Aghnia Rahmi
Aghnia Rahmi
Aghnia Rahmi
Disusun Oleh :
dr. Aghnia Rahmi
Pendamping :
dr. Zuraida
Peserta Pendamping
Mengetahui,
Laporan
F.7 Mini Project
2
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LANGSA LAMA
KOTA LANGSA BULAN FEBRUARI 2021
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
rahmat dan karunia-nya, penyusun penelitian ini dapat selesai. Puji syukur kami
ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena berkat rahmatNya, kami dapat
menyelesaikan Mini project dengan judul “UPAYA PENJARINGAN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS LANGSA LAMA KOTA LANGSA BULAN
FEBRUARI 2021”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan mini project ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Zuraida selaku pendamping dokter internsip di Puskesmas Langsa Lama
2. Bapak/Ibu Staf UPTD Puskesmas Langsa Lama di setiap bidang kerja.
3. Teman sejawat dalam Program Internsip Dokter Indonesia di wahana Kota
Langsa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mini project ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan proses pembelajaran ini dan
mohon maaf atas segala kekurangannya.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam
praktik kedokteran primer. Menurut NI (National Heart, Lung, and Blood Institute) 1
dari 3 pasien menderita hipertensi. hipertensi juga merupakan faktor risiko dari
terjadinya infark miokard, stroke, gagal ginjal akut dan juga kematian.1
Riset Kesehatan Dasar atau RISKESDAS tahun 2013 menunukkan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 25.8%, tertinggi di Kepulauan
Bangka Belitung (30,9%), sedangkan yang terendah pada daerah Papua sebesar
(16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami hipertensi
hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya
0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat hipertensi. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari menderita
Hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan.2
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik akan menyebabkan
komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan
Kebutaan. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) adalah penyebab
kematian tertinggi.2 Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan
tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan
darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi
target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada
pembuluh darah arteri perifer itu sendiri. 3 Selain itu, hipertensi banyak terjadi pada
umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%).
Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi hipertensi terbanyak pada tingkat
menengah bawah (27,2%) dan menengah (25,9%).2
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima)
4
pada semua umur.2 Data World Health Organization (WHO) tahun 2011
menunjukkan satu milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada
di wilayah negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian pada sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 dari populasinya menderita hipertensi
sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan.4 Pembiayaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2015 menunjukkan sebanyak 1,3 juta
orang atau 0,8% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit Katastropik, yang
menghabiskan biaya sebanyak 13,6 triliun rupiah atau 23,9 % yang terdiri dari;
Penyakit Jantung (11,59 %), Gagal Ginjal Kronik (4,71 %), Kanker (4,03 %), Stroke
(1,95%), Thalasemia (0,73%), Cirosis Hepatitis (0,42%), Leukemia (0,3%),
Haemofilia (0,16%).2 Maka, berdasarkan laporan diatas penulis tertarik menuliskan
minipro mengenai profil tekanan darah pada penduduk wilayah kerja Puskesmas
Langsa Timur dan hubungannya dengan berat badan.
5
1. Manfaat bagi peneliti: Menambah pengetahuan, pengalaman, dan dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama bertugas pada
Puskesmas Langsa Lama.
2. Manfaat bagi institusi: Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi data
dasar untuk mengetahui lebih lanjut faktor risiko dan menjadi dasar acuan
kebijakan yang berkaitan dengan penanganan hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Langsa Lama.
