Deteksi Mycobacterium Avium Subspesies Paratuberculosis Pada Susu Pasturisasi Yang Dijual Di Bogor

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No.

2 : 107-113
ISSN : 1411 - 8327

Deteksi Mycobacterium Avium Subspesies Paratuberculosis


pada Susu Pasturisasi yang Dijual di Bogor
(DETECTION OF MYCOBACTERIUM AVIUM SUBSPECIES PARATUBERCULOSIS
IN PASTEURIZED MILK SOLD IN BOGOR)

Widagdo Sri Nugroho1, Mirnawati Sudarwanto2, Denny Widaya Lukman2,


Surachmi Setyaningsih3, Ewald Usleber4

Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta.


1

Jl. Fauna No. 2 Karangmalang Yogyakarta, Telp. 0274 560866, email: [email protected]
2
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner
3
Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor.
Jl. Agatis Kampus Dramaga, Bogor
4
Professur für Milchwissenschaften Institut für Tierärzliches Nahrungsmittelkunde der Justus-
Liebig Universitat, Giessen, Germany.

ABSTRACT

Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis (MAP) is a thermal tolerant bacteria. The presence
of these bacteria in pasteurized dairy milk is associated with infectious bowel disease in human known as
Crohn’s disease. The aim of this study was to detect MAP in pasteurized dairy milk sold in Bogor. Fourty
two samples of plain flavoured milk (180–250 ml) from 7 producers were bought from supermarkets in
Bogor. The presence of MAP was detected by isolation and conventional polymerase chain reaction (PCR)
using IS 900 and F57. Bacterial isolation were done by Herrold’s egg yolk medium with mycobactine J
(HEYMj) and without mycobactin J (HEYM) and incubated at 37°C for 20 weeks. The DNA extraction of
all pasteurized dairy milk samples were conducted by DNeasy® Tissue Kit. Amplification conditions
for PCR were: 1 cycle at 94°C for 10 minutes, 40 cycles at 94°C for 1 minute, 58°C for 1 minute, and
72°C for 3 minutes, and 1 cycle at 72°C for 7 minutes. After 20 weeks of incubation, there were no sign of
MAP which grew in all isolation mediums. The PCR IS 900 and F57 did not detect the DNA band of the
target. In the conclusion, there was no MAP detected in pasteurized dairy milk sold in Bogor.

Key words: Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis, pasteurized, dairy milk

PENDAHULUAN cukup tinggi di beberapa negara seperti di


Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan
Paratuberkulosis atau dikenal juga sebagai Selandia Baru.
Johne’s disease (JD) adalah penyakit radang Penelitian tentang MAP di Inggris yang
granulomatosa kronis saluran pencernaan pada dilakukan selama tahun 1950, mengambil
ruminansia yang disebabkan oleh Mycobacte- contoh sapi-sapi yang disembelih di rumah
rium avium subspesies paratuberculosis (MAP). pemotongan hewan (RPH) memperlihatkan
Bakteri ini termasuk Gram positif dengan prevalensi MAP mencapai 11-17%. Penelitian
bentuk batang berukuran 0,2-0,7 X 1-10 µm, non sejenis yang dilakukan di Denmark tahun 1965
motil, tahan asam, alkohol dan panas. Suhu menunjukkan prevalensi JD sebesar 2,3%.
pertumbuhan 25 – 45 °C, tumbuh lambat 4 - 24 Prevalensi JD di Denmark cenderung meningkat
minggu (Holt et al., 1994; SCAHAW, 2000; Sung mencapai 9,8% pada tahun 1972. Di Belgia,
dan Collins, 2003). Keberadaan MAP dalam berdasarkan analisis ELISA terhadap 300 contoh
susu disebabkan cemaran dari tinja hewan serum sapi mengindikasikan 12% terinfeksi
penderita pada saat pemerahan atau pun diduga MAP, sedangkan di Spanyol teridentifikasi 67%
melalui sistem getah bening (Sweeney et al., sapi di peternakan terinfeksi. Pada tahun 1980,
1992). Infeksi bakteri tersebut pada peternakan survei nasional di Amerika Serikat dengan
sapi perah dan susu yang dihasilkan tercatat metode isolasi bakteri diketahui 1,6% dari 7000

