Kel 2 - MBS - Tujuh Pilar Komponen MBS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALA

MK. MANAJEMENT
BERBASIS SEKOLAH

PRPRODI S1 PGSD

SKOR NILAI :

TUJUH PILAH MANAJEMENT BERBASIS SEKOLAH

Dosen Pengampu :

Dr. Robenhart Tamba, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1) Abu Makmur Harahap 1191111062


2) Dwi Yuli Annisa 1193111104
3) Wapiq Halimah Sirait
4) Yesi Ratnasari Nasution

PGSD REGULER C 2019

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN SEPTEMBER 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Tujuh Pilar Manajement Berbasis Sekolah” ini.

Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
Robenhart Tamba, M.Pd selaku dosen mata kuliah Manajement Berbasis Sekolah atas
bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari meskipun penulisan makalah ini telah kami upayakan seoptimal
mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja. Untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya
dan khususnya bagi penulis.

Medan, September 2021

Penyusun
Kelompok 2

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

Kelompok 2............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3

C. Manfaat......................................................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................4

A. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Sekolah.....................................................4

B. Manajemen peserta didik berbasis sekolah................................................................................6

C. Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah...............................................7

D. Manajemen Sarana Dan Prasarana Berbasis Sekolah.................................................................8

E. Manajemen pembiayaan berbasis sekolah.................................................................................9

F. Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat Berbasis Sekolah..........................................9

G. Manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah..............................................................10

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................................11

B. Saran........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan sekolah pada jaman sekarang telah mengalami banyak pergeseran.Dulunya masyarakat cukup data
ng kesekolah dan pasrah akan apapun hasil yang disampaikan pihak sekolah, baik itu guru maupun kepala sekolah.
Padahal bukan kali ini saja kesadaran akan pentingnya pendidikan dasar dan menengah dalam pembentukan karakter
siswa (character building). Kegiatan pembelajaran dapat diperoleh melalui salah satu
lembaga pendidikan formal yang disebut sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan interaksi dua arah,
yaitu interaksi antara guru dan siswa (Rahayu & Susanto, 2018).

Pendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu tujuan pendidikan dasar wajib yang


diselenggarakan dalam format wajib belajar 9 tahun sesuai dengan PP N0. 28 tahun 2003. Dengan demikian sudah
menjadi kewajiban lembaga pendidikan untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal dalam
pembentukan manusia yang berkualitas dengan ditandai out put pendidikan yang berkualitas sehingga dapat
mewujudkan sekolah yang efektif. Manajemen pendidikan merupakan faktor terpenting dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilanya diukur oleh prestasi input dan out put sekolah  (Sulaiman
Bakri, Cut Zahri Harun, 2017).
Sayangnya out put yang baik didukung dengan adanya SDM pengajar dan pengelola yang berkualitas
pula. Di Indonesia sendiri, gagasan penerapan pendekatan MBS muncul sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah pusat untuk
menyelenggarakan urusan politik pendidikan. Para pengelola sekolah sama sekali tidak memiliki banyak
kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara mandiri. Semua kebijakan tentang penyelenggaran
pendidikan di sekolah dikelola di tingkat pusat, tidak heran muatan kurikulum
sering kurang mengena atau bahkan terlalu mengada – ada terlebih bagi peserta didik yang tinggal di daerah.

Perubahan inilah kemudian mengubah Sistem Pendidikan Nasional yang sentralistik menjadi sistem


desentralisasi untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia secara merata dengan mengeluarkan peraturan
perundangundangan yakni Undang-Undang No.25 tahun 2000 tentang Rencana Strategis Pembangunan Nasional
Tahun 2000-2004. Di dalam Undang-Undang tersebut tertuang Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat 1 yang di dalamnya pula termuat dengan jelas konsep Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yaitu, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tujuh pilah MBS?

