MAKALAH Penentuan Posisi Dengan Astronomis
MAKALAH Penentuan Posisi Dengan Astronomis
MAKALAH Penentuan Posisi Dengan Astronomis
Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Wahyu Darmawan
21110113120009
2. Mohammad Afif
21110113120019
3. Siti Haeriah
21110113120031
4. Ridwan Aminullah
21110113120043
5. Farras Nabilah
21110113140053
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Matematika Geodesi ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Matematika
Geodesi. Tugas ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
a.
Arwan putra Wijaya ST., MT. dan Abdi Sukmono ST., MT. selaku dosen pengampu mata
b.
memenuhi tugas mata kuliah Fotogrametri, dan juga bisa bermanfaat serta dapat bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Sudut azimuth merupakan sudut yang banyak digunakan dalam pekerjaan geodesi. Untuk
mendapatkan sudut azimuth dapat diperoleh dengan berbagai cara salah satunya melalui
pengamatan bintang. Pada pengamatan bintang sendiri terdapat beberapa metode yang dapat
dipakai. Metode yang paling sering dipakai ialah metode Tinggi Bintang. Salah satu metode yang
baru adalah metode Diurnal Circle. Dalam penelitian ini data yang didapat, dihitung dengan metode
Diurnal Circle menggunakan bahasa program Fortran, lalu dibandingkan dengan hasil penghitungan
metode Tinggi Bintang. Dari penghitungan metode Diurnal Circle pengamatan 1 bintang
memberikan perbedaan hasil azimuth terhadap metode Tinggi Bintang sebesar 15,5 detik dan
dengan pengamatan 2 bintang memberi perbedaan sebesar 4 menit 26,5 detik. Presisi dan akurasi
meningkat seiring dengan semakin lamanya interval waktu pengamatan. Selain itu, semakin dekat
jarak kutub bintang dengan kutub, maka presisi menurun dan akurasinya meningkat.
Sejak ratusan tahun yang lalu peradaban manusia sudah menggunakan benda-benda langit
seperti matahari dan bintang untuk menentukan posisi suatu titik. Para pelaut mulamula,menggunakan gugusan bintang-bintang dilangit sebagai papan penunjuk jalan. Jauh sesudah
itu seorang astronomer dan matematikawan berkebangsaan Arab, Al-Khwarizmi dengan teori
aljabarnya, pada tahun 800-an membuat model matematik untuk menentukan posisi dengan rumus
yang sekarang dikenal dengan ilmu ukur sudut atau trigonometri. Semenjak itulah orang melakukan
pengamatan bintang yang lebih akurat untuk menentukan posisi kapal di malam hari dan sekaligus
juga pembuatan peta. Dalam melakukan penentuan posisi, tidak dapat mengabaikan yang namanya
azimut. Padahal, pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut kemampuan disiplin ilmu geodesi
membutuhkan suatu penentuan azimut. Salah satu cara dalam menentukan azimut adalah dengan
melakukan pengamatan benda-benda langit, yang umum dilakukan ialah terhadap matahari dan
bintang. Dalam beberapa hal. pengamatan bintang lebih sering dipakai. Dalam pengamatan bintang
terdapat banyak metode antara lain metode sudut waktu, metode tinggi bintang dan salah satu
metode yang relatif baru yaitu metode Diurnal Circle. Metode ini akan diperkenalkan lebih lanjut,
namun sebelumnya dibandingkan terlebih dahulu dengan metode-metode lain yang sudah umum
dipakai.
I.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya yaitu,
1. Bagaimana metode yang dapat digunakan dalam pennetuan azimuth?
2. Bagaimana proses penentuan azimuth dengan metoe matahari dan bintang?
I.3
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Penentuan Posisi
Penentuan posisi merupakan suatu cara untuk menyatakan posisi suatu obyek pada suatu
sistem koordinat tertentu. Seperti diketahui terdapat dua sistem koordinat yaitu sistem koordinat
terikat langit atau disebut juga dengan ekstraterestrial dan sistem koordinat terikat bumi atau
terestrial. Kedua sisten koordinat tersebut memiliki cara atau bentuk pernyataan posisi yang
berbeda. Untuk penentuan posisi dari titik ikat yang diketahui dengan satu titik ikat lain diketahui
dinamakan sebagai penentuan posisi dengan metode ikatan kemuka. Sedangkan jika dilakukan dari
titik yang ingin dicari dinamakan sebagai metode ikatan ke belakang. Untuk menentukan posisi
dengan sudut jurusan dan jarak disebut juga dengan metode polar.