107
Nugroho etal Jurnal Veteriner

ekor sapi telah terinfeksi MAP (SCAHAW, 2000). Penelitian mengenai bakteri MAP pada
Cemaran pada susu segar juga terdeteksi cukup susu formula di Indonesia pernah dilakukan dan
sering pada sapi yang mederita JD secara klinis ditemukan jejak keberadaan MAP dengan
mau pun sub klinis (Grant et al., 1998; Pillai metode polymerase chain reaction (PCR) nested
dan Jayarao, 2002). dengan menggunakan primer F57 (Nugroho et
Bakteri MAP tahan panas. Hal ini terbukti al., 2008a) walau pun tidak terdeteksi dengan
dengan ditemukannya bakteri tersebut di dalam primer IS900 (Nugroho et al., 2008b).
beberapa produk susu pasteurisasi di berbagai Pemanasan pada pasteurisasi LTLT, HTST,
negara. Millar et al., (1996) dengan metode PCR mau pun UHT relatif rendah suhunya,
mendeteksi keberadaan MAP pada susu sapi dibandingkan dengan suhu pembuatan susu
pasteurisasi yang dijual di supermarket di bubuk, sehingga kemungkinan MAP dapat
Inggris dan Wales. Hasil pengujian tersebut bertahan dalam susu pasteurisasi lebih besar.
memperlihatkan 7% dari 312 contoh susu Informasi ini perlu ditindaklanjuti dengan
pasturisasi mengandung MAP. Survei yang meneliti keberadaan bakteri MAP pada susu
dilakukan oleh Advisory Committee on the pasteurisasi yang dijual di Indonesia khususnya
Microbiology Safety Food pada berbagai produk yang ditujukan untuk anak-anak.
susu di Inggris menunjukkan hasil 2% (4/201) Kajian ini dilakukan untuk mendeteksi
contoh susu mentah tercemar MAP sedangkan bakteri MAP pada susu pasteurisasi di Bogor
pada susu pasteurisasi 2,1% (10/476), susu skim sebagai langkah awal mendapatkan data
1,4% (2/140) dan tidak ditemukan pada susu keberadaan MAP di Indonesia. Ketersediaan
ultra heat treatment (Griffiths, 2003). Grant et data dan informasi bakteri MAP pada susu
al., (2002a) mendeteksi MAP dari 19 contoh susu pasteurisasi ini diharapkan dapat memberikan
segar dan 67 contoh susu pasteurisasi dari total masukan bagi pemerintah, swasta, dan
241 contoh (segar dan pasteurisasi). peternak untuk mengantisipasi keberadaan
Pasteurisasi high temperature short time MAP pada semua rantai produksi susu
(HTST) yang dilakukan perusahaan komersial pasteurisasi.
hanya sedikit mempengaruhi daya tahan MAP
yang mencemari bahan baku secara alami
(Grant et al., 2002b). Kenyataan ini menguatkan BAHAN DAN METODE
dugaan bahwa susu berperan dalam penularan
Crohn (CD) yaitu penyakit radang pencernaan Pengumpulan Contoh
bagian bawah pada manusia. Dugaan tersebut Empat puluh dua kemasan susu pasteu-
juga dikuatkan dengan ditemukannya MAP risasi (180-250 ml/kemasan) diperoleh selama
strain sapi yang diisolasi dari penderita CD di bulan September-Oktober 2007. Contoh berupa
Australia (Whittington et al., 2000). susu pasturisasi rasa murni (plain flavour) yang
Di Indonesia saat ini telah banyak beredar dijual untuk anak-anak, diproduksi oleh 7
susu pasteurisasi baik yang dibuat oleh produsen yang berbeda (A-G). Contoh susu
perusahaan maupun usaha kecil. Cemaran MAP berasal dari 5 produsen dalam negeri dan 2 dari
pada bahan baku susu segar yang berasal dari luar negeri. Seluruh contoh dibeli di pasar
peternakan lokal hingga saat ini belum diketahui swalayan di wilayah Bogor. Pengujian sampel
statusnya. Data terbaru tentang MAP di dilakukan di Laboratorium Terpadu, Depar-
Indonesia adalah diperolehnya reaksi seropositif temen Ilmu Penyaktit Hewan dan Kesehatan
pada beberapa sapi perah di wilayah Jawa Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran
Tengah dan Jawa Barat pada tahun 2007-2008 Hewan, Institut Pertanian Bogor.
(Adji, 2008). Informasi tersebut perlu mendapat
perhatian, khususnya potensi MAP sebagai Uji Storch
penyebab CD pada manusia. Sifat perkembangan Uji storch dilakukan untuk memastikan
penyakit yang perlahan menyebabkan sulitnya susu sudah dipasteurisasi dengan sempurna.
mendeteksi kasus pada awal infeksi sedangkan Sebanyak 5 ml contoh dituangkan ke dalam
gejala klinik penyakit ini baru tampak 5-10 tabung reaksi dan ditetesi 2 tetes larutan HCl
tahun berikutnya. Hal tersebut sangat paraphenilindiamin 2% selanjutnya ditambah-
merugikan kesehatan masyarakat karena kan 4 tetes hidrogen peroksida. Susu yang belum
penyakit CD mengurangi tingkat produktivitas dipasteurisasi akan berwarna biru sedangkan
manusia pada umur remaja atau dewasa. yang sudah dipasteurisasi tetap berwarna putih.