3. Manfaat bagi masyarakat: Menjadi sumber informasi masyarakat tentang
gambaran profil tekanan darah penduduk lansia di Wilayah Langsa Lama.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang
langsung terus menerus. Definisi hipertensi menurut WH0 pada tahun 1999 pada
intinya sama namun memasukan kategori terpisah untuk hipertensi sistolik saja
(sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik <90 mmHg).1,6
Klasifikasi hipertensi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya dan
berdasarkan bentuk hipertensi. Berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer
(hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder (hipertensi non esensial). Hipertensi
primer yang penyebabnya tidaklah diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
kombinasi beberapa faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivasi) dan juga
pola makan. Hipertensi primer ini terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
Sedangkan, hipertensi sekunder penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau karena pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).1,6,7
Berdasarkan bentuk hipertensi dibagi menjadi hipertensi diastolik (diastolic
hypertension), hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension).1,6,7
7
tidak ditemukan. Pada kondisi hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit
renivaskular, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras jadi bagian
dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol,
merokok, lingkungan dan gaya hidup.
2. Hipertensi sekunder; pada hipertensi jenis ini penyebabnya telah diketahui
secara pasti seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar pada
tiroid, hiperaldosteronisme, dan penyakit parenkimal.
Adapun faktor risiko dari hipertensi sebagai berikut: umur (laki-laki > 55 tahun,
wanita > 65 tahun), jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak
dapat diubah), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh atau
dislipidemia (kolesterol HDL laki-laki < 40 mg/dl; wanita < 46 mg/dl), kadar gula
darah puasa (102-125 mg/dl), kebiasaan konsumsi minum beralkohol, obesitas,
kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen dan riwayat keluarga dengan
penyakit jantung.3,6,7
8
dalam ginjal itu sendiri mengakibatkan banyak molekul protein di dalam sel JG
menjadi terurai dan melepaskan renin. Sebagian besar renin akan memasuki darah
dan meninggalkan ginjal menuju sirkulasi di seluruh tubuh. Renin akan menetap
dalam darah selama 30 menit-1 jam, dan akan menyebabkan terbentuknya
angiotensin I. Dalam beberapa detik pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam
amino tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk angiotensin II
peptida asam amino-8. Perubahan tersebut hampir seluruhnya terjadi selama beberapa
detik sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang
dikatalisis oleh suatu enzim, yakni enzim pengubah, yang terdapat pada endotelium
pembuluh paru yang disebut ACE.6,7,8
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan akan menetap
dalam darah hanya selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan
diinaktivasi oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama
disebut angiotensinase. Saat angiotensin II berada dalam darah, maka angiotensin II
memiliki dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan dari arteri. Pengaruh
pertama, yaitu vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah) yang timbul dengan
cepat. Vasokontriksi terjadi pada arteriol dan sedikit lebih lemah pada vena.
Konstriksi pada arteriol dapat meningkatkan tahanan perifer, sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Konstriksi ringan pada vena juga akan meningkatkan
aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk
melawan kenaikan tekanan darah. Cara utama kedua dimana angiotensin
meningkatkan tekanan darah adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan
ekskresi garam dan air. Pengaruh lainnya adalah perangsangan kelenjar adrenal,
yakni organ yang terletak di atas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron.
Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut
menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan
volume dan tekanan darah.6,7,8
9
Gejala umum yang sering dirasakan penderita hanya meliputi sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah dan pandangan mata yang kabur.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau sering disebut hipertensi idiopatik
merupakan jenis hipertensi tidak atau belum diketahui penyebabnya. Jenis hipertensi
ini kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti perubahan jantung dan
pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Jenis
hipertensi lainnya yaitu hipertensi sekunder yang merupakan jenis hipertensi yang
telah diketahui penyebab yang mendasari. Umumnya hipertensi sekunder merupakan
komplikasi dari suatu penyakit lain seperti penyakit ginjal.6,9
10
farmakolois hipertensi menghasilkan tekanan darah sistolik lebih rendah
(misalnya 140 mmHg) dan ditoleransi baik tanpa ada efek samping kesehatan
dan kualitas hidup dosis tidak perlu disesuaikan.
2. Pada populasi umum 60 tahun terapi farmakolois untuk menurunkan tekanan
darah dimulai ketika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dengan target tekanan
darah diastolik < 90 mmHg (untuk usia 30-59 tahun).