Posisi juga dapat dinyatakan dalam tiga dimensi yang berarti memiliki posisi horizontal (x,y)
dan vertikal (z). Dalam penentuan posisi horizontal terdiri dari teknik astronomi, triangulasi,
trilaterasi dan travers atau poligon. Sedangkan penentuan posisi vertikal terdiri dari geodetik
leveling, trigonometrik leveling, barometrik leveling dan echo sounding.
II.2 Penentuan Posisi dengan Metode Astronomis
Metode astronomi merupakan metode penentuan posisi paling tua yang berbasiskan pada
pengamatan bintang. Sistem ini masih digunakan sampai saat ini meski terbatas untuk keperluankeperluan khusus, metode ini digunakan sejak 1884 untuk penentuan lintang secara teliti di
Postdam. Sistem ini juga berkontribusi dalam pengamatan pergerakan kutub atau sering disebut
Polar Motion sejak tahun 1890. Sesuai dengan namanya astronomi geodesi merupakan suatu
metode dalam penentuan posisi dengan mengamati bintang atau benda langit lainnya. Lebih dalam,
tugas utama dari astronomi geodesi adalah penentuan lintang dan bujur geografis, serta azimuth dari
darat (terrestrial) melalui benda langit. Lintang suatu daerah dapat diketahui dengan menentukan
elevasi (di lokasi pengamat) rotasi sumbu-x bumi yang kira-kira ditunjukan oleh bintang polar atau
dapat disebut Polaris. Penentuan bujur dilakukan dengan cara menentukan beda waktu dari daerah
tersebut dengan waktu Greenwich. Penentuan ini tergantung dari waktu jam atom yang ada di
daerah tersebut. Metode astronomi juga merupakan salah satu cara untuk menentukan sudut jurusan
dari dua buah titik yang ada dipermukaan bumi. Penentuan posisi menggunakan metode astronomi
merupakan salah satu jenis penentuan posisi ekstraterestrial.
Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan untuk mendeskripsikan posisi dari bintang dalam bola
langit:
1.
2.
3.
apabila sesudah atau sebelum mengamati matahari teropong dibidikan ke titik acuan (P) dan dibaca
sudut horizontalnya dan pada saat membidik matahari juga dibaca sudut horizontalnya. Dengan
mengetahui kedua sudut tersebut dapat diketahui dan dapat dihitung untuk penetuan azimut ketitik
acuan.
II.3.2 Penentuan Azimuth pada Pengamatan Bintang
Sudut azimuth merupakan sudut yang banyak digunakan dalam pekerjaan geodesi. Untuk
mendapatkan sudut azimuth dapat diperoleh dengan berbagai cara salah satunya melalui
pengamatan bintang. Pada pengamatan bintang sendiri terdapat beberapa metode yang dapat
dipakai. Metode yang paling sering dipakai ialah metode Tinggi Bintang. Salah satu metode yang
baru adalah metode Diurnal Circle. Dalam penelitian ini data yang didapat, dihitung dengan metode
Diurnal Circle menggunakan bahasa program Fortran, lalu dibandingkan dengan hasil penghitungan
metode Tinggi Bintang. Dari penghitungan metode Diurnal Circle pengamatan 1 bintang
memberikan perbedaan hasil azimuth terhadap metode Tinggi Bintang sebesar 15,5 detik dan
dengan pengamatan 2 bintang memberi perbedaan sebesar 4 menit 26,5 detik. Presisi dan akurasi
meningkat seiring dengan semakin lamanya interval waktu pengamatan. Selain itu, semakin dekat
jarak kutub bintang dengan kutub, maka presisi menurun dan akurasinya meningkat.
Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya berdasarkan pandangan
pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan lintasan peredaran semu
bintang, dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata koordinat horizon
penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.