108
Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 107-113

Penyiapan Contoh dihomogenkan kemudian diinkubasi pada suhu


Seratus mililiter dari masing-masing 56 °C selama satu malam. Suspensi kemudian
contoh dituang ke dalam 2 buah tabung gelas diekstraksi menggunakan DNeasy® Tissue Kit
sentrifus steril (ukuran 50 ml ) dan disentrifus (Qiagen, Germany) sesuai petunjuk dari
(Serovall Super T21, USA) pada kecepatan 2500X perusahaan.
g selama 15 menit pada suhu 4°C. Supernatan Metode PCR konvensional dengan primer
dibuang sedangkan pelet pada masing-masing IS900 dilakukan menggunakan primer TJ1/TJ2
tabung diresuspensi dengan 1 ml akuades steril (Bull et al., 2003) sedangkan primer F57
dan selanjutnya disatukan (dari asal contoh yang menggunakan F57/R57 (Vansnick et al., 2004).
sama) dan diaduk hingga rata, 1 ml larutan Amplifikasi kedua primer dilakukan dengan
diambil dan ditempatkan pada tabung eppendorf formulasi yang sama. Formula amplifikasi PCR
1,5 ml untuk analisis PCR sedangkan sisanya sebanyak 50 µl larutan reaksi yang tersusun
digunakan untuk analisis biakan. dari GeneAmp 10x PCR Gold Buffer (150 mM
Tris-HCL, 500 mM KCL, pH 8.0) (Applied
Dekontaminasi dan Inokulasi Contoh Biosystem, Germany), 3,0 µl MgCl2 (25 mM)
Susu Pasteurisasi (Applied Biosystem, Germany), 1,5 µl masing-
Satu ml suspensi contoh dipindahkan ke masing primers (10 pmol/µl), 1,5 µl dNTP-mix
dalam tabung gelas steril dan ditambahkan 10 (10 mmol/ µl) (Bioron, Germany) 0,25 µl
ml 0,75% hexadecilpyridinium chloride (HPC) AmpliTaq Gold® polymerase (5 U/µl) (Applied
(Biomedical, USA) dan didiamkan pada suhu Biosystem, Germany), 32,25 µl aquades steril,
kamar selama 5 jam. Suspensi disentrifus pada dan ditambahkan 5,0 µl DNA template. Kondisi
kecepatan 2500X g selama 15 menit, selanjutnya amplifikasi PCR yang digunakan adalah 1 siklus
supernatan dibuang dan pelet diresuspensi pada 94°C selama 10 menit kemudian 40 siklus
dengan 750 µl sterile PBS (Invitrogen, New pada 94°C selama 1 menit, 58°C selama 1 menit,
Zealand). Sebanyak 750 µl diinokulasikan ke dan 72°C selama 3 menit, dan dilanjutkan
dalam 2 tabung HEYM yang diperkaya dengan 1 siklus pada 72°C selama 7 menit.
