19031073-Fadillah Mutia-P4-GeneII-Isolasi DNA Eukariot 1
19031073-Fadillah Mutia-P4-GeneII-Isolasi DNA Eukariot 1
19031073-Fadillah Mutia-P4-GeneII-Isolasi DNA Eukariot 1
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
C. Dasar Teori
Gen merupakan unit terkecil pembawa setiap informasi genetik yang besarnya
sangat bervariasi, tergantung dari jenis informasi yang dibawa untuk mengkode suatu.
Isolasi DNA merupakan pekerjaan rutin di dalam laboratorium yang harus diimbangi
dengan kemampuan teoritis genetika molekuler untuk mendukung strategi transfer
dan manipulasi gen dalam menghasilkan jasa (Buwono dan Ibnu, 2018).
Sebagian besar DNA terdapat dalam kromosom, hanya sedikit DNA terdapat
dalam organel seperti mitokondria tumbuhan dan hewan, dalam kloroplas ganggang
dan tumbuhan tinggi. Asam nukleat tersusun atas nukleotida yang terdiri dari gula,
fosfat dan basa nitrogen. Gula merupakan sebuah pentose yaitu deoksiribosa dan
fosfat berupa PO4 sedang basa nitrogen dibedakan atas pirimidin (Sitosin dan Timin)
dan purin (Adenin dan Guanin). Banyaknya nukleotida yang menyusun molekul
DNA maka DNA merupakan suatu polinukleotida (Agus, 2018).
Tahapan untuk mengisolasi DNA dimulai dari isolasi jaringan, pemecahan
dinding dan membran sel, pengekstraksian dalam larutan bufer, presipitasi, dan
pencucian DNA. Selanjutnya DNA harus dipisahkan dari isi sel yang lainnya agar
bercampur dengan buffer ekstraksi. Hal ini umum dilakukan dengan menggunakan
deterjen, misalnya sodium dodecyl sulphate (SDS). Proses presipitasi DNA dilakukan
untuk menghilangkan sisa-sisa lemak, protein, dan polisakarida yang tersisa maka
digunakan Na Acetate. Dalam proses presipitasi DNA biasanya disertakan dengan
penambahan etanol, hal ini disebabkan karena asam nukleat akan mengendap karena
sukar larut dalam etanol sedangkan pengotor seperti sisa CTAB (Cationic Hexadecyl
Trimethyl Ammonium Bromide) akan terikat dan larut dalam etanol. Disamping itu,
etanol 70 % berperan dalam melarutkan garam-garam yang terlibat dalam proses
ekstraksi. Proses tersebut juga memerlukan isopropanol yang bertujuan untuk
mengendapkan atau mengumpulkan DNA serta menghilangkan residu garam. Tahap
akhir DNA harus dimurnikan dari senyawa-senyawa non DNA lainnya, seperti RNA,
protein, polisakarida, metabolit sekunder dan sebagainya. Senyawa-senyawa tersebut
di atas harus dihilangkan semaksimal mungkin dari DNA, sebab dapat menghambat
aktivitas enzimatik pada DNA tersebut. RNA dapat dihilangkan dengan
menambahkan RNAse pada ekstrak. Protein dihilangkan dengan cara denaturasi dan
presipitasi menggunakan kloroform atau fenol (Buwono dan Ibnu, 2018).
Isolasi atau pengambilan DNA dari makhluk hidup terbagi atas beberapa
tahapan yaitu penumbuhan dan perbanyakan sel, penghancuran dinding sel,
penghilangan RNA dan protein serta pemurnian DNA. Sel akan ditumbuhkan dan
diperbanyak dalam medium dalam tenggang waktu 24 jam lalu dipanen pada saat sel
membelah secara aktif pada umur sel yang muda agar DNA mudah diambil. Medium
untuk perbanyakan sel harus mengandung nutrien penting yang dibutuhkan oleh sel.
Medium untuk penumbuhan sel bakteri biasanya menggunakan medium Luria
Bertani (Kusumaningrum dkk., 2015).
Isolasi DNA adalah prosedur rutin untuk mengumpulkan DNA untuk analisis
molekuler atau forensik berikutnya. Isolasi DNA merupakan salah satu teknik yang
paling dasar dan penting dalam studi DNA. Isolasi/ekstraksi DNA diperoleh dengan
cara merusak atau memecahkan dinding sel sehingga DNA keluar dari dalam
sel.Derajat kemurnian dan kualitas dalam isolasi DNA sangat mempengaruhi hasil
yangakan diperoleh. Secara umum, prosedur ekstraksi yang baik untuk isolasi DNA
mencakup tiga hal penting, yaitu harus bisa dihasilkan DNA dengan kemurnian yang
tinggi, DNA harus utuh, dan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi dan kemurniaan
DNA ditentukan dengan spektrofotometer pada λ 260 nm dan 280 nm. Molekul DNA
dikatakan murni jika rasio absorbansinya berkisar antara 1.8 – 2.0 (Nurasyiah et al.,
2018).
Setelah terbukti bahwa DNA merupakan materi genetik pada sebagian besar
organisme, kita akan melihat fungsi DNA sebagai materi genetik. DNA menjalankan
tiga fungsi pokok berikut ini.
1. Materi genetik harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat
meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke
generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan melalui replikasi.