3. Pada populasi umum 60 tahun terapi farmakolois untuk menurunkan tekanan
darah dimulai ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dengan target tekanan
darah sistolik < 140 mmHg.
4. Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik terapi
farmakolois untuk menurunkan tekanan darah dimulai ketika tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan target tekanan darah diastolik < 90
mmHg.
5. Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan diabetes terapi farmakolois untuk
menurunkan tekanan darah dimulai ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dengan target tekanan darah sistolik <
140 mmHg dan target tekanan darah diastolik < 90 mmHg.
6. Pada populasi non-kulit hitam umum termasuk mereka dengan diabetes terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe tiazide, calcium channel
blocker, angiotensin-converting enzyme (ACE), inhibitor CI atau angiotensin
receptor blocker.
7. Pada populasi kulit hitam umum termasuk mereka dengan diabetes terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe thiazide atau CC.
8. Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik terapi
antihipertensi awal atau tambahan sebaiknya mencakup ACE atau ARB untuk
meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien penyakit
ginjal kronik denan hipertensi terlepas dari ras atau status diabetes.
9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target dari tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
11
perawatan tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu
dari kelas yang direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic,
ACEI, ARB, CCB. Dokter harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan
regimen perawatan sampai target tekanan darah dicapai. Jika target tekanan
darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat tambahkan dan titrasi obat ketiga dari
datar yang tersedia. Jangan gunakan ACEi dan juga ARB bersama-sama pada
satu pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai menggunakan obat di
dalam rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau perlu menunakan lebih dari 3
obat, obat antihipertensi kelas lain dapat diunakan. Rujukan ke spesialis
hipertensi mungkin diindikasikan ketika target tekanan darah tidak dapat
tercapai dengan stratei di atas atau untuk penananan pasien komplikasi yang
membutuhkan konsultasi klinis tambahan.. Kesembilan rekomendasi ini
diringkas menjadi sebuah aloritma penananan hipertensi, seperti dibawah ini:
12
Gambar 2.1 Algoritme Penanganan Hipertensi JNC 8
13
Gambar 2.2 Daftar Obat Farmakologi Hipertensi
Dalam guideline JNC 8 modifikasi gaya hidup tidak dibahas secara detail dan
mungkin tetap mengacu pada modifikasi gaya hidup dalam JNC 7 serta dari beberapa
panduan lainnya:8,9,10
1. Penurunan kondisi berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang < 94 cm untuk pria
dan < 80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh (IMT) < 25 kg/m2. Rekomendasi
penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga
meningkatkan aktivitas fisik.
2. Adopsi jenis pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg, lebih banyak makan
buah sayur-sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kandunan lemak
penuh dan total lebih sedikit kaya potassium dan calcium.
14
3. Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
Konsumsi sodium chloride ≤ 6 g/hari. Rekomendasikan makanan rendah garam
sebagai bagiangpola makan sehat.
4. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg, lakukan
aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan atau setiap hari pada 1 minggu
dapat diakumulasikan misalnya 3 sesi setiap 10 menit.
5. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4
mmHg, maksimum 2 minuman standar.
6. Berhenti untuk merokok akan mengurangi risiko kardiovaskuler secara
keseluruhan.
15
Berat badan dalam penelitian ini dihubungkan dengan kondisi obesitas yang
dapat terjadi. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Seseorang yang
memiliki berat badan berlebih atau mengalami obesitas akan membutuhkan lebih
banyak darah untuk menyuplai oksigen dan makanan ke jaringan tubuhnya, sehingga
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat, curah jantung ikut
meningkat dan akhirnya tekanan darah ikut meningkat. Selain itu kelebihan berat
badan juga meningkatkan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin ini
menyebabkan retensi natrium pada ginjal sehingga tekanan darah ikut naik.
