Jurnal 1
Jurnal 1
Jurnal 1
ABSTRAK
Pasien yang akan mengalami operasi umumnya disertai gangguan kecemasan. Akibat dari
gangguan kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi ada kemungkinan operasi tidak
dapat dilaksanakan karena akan muncul gejala peningkatan tekanan darah. Jika hal ini tetap
dilaksanakan dapat mengakibatkan kesulitan menghentikan perdarahan. Breathing exercise
adalah salah satu terapi non-farmakologi dalam mengatasi kecemasan yang dapat merangsang
saraf vagus guna mengurangi hormon kortisol yang merupakan hormon penyebab kecemasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh breathing exercise terhadap tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Penelitian ini menggunakan desain pra eksperiment, dengan pendekatan one group pre test-
post test design, teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling, dengan sampel
27 responden dan diuji dengan teknik statistik wilcoxon. Tahap pengumpulan data dimulai dari
tahap pertama yaitu penyebaran kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) pada pasien
preoperasi untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan, tahap kedua yaitu pemberian intervensi
breathing exercise pada pasien yang mengalami kecemasan dan tahap terakhir dilakukan
evaluasi kembali dengan penyebaran kuesioner tingkat kecemasan. Hasil analisis dengan
mengunakan uji statistik wilcoxon didapatkan p-value ,000 < dari 0,05 yang artinya Ha diterima
yaitu ada pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat kecemasan.
ABSTRACT
Patients who will undergo surgical procedures are generally accompanied by anxiety disorders. As a
result of the anxiety disorders experienced by preoperative patients, it is possible that the operation
cannot be carried out because symptoms of increased blood pressure will appear. if these measures
are continued it can result in difficulty stopping the bleeding. Breathing exercise is a non-
pharmacological therapy for treating anxiety that can stimulate the vagus nerve to reduce the
hormone cortisol, which is the hormone that causes anxiety. This study aims to determine the effect of
breathing exercise on the anxiety level of preoperative patients in Dahlia room, Doris Sylvanus
General Hospital, Palangka Raya. This study used a pre-experimental design, with a one group pre-
test-post-test design approach, the sampling technique used was consecutive sampling, with a sample
of 27 respondents and tested with Wilcoxon statistical techniques. The data collection stage starts
from the first stage, namely distributing the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire to
preoperative patients to identify anxiety levels, the second stage providing breathing exercises to
patients experiencing anxiety and the last stage is re-evaluation by distributing anxiety level
questionnaires. The results of the analysis using the Wilcoxon statistical test obtained p-value, 000
<from 0.05, which means that Ha is accepted, that is, there is an effect of breathing exercise on
reducing anxiety levels.
481
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
PENDAHULUAN
Pre operatif merupakan tahap awal untuk mempersiapkan pasien semaksimal mungkin agar
bisa dilaksanakan operasi dengan baik, pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi
pasca operatif. Tindakan pembedahan sarat dengan ketegangan. Pasien yang akan mengalami
pembedahan umumnya disertai kecemasan (Julianto, Romadani, & Astuti, 2014). Dalam
keadaan cemas, tubuh akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang akan
berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi tidak stabil. Akibat dari
kecemasan pasien pre operasi yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak bisa
dilaksanakan, karena pada pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul
kelainan seperti tekanan darah yang meningkat sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan
mengakibatkan kesulitan dalam menghentikan perdarahan, dan bahkan setelah operasi pun
akan mengganggu proses penyembuhan. Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap dapat
mempengaruhi kondisi fisiknya (Gea, 2014). Fenomena yang terjadi pada pasien pre operasi
di Ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, pasien mengalami kecemasan
selama masa pre operasi.
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat terdapat 20 juta orang di Amerika yang
terkena penyakit yang harus mendapatkan tindakan operasi (Black & Hawk, 2015).
Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012,
tindakan bedah menempati urutan ke-11 dengan presentase 12.8% yang diperkirakan 32%
diantaranya merupakan tindakan bedah laparotomi (DEPKES RI, 2015). Berdasarkan data
yang diperoleh dari ruang Dahlia BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, pasien yang
menjalani operasi pada tahun 2015 berjumlah 1,120 orang, pada tahun 2016 berjumlah 1,359
orang dan pada tahun 2017 berjumlah 1,603 orang (Adminitrasi & RSUD dr. Doris Sylvanus,
2019). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 27 Januari
2020, 6 dari 8 pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan dan sedang di ruang Dahlia
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya yang ditandai dengan pasien sering menanyakan hal
yang sama, peningkatan tekanan darah, repirasi, dan denyut nadi.
Akibat dari kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi sangat hebat maka ada
kemungkinan operasi tidak dapat dilaksanakan karena akan muncul gejala peningkatan
tekanan darah yang apabila tetap dilaksanakan operasi dapat mengakibatkan kesulitan
menghentikan perdarahan (Gea, 2014). Yang dimaksud kecemasan disini yaitu suatu perasaan
tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau perasaan takut yang disertai
suatu respon. Sering kali sumber perasaan takut tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu. Gejala ansietas yang dialami oleh seseorang sering kali ditandai dengan
gangguan konsentrasi dan daya ingat, tampak cemas, gelisah dan mengalami gangguan pola
tidur (Nurhalimah, 2016). Sejauh ini penatalaksanaan gangguan kecemasan pada pasien dapat
diatasi dengan menggunakan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Dampak penggunaan
pengobatan farmakologi secara terus menerus dapat menyebabkan komplikasi pada organ
tubuh seseorang (Darwis, Rikmasari, & Santi, 2018). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan terapi Breathing Exercise sebagai terapi non-farmakologi. Breathing exercise
merupakan teknik penyembuhan yang alami dan merupakan bagian dari strategi holistic self-
care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan
kecemasan (Djamaludin, Safriany, & Sari, 2021). Selain itu terapi ini dapat menurunkan
frekuensi jantung, mengurangi konsumsi oksigen, kebutuhan oksigen, membantu pasien
merasa rileks, konsentrasi meningkat dan memperbaiki kemampuan dalam menghadapi
stressor (Suwardianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “pengaruh terapi breathing exercise terhadap penurunan tingkat kecemasan
482
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
pada pasien pre operasi di ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Pentingnya penelitian ini dilakukan yaitu mengurangi dampak/efek pengobatan farmakologi
yang bersifat toksik bagi sistem organ jika diberikan pada pasien yang mengalami masalah
kecemasan.
METODE
Penelitian dan pembahasan ini merupakan penelitian pre-eksperimental. Jenis peneletian pre
eksperimen yang digunakan adalah "one group pre test-post test design". Sampel penelitian
ini ditentukan berdasarkan populasi dalam penelitian, yaitu pasien pre operasi yang
mengalami kecemasan di Ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya yang
berjumlah 27 sampel. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Juni sampai dengan 02
Juli 2019. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS) sebagai instrumen pengumpulan data. Hasil ujian realibitas dan validitas instrument
ini yaitu Pearson correlation ranged from 0.529 to 0.727, Cronbach’s alpha reliability was
obtained at 0.756 (Ramdan, 2018). Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah
analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah diuraikan tentang
karakteristik demografi responden yang menjadi subyek penelitan meliputi usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan informasi. Analisis bivariat membuktikan adanya pengaruh
breathing exercise terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di ruang Dahlia RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang menggunakan hasil uji statistik Wilcoxon. Prinsip
etika penelitian tetap dilakukan untuk melindungi subjek penelitian.