Kordinat-kordinat dalam tata koordinat horizon adalah:
1.
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut umumnya diukur dari selatan
7
ke arah barat sampai pada proyeksi bintang itu di horizon, seperti pada gambar azimut bintang
adalah 220. Namun ada pula azimut yang diukur dari Utara ke arah timur, oleh karena itu
sebaiknya Anda menuliskan keterangan tentang ketentuan mana yang Anda gunakan.
2.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang diukur dari proyeksi
bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke zenit. Tinggi bintang diukur 0 90 jika arahnya
ke atas (menuju zenit) dan 0 -90 jika arahnya ke bawah.
Dalam pengamatan bintang terdapat banyak metode antara lain metode sudut waktu, metode
tinggi bintang dan salah satu metode yang relatif baru yaitu metode Diurnal Circle. Letak bintang
dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak bintang, lukislah lingkaran almukantaratnya,
yaitu lingkaran kecil yang dilalui bintang yang sejajar dengan horizon (lingkaran PQRS). Tata
koordinat horizon memakai bidang horizon sebagai bidang dasar terhadap mana posisi-posisi
bintangbintang ditentukan. Untuk menyatakan posisi-posisi bintang di bola langit itu, maka tata
koordinat horizon menggunakan dua buah unsur, yaitu:
a.
Tinggi bintang
b.
Azimuth bintang
Untuk menentukan tinggi sebuah bintang P, maka terlebih dahulu kita adakan sebuah
lingkaran vertikal yang melalui bintang P, lingkaran vertikal bintang P tersebut Memotong horizon
pada titik R. Dengan demikian maka tinggi d/p bintang P = busur R-P.
Tinggi sebuah bintang dihitung mengikuti lingkaran vertikal bintang yang bersangkutan,
mulai dari horizon sampai pada bintang tersebut. Azimuth sebuah bintang mengikuti lingkaran
horizon mulai dari titik selatan, dengan arah SBUT, sampai pada proyeksi di horizon bintang
tersebut.
Berdasarkan ketentuan mengenai azimuth bintang saperti tersebut di atas, maka nilai
azimuth bintang P = busur SBUTR. Lihat pada gambar di bawah.
Dengan mengenal istilah tersebut akan memudahkan kita dalam memahami tata koordinat
horison dengan ordinatnya yaitu, Azimuth dan Tinggi (A,h).
Tinggi benda langit dapat digambarkan pada bola langit dengan membuat lingkaran besar
yang melalui zenith, benda langit itu dan tegak lurus pada horison (lingkaran vertikal), diukur dari
horison dengan nilainya 0o-90o.
Untuk menyatakan Azimuth terdapat 2 versi:
Versi kedua yang dianut secara internasional, diantaranya dipakai pada astronomi dan
Kedua versi tersebut menggunakan arah yang sama, yaitu jika dilihat dari zenith arahnya
searah perputaran jarum jam yang nilainya 0o-360o.
Pada tata koordinat horizon,
pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan lintasan peredaran semu
bintang, dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata koordinat horizon
penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.
Letak bintang dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak bintang, lukislah
lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang dilalui bintang yang sejajar dengan horizon
(lingkaran PQRS).
Contoh tata kordinat Horison dalam menentukan letak bintang atau bulan:
Keuntungan dalam penggunaan sistem koordinat horison yaitu pada penggunaannya yang
praktis, Sistem koordinat yang sederhana dan secara langsung dapat dibayangkan letak objek pada
bola langit. Namun tedapat juga beberapa kelemahan pada Sistem koordinat ini, yaitu pada tempat
yang berbeda maka horisonnya pun berbeda serta terpengaruh oleh waktu dan gerak harian benda
langit. koordinat alt-azimuth hanya berlaku lokal (di sekitar pengamat) saja. Ketinggian dan
azimuth sebuah bintang pada saat yang sama akan memiliki nilai yang berbeda jika dilihat dari
tempat yang jauh. Misalkan seorang pengamat di Semarang ingin memberitahukan sebuah objek
yang ditemukannya kepada pengamat lain di Bandung dengan memberikan koordinat alt-azimuth
objek tersebut, maka pengamat di Bandung akan kesulitan menemukan objek yang dimaksud.
