Laporan Praktikum Kimia Non Logam - Febiola Rohani Marpaung - 4183331024 - Kimia Dik B 2018
Laporan Praktikum Kimia Non Logam - Febiola Rohani Marpaung - 4183331024 - Kimia Dik B 2018
Laporan Praktikum Kimia Non Logam - Febiola Rohani Marpaung - 4183331024 - Kimia Dik B 2018
OLEH :
FEBIOLA ROHANI MARPAUNG
(4183331024)
KELOMPOK : III (TIGA)
III.TINJAUAN TEORITIS
A. ALAT
B. BAHAN
Tabung Reaksi
Hasil: Tabung 1 2,5 mL larutan AgNO3 0,1 M + 2,5 mL larutan KF 0,5 M, larutan
yang diperoleh yaitu berwarna bening.
Tabung 2 2,5 mL larutan AgNO3 0,1 M + 2,5 mL larutan KCl 0,5 M, larutan yang
terbentuk keruh dan endapannya sedikit.
Tabung 3 2,5 mL larutan AgNO3 0,1 M + 2,5 mL larutan KBr 0,5 M, larutan yang
terbentuk keruh dan endapannya lebih banyak dibanding tabung sebelumnya.
Tabung 4 2,5 mL larutan AgNO3 0,1 M + 2,5 mL larutan KI 0,5 M, larutan sangat
keruh dari tabung 3 dan terdapat endapan yang juga lebih banyak.
NO PERLAKUAN HASIL
1 Pembuatan Unsur Halogen
Tabung 1 ditambahkan 0,5 gr Setelah melakukan penambahan
MnO2 + 1 mL larutan HCl pekat larutan HCl pekat tersebut, terlihat
pada tabung reaksi yang berisi MnO2
dan HCl pekat, warna campuran yang
ada di dalamnya menjadi berwarna
coklat kehitaman, terbentuk gas dan
tabung reaksi terasa panas.
B. REAKSI – REAKSI
1. MnO2 + HCl → MnCl2 + H2O + Cl2
2. KMnO4 + HCl → KCl + MnCl2 + H2O + Cl2
3. NaOH + PP → Merah muda
4. AgNO3 + KF →KNO3 + AgF
5. AgNO3 + KCl → AgCl2 + NO3 + K
6. AgNO3 + KBr = AgBr + KNO3
7. AgNO3 + KI = AgI + KNO3
C. PEMBAHASAN
D.1. Pembuatan Gas Halogen
Secara praktek
Pada percobaan ini, unsur halogen yang akan dibuat adalah unsur Cl yaitu
dengan cara mengoksidasi Cl- yang berasal dari HCl membentuk Cl2. Pada percobaan
ini, perlakuan pertama yaitu melakukan proses pembuatan unsur halogen, dimana
pada tabung 1 dimasukkan 0,5 gr MnO2 dan pada tabung 2 dimasukkan 0,5 gr
KMnO4. Selanjutnya ke dalam tabung reaksi I dan II tersebut ditambahkan lagi 1 mL
larutan HCl pekat. Setelah melakukan penambahan larutan HCl pekat tersebut, terlihat
pada tabung reaksi yang berisi MnO2 dan HCl pekat, warna campuran yang ada di
dalamnya menjadi berwarna coklat kehitaman, terbentuk gas dan tabung reaksi terasa
panas. Sedangkan pada tabung reaksi yang berisi KMnO 4 dan HCl pekat, terlihat
warna campuran yang ada di dalamnya menjadi berwarna hijau, terbentuk gas dan
juga tabung reaksi terasa panas. Selanjutnya menutup masing-masing mulut tabung
dengan sepotong kertas saring yang telah ditetesi dengan larutan NaOH 0,01 M dan
indikator PP.