mycobactin J (HEYMj) dan 1 tabung HEYM Amplifikasi dilakukan menggunakan mesin
tanpa mycobactin J (HEYM) (Becton Dickinson, PCR GeneAmp PCR System 9700 (Applied
USA) kemudian diinkubasi pada suhu 37°C Biosystem, Singapore).
selama 20 minggu untuk mengetahui adanya Produk PCR (amplikon) (13 µl) dicampur
pertumbuhan bakteri dalam media. dengan 2 µl loading dye solution (MBI
Pengamatan dilakukan setiap minggu dan Fermentas, Germany) dan sebagai marker
koloni terduga MAP yang tumbuh dibuat digunakan 100 bp DNA ladder (MBI Fermentas,
preparat dan diwarnai dengan Ziehl-Nielsen (ZN) Germany) selanjutnya diseparasi menggunakan
untuk konfirmasi spesies. 2% gel agarose electroforesis (Biozym, Germany)
pada tegangan 120 volt di dalam larutan 1x
Deteksi MAP dengan Analisis PCR IS900 TAE buffer (0.04 mol/l Tris, 0.001 mol/l EDTA,
dan F57 pH 7.8). Setelah dielektroforesis selama 50 menit,
Ekstraksi DNA dilakukan dengan gel agarose direndam dalam larutan pewarna
mengambil 500 µl suspensi yang disiapkan dan ethidium bromide 5 µl/ml (Sigma, Germany)
dipindahkan ke dalam tabung eppendorf 2 ml selama 5 menit, dan gambar didokumentasikan
kemudian disentrifus pada kecepatan 10.000 X dengan menggunakan UV (245 nm) trans-
g selama 30 menit. Supernatan dibuang dan 400 illuminator (Vilber Lourmat, France).
ml larutan penyangga TE lysis (20 mM Tris-
HCl; 2 mM/l EDTA; Triton 100 1,2%; pH 8,0)
ditambahkan pada pelet dan divorteks hingga HASIL DAN PEMBAHASAN
homogen. Suspensi selanjutnya dimasukkan ke
dalam freezer -80°C selama 5 menit dan segera Seluruh contoh susu yang berjumlah 42
dipindahkan ke dalam penangas air suhu 95°C telah dipasteurisasi dengan sempurna yang
selama 1 menit, tahap ini diulang satu kali dibuktikan dengan warna putih yang tetap pada
kemudian suspensi diinkubasi di dalam uji storch. Rata-rata total plate count (TPC)
penangas air suhu 80°C selama 20 menit. bakteri aerobik dalam seluruh susu pasteurisasi
Suspensi didinginkan pada suhu 4°C dan contoh adalah 7,4x103 colony forming unit
ditambahkan 35 µl proteinase K dan 400 µl AL (CFU)/ml jumlah ini masih di bawah standar
Lysis buffer (Qiagen, Germany) setelah yang ditetapkan dalam SNI nomor 01-6366-2000