HASIL
Berdasarkan data demografi frekuensi usia didapatkan usia dewasa berjumlah 16 responden
(59%), lansia 8 responden (30%), dan remaja 3 responden (11%), berdasarkan jenis kelamin
perempuan berjumlah 16 responden (59%) dan laki-laki sebanyak 11 responden (41%),
berdasarkan pendidikan terakhir yang didapatkan paling banyak yaitu SMP berjumlah 9
responden (33%), dan paling sedikit yaitu Diploma/Sarjana berjumlah 5 responden (19%),
dan berdasarkan pernah tidak pernah mendapatkan informasi tentang tindakan operasi
didapatkan 15 responden (56%) pernah mendapatkan informasi, sedangkan yang tidak pernah
mendapatkan informasi berjumlah 12 responden (44%).
Analisis dilakukan dengan melihat pengaruh breathing exercise terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operasi di ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Tabel 1.
Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum diberikan Breathing Exercise (n=27)
Tingkat Kecemasan Pre Test
f %
Tidak Cemas 0 0
Cemas Ringan 3 11
Cemas Sedang 24 89
Cemas Berat 0 0
Tabel 1 sebelum dilakukan breathing exercise didapatkan hasil dari 27 responden, terdapat 24
orang (89%) mengalami cemas sedang dan 3 orang (11%) cemas ringan.
483
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tabel 2.
Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Setelah diberikan Breathing Exercise (n=27)
Tingkat Kecemasan Post Test
f %
Tidak Cemas 0 0
Cemas Ringan 5 19
Cemas Sedang 22 81
Cemas Berat 0 0
Tabel 2, sebelum dilakukan breathing exercise didapatkan hasil dari 27 responden, terdapat
22 orang (81%) mengalami cemas sedang dan 5 orang (19%) cemas ringan.
Tabel 3.
Hasil Uji Statistik Wilcoxon Pengaruh Breathing Exercice Terhadap Tingkat Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi (n=27)
Sesudah diberikan intervensi – sebelum diberikan intervensi
Z -4,565b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Berdasarkan hasil analisis uji statistik Wilcoxon pengaruh breathing exercice terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya menunjukan bahwa nilai p (P value) 0,000 artinya nilai yang
diperoleh lebih kecil dari pada α (<0,05), maka hipotesis berarti Ha diterima, yang artinya ada
pengaruh breathing exercice terdapat penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di
Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji analisis statistik Wilcoxon tentang pengaruh breathing exercice terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang dahlia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya menunjukan bahwa nilai p (P value) 0,000 artinya nilai yang
diperoleh lebih kecil dari pada α (<0,05), maka hipotesis berarti Ha diterima, yang artinya ada
pengaruh breathing exercice terdapat penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Gea (2014) yang berjudul pengaruh relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Kota Bekasi,
dimana didapatkan penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan tindakan breathing
exercise. Selain dari penelitian yang dilakukan oleh Gea (2014), hal tersebut juga didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulatri, dkk (2017) juga menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan penurunan kecemasan pasien pre operasi setelah diberikan tindakan
breathing Exercise pada pasien dengan bedah abdomen (Sulastri, Anita, & Agung Octa,
2017). Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Alimuddin (2018) didapatkan terjadi
penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan breathing exercise pada pasien dengan
diabetes mellitus tipe 2 dengan hasil uji statistik p=0,010 (Alimuddin , 2018). Hasil penelitian
yang sama dilakukan oleh Andayani Boang Manalu, dkk (2020) didapatkan bahwa teknik
relaksasi autogenik yang didalamnya terdapat breathing exercise dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada ibu dengan primigravida yang akan menjalani proses persalinan dengan hasil
uji statistik P-value (0,001) < a 0,05 (Manalu, Siagian , Yanti, Yessy Ariesta, Barus, & Purba ,
2020).
484
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Sejalan konsep yang dikemukakan oleh Smeltzer dkk, (2009) Tindakan Breathing Exercise
akan menstimulasi saraf vagus yang mengurangi hormon kortisol berlebih pada seseorang.