Penelitian yang meneliti tentang hubungan obesitas dengan hipertensi telah
banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Lilyasari dkk menunjukkan
sebagian besar subyek dengan tekanan darah tinggi mengalami obesitas. Estimasi
risiko dari Framingham Heart Study menunjukkan bahwa 78% hipertensi pada laki-
laki dan 65% hipertensi pada wanita secara langsung berhubungan dengan obesitas.
Data NHANES III memperlihatkan hubungan linier yang bermakna antara
peningkatan BMI dengan tekanan darah dan tekanan nadi pada populasi Amerika.
Pada populasi MONICA-Jakarta ditemukan bahwa persentase hipertensi pada
individu yang overweight sebesar 24,5% dan obesitas 27,5% jauh lebih tinggi
dibandingkan individu dengan berat badan normal 12,5%.
16
BAB III
METODE
A. Sasaran
Sasaran pada penjaringan ini adalah lansia di Puskesmas Langsa Lama
B. Pelaksanaan
1. Tanggal : 1 Maret 2021 -5 Maret 2021
2. Waktu : 08.00 WIB – 12.00 WIB
3. Tempat : Poli Langsa Lama
4. Peserta : Seluruh Pasien Poli
5. Metode : Pemeriksaan
6. Kegiatan : Screening Hipertensi
BAB IV
HASIL
17
4. 1 PROFIL KOMUNITAS UMUM
Kecamatan Langsa Lama merupakan salah satu kecamatan dalam Kota Langsa.
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Langsa Lama sebanyak 187
orang.
Puskesmas Langsa Lama diresmikan pada 11 November 2009 dan terletak di Desa
Seulalah Kecamatan Langsa Lama. Adapun Visi Puskesmas Langsa Lama
dirumuskan berdasarkan potensi sumber daya yang ada, tantangan yang dihadapi
serta hasil yang diharapkan pada masa yang akan datang yaitu ”Terwujudnya
pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau menuju Langsa Lama sehat dan
Mandiri”.
4. 2 DATA GEOGRAFIS
Tahun 2002 wilayah Kota Langsa terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Langsa Timur, Kecamatan Langsa Barat, dan Kecamatan Langsa Kota, yang terdiri
dari 3 Kelurahan dan 48 Desa. Pada Tahun 2007 berdasrkan Keputusan Walikota
Langsa nomor 5 terjadi pemekaran menjadi 5 (lima) kecamatan dengan bertambahnya
2 kecamatan baru yaitu Langsa Baro dan Langsa Lama yang mencakupi 51 desa. Dua
kecamatan yang baru tersebut merupakan pemekaran dari kecamatan Langsa Timur
dan Langsa Barat. Kemudian sesuai dengan Qanun Nomor 4 Tahun 2010, terjadi
pemekaran desa menjadi 66 desa.
Kecamatan Langsa Timur terdiri dari 16 desa, Kecamatan Langsa Lama
terdiri dari dari 15 desa. Sedangkan kecamatan Langsa Barat terdiri dari 13 desa dan
12 desa berada di Kecamatan Langsa Baro serta 10 desa berada di Kecamatan Langsa
Kota. Desa yang termasuk dalam Kecamatan Langsa Lama adalah :
1 Seulalah 0.43
2 Seulalah Baru 0.21
3 Pondok Keumuning 9.17
4 Pondok Pabrik 1.33
18
5 Sukajadi 10.67
6 Sidodadi 0.32
7 Sidorejo 0.31
8 Gampong Baro 0.23
9 Meurandeh 9.42
10 Meurandeh Dayah 1.16
11 Meurandeh Tengah 1.82
12 Meurandeh Aceh 0.21
13 Langsa Lama 2.31
14 Batee Puteh 1.59
15 Asam Peutek 5.87
Jumlah 45,05
4. 3 DATA DEMOGRAFIS
a. Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Kecamatan Langsa Lama tahun 2019 untuk masing-
masing Desa tidak merata. Desa Baroh Langsa Lama memiliki penduduk terbanyak
yaitu sebanyak 3.655 jiwa sementara Desa yang paling sedikit dihuni oleh penduduk