109
Nugroho etal Jurnal Veteriner

tentang Batas Residu dan Cemaran Mikroba mematikan bakteri Mycobacterium bovis dalam
yaitu <3x104 CFU/ml. Rata-rata TPC bakteri susu. Namun, ternyata metode tersebut masih
aerobik susu pasteurisasi dari produsen F dan belum efektif untuk mematikan MAP (Chiodini
G yang merupakan produsen kecil/menengah dan Hermon-Taylor, 1993). Metode pasteurisasi
masih melebihi standar yang ditentukan. secara HTST dan LTLT mampu mengurangi
Inokulasi contoh susu untuk mengisolasi 4-50% MAP (Grant et al., 1996). Hal tersebut
MAP mendapatkan 1 isolat yang tumbuh pada memperlihatkan bahwa bakteri MAP masih
tabung HEYMj. Pemeriksaan mikroskopik mampu bertahan dalam susu yang telah
terhadap preparat ulas bakteri dengan dipasteurisasi. Pada pasteurisasi skala industri,
pewarnaan tahan asam ZN membuktikan bakteri MAP yang secara alami mencemari
bahwa isolat tersebut bukan Mycobacterium sp. bahan baku masih dapat dideteksi sekitar 6,9%
Pada uji PCR IS900 dan F57 dari seluruh contoh dengan metode PCR dan isolasi (Grant et al.,
juga tidak menunjukkan adanya pita DNA 2002b). Hasil penelitian Millar et al., (1996)
target. Hasil seluruh pengujian disajikan dalam memperlihatkan bahwa susu pasteurisasi yang
Tabel 1. dijual di supermarket di Inggris dan Wales
Rendahnya TPC bakteri aerobik masih mengandung bakteri MAP. Beberapa
menunjukkan tingkat efektifitas pasteurisasi penelitian lain juga melaporkan keberadaan
yang baik telah dilakukan produsen besar/ MAP pada produk susu segar mau pun susu
pabrikan (contoh A-E) sedangkan 2 produsen pasteurisasi baik dengan metode PCR maupun
kecil/menengah (F dan G) masih sangat kurang. isolasi seperti di Inggris (Grant et al., 2002a) di
Hal ini terlihat pada jumlah bakteri aerobik yang Irlandia (O’Reilly et al., 2004), di Ceska (Ayele
terkandung di dalamnya. Pengujian TPC et al., 2005) sedangkan penelitian Donaghy et
terhadap contoh susu dilakukan dengan rentang al., (2004) mendapati bakteri MAP pada keju
waktu 1-3 dari tanggal produksi dan masih jauh cheddar.
dari tanggal kedaluwarsa masing-masing Metode HTST dilaporkan oleh Stabel et al.,
contoh. Kondisi susu pasteurisasi yang tidak (1997) efektif mematikan MAP, namun Chiodini
tercemar MAP ini dapat terjadi karena dan Hermon-Taylor (1993) memperlihatkan
efektifitas pasteurisasi yang diterapkan oleh daya tahan yang berbeda antara MAP isolat sapi
produsen dan atau bahan baku susu segar yang dan manusia terhadap metode pasteurisasi
bebas dari MAP. LTLT (63°C, 30 menit) mau pun HTST (72°C,
Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan 15 detik). Pada metode LTLT, MAP isolat sapi
dari beberapa penelitian di luar negeri yang dapat dimatikan hingga 90-95% dan dengan
banyak menemukan MAP pada susu HTST mencapai > 95% sedangkan isolat
pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan suatu manusia hanya 60-80% saja yang mati pada
metode pemanasan yang cukup efektif untuk LTLT namun dengan HTST justru lebih tahan

Tabel 1 Hasil pengujian MAP pada susu pasteurisasi di wilayah Bogor

NO Produsen Rata-rata Isolasi AFB PCR IS900 PCRF57


TPC bakteri
(CFU/ml) (Σ sampel)
+ - + - + - + -

1 A 1.7 x103 0 6 - - 0 6 0 6
2 B 2.5 x103 0 6 - - 0 6 0 6
3 C 4.3 x103 1 5 0 1 0 6 0 6
4 D 8.3 x102 0 6 - - 0 6 0 6
5 E 1.0 x103 0 6 - - 0 6 0 6
6 F 7.57x104 0 6 - - 0 6 0 6
7 G TDD(> 1.0x106) 0 6 - - 0 6 0 6

Total 7.4 x103 1 41 0 1 0 42 0 42

Keterangan: TPC: total plate count, CFU: Colony Forming Unit, TDD: tidak dapat dihitung, AFB: acid fast
bacilli (pewarnaan tahan asam Ziehl-Neelsen)

