Minipro Internship Kampung Bali
Minipro Internship Kampung Bali
Minipro Internship Kampung Bali
MINI PROJECT
Oleh:
Risma Anjelina
Shinta Veronica W
Vingki Vientineu A
Pendamping:
dr. Lenggogeni Apriani
Puji dan syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
mini project dengan judul Pengetahuan Warga tentang Faktor Resiko Hipertensi
di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali Tahun 2023.
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas dokter internsip di
Puskesmas Kampung Bali Kota Bengkulu tahun 2023.
Dalam penyelesaian mini project ini, peneliti banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti dengan rendah hati ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Lenggogeni Apriani selaku dokter pembimbing internsip dan kepala
puskesmas yang telah memberikan waktu dalam proses bimbingan,
dorongan, nasihat, fasilitas dan berbagai bantuan hingga diselesaikannya
penelitian mini project ini.
2. Seluruh Bapak/Ibu Pegawai dan Staf di Puskesmas Kampung Bali yang
telah membantu kelancaran dalam mengerjakan mini project ini.
3. Terimakasih kepada orangtua dan keluarga yang sudah memberi dukungan
dan doa selama penelitian ini dilaksanakan.
4. Terima kasih kepada teman-teman dokter internsip Puskesmas Kampung
Bali yang selalu setia memberi ide, kritik dan saran yang sangat
bermanfaat dalam menyelesaikan tugas mini project ini.
Untuk semua bantuan yang telah diberikan baik secara moril maupun
materil, peneliti ucapkan terimakasih. Peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kemajuan penelitian yang selanjutnya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan penyakit yang secara luas dikenal sebagai penyakit
kardiovaskular. Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak
seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti
arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi
menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih
besar kemungkinannya terkena stroke.1
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara
lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat pengobatan
maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortilitas.2
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya poulasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar akan
bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi. Dan pengendalian tekanan
darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.2
Data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang
sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition examination survey
(NHNES) menunjukan bahwa tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang
dewasa adalah sekitar 9-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di
Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.
Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.2
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Kampung Bali
selama tahun 2017, kasus hipertensi sebanyak 826 dari 5.252 , dan hipertensi
menduduki peringkat 2 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kampung Bali.4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan
3
Warga tentang Faktor Resiko Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Kampung
Bali Kota Bengkulu.
Responden yang diambil pada mini project ini dari beberapa responden yang
datang di Poli Umum Puskesmas Kampung Bali tanggal 1 Juni – 1 Juli 2023.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka diagnosis komunitas
yang dibuat ini, menganalisis gambaran pengetahuan terhadap faktor – faktor
risiko dengan angka kejadian hipertensi di wilayah kerja PKM Kampung Bali,
mengingat perlunya dilakukan identifikasi faktor- faktor yang berpengaruh
terhadap penyakit tersebut, sehingga dapat melakukan solusi penanggulangan
yang tepat mengenai permasalahan mengapa penderita penyaki kardiovaskular di
Bengkulu terus meningkat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali.
Maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
gambaran pengetahuan terhadap faktor – faktor risiko dengan angka kejadian
Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap faktor – faktor risiko dengan
angka kejadian Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali
Kota Bengkulu.
2. Tujuan khusus
a. Menentukan profil penderita hipertensi di Puskesmas Kampung
Bali.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan terhadap gambaran
faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyakit hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali.
c. Merencanakan solusi yang mampu dilaksanakan untuk menurunkan
angka kejadian hipertensi secara komprehensif dan holistik di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali.
D. MANFAAT
1. Masyarakat
4
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
hipertensi dan faktor-faktor risiko apa saja yang berkontribusi dapat
menyebabkan hipertensi sehingga masyakat mendapat pengetahuan yang
baik dan dapat mengubah pola perilaku hidup. Masyarayat diharapkan
dapat ikut serta menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular
lainnya.