2. Bagaimana implementasi tujuh Pilar MBS ?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui implementasi 7 pilar MBS di sekolah

2. Menambah wawasan pemakalah dan pembaca

BAB 2 PEMBAHASAN

Tumbuh kembang suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas anak bangsa dankualitas ini hanya dapat
ditempa di dalam lembaga pendidikan yang baik. Hal itu bisa saja berasal lembaga trkecil di rumah
maupun lembaga formal di sekolah. Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik peserta didik (Kurni & Susanto, 2018).  Di lembaga ini juga anak bangsa
akanmenemukan minatdanbakat yang ada pada dirinya. Tidak itu saja, seorang anak juga mendapat banyak
pengalaman dan pembelajaran hidup melalui interaksi positif yang terjadi di lingkungan sekolahnya.

Lingkungan pendidikan yang baik harus memiliki sistem yang baik pula. Sekolah tidak akan
berjalan mulus, bila memiliki banyak masalah dan kepentingan di dalamnya. Orangtua yang mendaftarkan
anaknya untuk masuk dalamsatu sekolah pasti memiliki tujuan dan harapannya masing – masing. Sekolah
yang baik harus memiliki strategi dan jalan yang tepat dalam mengakomodir segala bentuk keinginan
tersebut untuk tetap dalam tract yang tepat. Tract itu bukan hanya tepatbagi orangtua, namun juga bagi
pelaku peendidikan di lingkungan sekolah, dimulai dari pimpinan tertinggi seperti kepala sekolah atau
empunya lembaga pendidikan atau ketua yayasan dan kepala sekolah hingga cleaning service di sekolah
tersebut.

Tidak itu saja, peran pemerintah tidak dapat diacuhkan begitu saja. Sekolah harus mampu
berkembang tidak hanya kebawah atau ke atas, namun ke kanan dan ke kiri. Di sinilah sekolah perlu
mengembangkan dan menerapkan sistem Manajemen Berbasis Sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan mampu memegang kuasa penuh atas ana didiknya, namun tetap berkolaborasi dengan
pemerintah dan orangtua dalam perkembangannya.

TUJUH PILAR MANAJEMEN KOMPONEN-KOMPONEN SEKOLAH


Dalam penerapannya, MBS berjalan menerapkan 7 pilar, yaitu:

A. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Sekolah


Pengaturan kurikulum dan pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah, dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Proses pembelajaran
sekurang-kurangnya harus memenuhi karakteristik; menggunakan pendekatan pembelajaran pelajar aktif,
student active learning, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran konstruktif, dan
pembelajaran tuntas master learning (Suti, 2011) dalam (Kurni & Susanto, 2018). Beberapa permasalahan
pendidikan nasional yang dihadapi dalam Pendidikan formal adalah:
a. Fokus pembelajaran yang masih berbasis kognitif dan cenderung menekankan pada otak
kiri
b. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru dan kurang memperhatikan kebutuhan,
permasalahan dan kesiapan belajar anak
c. Suasana pembelajaran yang belum kondusif untuk mengoptimalkan potensi anak
d. Peserta didik mengalami kejenuhan, merasa bosan, tidak fokus, mengantuk dan cenderung
mengalami emosi ketertekanan, ketakutan karena disebabkan pembelajaran lebih
menekankan pada kemampuan anak secara teori dan hafalan.