Dimana indikator pp apabila diteteskan pada larutan basa akan berubah warna
menjadi merah muda. Adapun tujuan ditutupi kertas saring yaitu untuk menunjukan
apakah larutan tersebut dapat dikatakan bersifat asam atau basa dan juga untuk
mengetahui keberadaan gas Cl2. Pada proses ini, terlihat kertas saring pada kedua
tabung reaksi yang awalnya berwarna merah muda berubah menjadi putih. Namun
pada tabung I warna kertas saringnya pertama merah muda dan berubah menjadi putih
kembali secara cepat dan pada tabung II Warna kertas saringnya pertama merah muda
dan berubah menjadi putih kembali secara lambat. Perubahan warna tersebut
menandakan bahwa dalam tabung reaksi tersebut positif terdapat gas Cl 2, dimana gas
Cl2 bereaksi dengan ion Na+ pada senyawa NaOH yang menghasilkan garam NaCl,
sehingga sifat basa kuat dari NaOH pada kertas saring ternetralisasi oleh HCl pekat
yang bersifat asam kuat.
Adanya perbedaan perubahan warna yang terjadi dikarenakan MnO4 lebih
bersifat oksidator kuat dibanding dengan MnO2 yang dapat dilihat dari data potensial
elektrode. Adapun warna yang terbentuk pada larutan ini menandakan bahwa terdapat
adanya kandungan iodin. Iodin dapat membentuk senyawa-senyawa oksihalogen,
dengan unsur halogen yang memiliki bilangan oksidasi +1, +3, +5 dan +7.
Pada perlakuan ini, terjadi reaksi redoks dimana pada tabung reaksi pertama
yang berisi MnO2, MnO2 berfungsi sebagai okasidator yang mengoksidasi Cl sehingga
bilangan oksidasi Cl meningkat dari -1 menjadi 0, sedangkan Mn sendiri mengalami
reaksi reduksi dengan penurunan bilangan oksidasi dari +4 menjadi +2. Sedangkan
pada tabung reaksi kedua yang berisi KMnO4, KMnO4 juga berfungsi sebagai
oksidator sama dengan MnO2. KMnO4 akan mengoksidasi Cl sehingga Cl mengalami
reaksi oksidasi yang ditandai dengan perubahan bilangan oksidasi dari -1 menjadi 0.
Sedangkan Mn pada KMnO4 mengalami reaksi reduksi dengan perubahan bilangan
oksidasi dari +7 menjadi +2.
Secara Teori
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai
dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan
unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk
ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia, klorin memegang peranan penting
yaitu banyak benda-benda yang kita gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti
peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi,
pendingin, semprotan pembersih, pelarut, dan berbagai produk lainnya. Klorin
pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Wilhem
Scheele pada tahun 1774, dengan meneteskan sedikit larutan asam klorida (HCl) pada
lempeng mangan oksida (MnO2) yang menghasilkan gas berwarna kuning kehijauan.
Reaksi dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
4HCl(ag)+MnO2(s) Cl2(g)+MnCl2(ag)+2H2O(l))
Pada saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas tersebut. Pada
tahun 1810 Sir Humphrey Davy, seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa gas
kuning kehijauan pada percobaan Scheele adalah sebuah unsur dan menamakannya
chlorine, berasal dari bahasa Yunani khloros yang berarti hijau. Pada tahun 1994,
Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk gas, termasuk unsur
golongan halogen (Golongan VII), sangat reaktif dan merupakan oksidator kuat yang
mudah bereaksi dengan berbagai unsure. Pada suhu -34 0C, klorin berbentuk cair dan
pada suhu 1030Cberbentuk padatan kristal kekuningan. Sifat klorin yang dapat larut
dalam air dan bereaksi (Cotton dan Wilkinson, 1989). Menurut Keenan (1989), reaksi
antara klorin dengan air adalah sebagai berikut :
Cl + HOH HCl + OH
Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah relatif
jauh lebih besar dibandingkan ion-ion halogen lainnya. Kelimpahan ion-ion halogen
di perairan alami. Klorin dalam bentuk garam (contoh NaCl) merupakan bentuk yang
paling aman, sedangkan dalam bentuk gas, klorin dapat diperoleh dengan
mengekstraksi larutan garam NaCl dengan cara elektrolisis (Hasan,2006).