2. Penulis
Penulis mengetahui gambaran faktor – faktor risiko dengan angka kejadian
Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara
luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan
meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat
meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri
koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi
menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima
kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.1
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana
stroke merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai
dampak yang sangat luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan
keluarganya. Hipertensi sistolik dan distolik terbukti berpengaruh pada
stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95
mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak
dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan
kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali
terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah
kurang 140 mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko
stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi.3,4
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah
kurang dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi
berkurang. Klasifikasi prehipertensi bukan suatu penyakit, tetapi hanya
dimaksudkan akan risiko terjadinya hipertensi. Terapi non farmakologi
antara lain mengurangi asupan garam, olah raga, menghentikan rokok dan
mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama obat
farmakologi.4
2. Etiologi
6
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi
pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.5
a. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi
essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa
mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini
telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan
patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun
dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor
genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.
Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah
yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya
hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan
adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine,
pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan
angiotensinogen.6
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah (lihat tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering.7 Obat-obat tertentu, baik secara langsung
ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat
7
pada tabel 1. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka
dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati /
mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan
tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.5
Penyakit Obat Obat
1. penyakit ginjal kronis 1. Kortikosteroid, ACTH
2. hiperaldosteronisme primer 2. Estrogen (biasanya pil KB dg
3. penyakit renovaskular kadar estrogen tinggi)
4. sindroma Cushing 3. NSAID, cox-2 inhibitor
5. pheochromocytoma 4. Fenilpropanolamine dan analog
6. koarktasi aorta 5. Cyclosporin dan tacrolimus
7. penyakit tiroid atau paratiroid 6. Eritropoetin
7. Sibutramin
8. Antidepresan (terutama
venlafaxine)
Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi.5
3. Klasifikasi Hipertensi
Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (dilihat tabel 2), menurut
World Health Organization (WHO) dan International Society Of
Hypertension Working Group (ISHWG) (dilihat tabel 3).2
8
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
5. Diagnosis Hipertensi
Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai
tiga tujuan:
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
9
c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau
penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut
menentukan panduan pengobatan.7
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-
satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan
darah yang akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran
seperti faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.7
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok,
konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran
tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian
diperiksa ulang dengan kontrolatera.1,8
6. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi.11
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
2) Olahraga dan aktifitas fisik
10
Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu dipenuhi
sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:
a) Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa
atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga
tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik tidak melebihi 100 mmHg.
b) Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu
mendapat informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang
diderita.
c) Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih
jantung dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai
reaksi tekanan darah serta perubahan aktifitas listrik jantung
(EKG), sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik.
d) Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap
diteruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap
kenaikan beban.
e) Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan tidak menambah peningkatan darah.
f) Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.
g) Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.
h) Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah
latihan.
i) Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan
tekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat
hipertensi.
j) Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada
kaitannya dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping
olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian
emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional yang
ada.
11
k) Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka
dosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan
penyesuaian (pengurangan).20
3) Perubahan pola makan
a) Mengurangi asupan garam
b) Diet rendah lemak jenuh
c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah
lemak.
d) Menghilangkan stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau
bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya.
Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup
dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari
dapat meringankan beban stres. Perubahan-perubahan itu ialah:
i. Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis
untuk kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi
bentrokan acara atau kita terpaksa harus terburu-buru untuk
tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas.
ii. Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
iii. Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan
pekerjaan.
iv. Siapkan cadangan untuk keuangan
v. Berolahraga.
vi. Makanlah yang benar.
vii. Tidur yang cukup.
viii. Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang
dilanda stres.
ix. Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
x. Binalah hubungan sosial yang baik.
xi. Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan
perasaan kritis atau negatif terhadap diri sendiri.
