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI
FASILITAS PELAYAN KESEHATAN
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK................................................................................................... viii
C. Tujuan ...................................................................................................... 3
D. Manfaat.................................................................................................... 3
A. Tuberkulosis ............................................................................................ 4
4. Gejala-gejala Tuberkulosis..................................................................... 9
ix
6. Pengobatan Tuberkulosis ....................................................................... 11
A. Kesimpulan .............................................................................................. 27
B. Saran ........................................................................................................ 27
LAMPIRAN ................................................................................................ 30
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3. Profil Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Pada RS Paru Surabaya dan Balai
Tabel 4. Profil Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Pada RS Paru Surabaya dan Balai
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu pasien TB Bakteri Tahan Asam (BTA) positif melalui percik renik dahak
secara global. Pada tahun 2017 terdapat sebanyak 10,4 juta kasus (Insidensi
Kumulatif (CI) 8,8-12 juta) sama dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Data
kasus terbanyak ke-2 di dunia dengan jumlah kasus sebanyak 420.994 kasus
(WHO, 2017).
diharapkan tidak timbul resistensi obat yang dapat merugikan penderita itu sendiri
1
2
merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering terjadi pada pasien dengan
penyakit kronis, seperti pada penyakit tuberkulosis paru (Depkes RI, 2011).
hambatan untuk mencapai angka kesembuhan yang tinggi. Tingginya angka putus
obat mengakibatkan tingginya kasus resistensi kuman terhadap OAT (obat anti
TB) yang membutuhkan biaya yang lebih besar dan bertambah lamanya
beberapa hal, diantaranya adalah pemakaian obat dalam jangka panjang, jumlah
obat yang diminum cukup banyak serta kurangnya kesadaran dari penderita akan
penyakitnya. Oleh karena itu perlu peran aktif dari tenaga kesehatan sehingga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Institusi
Samarinda.
tuberkulosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Tuberkulosis
1. Pengertian Tuberkulosis
menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh yang
tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau
sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun
bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung
(Ginanjar, 2010).
sangat penting untuk menetapkan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
4
5
1) Kasus baru, adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya
(baik untuk kasus yang benar-benar kambuh atau episode baru yang
disebabkan reinfeksi).
6
pengobatan.
c) Kasus setelah putus obat, adalah pasien yang pernah menelan OAT 1
bulan atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan
dilacak (loss to follow up) yaitu pasien yang pernah mendapatkan OAT
d) Pasien pindah, adalah pasien yang dipindah dari register TB (TB 03)
pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.
Resistensi Obat
merujuk pada pemeriksaan apusan dahak atau spesimen lain atau identiikasi
hasil pemeriksaan apusan dahak BTA positif pada satu spesimen pada saat
eksternal maka deinisi kasus TB apusan dahak positif bila paling sedikit
terdapat dua spesimen pada pemeriksaan apusan dahak adalah BTA positif.
1) Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif tetapi biakan positif untuk
M. tuberculosis.
atau bila HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui tetapi tinggal di
bakteriologis atau klinis yang memiliki hasil positif untuk tes infeksi HIV
bakteriologis atau klinis yang memiliki hasil negatif untuk tes HIV yang
dilakukan pada saat ditegakkan diagnosis TB. Bila pasien ini diketahui
konfirmasi bakteriologis atau klinis yang tidak memiliki hasil tes HIV dan
tidak memiliki bukti dokumentasi telah terdaftar dalam register HIV. Bila
klasifikasinya.
terapi antiretroviral.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
4. Gejala-gejala Tuberkulosis
gejala khusus. Gejala umum sebagai berikut : (a) Batuk-batuk selama lebih dari
3 minggu (dapat disertai dengan darah) (b) Demam tidak terlalu tinggi yang
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul (c)
Penurunan nafsu makan dan berat badan (d) Perasaan tidak enak (malaise),
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak. (b) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. (c) Bila mengenai tulang,
maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah. (d) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan
5. Diagnosis Tuberkulosis
ditemukan kuman yang tahan asam atau disebut BTA maka dapat dipastikan
orang itu menderita tuberkulosis. Bila tidak ditemukan kuman dalam dahak tapi
Sewaktu akan datang ke sarana kesehatan (hari 1), kemudian dahak setelah
bangun tidur (hari ke 2) dan sewaktu akan mengantarkan dahak pagi, pasien
akan disuruh mengeluarkan dahak terakhir (hari ke 2). Jika hasil pemeriksaan
maka cara yang tepat untuk menyembuhkan penyakit ini adalah dengan minum
dinyatakan sembuh oleh dokter. Anggota keluarga harus terlibat untuk ikut
teratur dan benar. Anggota keluarga yang lain di anjurkan juga untuk
6. Pengobatan Tuberkulosis
(Depkes RI, 2011). Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase, yaitu fase
intensif (2–3 bulan) dan fase lanjutan (4 atau 6 bulan). Pengobatan fase awal
Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) atau biasa disebut obat-obatan HRZE yang
tuberculosis yang aktif dalam jumlah besar dengan cepat dan mencegah
HRZ yang bersifat sterilizing activity yang bertujuan membunuh bakteri yang
a. Kategori-1
Pada tahap intensif, pengobatan terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),
diberikan setiap hari selama 2 bulan (56 hari). Kemudian diteruskan dengan
pengobatan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R),
yang diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan atau 16 minggu
2) Pasien tuberkulosis paru BTA negatif foto toraks (rontgent) positif sakit
berat;
belakang.