1. Konsep Dasar
1) Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah adalah pengaturan kurikulum dan
pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah. Merujuk pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007
Tentang Standar Nasional Pendidikan, kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan Standar Penilaian. Mutu
pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
Standar Proses;
2) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan
dialogis;
3) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan
aktivitas intelektual yang berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan,
dan memprediksi; dan
4) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru.
Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan Pemerintah. Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta didik mampu:
1) meningkat rasa ingin tahunya;
2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan;
3) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi;
4) mengolah informasi menjadi pengetahuan;
5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar.
Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
yang diampunya dengan cara:
1) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
2) menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran;
3) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien;
4) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar
sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar
dengan cepat sampai yang lambat;
5) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan
penerapannya; dan
6) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah
beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami
belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah meliputi:
1) Implementasi kurikulum.
2) Penyusunan Kalender Pendidikan
3) Pembagian tugas mengajar dan penyusunan jadwal mengajar
4) Proses pembelajaran
    a) Perencanaan pembelajaran
    b) Pelaksanaan pembelajaran
    c) Penilaian pembelajaran
    d) Analisis hasil penilaian
    e) Tindak lanjut hasil panilaian (program remidial dan pengayaan)
    f) Pengawasan melalui supervisi pembelajaran
5) Penyusunan peraturan akademik
6) Penentuan beban belajar
    a) Sistem pembelajaran
    b) Beban belajar
7) Pemilihan Strategi PAKEM
    a) Konsep dasar 
    b) Model/strategi mengajar
    c) Apa dan mengapa pakem
    d) Arti Penting Pakem
    e) Prinsip PAKEM
    f) Keunggulan Pakem
    g) Ciri-ciri PAKEM
8) Pengawasan dan evaluasi serta pelaporan
B. Manajemen peserta didik berbasis sekolah

Manajemen peserta didik berbasis sekolah adalah pengaturan peserta didik yang meliputi kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan peserta didik di
sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.

Manusia merupakan makhluk sosial yang mencirikan adanya saling keterhubungan dan
ketergantungan antara manusia yang satu dengan lainnya. Manusia dilahirkan untuk membentuk
kelompok, saling mengisi dan membutuhkan untuk melengkapi kebutuhan dan kepenuhan dalam hidupnya
baik secara fisik, mental dan spiritual (Susanto, 2018). Oleh karena itulah, tidakheran saat mengecap
pendidikan, seorang pembelajar memiliki hubungan yang erat dengan guru atau dosen pengajar. Di titik
setiap pembelajar memiliki harapan dankemauan untuk melewati suatu proses belajar dari tidak tahu
menjadi tahu.

Manajemen peserta didik ialah pengaturan terhadap peserta didik. Mulai dari peserta didik masuk
ke suatu sekolah sampai dengan lulus atau keluar dari sekolah. Hal yang diatur adalah Segi-segi yang
berkenaan dengan peserta didik secara dan langsung di lain yang berkaitan dengan peserta didik secara
tidak langsung
Dasar hukum manajemen peserta didik
 Pembukaan undang-undang 1945 alinea 4
 Undang-undang 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2
 Undang-undang nomor 20 tahun 2003
 Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005

Tujuan manajemen peserta didik yaitu mengatur kegiatan kegiatan peserta didik agar menunjang
proses pembelajaran di sekolah sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar tertib dan teratur dan
pada akhirnya memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien

Tujuan secara khusus:


 Meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap peserta didik
 Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum bakat dan minat peserta didik
 Menyalurkan aspirasi harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
 Mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, terakhir cita-cita

Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana atau sarana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik berkenaan dengan segi, social, aspirasi, kebutuhan,
maupun potensi-potensi peserta didik.

Prinsip manajemen peserta didik

 Manajemen peserta didik bagian dari manajemen sekolah


 Manajemen peserta didik mengemban misi Pendidikan peserta didik
 Manajemen peserta didik mampu mengakomodasi peserta Didik yang beragam
 Manajemen peserta didik sebagai upaya pembimbingan peserta didik
 Manajemen peserta didik mendorong dan mengacu kemandirian peserta didik
 Kegiatan manajemen peserta didik mendukung fungsional kehidupan peserta didik di sekolah
maupun masa mendatang
 Mengakui karakteristik, antara lain intelektual, minat, Bakat, kebutuhan pribadi, pengalaman, dan
keadaan fisik

C. Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah


Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah adalah pengaturan pendidik dan
tenaga kependidikan yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program kegiatan yang terkait dengan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Di dalamnya terdapat guru,
kepala sekolah, karyawan, pesuruh dan keamanan. Dalam kegiatan pembelajaran harus diperhatikan
faktor-faktor yang dapat mendorong siswa agar dapat menunjukkan perilaku belajar yang positif. Hal
tersebut tentu menjadi tantangan bagi guru hingga ke jenjang tertinggi yaitu universitas, untuk
meningkatkan perilaku belajar siswa menjadi lebih baik. Dalam hal ini diperlukan peran kepemimpinan
guru pada pembelajaran di kelas (Rahayu & Susanto, 2018). Konsep desentralisasi pendidikan yang
digulirkan melalui Undang-Undang Nomor 22 dan 25 yahun 1999 menyebutan Yayasan pendidikan
sekolah swasta perlu menekankan perlunya akuntabilitas sebagai prinsip pengelolaan pendidikan.

1. Konsep Dasar

Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah adalah pengaturan pendidik dan
tenaga kependidikan yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program kegiatan yang terkait dengan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.

Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, sekolah menyusun program pendayagunaan pendidik


dan tenaga kependidikan. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan harus disusun
dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan dikembangkan sesuai dengan
kondisi sekolah, termasuk pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem
penghargaan, dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta
menerapkannya secara profesional, adil, dan terbuka.

Sekolah perlu mendukung upaya:

a. promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas kemanfaatan, kepatutan, dan
profesionalisme;
b. pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang diidentifikasi secara sistematis sesuai
dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah;
c. penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan baik jumlah maupun
kualifikasinya dengan menetapkan prioritas; dan
d. mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan pada analisis jabatan
dengan diikuti orientasi tugas oleh pimpinan tertinggi sekolah yang dilakukan setelah empat
tahun, tetapi bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,
sedangkan untuk tenaga kependidikan tambahan tidak ada mutasi.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah meliputi:
1) Perencanaan kebutuhan
2) Rekrutmen/pengadaan
3) Pembinaan dan pengembangan
4) Pemberian motivasi
5) Rotasi kerja
6) Pemberhentian
7) Pengawasan, evaluasi kinerja dan pelaporan

D. Manajemen Sarana Dan Prasarana Berbasis Sekolah


Manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan sarana dan prasarana yang
meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses
pengadaan dan pendayagunaan komponen secara lansung maupun tidak lansung menunjang proses
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (Sekolah & Kejuruan, 2018).

Dalam kaitannya dengan implementasi sarana dan prasarana, ketersesdiaan sarana dan prasrana
merupakan salah satu komponen penting harus dipenuhi dalam menunjang sistem pendidikan. Manajemen
sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayagunaan
komponen secara lansung maupun tidak lansung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.

Dalam meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana melalui beberapa proses meliputi:

a. Perencanaan Penggadaan,
b. Pengadaan,
c. Pendistributian,
d. Pemeliharaan dan Perawatan,
e. Inventarisasi dan Penghapusan.
Perencanaan pengadaan harus dirancang dengan benar sebelum penggadaan dilakukan. Bila rencana
dari awal sudah matang maka sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh setelah penggadaan.

1. Konsep Dasar
Manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan sarana dan prasarana yang
meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah. Dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Nasional Pendidikan
dinyatakan bahwa sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan
prasarana. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam
hal:
 merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan;
 mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung
proses pendidikan;
 melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah;
 menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan
kurikulum masing-masing tingkat; dan
 pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan
lingkungan.
Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik,
tenaga kependidikan dan peserta didik. Pengelolaan sarana prasarana sekolah:
 direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan
mengacu Standar Sarana dan Prasarana; dan
 dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung dan laboratorium serta
pengembangannya.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah meliputi:
 Analisis kebutuhan dan perencanaan
 Pengadaan
 Inventarisasi
 Pendistribusian dan pemanfaatan
 Pemeliharaan
 Penghapusan
 Pengawasan, evaluasi dan pelaporan