12
xii. Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian
khusus.
xiii. Carilah humor.
xiv. Berserah diri pada Yang Maha Kuasa. 15
7. Penatalaksanaan Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7:
a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald
Ant)
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT 1 Receptor angiotensint/ blocker
(ARB).2
13
aldosteron) kongestif, pasca hiperkalemia
penyekat β infark
miokardium
Angina pectoris, Asma, Penyakit
pasca infark penyakit paru pembuluh darah
myocardium obstruktif perifer,
gagal jantung menahun, A-V intoleransi
kongestif, block glukosa, atlit atau
kehamilan, pasien yang aktif
takiaritmia secara fisik
Calcium Usia lanjut, Takiaritmia,
Antagonist isolated systolic gagal jantung
(dihydropiridine hypertension, kongestif
) angina pectoris,
penyakit
pembuluh darah
perifer,
aterosklerosis
karotis,
kehamilan
Angina pectoris, A-V block,
Calcium aterosklerosis gagal jantung
Antagonist karotis, kongestif
(verapamil, takikardia
diltiazem) supraventrikuler
Penghmbat ACE Gagal jantung Kehamilan,
kongestif, hiperkalimea,
disfungsi stenosis arteri
ventrikel kiri, renalis bilateral
pasca infark
myocardium,
non-diabetik
14
nefropati,
nefropati DM
tipe 1,
proteinuria
Angiotensi II Nefropati DM Kehamilan,
reseptor tipe 2, hiperkalemia,
antagonist (AT1- mikroalbumiuria stenosis arteri
blocker) diabetic, renalis bilateral
proteinuria,
hipertrofi
ventrikel kiri,
batuk karena
ACEI
α-Blocker Hyperplasia Hipotensi Gagal jantung
prostat (BPH), ortostatis kongestif
hiperlipidemia
15
n ACEI, ARB,
lain (diuretika,
BB, CCB, atau
ACEI, ARB,
kombinasi
BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥160 Atau Ya Kombinasi 2
derajat 2 ≥100 obat untuk
sebagian besar
kasus
umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau
ARB atau BB
atau CCB
16
pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan pertimbangan khusus
(special considerations), yaitu kelompok indikasi yang memaksa
(compelling indication) dan keadaan khusus lainnya (special situations).2
Indikasi yang memaksa meliputi:
a. Gagal jantung
b. Pasca infark miokardium
c. Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
d. Diabetes
e. Penyakit ginjal kronis
f. Pencegahan strok berulang.2
Keadaan khusus lainnya meliputi :
a. Populasi minoritas
b. Obesitas dan sindrom metabolic
c. Hipertrofi ventrikel kanan
d. Penyakit arteri perifer
e. Hipertensi pada usia lanjut
f. Hipotensi postural
g. Demensia
h. Hipertensi pada perempuan
i. Hipertensi pada anak dan dewasa muda
j. Hipertensi urgensi dan emergensi.2
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara
bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa
minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa
kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian
sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal
dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah, dan kemudian darah belum mencapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatnya dosis obat tertentu, atau
berpindah ke antihipertensi lain dengan rendah. Efek samping umumnya
bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun
17
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi kombinasi dapat
meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena
jumlah obat yang harus diminum bertambah.2
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien
adalah :
a. dan ACEI atau ARB
b. CCB dan BB
c. CCB dan ACEI atau ARB
d. CCB dan diuretika
e. AB dan BB
f. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.2
18
Diuretika
β Bloker ARB
α Bloker CCB
ACEI
Gambar 2. Kemungkinan kombinasi obat antihipertensi.2
19
Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk
wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan,
sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6%
pria dan 13,7% wanita.10
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat
keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.11
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang
dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.12
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara
rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah
rokok yang dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak
merokok.4
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida
yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi.11
20
b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.13
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara
dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.3,11
Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan
antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan
natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang
meningkatkan volume darah.14
21
yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam
seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam,
secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni
terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak
jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida,
sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan
protein. Hal yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak
sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak
palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga
disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ,
sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90%
komposisinya adalah ALTJ.10
e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol
berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi
belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu
sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari
pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.14
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah
berperan dalam menaikkan tekanan darah.11
f. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,
makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga
22
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.10
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan
lebih.11
g. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang
tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.15
h. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum
dapat dipastikan.11
i. Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara
epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut
disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan
kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan
lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut),
akan meningkatkan tekanan darah perempuan.16
23
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan,
yaitu:
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang
berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau
tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung
kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi
seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu
pesan.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang
mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang baik dan sebaliknya.
b. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau rneningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-
aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Sistem pendidikan (formal dan non-formal) yang
berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui
pola tertentu (Notoatmodjo, 2003). Jadi tingkat pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
c. Pengalaman
Menurut teori Determinan Perilaku yang disampaikan WHO, yang
menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri
seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari
24
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. (Notoatmodjo,
2003).
d. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan
bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki
peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik
dalam tatanan masyarakat, kelompok, atau individu dalam aktivitas
sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya
adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan
penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo: 2003).
Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak, yang meliputi
booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan
poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,
dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).
e. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa
yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,
maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa
yang dapat diharapkan dari objek tertentu. (Saifudin, 2002).
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur
tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan menerima informasi.
g. Sosial budaya
Sosial, termasuk di dalamnya pandangan agama dan kelompok
etnis,dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam
penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.
Disini dilihat tentang bagaimana interaksi sosial; semakin baik
interaksi sosialnya, maka akan semakin baik pula pengetahuan yang
akan didapatkan.
25
h. Ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Individu yang berasal dan keluarga yang bestatus sosial ekonomi yang
baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan
masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga
dengan status ekonomi rendah.
Faktor
Intelegen Pengetahuan
Internal si Mengenai
Usia Resiko
Terjadinya
Pendidikan Hipertensi
Ekonomi
Faktor Informasi
Eksternal Kebudayaan/
Lingkungan
Pengalaman
Tingkat
Pendidikan
26
Paparan Informasi
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
27
Tabel 2.1 Definisi Operasional
28
dalam
ingatan,
yang apabila
dipahami
akan dapat
menjadi
dasar dalam
menentukan
tindakan.
Dalam hal
ini berkaitan
dengan
pengetahuan
mengenai
faktor risiko
hipertensi
29
masyarakat Tidak
yang dipengaruhi
berhubungan kebudayaan
dengan = 12-14
pengetahuan
responden
tentang
faktor resiko
hipertensi
5 Pendapatan Jumlah total Kuesioner Wawancar UMR kota Ordinal
Bengkulu
rata-rata pendapatan a
keluarga per (Tahun 2016:
bulan
Rp. 1.600.000,-)
berdasarkan
Di bawah
Upah
UMR
Minimum
Sama dengan
Rakyat kota UMR
Bengkulu Di atas UMR
sebesar Rp
1.600.000,00
BAB III
METODE
30
Sumber Data
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua pasien usia
20-45 tahun yang datang ke Poli Umum PKM Kampung Bali melalui
wawancara terpimpin.
b. Data sekunder
Data dalam bentuk laporan yang didapat dari data yang sudah ada di
Puskesmas Kampung Bali.
c. Data tersier
Data yang didapat dari jurnal ilmiah dan internet.
Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif
dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
1) Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan)
yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit
misalnya: jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang
yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh
dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk
bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
2) Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau
bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran.
31
Data kontinum dapat berbentuk bilangan pecahan,
contohnya adalah umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data,
pencatatan data harusdilengkapi dengan:
1) Nama pengumpul data.
2) Nama peserta yang datanya diambil.
3) Tanggal dan waktu pengumpulan data.
4) Lokasi pengumpulan data.
5) Keterangan-keterangan tambahan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan,
tes, dokumentasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen
pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan
kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif
dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung,
diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari
responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik
antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk
pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam
penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
32
Data diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang
digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara
komputerisasi dengan menggunakan program Microsoft Word dan
Microsoft Excel.
