Mengenal Tiang Keliling Bumi
Mengenal Tiang Keliling Bumi
Mengenal Tiang Keliling Bumi
Apa itu Tiang Keliling Bumi ? Tiang Keliling Bumi adalah alat yang digunakan untuk
mengukur keliling bumi dengan memanfaatkan sinar matahari. Tiang keliling Bumi
terdiri dari sebuah tiang yang berdiri tegak ke titik zenith serta bidang derajat . Awal dari
pengukuran keliling Bumi ini di awali Eratosthenes, Eratosthenes adalah seorang ilmuwan Mesir
yang hidup pada abad ke-3 sebelum Masehi. Ia hidup di kota Aleksandria di muara Sungai Nil.
Di kota itu terdapat Perpustakaan Besar Aleksandria (salah satu perpustakaan paling penting di
dunia kuno) dan ia adalah kepala perpustakaan tersebut. Dari membacai laporan-laporan dari
berbagai tempat di kerajaan Mesir, ia mengetahui bahwa pada suatu hari di kota Siena (sekarang
kota Aswan), persis pada saat tengah hari, kita akan dapat melihat pantulan Matahari di dalam
sumur. Kemudian dia memanfaatkan fenomena tersebut untuk mengukur keliling Bumi,
pengukuran keliling Bumi oleh Eratosthenes didasarkan pada perbedaan panjang bayangan yang
terjadi pada dua tempat di waktu yang sama serta memanfaatkan pengetahuan tentang
trigonometri. Saat bayangan sebuah benda tidak terlihat dikenal dengan fenomena hari tanpa
bayangan. Fenomena ini terjadi jika deklinasi Matahari sama dengan lintang tempat. Pada saat
itu Matahari tepat berada diatas tempat tersebut sehingga bayangan dari benda menjadi tidak
terlihat. Kapan fenomena ini terjadi tergantung pada deklinasi tempat. Untuk wilayah Medan
sendiri yang memiliki nilai lintang 3o34’ LU, fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun yaitu
pada tanggal 29 Maret dan 14 September. Alat tiang ukur keliling Bumi juga mengikuti prinsip
yang dilakukan oleh Erastothenes.
Bagaimana Prinsip Kerja Tiang Keliling Bumi ?
Pada prinsipnya cara kerja tiang keliling Bumi ini sama dengan prinsip yang dilakukan
oleh Erastothenes dimana tiang ini digunakan pada saat sebuah tempat atau kota yang
mengalami fenomena hari tanpa bayangan. Pada saat itu Matahari tepat berada diatas tempat
tersebut sehingga bayangan dari benda menjadi tidak terlihat. Kapan fenomena ini terjadi
tergantung pada deklinasi tempat. Untuk wilayah Medan sendiri yang memiliki nilai lintang
3o34’ LU, fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 29 Maret dan 14
September. Pada saat itu benda-benda yang berada di tempat atau kota tersebut tidak memiliki
bayangan. Namun, benda-benda yang ada di kota Medan memiliki bayangan. Dengan
membandingkan panjang tiang dan bayangan tiang serta jarak kota Medan terhadap kota yang
terjadi fenomena hari tanpa bayangan, maka nilai keliling Bumi dapat diketahui dengan tingkat
kesalahan sekitar 5% .