14. Simpan DNA di freezer atau dapat langsung digunakan untuk tahapan
analisis molekuler berikutnya
F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang isolasi genomik DNA eukariota I yaitu
pada epitel mukosa oral manusia. Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk
memahami prinsip kerja isolasi DNA dan untuk mengetahui prosedur kerja isolasi
DNA dari sampel swab epitel mukosa oral manusia (eukariota). Praktikan diminta
mengamati sebuah video youtube dimana link telah diberikan pada e-learning2 dan
juga melakukan praktikum dengan menggunakan virtual lab karena situasi pandemi
covid-19 yang mengharuskan praktikan untuk berdiam diri dirumah kemudian
mengunggah video sedang mengamati di akun IG masing-masing praktikan dengan
S&K berlaku.
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler.
DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon. Isolasi DNA genom
sangat dibutuhkan dalam pengklonan gen. Apabila DNA bukan karena enzimatik
terpotong maka DNA tersebut akan sulit disambungkan kembali.
Prinsip kerjaa dari isolasi DNA adalah dengan merusak dan menghancuran
membran sel serta memisahkan sel dari komponen penyusun lainnya kemudian
memotong protein histon yang akan menyebabkan DNA terpisah.
Organisme eukariot menyimpan DNA dalam inti sel. Secara garis besar,
isolasi DNA perlu melalui beberapa tahap yaitu melisis dinding sel dan membran sel
untuk mengeluarkan isi sel, melisis protein. membran, protein sitoplasmik serta
nukleolar dan terakhir adalah proses presipitasi DNA untuk memisahkan DNA dari
senyawa lain.
Mukosa rongga mulut adalah jaringan yang melapisi rongga mulut, terdiri
dari dua bagian yaitu epitel dan lamina propila. Pengambilan sampel dari mukosa
mulut bisa menggunakan teknik buccal swab. Targetnya adalah sel epitel pipih
berlapis (squamous epithelial cells) yang bisa diperoleh dari mukosa di bukal, namun
biasanya ada sejumlah saliva yang juga terambil. Hal ini dikarenakan mukosa mulut
yang selalui mengalami perombakan (turn over) dengan turn over rate 14 hari
sehingga secara alamiah memang mengalami pengelupasan pada rentang 2-4 jam.
Pada kegiatan praktikum ini yang diamati adalah sampel swab dari epitel
mukosa oral manusia. Cara yang dilakukan pertama adalah dengan mengumpulkan
sampel sel epitel di dalam mulut kemudian memasukkan ke dalam tabung sampel
yang diberi larutan lisis. Larutan lisis tersebut mengandung 2 bahan penting yaitu
deterjen yang akan merusak membran sel dan selaput inti serta enzim (proteinase k)
yang berfungsi untuk memotong protein histon sehingga DNA akan terlepas.
Selanjutnya membuang swab dan memasukkan ke dalam microtube yang diberi
larutan garam sehingga akan menyebebkan protein dan komponen sel lain akan
mengendap. Kemudian meletakkan microtube kedalam centrifuge dalam keadaan
seimbang. Supernatan akan berada di atas dan pellet mengendap di bawah microtube.
Setelah dipisahkan bagian DNA dengan pellet kemudian diberi Isopropyl alcohol
yang berfungsi untuk mempresititasi DNA dan mengendapkan DNA kemudian
dimasukkan kembali kedalam centifuge sehingga DNA akan berada di bawah
microtube.
Hasil isolasi DNA dikatakan murni jika nilai rasio A 260/280 antara 1,8
hingga 2,0. Jika nilai A 260/280 melebihi 2.0 maka larutan yang diuji masih
mengandung kontaminan dari protein membran atau senyawa lainnya dan kadar DNA
yang didapat belum murni. Sedangkan, jika rasio A 260/280 kurang dari 1,8 maka
larutan yang diuji masih mengandung kontaminan fenol dan pelarut yang digunakan
terlalu banyak sedangkan DNA yang diambil terlalu sedikit. Berdasarkan tabel
pengamatan mengenai sampel DNA, DNA yang tergolong murni yaitu sampel
B,C,D,F, dan G. Sedangkan DNA yang tergolong tidak murni yaitu pada sampel
A,E,H,I,J.
H. Kesimpulan
Aisyah, R., Nur Mahmudah dan Erika D.R. 2019. Biologi Molekuler. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Brown, T. A. 2010. Gene Cloning And DNA Analysis. Oxford : Blackwell Publishing.
Buwono, Inu Dwi.,Et Al. 2018. Buku Ajar Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan
Untuk Perakitan Konstruksi Vektor Ekspresi Ikan Lele Transgenik.
Yogyakarta. Penerbit Deepublish.
Carpi, F.M., et al. (2011). Human DNA extraction methods: Patents and applications.
Recent Patents on DNA and Gene Sequences, 5(1): 1–7.
Kusamaningrum, H.P., Fernih, R.S., dan Budiharjo, A. 2015. Penuntun Praktikum
Rekayasa Genetika S1 Biologi Berbasis Kompetisi. Semarang: Departemen
FMIPA UNDIP.
Nugroho, Endik Deni dan Dwi A.R. 2018. Pengantar Bioteknologi (Teori Dan
Aplikasi). Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
Nurasyiah, S., dkk. (2018). Perbandingan Efektivitas Metode Isolasi DNA (Boilling
Water dan Ctab) Pada Bakteri Klebsiella pneumoniae. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1) Dies
Natalis Ke-16, 1(1): 627–634.
Nusantari, E .2015. Genetika. Yogyakarta: Deepublish.
Stefunova, V., Lancikova, V., Bezo, M., Ziarovska, J., Razna, K., & Teren, M. 2013.
The effect of DNA isolation and its applicability in the the PCR analysis of
Lettuce ( Lactuca sativa L .). Evolution. 66(4): 99–102.