Kuesioner terdiri dari enam variabel dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 22 buah. Masing-masing variabel memiliki penilaian yang
berbeda-beda. Semua jawaban pada variabel ini disajikan dalam bentuk
pilihan ganda. Variabel pertama, yaitu mengenai aspek pengetahuan
seputar penyakit hipertensi dan faktor resikonya sebanyak delapan
pertanyaan. Variabel kedua menilai tentang aspek pendidikan, yang terdiri
dari satu pertanyaan. Variabel ketiga tentang aspek informasi, terdiri dari
empat pertanyaan. Variabel keempat tentang aspek kebudayaan, yang
terdiri dari enam pertanyaan. Variabel kelima berisi tentang aspek
ekonomi, yang terdiri dari tiga pertanyaan.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
34
6 Penyakit Pulpa 360 6.85
7 Demam/Febris 311 5.92
8 Penyakit Alergi 246 4.68
9 Gangguan gigi dan jaringan penyangga 205 3.90
lainnya
10 Gastroenteritis 128 2.43
Jumlah 5.252 100
35
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Peg. Swasta 3 7.5
Peg. Negeri 2 5
Wiraswasta 10 25
Pensiunan 5 12,5
Lain – lain 20 50
Pekerjaan responden bervariasi dari 3 orang peg. Swasta, pegawai negeri 2
orang, 10 orang sebagai wiraswasta, 5 orang pensiunan, dan lain-lain sebanyak 20
orang.
Tabel 4.4 Riwayat Hipertensi
36
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup sejumlah 23 responden (57.5%), kurang sejumlah 9 responden
(25%) kurang, dan sisanya berpengetahuan baik sejumlah 8 orang (20%).
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Usia
41%
Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden
didapatkan responden yang berusia 21 - 40 tahun (41%)
37
Diagram 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Pada Responden
24%
53
% SD
SMP
Tidak Sekolah
24%
Diagram 4.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
12%
12%
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Buruh
6% Pelajar
59% Tidak Bekerja
12%
Dari diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari warga binaan adalah
wiraswasta (59%).
38
4.1 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam kuesioner yang dijawab 40 responden pada tanggal 1 juni– 1
Juli 2023.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Warga Binaan terhadap Hal Yang
Memepermudah Terjadinya Hipertensi
Pengetahuan Jumlah Responden %
Baik 7 17,5%
Cukup 10 25%
Kurang 23 57.5%
Total 40 100 %
Dari Tabel 4.6. didapatkan 23 responden (57,5%) memiliki
pengetahuan yang kurang.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Warga Binaan terhadap
Pengetahuan Faktor Resiko Hipertensi
Tingkat Jumlah Responden %
Pendidikan
Tinggi 10 25%
Rendah 30 75%
Total 40 100%
Dari Tabel 4.7.didapatkan 30 responden (75%) memiliki pendidikan
yang rendah.
39
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Paparan Informasi terhadap Faktor Resiko
Hipertensi
Paparan Jumlah Responden %
Informasi
Kurang 26 65%
Cukup 7 17,5%
Baik 7 17,5%
Total 40 100%
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa warga binaan kurang mendapat informasi (65%)
mengenai faktor resiko hipertensi
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Kebudayaan terhadap Pengetahuan Tentang Faktor
Resiko Hipertensi
Kebudayaan Jumlah Responden %
Dipengaruhi 26 65%
Kebudayaan
Sedikit 7 17,5%
Dipengaruhi
Kebudayaan
Tidak Dipengaruhi 7 17,5%
Kebudayaan
Total 40 100%
Dari Tabel 4.4. didapatkan 26 orang dari 40 responden (65%)
memiliki hubungan antara sosial budaya terhadap Pengetahuan Tentang
Faktor Resiko Hipertensi
40
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Ekonomi terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi
Pendapatan Jumlah Responden %
Dibawah UMR 13 32.5%
Diatas UMR 27 67,5%
Total 40 100%
Dari Tabel 4.5. Dari semua responden yang memiliki pendapatan
dibawah UMR adalah 13 resonden (32.5%).
41
BAB V
PEMBAHASAN
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Pengetahuan warga tentang faktor resiko terjadinya hipertensi masih
kurang.
b. Responden pada penelitian ini hampir secara keseluruhan memliki
pendidikan yang rendah.
c. Warga binaan (responden) kurang medapat informasi mengenai faktor
resiko hipertensi.
d. Adanya hubungan antara sosial budaya terhadap pengetahuan tentang
faktor resiko hipertensi.
e. Dari semua responden tidak ada yang memiliki pendapatan di atas
UMR.
6.2 Saran
Perlu lebih ditingkatkan sosialisasi dan edukasi tentang penyakit tekanan
darah tinggi dan penyuluhan mengenai faktor resiko hipertensi.