adalah Desa Meurandeh Aceh yaitu 775 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data hasil olahan sensus, kepadatan penduduk di Kecamatan
Langsa Lama tahun 2019 kepadatan penduduk sebesar 708 jiwa/km2, ini artinya
19
terjadi peningkatan yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk akibat
terjadinya perpindahan penduduk masuk ke dalam wilayah Kecamatan Langsa Lama
dan akibat pertumbuhan penduduk Kecamatan Langsa Lama sendiri. Jika dirinci
menurut Desa di Wilayah Kecamatan Langsa Lama kepadatan terbesar di Desa
Seulalah Baru sebesar 11.805 jiwa/km2 dan terendah adalah Desa Sukajadi yaitu 79
jiwa/km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel V.1 berikut :
Tabel 4.1 :Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Langsa Lama
Tahun 2019
Jumlah Juml Kepad
Rata-
Luas ah atan
Jumlah rata
N Wilay Desa + Rum Pendu
Desa De Kelura Pendud Jiwa/
o ah Kelura ah duk
sa han uk Rumah
(km2) han Tan Per
Tangga
gga km2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Seulalah 0.43 1 0 1 2.670 576 5 6.209
20
Meurandeh
11 1.82 1 0 1 1.706 405 4 937
Tengah
Meurandeh
12 0.21 1 0 1 775 166 5 3.690
Aceh
13 Langsa Lama 2.31 1 0 1 3.655 315 12 1.582
Tabel 4.2 : Jenis Tenaga Medis Berdasarkan Ratio di Kecamatan Langsa Lama
Tahun 2019
RASIO/100000
NO JENIS TENAGA KESEHATAN JUMLAH
PDDK
1 2 3 4
1 Tenaga Medis 2 6.3
Total 65
Sumber : Bag. Kepegawaian UPTD Puskesmas Langsa Lama Tahun 2019
21
Dari data di atas menunjukkan bahwa tenaga kesehatan Kebidanan
saat ini masih dominan dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan UPTD Puskesmas Langsa Lama
mengalami peningkatan.
22
Tabel 5.2 menggambarkan status posyandu di wilayah UPTD
Puskesmas Langsa Lama Tahun 2019.
1 2 4 5
1 Pratama 0 0
2 Madya 6 24
3 Purnama 19 76
4 Mandiri 0 0
Mandiri 25 100
Sumber : Pengelola Program Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas Langsa Lama Tahun 2019
4. 5 Sarana Kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan yang cukup secara jumlah/ kuantitas
dan kualitas bangunan merupakan salah satu komponen lain di dalam sumber
daya kesehatan. Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi dengan
peralatan medis, peralatan non medis, peralatan laboratorium beserta
reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda
empat dan kendaraan roda dua.
23
Setiap unit-unit pelayanan yang ada harus dapat memenuhi
keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pembangunan unit
tersebut harus berpedoman terhadap populasi penduduk yang akan dilayani
sehingga fungsi unit pelayanan kesehatan dapat berjalan sesuai target yang
diharapkan.
Tabel 4.4 : Jumlah Puskesmas, Pustu, Desa Siaga, Poskesdes, Polindes dan
Posyandu di Kecamatan Langsa Lama 2019
JUMLAH
NO KECAMATAN
DESA/ DESA POSKES
POSBINDU POSYANDU
KELURAHAN SIAGA DES
1 2 3 4 5 6 7
1 Langsa Lama 15 15 12 15 25
24
JUMLAH
15 15 12 15 25
(Kecamatan)
Sumber : UPTD PuskesmasLangsa Lama
25
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap
kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain,
terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya.