E. Manajemen pembiayaan berbasis sekolah


Manajemen pembiayaan berbasis sekolah adalah pengaturan pembiayaan yang meliputi kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan pembiayaan di
sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
Keterlibatan orangtua siswa dalam manajemen sekolah sangat diperlukan guna menuju pendidikan
berbasis masyarakat, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada kebutuhan masyarakat. Salah satu peran
serta orangtua siswa dalam pendidikan adalah mengenai pembiayaan satuan pendidikan. Penyusunan
anggaran pembiayaan pendidikan selalu berpatokan pada sistem penganggaran, sedangkan penganggaran
merupakan proses penyusunan anggaran (budgeting). Budget merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam penganggaran tergambar kegiatan
dilaksanakan oleh suatu lembaga.

1. Konsep Dasar
Manajemen pembiayaan berbasis sekolah adalah pengaturan pembiayaan yang meliputi kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan pembiayaan di
sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa sekolah harus menyusun pedoman pengelolaan biaya
investasi dan operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan. Pedoman pengelolaan biaya investasi
dan operasional Sekolah mengatur:
 sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola;
 penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana investasi dan
operasional;
 kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai
dengan peruntukannya; dan
 pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan
kepada komite sekolah, serta institusi di atasnya.
Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah diputuskan oleh komite sekolah dan
ditetapkan oleh kepala sekolah serta mendapatkan persetujuan dari institusi di atasnya. Pedoman
pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah untuk
menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen pembiayaan berbasis sekolah meliputi:
1) Penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS)/Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan
Rencana Kerja Tahunan (RKT)
2) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
3) Penggalian sumber-sumber
4) Pembukuan
5) Penggunaan sesuai peraturan perundangan
6) Pengawasan, evaluasi dan pelaporan

F. Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat Berbasis Sekolah


Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat berbasis sekolah adalah pengaturan hubungan
sekolah dan masyarakat yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat, dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Semua manajemen sekolah melalui program-
programnya, tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak mendapat dukungan masyarakat sekitar,
karena tanggung jawab pendidikan itu ada pada tiga unsur utama, yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat
(Sulaiman Bakri, Cut Zahri Harun, 2017).

Komuikasi yang baik antara sekolah dan masyarakat akan menghasilkan pendidikan yang bermutu
seperti tujuan pendidikan dalam.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Bab II pasal 3 di sebutkan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1. Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat


Secara etimologis, hubungan sekolah dan masyarakat diterjemahkan dari perkataan bahasa inggris
“Public School Relation” yang berarti hubungan sekolah dan masyarakat adalah sebagai hubungan
timbale balik antara organisasi (sekolah) dengan masyarakat/lingkungan yang terkait.
Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai proses komunikasi antara sekolah
masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan karya
pendidikan serta pendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.
Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat berbasis sekolah adalah pengaturan hubungan
sekolah dan masyarakat yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat, dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Semua manajemen sekolah melalui program-
programnya, tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak mendapat dukungan masyarakat sekitar,
karena tanggung jawab pendidikan itu ada pada tiga unsur utama, yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat
(Sulaiman Bakri, Cut Zahri Harun, 2017).
2. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Husemas)
Tujuan husemas dimaksudkan untuk menciptakan hubungan seklah secara harmonis, meningkatkan
kemajuan pendidikan disekolah dan memberi manfaat masyarakat akan kemajuan sekolah.
3. Prinsip-prinsip Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam rangka mengembangkan program hubungan
sekolah dan masyarakat yaitu :
 Keterpaduan (intergrating), yaitu keterkaitan antara kepala sekolah, masyarakat dan keluarga yang
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan yang lain.
 Berkesinambungan (contiinuiting), yaitu suatu proses yang berkembang terus-menerus. Sekolah
seharusnya memberi informasi terus-menerus, dan sebaliknya, masyarakat ikut membantu sekolah
melalui pembentukan public-opinion agar image masyarakat tetap baik terhadap sekolah.
 Menyeluruh (coverage), yaitu bahwa penyajian fakta-fakta kepada masyarakat itu menyeluruh
seluruh aspek. Jadi, semua aspek hidup sekolah diperhatikan mulai dari kehidupan keagamaan
sampai pada kehidupan ekonomi. Untuk itu, setiap kegiatan sekolah dapat dijelaskan melalui media
massa, surat kabar sekolah, laporan berkala dan sebagainya.\
 Sederhana (symplicity), yaitu bahwa informasi yang diberikan secara sederhana. Informasi itu
dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan dengan rasa persahabatan. Jadi, yang penting ialah
jelas, menimbulkan rasa suka, mudah dimengerti.
 Konstruktif (constructiveness), yaitu bahwa informasi itu dapat membentuk pendapat umum yang
positif terhadap sekolah.
 Kesesuaian (adaptability), yaitu hendaknya program sekolah itu memperhatikan dan menyesuaikan
dengan masyarakat sekitarnya.
 Luwes (flexibility), yaitu program yang sewaktu-waktu mampu menerima perubahan yang terjadi.
(Sahertian, 1994: 237-238). Komuikasi yang baik antara sekolah dan masyarakat akan
menghasilkan pendidikan yang bermutu seperti tujuan pendidikan dalam.Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II pasal 3 di sebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

G. Manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah


Organisasi yang berorientasi pada mutu tidak dapat melepaskan diri dari perbaikan mutu secara
berkelanjutan (Susanto, 2018), disinilah letak fungsi Manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah,
yaitu pengaturan budaya dan lingkungan yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan budaya dan lingkungan sekolah, dengan berpedoman
pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah sehingga sekolah dapat terus berkembang
sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Budaya Sekolah

Budaya sekolah Suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama,
serta dilaksanakan dengan kesadaran penuh sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang
menciptakan pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personel sekolah baik itu kepala sekolah,
guru, staf, peserta didik, dan jika perlu membentuk opini masyarakat.
'Beberapa sekolah mengembangkan budaya 'beracun' yang secara aktif menghambat upaya untuk
meningkatkan pengajaran atau prestasi siswa. Deal and Patterson Jangan membiasakan yang tidak benar,
biasakanlah yang benar.

Nilai-nilai Karakter Budaya Sekolah


1. Beriman dan bertaqwa
2. Cinta tanah air
3. Berwawasan luas & terampil
4. Hidup sehat, bersih, dan rapi
5. Tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin dan peduli
Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Belajar merupakan interaksi antara manusia dengan alam atau peristiwa alam yang terjadi. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa lingkungan merupakan sumber utama proses belajar. Interaksi antara
manusia dan alam di sekitarnya menghasilkan ilmu pengetahuan. Organisasi yang berorientasi pada mutu
tidak dapat melepaskan diri dari perbaikan mutu secara berkelanjutan (Susanto, 2018), disinilah letak
fungsi Manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah, yaitu pengaturan budaya dan lingkungan yang
meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
budaya dan lingkungan sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah sehingga sekolah dapat terus berkembang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Melalui pembuatan makalah ini penulis menyimpulkan implementasi 7 pilar MBS memberikan
banyak hal positif dimana sekolah mampu mengembangkan lembaganya masing masing sehingga dapat
memiliki derap yang sama di manapun lembaga pendidikan ini berada.

B. Saran
Harapan setiap penulis pasti sama, setiap karyanya dapat dihargai dan digunakan dengan baik.
Namun demikian penulis juga mengakui banyak kekurangan serta keterbatasan penulis dalam memahami
isi setiap jurnal, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah di kemudian hari serta sebagai masukan ilmu bagi penulis untuk makalah-makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://mbscenter.or.id/site/page/id/12/page_action/viewdetail

https://adapalagi.blogspot.com/2019/07/implementasi-7-pilar-mbs.html

https://docplayer.info/80135762-Implementasi-manajemen-pendidik-dan-tenaga-kependidikan-berbasis-sekolah-
dalam-peningkatan-mutu-sekolah-dasar-di-kota-bekasi.html

Anda mungkin juga menyukai