Dimana hormone ini merupakan faktor penyebab kecemasan. Dampak lain yaitu pasien
mampu memusatkan pikiran pada pernafasan dan membantu pasien menjadi lebih rileks
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2009). Pada dasarnya breathing exercise juga
merupakan bagian relaksasi ,salah satu teknik manajemen stres yang baik, yang tidak hanya
memberikan perasaan damai atau ketenangan di dalam diri individu.. Ketika terapi ini
diintervensikan maka akan memberikan efek positif dan mampu meningkatkan kesehatan
yang nantinya merangsang kerja korteks dalam aspek kognitif maupun emosi. Sehingga
menghasilkan persepsi positif. Hasil dari persepsi dan emosi yang positif akan memberikan
respons koping menjadi positif. Keadaan rileks mampu menurunkan kecemasan maupun
stress juga bisa menurun (Manalu, Siagian , Yanti, Yessy Ariesta, Barus, & Purba , 2020).
Berdasarkan fakta dan teori didapatkan kesamaan bahwa breathing exercise memiliki
pengaruh yang berarti terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien. Mekanisme
breathing exercise disini yaitu merangsang atau menstimuli saraf vagus yang berdampak
terhadap penurunan hormone kortisol yang berlebih pada tubuh seseorang. Dampak lain
dimana breathing exercise juga memberikan kemampuan untuk seseorang bernapas dengan
baik dan tubuh menjadi lebih rileks dan segar.
SIMPULAN
Tindakan breathing exercise dapat menurunkan masalah kecemasan pada pasien dengan
preoperasi dan memberikan efek rileksasi pada pasien tersebut. Diharapkan peran petugas
kesehatan untuk dapat memberikan tindakan breathing exercise pada pasien yang mengalami
gejala kecemasan pada skala ringan sampai sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Black, M., & Hawk, H. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Buku Kedokteran.
Darwis, D., Rikmasari, Y., & Santi, W. N. (2018). Rasionalitas Penggunaan Obat Dan
Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Mekarsari Dan Puskesmas Lebubg
Bandung Kabupaten Ogan Ilir Pada Bulan Mei - Juli 2016. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
, 7-18. http://ejournal.stifibp.ac.id/index.php/jibf/issue/archive
DEPKES RI. (2015). Data Tabulasi Nasional Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia.
Djamaludin, D., Safriany, R., & Sari, R. Y. (2021). Pengaruh Breathing Exercise Terhadap
Level Fatigue Pasien. MALAHAYATI NURSING JOURNAL , 72-81.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/view/1636
Gea, N. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penuruan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Penelitian STIKes Medistra Indonesia
Bekasi, 7. http://ojs.stikesmedistra-indonesia.ac.id/index.php/medistra-
jurnal123/issue/view/4
Julianto, R., Romadani, S., & Astuti. (2014). Pengaruh Citrus Aromaterapi Terhadap Ansietas
Pasien Pre Operasi Bedah Mayor di Rumah Sakit Muhammadyah Palembang. Jurnal
Keperawan Sriwijaya, 11. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/index
485
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Manalu, A. B., Siagian , N. A., Yanti, M. D., Yessy Ariesta, P. A., Barus, D. T., & Purba , T.
J. (2020). Pengaruh Pemberian Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Primigravida Di Bpm Kurnia Kecamatan Deli Tua . Jurnal Doppler, 1-8.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa . Jakarta Selatan :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ramdan, I. M. (2018). Reliability and Validity Test of the Indonesian Version of the
Hamilton Anxiety Rating . Jurnal Ners , 33-40.
Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., & Cheever, K. (2009). Brunner and Suddarth's Textbook of
Medical-surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Sulastri, Anita, & Agung Octa. (2017). Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan
Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen. Jurnal Kesehatan, 6. https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/500
Suwardianto, H. (2011). Pengaruh Terapi Nafas Dalam Terdahap Perubahan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal
Penelitian Stikes RS Bakti Kediri, 13.
http://stikesbaptis.ejournal.web.id/index.php/stikesbaptis/
486