110
Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 107-113

dan meningkat hingga 25-31% setelah fase MAP sangat tergantung pada mycobactin
pendinginan 4°C. Jumlah bakteri dalam susu J dari luar ternyata memiliki kemampuan
juga mempengaruhi efektifitas pasturisasi. mensintesis senyawa tersebut dalam jumlah
Penelitian Grant et al., (1996) menunjukkan sangat sedikit sehingga tidak mencukupi
bahwa cemaran MAP sebanyak 104-107 CFU/ml kebutuhannya. Pada kondisi nutrisi dan
sebelum pasteurisasi mampu bertahan hingga lingkungan yang baik dalam waktu lama,
50% pada LTLT dan 58% pada HTST. Pendapat seperti biakan laboratorium, sifat ketergan-
ini sejalan dengan temuan Sung dan Collins tungan tersebut akan hilang seperti yang
(1998) yang melaporkan bahwa bakteri MAP diperlihatkan pada M. avium subspesies avium.
masih ditemukan pada susu pasteurisasi Mycobactin merupakan senyawa yang secara
menggunakan metode HTST, apabila bahan alami dihasilkan oleh Mycobacterium terutama
baku susu tercemar lebih dari 101 CFU/ml. Sung M. phlei yang membantu MAP mengabsorbsi
dan Collins (1998) juga melaporkankan bahwa zat besi (Fe) untuk kebutuhan pertumbuhannya
D values (waktu yang dibutuhkan untuk (Barclay dan Ratledge, 1983).
menurunkan konsentrasi bakteri sebanyak 1 Metode PCR menggunakan sekuen IS900
log10) pada suhu pasteurisasi 62°C yaitu selama sebagai primer MAP dilaporkan oleh Green et
228,8 detik; suhu 65°C selama 47,8 detik, suhu al., (1989) sangat membantu diagnosis MAP
68°C selama 21,8 detik dan pada suhu 71°C dengan lebih akurat bahkan dapat membeda-
selama 11,67 detik. Efektivitas pasteurisasi juga kannya dengan subspesies lain dari M avium
ditunjukkan oleh McDonald et al., (2005) yang complex dan M. silvaticum. Beberapa peneliti
mengkombinasikan aliran turbulen pada proses dengan rancangan primer yang mengambil
pasteurisasi berlanjut yaitu pada suhu 72°C sekuen tertentu dari IS900 masih mendapatkan
selama 15 detik dan dilanjutkan 78°C selama reaksi positif palsu. Bull et al., (2003)
25 detik, perlakuan itu mampu menurunkan memperlihatkan sekuen IS900 (primer TJ1-4)
MAP hingga 106 CFU. Teknik lain pengolahan memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi
susu yang dapat menginaktivasi MAP adalah sehingga pemilihan sekuen dalam rancangan
menggunakan tekanan hidrostatik tinggi 500 primer IS900 sangat mempengaruhi hasil.
MPa pada suhu sedang. Teknik ini mampu Cocito et al., (1994) menggunakan primer yang
mengurangi MAP hingga 104 CFU/ml (Lopez- berasal dari cloning vektor transposon DNA
Pedemonte et al., 2006). MAP dan dinamakan primer F57. Primer ini
Penelitian Sung et al., (2004) mengindikasi- dikembangkan oleh Vansnick et al., (2004) dan
kan bahwa kemampuan tahan panas bakteri berhasil mendapatkan kinerja yang sangat baik
MAP dikendalikan oleh tiga protein yaitu GroES dengan mampu mendeteksi MAP hingga 1 CFU/
heat shock protein, antigen 85 complex B, dan PCR. Tasara dan Stephan (2005) menguji primer
alpha antigen. Antigen alfa dan antigen ini dengan metode real-time PCR dan mampu
85kompleks B keduanya merupakan trehalose mendeteksi MAP di dalam susu yang
mycolyltransferase yang terlibat dalam dikontaminasi dengan MAP sebanyak 10 sel/ml.
pembentukan dinding sel bakteri. Protein GroES Kinerja primer F57 sangat baik sehingga
mampu memperbaiki dinding sel bakteri yang direkomendasikan sebagai metode rutin
mengalami pelipatan atau mengalami pengujian MAP pada susu dan akan lebih akurat
denaturasi akibat suhu tinggi, protein tersebut apabila diparalel dengan penggunaan primer
juga dikenal sebagai heat shock protein. IS900.
Media HEYM merupakan media standar Penelitian ini memperlihatkan bahwa
yang digunakan untuk isolasi MAP. Penggunaan produk susu pasteurisasi yang dijual di Bogor
secara paralel HEYM yang diperkaya tidak terkontaminasi bakteri Mycobacterium
mycobactin J dan yang tidak diperkaya avium subpsecies paratuberculosis baik
mycobactin J merupakan metode untuk seleksi dideteksi dengan PCR menggunakan primer
yang didasarkan pada karakter ketergantungan IS900 dan F57 mau pun isolasi dengan HEYMj.
MAP pada mycobactin. Sifat fenotip ini dapat Meskipun demikian dengan temuan jejak DNA
digunakan untuk membedakan MAP dengan MAP pada susu formula lanjutan yang dijual di
bakteri dari golongan Mycobacteriaceae lainnya Bogor, patut untuk selalu mewaspadai
(JIC, 2006). Ketidakmampuan MAP mensintesis keberadaan bakteri ini pada susu segar maupun
senyawa siderophor diakibatkan oleh kondisi produk olahannya.
represif dari lingkungan yang mempengaruhi
fenotipnya dan bukan faktor genetik.

