LP Mci DAN ASKEP Any Sefty
LP Mci DAN ASKEP Any Sefty
LP Mci DAN ASKEP Any Sefty
DI SUSUN OLEH
NIM: 2020207209002
2020/2021
I. LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
suplai darah adekuat karena terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga
aliran darah keotot jantung tidak cukup akan menyebabkan otot jantung
Infark miokard akut dikenal sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau
miokard akut biasanya mengikuti oklusi mendadak dari arteri koroner dan
henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot jantung.Jadi otot
munculnya area nekrotik merupakan suata yang patal. (Black & Hawks,
2014).
Infark miokard adalah suatu keadaan ketika secara tiba tiba pembatasan
- Mayor :
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
- Minor:
Inaktifitas fisik
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif).
Stress psikologis berlebihan.Secara umum penyebab gagal
jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani, 2016)
C. KLASIFIKASI
Infark miokard diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya sebagai
berikut:
1. Infark miokard tipe 1 atau infark miokard spontan
Terjadi akibat ruptur plak atau erosi yang menyebabkan timbulnya
trombus sehingga mengurangi aliran darah ke miokardium
2. Infark miokard tipe 2 atau infark miokard sekunder akibat imbalans
iskemik
Nekrosis miokardium terjadi setelah imbalans iskemik yang bukan
disebabkan oleh penyakit jantung koroner, misalnya pada saat operasi
mayor non-kardiak, terjadi pelepasan senyawa katekolamin dalam jumlah
besar dan menyebabkan vasospasme.
3. Infark miokard tipe 3
Infark miokard tipe 3 yaitu infark yang menyebabkan kematian sebelum
dilakukan pemeriksaan enzim jantung.
4. Infark Miokard tipe 4 atau infark yang berhubungan dengan
revaskularisasi percutaneus coronary intervention (PCI)
Infark miokard tipe 4a, berhubungan dengan tindakan PCI dan bisa
didapati peningkatan troponin jantung 20% dari nilai dasar atau 5 kali dari
nilai persentil ke-99 nilai troponin normal. Infark miokard tipe 4b,
berhubungan dengan terjadinya trombosis pada stent .
5. Infark Miokard tipe 5 berhubungan dengan tindakan coronary artery
bypass grafting (CABG) dan terdapat peningkatan troponin jantung
lebih dari 10 kali nilai persentil ke-99 nilai troponin normal.
G. KOMPLIKASI
a. Mati mendadak
b. Aritmia
c. Nyeri menetap
d. Angina
e. Gagal jantung
f. Ketidakmampuan mitral
g. Pericarditis
h. Ruptur jantung
i. Thrombosis mural
j. Aneurisma ventrikel
k. Emboli pulmo ( Hariyanto & Sulistyowati, 2015).
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6) Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-
gejala lain yang
mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih
relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,
fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,
pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit
paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare
atau konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
c) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit
Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan khusus jantung :
(1)Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal :
ICS ke5)
(2)Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi
ventrikel
(3)Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
(4)Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi
pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis
pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
(BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)
4) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut
dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,
peninkatan bilirubin dan enzim hati
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. RENCANA KEPERAWATAN
Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
a. KASUS FIKTIF
Tn. Y, usia 52 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan tani masuk IGD pada tanggal 25
April 2021 pukul 08.00 WIB diantar oleh Tn. R, hubungan dengan pasien istri, didapatkan
data : Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dada menjalar ke punggung kiri, nyeri
dirasakan seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 8/10, lamanya nyeri 30 menit, sesak napas
dan kesulitan bernapas, dada berdebar-debar, berkeringat banyak, akral dingin, mudah lelah
dan lemas, anoreksia dan mual, CRT 3 detik, cemas. TD 180/100 mmHg, frekuensi nadi 110
x/menit, frekuensi napas 30 x/menit, suhu 37,4 ℃. Hasil EKG : Segmen ST elevasi pada lead
V1,V2,V3,V4. SpO2 90%. Hb 13,5 g/dL, leukosit 13.000 /uL, eritrosit 4,2 juta/µl, hematokrit
telah diberikan : O2 5 LPM dengan nasal kanula, IVFD RL 20 TPM + ketorolac 1 amp,
injeksi ranitidine 1 amp/8 jam, captopril (2x1), furosemide (2x1), ISDN 5 mg (sublingual)
setiap 5-5-5 menit, aspilet 80 mg (2x1). Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap jantung.