Perilaku masyarakat dalam hal kesehatan yang disajikan pada Profil
Kesehatan Puskesmas Langsa Lama Tahun 2010 ini adalah Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), pemberian ASI ekslusif, pemanfaatan sarana kesehatan, asuransi
kesehatan dan JPKM, dan kegiatan posyandu. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan,
keluarga & masyarakat yang berorientasi sehat. Bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara dan melindungi kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
26
masyarakat dalam bidang kesehatan, juga menggambarkan kepedulian (perilaku)
masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan.
KEADAAN LINGKUNGAN
Menurut teori Blum, lingkungan adalah faktor terbesar yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Banyak masalah kesehatan, terutama penyakit, yang
timbul disebabkan oleh lingkungan yang buruk/tidak sehat, diantaranya penyakit pada
saluran cerna, saluran nafas, kulit, mata, dan penyakit lainnya. Sebaliknya, bila
lingkungan terpelihara dengan baik (sehat), penyakit ini dapat dicegah atau dikurangi.
Keadaan lingkungan Fisik dan Biologik suatu daerah menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan daerah itu sendiri, khususnya
terhadap angka kesakitan yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri
dan lainnya. Kondisi lingkungan yang buruk dapat meningkatkan angka kesakitan,
karena itu untuk menekan lonjakan kasus penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi
lingkungan yang buruk adalah dengan meningkatkan cakupan program.
Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan beresiko menjadi sumber
penyebab penularan berbagai jenis penyakit. Cakupan rumah sehat pada tahun 2010
mencapai 84,17% dan secara nasional target yang ditetapkan adalah 80%.
27
RASIO/100000
NO JENIS TENAGA KESEHATAN JUMLAH
PDDK
1 2 3 4
1 Tenaga Medis 2 6.3
Total 65
c. Distribusi Penduduk
Komposisi penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Langsa Lama
tahun 2019 terbesar berada pada kelompok usia 0-4 tahun sebesar 2.634 Jiwa. Disusul
kelompok umur 20-24 tahun sebesar 2.842 Jiwa dan kelompok umur 30-34 tahun
sebesar 2.897 Jiwa . Data rincinya terlihat pada grafik di bawah ini.
28
Grafik 4.1 :Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2019
29
1800
1600 Laki-Laki
Perempuan
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0-4 '5-9 '10- '15- '20- '25- '30- '35- '40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75+
14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74
SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk miskin Kecamatan Langsa Lama tahun 2019 sebanyak 10.469 jiwa.
30
13 Ny. A P 61 52 155 21,6 Normal 120/80
14 Ny. S P 77 56 154 23,6 Gemuk 140/80
15 Ny, M P 61 57 158 22,8 Normal 110/60
16 Ny. M P 67 59 155 24,6 Gemuk 150/100
17 Ny. B P 51 52 155 21,6 Normal 180/120
18 Ny.S P 79 59 157 23,9 Gemuk 110/80
19 Ny. S P 74 56 160 21,9 Normal 130/70
20 Ny. J P 80 56 160 21,9 Normal 135/80
21 Ny. L P 79 55 155 22.9 Normal 160/80
22 Ny. S P 83 70 159 27,7 Obese 100/70
23 Ny. K P 67 74 155 30,8 Obese 110/70
24 Ny. S P 84 69 157 28,0 Obese 170/90
25 Ny. R P 70 90 155 36,1 Obese 100/70
26 Ny. T P 60 89 160 34,8 Obese 100/60
27 Ny. E P 62 63 160 24,6 Gemuk 110/88
28 Ny. T P 66 55 158 22,0 Normal 120/90
29 Ny. U P 72 51 155 21,2 Normal 130/90
30 Ny. M P 67 62 160 24,2 Gemuk 140/100
31 Ny. P P 66 59 166 21,4 Normal 130/80
32 Ny. L P 71 57 153 24,3 Gemuk 150/100
33 Ny. W P 67 62 160 24,2 Gemuk 100/60
34 Tn. P L 77 78 162 30,5 Obese 120/70
35 Tn. K L 69 57 172 19,3 Normal 130/80
36 Tn. A L 75 68 162 25,9 Obese 110/60
37 Tn. K L 71 59 167 21,2 Normal 110/80
38 Ny. S P 64 70 162 26.,7 Obese 130/80
39 Ny. PD P 57 59 155 24,6 Gemuk 160/100
40 Ny. S P 62 55 154 23,2 Gemuk 120/70