D.2.Uji Reaktivitas ion halida X- (X- = F-, Cl-, Br-, I-)
Secara Praktek
Pada perlakuan ini, menyiapkan 4 buah tabung reaksi dan memberi label 1,2,3,
dan 4. Lalu memasukkan 2,5 mL larutan AgNO3 0,1 M ke dalam masing-masing
tabung reaksi. Kemudian menambahkan masing-masing tabung 2,5 mL larutan KF 0,5
M ke dalam tabung 1, KCl 0,5 M ke dalam tabung 2, KBr 0,5 M ke dalam tabung 3,
dan KI 0,5 M ke dalam tabung 4. Pada tabung pertama mereaksikan KF dengan
AgNO3 adapun larutan yang diperoleh yaitu berwarna bening. Pada tabung 2 yaitu
mereaksikan KCl dengan AgNO3 larutan yang terbentuk keruh dan endapannya
sedikit. Pada tabung ketiga, KBr direaksikan dengan AgNO 3 larutan yang terbentuk
keruh dan endapannya lebih banyak dibanding tabung sebelumnya. Pada tabung 4
mereaksikan KI dengan AgNO3 larutan sangat keruh dari tabung 3 dan terdapat
endapan yang juga lebih banyak dari sebelumnya. Adapun pereaksi AgNO 3 yang
digunakan untuk mengendapkan unsur-unsur halogen.
Berdasarkan persamaan reaksi, dapat dilihat bahwa ketika KF, KCl, KBr dan
KI direaksikan dengan AgNO3 maka masing-masing akan membentuk endapan AgF,
AgCl, AgBr, dan AgI yang sukar larut sehingga pada keempat tabung tersebut
terbentuk endapan. Akan tetapi, dari hasil pengamatan pada tabung 1 yaitu KF
direaksikan dengan AgNO3 tidak terbentuk endapan berbeda dengan keempat tabung
lainnya. Hal ini disebabkan kerena pada unsur halogen, F merupakan unsur yang
paling elektronegatif sehingga lebih besar kemampuannya untuk menerima 1 elektron
yang dilepas oleh Ag+ membentuk AgCl. Keelektronegatifan dalam unsur halogen
berkurang dari atas kebawah maka dari percobaan dapat dilihat tingkat kelarutan pada
setiap tabung dimana tabung 4 lebih keruh atau lebih banyak terbentuk endapan
dibandingkan tabung 3, sedangkan tabung 3 lebih keruh dari tabung 2, dan tabung 2
lebih keruh dari tabung 1. Adapun susunan keelektronegatifan dari unsur halogen
adalah sebagai berikut : F > Cl > Br > I.
Pada perlakuan kedua ini, pertama-tama menyediakan 4 buah tabung reaksi,
dan pada masing-masing tabung mereaksikan larutan FeCl 3 dengan NaOH. Pada saat
direaksikan, larutannya bening kekuningan. Setelah itu pada tabung 1, ditambahkan
dengan larutan KF dimana hasil yang diperoleh larutannya kuning muda. Kemudian
ditambahkan lagi dengan CHCl3 dimana hasil yang diperoleh yaitu terbentuk dua
lapisan. Pada tabung 2, ditambahkan dengan larutan KCl menghasilkan larutannya
bening kekuningan. Setelah itu ditambahkan lagi dengan CHCl3 dimana hasil yang
diperoleh yaitu terbentuk dua lapisan. Pada tabung 3, ditambahkan dengan larutan
KBr dimana menghasilkan larutan kuning bening. Setelah itu ditambahkan dengan
larutan CHCl3 dimana hasil yang diperoleh yaitu terbentuk dua lapisan. Pada tabung
reaksi 4, ditambahkan dengan larutan KI menghasilkan larutan merah bata. Kemudian
ditambahkan lagi dengan larutan CHCl3 dan hasil yang diperoleh yaitu terbentuk dua
lapisan, dimana larutan CHCl3 tidak menyatu.
Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui pula tingkat kepolaran
berkurang dari F ke I. Maka dari itu endapan yang paling banyak terbentuk yaitu pada
KI, dimana ion I - lebih bersifat non polar apabila bereaksi dengan
CHCl3 mengahsilkan endapan yang lebih banyak CO2 terbentuk endapan I2. Adapun
digunakannya pereaksi FeCl3 yaitu untuk menghasilkan adanya koloid. Adapun
koloid yang terbentuk yaitu Fe(OH)3. Halogen lebih mudah larut dalam pelarut non
polar seperti karbon tetraklorida atau kloroform. Dalam pelarut tak beroksigen seperti
karbon tetraklorida (CCl4) dan kloroform (CHCl3).
Secara Teori
Halida adalah senyawa biner dimana salah satu bagiannya adalah salah satu
halogen dan bagian lainnya adalah elemen lainnya atau radikal yang mempunyai
tingkat keelektronegatifan lebih kecil daripada atom halogen, untuk membentuk suatu
senyawa halogen fluoride, klorida, bromida, iodida atau astatain. Kebanyakan garam
merupakan halida. Semua logam pada golongan 1 akan membentuk halida yang
berbentuk padatan putih dalam suhu ruangan. Ion halida adalah suatu atom hidrogen
yang mengikat muatan negatif. Anion halida cntohnya yaitu fluorida (F- ), klorida
(Cl-), bromida (Br-), Iodida (I-) serta unsur halogen lainnya yaitu astatin (At). Semua
ion ini terdapat pada garam halida ion. Semakin besar kelektronegatifan semakin
reaktif karena semakin mudah menarik elektron. Selain dipengaruhi
keelektronegatifan, kereaktifan halogen juga dipengaruhi oleh energi ikatan halogen.
Semakin kecil energi ikatan halogen, semakin mudah diputuskan ikatan tersebut
sehingga makin reaktif halogen. Dengan melihat data keelektronegatifan dan energi
ikat halogen, dapat disimpulkan kereaktifan halogen dari atas ke bawah
semakin berkurang (Tobing,2019).
VII. KESIMPULAN
Halogen merupakan sekumpulan unsur nonlogam yang saling berkaitan erat,
lincah, dan berwarna terang. Secara alamiah bentuk molekulnya diatomic, ntuk
mencapai keadaan stabil atom-atom ini cenderung menerima satu elektron dari
atom lain atau dengan menggunakan pasangan elektron secara bersama hingga
membentuk ikatan kovalen. Menguji sifat kekhasan unsur halogen pada praktikum ini
dengan menguji reaktivitas unsur-unsur halogen F, Cl, Br, I. Halogen adalah golongan
yang paling reaktif karena unsur-unsurnya memiliki konfigurasi elektron pada subkulit
ns2 np5. Kereaktifan unsur-unsur halogen dalam satu golongan dari atas ke bawah
kereaktifan semakin berkurang
R : 0,082 Latm/mol k
Dit : V CL2 (ml) : ?
Jwb : n = Cl2 =
maka V
n Cl2
Clark, T., et. al. (2007). Halogen bonding: theσ-hole. Jurnal Mol Model. 13:291–296.
Hasan, A. (2006). Dampak penggunaan klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan, 7(1).
Sofyan, D.K. (2018). Peramalan Kebutuhan Klorin (Cl2) Pada Bagian Produksi Di PT
Pupuk Iskandar Muda. Industrial Engineering Journal. 7(1):30-35.
Sugiyarto, Kristian H. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tobing, F. M. L., Sidauruk, S., & Meiliawati, R. (2019). Kesulitan Memahami Konsep
Kimia Unsur Golongan VII A (Halogen) Pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya Tahun Akademik 2018/2019. Jurnal
Ilmiah Kanderang Tingang, 10(1), 72-80.