b. Kategori-2
Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) selama 3 bulan. Dua bulan pertama (56
Pirazinamid (Z), dan Ethambutol (E) yang diberikan setiap hari ditambah
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Ethambutol (E) yang diberikan setiap
(5H3R3E3) yang terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), dan Ethambutol
(E) yang diberikan tiga kali dalam seminggu, obat-obat ini diberikan selama 5
bulan (20 minggu). Paduan OAT kategori 2 ini diberikan untuk pasien BTA
c. Kategori-3
Pada tahap intensif, diberikan obat HRZ, yaitu Isoniazid (H), Rifampisin
(R), dan Pirazinamid (Z) setiap hari selama 2 bulan. Lalu diteruskan tahap
lanjutan dengan obat HR, yaitu Isoniazid (H) dan Rifampisin (R), 3 kali
d. OAT Sisipan
Paket sisipan KDT sama dengan paduan paket tahap intensif kategori- 1
yang diberikan selama 28 hari. Pengobatan ini terdiri dari obat (HRZE) yaitu
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Ethambutol (E) yang
diberikan setiap hari selama 1 bulan (28 hari) (Depkes RI, 2011).
B. Rumah Sakit
a.Tugas
b.Fungsi
kesehatan;
sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasaranan dan administrasi dan
manajemen.
belas) pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik
spesialis dasar. Kriteria fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas
penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Rumah Sakit Umum
kelas D terbagi lagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu Rumah Sakit Umum kelas
berikut :
a.Tugas
b.Fungsi
bidangnya.
bidangnya.
tertentu.
Kepatuhan minum obat adalah suatu sikap yang merupakan respon dan
hanya muncul apabila individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang
telah menjadi ketetapan dapat dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat
(Budiman, 2010).
rendah, angka kematian tinggi dan kekambuhan meningkat serta yang lebih
fatal adalah terjadinya resisten kuman terhadap beberapa obat anti tuberkulosis
atau multi drug resistence, sehingga penyakit TB paru sangat sulit disembuhkan
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
penelitian terdiri dari: (1) Reduksi data berupa penyuntingan dan meringkas
sehingga didapatkan data utama inti tulisan. (2) Penyajian data, yaitu data dalam
tabel deskriptif. (3) Penarikan kesimpulan melakukan verifikasi dan tinjauan ulang
B. Objek Penelitian
Rumah Sakit Paru Surabaya dan Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten.
C. Analisis Data
20
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
tentang tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien tuberkulosis. Berikut ini
21
22
persamaan terhadap profil pasien tuberkulosis yaitu jenis kelamin dan pendidikan.
A.Karakteristik Pasien
kerja yang berat, istirahat yang kurang, serta kebiasaan merokok dan
RS Paru Surabaya jumlah pasien yang tidak sekolah lebih banyak sedangkan
Menurut Baiq Nurbety, dkk (2019) hal tersebut dapat terjadi karena tingkat
23
membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak
pengetahuan seseorang.
terhadap penyakit yang dideritanya dan berobat secara teratur (Bastable, 2002
yaitu pada RS Paru Surabaya hasil pendidikan SMP sebanyak 32,9% dan
sikap dan perilaku hidup sehat selain itu, tingkat pendidikan responden juga
pendidikan pada pasien, sehingga perlu adanya pengawasan yang intensif, hal
ini dapat dilakukan oleh anggota keluarga pasien (Nurhaini, dkk, 2019).
yang patuh dapat mencerminkan bahwa pasien dapat menaati semua nasehat
dan petunjuk dari tenaga medis sehingga peran tenaga medis dengan
panjang dan tidak mengikuti nasehat tenaga medis serta kurangnya dukungan
penyakit lain menyebabkan banyak jumlah obat yang diminum dan penyakit
meluas atau disebut dengan Multi Drugs Resistence (MDR) dan kekambuhan
Basil Tahan Asam (BTA) yang resisten terhadap pengobatan (Dhiyantari, dkk,
obat yang melibatkan peran dari keluarga serta lingkungan sekitar supaya
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil telaah literatur dari beberapa jurnal ilmiah terkait,
orang (88%) dan Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten sebanyak 24 orang
(75%). Perbedaan kepatuhan pasien dapat dilihat dari faktor usia pasien yang
dimana pada Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten banyak pasien yang
polifarmasi.
B.Saran
pasien dari aspek lainnya, misalnya usia, pekerjaan dan kategori obat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Budiman. 2010. Buku Ajar Penelitian Kesehatan Jilid-1. Cimahi: Stikes Ahmad
Yani.
Dhiyantari, Reqki, Dewi, Aryani. 2009. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada
Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem
Karangasem. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana.
Bali.
28
Nugrahaeni, D.K., dan Malik, U.S. 2015. Analisis Penyebab Resistensi
Obat Antituberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Kemas. 11 (1) :
8-15.
29
LAMPIRAN
30
31
Lampiran 1
Lampiran 2
Penulis menyelesaikan pendidikan resmi SDN 007 Samarinda Utara dan tamat
Pesantren MTS Darul Ihsan Samarinda dan tamat pada tahun 2015, kemudian
tahun 2018, dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan di prodi DIII Farmasi
penulis juga terlibat secara aktif di Karang Taruna RT 07 Lempake pada tahun
2018.
Kesehatan”
33