111
Nugroho etal Jurnal Veteriner

SIMPULAN DAN SARAN Chiodini RJ, Hermon-Taylor J. 1993. The


Thermal Resistance of Mycocabterium
Tidak ditemukan keberadaan bakteri paratuberculosis in Raw Milk under
Mycobacterium avium subpsecies paratuber- Conditions Stimulating Pasteurization. J
culosis pada susu pasturisasi yang dijual di Vet Diagn. Invest. 5:629-631.
Bogor. Cocito C, Gillot P, Coene M, de Kesel M, Poupart
Perlu dilakukan pengujian dengan contoh P, Vannuffel P. 1994. Paratuberculosis. Clin
yang lebih banyak dan rutin untuk menjamin Microbiol Rev 7:328-345.
keamanan pangan bagi konsumen khususnya Donaghy JA, Totton NL, Rowe MT. 2004.
anak-anak. Persistence of Mycobacterium paratuber-
culosis During Manufacture and Ripening
of Cheddar Cheese. Appl Environ Microbiol
UCAPAN TERIMAKASIH 8:4899-4905.
Grant IR, Ball HJ, Neill SD, Rowe MT. 1996.
Terimakasih disampaikan kepada Inactivation of Mycobacterium paratuber-
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi culosis in Cows’ Milk at Pasteurization
Departemen Pendidikan Nasional 2008 yang Temperatures. Appl and Environ Microbiol
membiayai pendidikan pascasarjana bagi penulis 62:631-636.
pertama serta kepada Deutsche Akademische Grant IR, Ball HJ, Rowe MT. 1998. Isolation of
Austauschdienst (DAAD) 2006 yang telah Mycobcaterium partuberculosis from Milk
membantu membiayai penelitian ini melalui by Immunomagnetic Sparation. Appl
program sandwich. Environ Microbiol 64:3153-3158.
Grant IR, Ball HJ, Rowe MT. 2002a. Incidence
of Mycobacterium paratuberculosis in Bulk
DAFTAR PUSTAKA Raw and Commercially Pasteurized Cows
Milk from Approved Dairy Processing
[JIC] Johne’s Information Center. 2006. School Establishments in The United Kingdom.
of Veteriney Medicine University of Appl Environ Microbiol 68:2428-2435.
Winconsin, http;//www.johnoes.org/ Grant IR, Hitchings EI, McCartney A, Ferguson
glossary.html [11 Maret 2006 13.20] F, Rowe MT. 2002b. Effect of Commercial-
Adji RS. 2008. Deteksi Mycobacterium avium Scale High-Temperature, Short-Time
subspecies paratuberculosis pada sapi perah Pasteurization on The Viability of
di Kabupaten Bandung dan Banyumas. Mycobacterium paratuberculosis in
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Naturally Infected Cows’ Milk. Appl and
Ayele WY, Svastova P, Roubal P, Bartos M, Environ Microbiol 68:602-607.
Pavlik I. 2005. Mycobacterium avium Green EP, Tizard MLV, Moss MT, Thompson J,
subspecies paratuberculosis Cultured from Winterbourne DJ, McFadden JJ, Hermon-
Locally and Commercially Pasteurized Taylor J. 1989. Sequence and characteristics
Cow’s Milk in Czech Republic. Apll Environ of IS900, an Isertion Element Identified in
Microbiol 71:1210-1214. a Human Crohn’s Disease Isolate of
Barclay R., Ratledge C. 1983. Iron-Binding Mycobcaterium paratuberculosis. Nucleid
Compounds of Mycobacterum avium, M. Acids Res 17:9063-9073.
intacellulare, M. scrofuaceum, and Griffiths M. 2003. Mycobacterium paratuber-
Mycobactin-Dependent M. paratuberculosis culosis. Di dalam: Blackburn CW. &
and M.avium. J Bacteriol 3:1138-1146. McClure PJ, editor. Food-borne Patho-
Bull TJ, McMinn EJ, Sidi-Boumedine K, Skull genes, Ed ke-1. North America: Woodhead
A, Durkin D, Neild P, Rhodes G, Pickup R, and CRC Pr. Pp. 489-500.
Hermon-Taylor J. 2003. Detection and Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT,
Verification of Mycobacterium avium subsp. Williams ST. 1994. Bergey’s Manual of
paratuberculosis in Fresh Ileocolonic Determinative Bacteriology. Ed ke-9.
Mucosal Biopsy Specimens from Individuals Maryland USA, Williams&Wilkins. Pp. 597.
with and without Crohn’s Disease. J Clin
Microbiol 41: 2915-2923.