41 tn I L 63 47 155 19,6 Normal 170/100
42 tn. G L 61 49 154 20,7 Normal 200/110
43 Ny. H P 69 57 162 21,7 Normal 130/70
44 Ny. RJ P 60 58 155 24,1 Gemuk 100/60
45 Ny. K P 80 62 168 22,0 Normal 120/80
46 Ny. L P 75 62 158 24,8 Gemuk 130/60
47 Tn. M L 52 54 155 22,5 Normal 90/60
48 tn B L 64 67 159 26,5 Obese 130/80
49 Tn. C L 84 62 160 24,2 Gemuk 150/90
50 Tn. P L 67 64 172 21,6 Normal 140/90
31
55 tn K L 64 67 159 26,5 Obese 130/60
56 Tn. Ce L 84 62 160 24,2 Gemuk 150/90
57 Tn. Pp L 67 64 172 21,6 Normal 140/90
32
hipertensi stadium 2 terdapat 14 jiwa dengan persentase 22,58%. Berdasarkan
distribusi tabel tekanan darah. Pasien dengan tekanan darah normal lebih banyak.
Kemudian tekanan darah Hipertensi stadium 2 lebih banyak daripada prehipertensi
dan hipertensi stadium 1.
33
BAB V
PEMBAHASAN
1. Monitoring
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring.
Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam
kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan bisa mengkontrol dari
kartu monitoring ini.
Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui Anamnesa dan
Pemeriksaan Vital Sign. Setelah dilakukan edukasi , peserta tampak lebih
paham mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin
memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak
terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.
34
BAB V
DISKUSI
1. Pembahasan
Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular yang
merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan psikososial.
Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan yang paling banyak
pada lansia yaitu hipertensi 63,5%, katarak 41,9%, stroke 31,9%, jantung 19,2%,
gangguan emosional 23,2%, dan diabetes mellitus 3,4%.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu factor tingginya prevalensi penurunan
kualitas kesehatan di masa senja. Pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dngan
melakukan control kesehatan berkala dan pola hidup sehat perlu digalakkan oleh
petugas kesehatan.
2. Pemberian Edukasi
Tujuan dari pemberian Edukasi adalah pengetahuan bagi masyarakat.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu,
dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya. Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan lansia mendapat
35
bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat sehingga
dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular sedangkan bagi yang
sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya progresivitas penyakit dan
terjadinya komplikasi.
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.
2. Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin
memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan
terdekat.
3. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi.
Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
tekanan darah secara rutin ketenaga kesehatan masih kurang.
4. Penerapan pola hidup sehat pada lansia dapat mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskemas Langsa Lama
B. Saran
Untuk mendapatkan hal yang lebih baik di kemudian hari, sebaiknya
37
DAFTAR PUSTAKA
Press. 2013.
365: 217–223.
Http://Www.Who.Int/Mediacentre/News/Releases/2013/World_Health_Day_
2 0130403/En/
38
7. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data Dan Informasi Kesehatan RI:
Hipertensi. Jakarta.
11. Guyton, A.C. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit Edisi Ketiga,
Jakarta: EGC.2006
12. 70
15. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo Jr JL Et
16. Elzubier AG, Husain AA, Suleiman IA, Hamid ZA. Drug Compliance Among
6: 100–105.
39
17. Vrijens B, Vincze G, Kristanto P, Urquhart J, Burnier M. Adherence To
21. Sluijs E, Dulmen SV, Dijk LV, De Ridder D, Heerdink R, Bensing J. Patient
40