Saat dilakukan pengkajian tanggal 26 April 2021 pukul 08.00 WIB, pasien masih mengeluh
nyeri dada kiri dan menjalar ke punggung, nyeri dirasakan seperti terhimpit benda berat
dengan skala 7/10, nyerinya berkurang bila diberikan oksigen, setelah minum obat dan
Keluarga Tn. S mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, namun memiliki
penyakit darah tinggi sejal 5 tahun yang lalu dan tidak patuh minum obat anti hipertensi dan
diet. Pasien tidak pernah di rawat di puskesmas karena hipertensi dan tidak ada riwayat
dioperasi di RS. Jika sakit pasien berobat ke puskesmas dan membeli obat di warung saja
sembuh. Keluarga mengatakan sebelum masuk RS sering mengeluh nyeri dada saat aktifitas,
Keluarga Tn. S mengatakan di dalam anggota keluarganya ada yang memiliki penyakit
keturunan darah tinggi yaitu ayahnya. Anggota keluarga tidak memiliki penyakit menular
maupun penyakit kronik lainnya. Tn. S mengatakan cemas terhadap nyeri dadanya yang tiba-
tiba dan sangat berat dirasakan. Keluarga sering menanyakan perkembangan kondisi Tn. S
kepada dokter dan perawat. Pasien selama di rawat di RS selalu ditemani oleh keluarganya,
hubungan antara orang istri dan anak kandungnya baik dan tidak ada konflik. Tn. S sebelum
sakit selalu menjalankan sholat 5 waktu, namun saat sakit hanya bisa berdoa. Perawat selalu
memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga, dan perawat selalu menjaga privacy
pasien.
Pasien mengatakan masih nyeri dada kiri, agak sesak napas. Pasien dapat minum air seperti
biasanya, anoreksia dan hanya menghabiska ½ porsi yang disediakan. Pasien dapat b.a.b dan
b.a.k normal. TB/BB : 180 cm/85 kg. Pasien tampak lemah, cepat lelah, pasien bedrest di
tempat tidur. Pasien hanya berbaring dengan posisi semi fowler. Perawat dan keluarga
Kedaaan umum : tingkat kesadaran composmentis dengan nilai GCS E4V5M6, tampak
gelisah, TD 160/100 mmHg, frekuensi napas 26 x/menit, frekuensi nadi 110 x/menit, suhu
37,2 ℃. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : konjungtiva an anemis, pergerakan dinding dada
simetris, terdengar suara paru vesikuler pada seluruh lapang paru. Suara perkusi pada dada
sonor, tidak ada nyeri tekan atau nyeri ketuk. Akral hangat, CRT 2 detik, nadi teraba kuat
dan teratur.
• IVFD RL 20 TPM
• Furosemide 40 mg(2x1)
• ISDN 5 mg (3x1)
• Aspilet 80 mg (2x1)
• Clopidogrel 75 mg (1x1)
DS :
-: Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dada menjalar ke punggung kiri, nyeri
dirasakan seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 8/10, lamanya nyeri 30 menit,
-. Pasien mengatakan hanya berbaring dengan posisi semi fowler. Perawat dan keluarga
DO :
- tingkat kesadaran composmentis dengan nilai GCS E4V5M6, tampak gelisah, TD 160/100
mmHg, frekuensi napas 26 x/menit, frekuensi nadi 110 x/menit, suhu 37,2 ℃
- Hasil EKG : Segmen ST elevasi pada lead V1,V2,V3,V4. SpO2 90%. Hb 13,5 g/dL,
- CRT 3 detik
c. Analisa Data
O
1. DS : Penurunan Gangguan volume
lemas
kiri
DO :
dada kiri
- TTV
hangat,
tunggal
Lemah
2. DS : Ketidakefektifan Penurunan volume
sesak nafas,
lemas
DO :
- TTV
pernafasan
P:sonor
dada
punggung
kuadran atas
S : skala nyeri 8
DO :
- TTV
d. Diagnosa Keperwatan
e. Rencana Keperawatan
KEP
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi nadi 1. Takikardi biasanya
perfifer sekunder
jantung tidak
6. Untuk mengetahui
perkembangan nyeri
dipertahankan untuk
meningkatkan efisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan beban
jantung.
8. Untuk mengurangi
stress.
9. Untuk menambah
pengetahuan pasien
CHF.
10. Untuk
meningkatkan curah
jantung.
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui
Pasien bebas dari gejala dan tarik nafas dalam 3. Memberikan jalan
kebutuhan oksigen,
meningkatkan inflasi
paru.
5. Untuk meningkatkan
pengiriman oksigen
dengan mendilatasi
mengeluarkan efek
membantu dalam
mengurangi kongesti
paru
3.
4. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV, 1. Hipotensi ortostatik
mempengaruhi
kebutuhan oksigen
yang berlebih.
5. Agar kebutuhan
terpenuhi