II.3.3 Metodelogi Perhitungan Azimuth
Tahapan Metodologi Penelitian
1. Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah Tahap ini merupakan tahapan awal dari
penelitian yang dilakukan. Tahap ini terdiri dari perumusan masalah yaitu menentukan
masalah apa yang timbul dan harus dipecahkan melalui penelitian ini. Penetapan tujuan
dari diadakannya. penelitian, batasan dari penelitian dan manfaat yang diperoleh dari
penelitian. Selain itu, pada tahapan ini juga mempelajari segala bentuk literatur yang
berhubungan dengan software maupun teori pengamatan astronomi.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan, antara lain :
-
Data suhu udara (dalam C), tekanan udara (dalam mmHg), dan waktu pengamatan.
Pada tahapan ini dilakukan pengolahan data yang telah didapat dengan metode Tinggi Bintang,
metode Sudut Waktu, keduanya dihitung secara manual dengan menggunakan program
Microsoft Excel. Sementara metode Diurnal Circle diolah pakai program aplikasi.
4..Tahap Analisa
Pada tahap ini dilakukan analisa penghitungan dengan metode tinggi bintang terhadap metode
Diurnal Circle yang dibuat dalam program aplikasi.
5.Hasil dan Kesimpulan
Dalam tahap akhir ini merupakan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dan kekurangan maupun
kendala yang dihadapi.
10
Rasi Bintang ketiga yang mungkin paling populer dan dapat dikenali, menjadi
petunjuk arah utara adalah rasi bintang Biduk/Great Bear/Beruang besar yang
menunjukkan arah utara. Bentuknya seperti gayung, dan terdiri dari 7 buah bintang,
karena itu juga terkadang rasi bintang ini disebut sebagai konstelasi bintang tujuh.
Keistimeawan bintang ini, sekalipun gugusan bintang lainnya berputar di langit pada
malam hari, tetapi bintang kutub tetap berada di utara. Rasi bintang ini terlihat
sepanjang tahun di langit utara.
D. RASI BINTANG SCORPIO
Rasi Bintang Scorpio
Rasi bintang keempat yang bisa dikenali dan menjadi petunjuk arah adalah rasi
bintang scorpio. Rasi bintang satu ini agak susah dicari, karena jumlah bintang yang
membentuk konstelasinya cukup banyak. Rasi Scorpio ini menjadi petunjuk arah
tenggara/timur langit. Dalam mitologi yunani kuno, Scorpio ini adalah utusan Apollo
untuk membunuh sang Pemburu, Orion. Pada konstelasi ini juga terdapat bintang
Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah ditemukan.
II.3.5 Hal yang Mempengaruhi Penentuan Posisi
Karena sifat bumi yang dinamis, maka terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penentuan
posisi yang dilakukan untuk mendapatkan nilai yang akurat atau teliti, yaitu presesi, nutasi
dan pergerakan kutub.
A.
Presesi
Pergerakan sumbu rotasi bumi dalam ruang secara sekular atau dalam waktu panjang
Gerakan presesi mirip dengan perputaran gasing. Periode presesi ini cukup panjang yakni
25800 tahun. Akibat adanya presesi, titik potong anatra vernal equinox dengan bidang
ekuator bergerak sepanjang ekliptika dengan laju 50,4 per tahun.
B.
Nutasi
Terjadi karena bulan mengelilingi bumi dengan besar sudut 511, terhadap bidang ekliptika.
Garis perpotongan antara bidang ekliptika dengan rotasi bulan dinamakan dengan garis nodal,
untuk periode di ruang inersia sendiri adalah 18,6 tahun.
C.
Pergerakan kutub
12
Pergerakan sumbu rotasi bumi terhadap kerak bumi, pergerakan kutub tidak dapat dijelaskan
secara teoritis namun dapat dibuktikan dengan cara empiris.
13
Daftar pustaka
http://snapsurveyor.blogspot.com/
http://bsrmuhaka.blogspot.com/2014/09/kompas_9.html
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11074-Presentation.pdf
14