Meningkatkan kegiatan seperti posbindu atau posyandu lansia untuk
menjaring penderita hipertensi dan memberikan penyuluhan atau motivasi
untuk kontrol rutin tekanan darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan
terdekat.
Meningkatkan upaya kuratif untuk kelompok yang beresiko tinggi
terhadap hipertensi, terutama pada mereka yang kurang mampu dengan
tujuan mencegah terjadinya komplikasi dari hipertensi itu sendiri.
43
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta.
44
LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner
KUESIONER
PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN MENGENAI FAKTOR RESIKO
HIPERTENSI PADA RESPONDEN POLI UMUM PUSKESMAS
KAMPUNG BALI
NO.
IDENTITAS RESPONDEN
RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
I. ASPEK PENGETAHUAN
1. Apakah bapak/ibu tahu mengenai hipertensi?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Menurut bapak/ibu apa pengertian dari hipertensi?
a. Peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
b. Tekanan darah normal
c. Tidak tahu
3. Menurut Bapak/ Ibu apa saja faktor penyebab timbulnya hipertensi?
a. Keturunan, pola makan, stres, merokok
b. Batuk, kurang memperhatikan kebersihan diri
c. Tidak tahu
4. Menurut Bapak/ Ibu seperti apa gejala hipertensi ?
a. Pusing, nyeri leher
b. Batuk, panas badan
c. Tidak tahu
5. Apakah Anda pernah mengukur tekanan darah/tensi?
a. Pernah
45
b. Tidak pernah
6. Jika pernah, apakah Anda ditensi secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
7. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana upaya pencegahan hipertensi?
a. Menghindari stres, makanan berlemak dan rokok
b. Menghindari panas matahari dan debu
c. Tidak tahu
8. Apakah di keluarga Anda ada yang menderita hipertensi?
a. Ada
b. Tidak ada
II. ASPEK PENDIDIKAN
9. Apakah pendidikan terkahir Anda?
a. SMP
b. SD
c. Tidak bersekolah
III. ASPEK INFORMASI
10. Apakah Anda memiliki media informasi seperti TV atau radio?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah Anda pernah menonton atau mendengar informasi mengenai
hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah Anda pernah mendapat kunjungan dari petugas kesehatan tentang
penyuluhan yang berkaitan dengan hipertensi?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
13. Apakah Anda pernah diberitahukan oleh dokter/mantri/perawat bahwa Anda
menderita hipertensi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
46
IV. ASPEK KEBUDAYAAN
14. Apakah Anda berobat ke Puskesmas atau dokter jika sakit?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan asin seperti ikan asin ataupun
makanan yang yang banyak mengandung penyebab rasa?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
16. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan berlemak atau kolesterol tinggi
seperti daging kambing, durian, bebek?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
17. Apakah Anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
18. Jika ya, berapa bungkus rokok yang Anda habiskan dalam satu hari?
a. Lebih dari satu bungkus
b. Kurang dari satu bungkus
19. Dimana biasanya Anda merokok?
a. Di dalam rumah
b. Di luar rumah
V. ASPEK EKONOMI
20. Apakah penghasilan Bapak/Ibu di atas Rp.1.379.000 tiap bulan?
a. Ya
b. Tidak
21. Apakah Bapak/ Ibu selalu mendapatkan penghasilan yang tetap setiap
bulannya ?
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak
47
22. Dari penghasilan tersebut, apakah cukup untuk kebutuhan sehari-hari?
a. Ya
b. Tidak
c.
SKORING KUESIONER
I. ASPEK PENGETAHUAN
No. 1 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
48
No. 7 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
49
IV. ASPEK KEBUDAYAAN
V. ASPEK EKONOMI
50
No 21. Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c= diberi poin 1
51
PENILAIAN VARIABEL
I. ASPEK PENGETAHUAN
Pengetahuan buruk = 8-12
Pengetahuan kurang = 13-16
Pengetahuan baik = 17-20
V. ASPEK EKONOMI
Di bawah UMR Kota Bengkulu = ≤ 4
Di atas UMR Kota Bengkulu => 5
52