112
Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 107-113

McDonald WL, O’Riley KJ, Schroen CJ, Codron [SCAHAW] Scientific Committee on Animal
RJ. 2005. Heat inactivation of Myco- Health and Animal Welfare. 2000. Possible
bcaterium avium subsp. paratuber-culosis Links Between Crohn’s Disease and
in Milk. Apll Environ Microbiol 71:1785- Paratuberculosis., European Commission,
1789. Directorate-General Health & Consumer
Millar D, Ford J, Sanderson J, Withey J, Tizard Protection.
M, Doran T, Hermon-Taylor J. 1996. IS 900 Stabel JR, Steadham EM, Bolin CA. 1997. Heat
PCR to Detect Mycobacterium paratuber- Inactivation of Mycobacterium paratu-
culosis in Retail Supplies of Whole berculosis in Raw Milk: Are Current
Pasteurised Cows‘ Milk in England and Pasteurization Conditions Effective? Appl
Wales. Appl. Environ. Microbiol. 62:3446- Environ Microbiol 63: 4975–4977.
3452. Sung N, Collins MT. 1998. Thermal Tolerance
Nugroho WS, Sudarwanto M, Lukman DW, of Mycobcaterium paratuberculosis. Appl.
Naim R, Setyaningsih S, Hassan AA, Environ. Microbiol. 64: 999-1005.
Usleber E. 2008a. Deteksi Mycobacterium Sung N, Collins MT. 2003. Variation in
avium subspecies paratuberculosis Pada Resistance of Mycobacterium paratuber-
Susu Formula Lanjutan di Bogor. J Teknol culosis to Acid Environments as a Function
Industr Pangan 9:19-24. of Culture Medium. Appl Environ Microbiol
NugrohoWS, Sudarwanto M, Lukman DW, 69: 6833-6840.
Naim R, Hassan AA, Usleber E. 2008b. Sung N, Takayama K, Collins MT. 2004.
Detection of Mycobacterium avium Possible Associatin of GroES and Antigen
subspecies paratuberculosis in formula milk 85 Protein with Heat Resistance of
in Bogor using PCR IS900. Med J Indon. Mycobacterium paratuberculosis. Appl
17:183-187. Environ Microbiol 70:1688-1697.
O’Reilly CE, O’Connor L, Anderson W, Harvey Sweeney RW, Whitlock RH, Rosenberger AE.
P, Grant IR, Donaghy J, Rowe MT, 1992. Mycobacterium paratuberculosis
O’Mahony P. 2004. Surveillance of Bulk Raw Cultured from Milk and Supramammary
and Commercially Pasteurized Cows’ Milk Lymph Nodes. of Infected asymptomatic
from Approved Irish Liquid-Milk cows. J Clin Microbiol 30:166-171.
Pasteurization Plants to Determine The Tasara T, Stephan R. 2005. Development of an
Incidence of Mycobacterium paratuber- F 57 Sequence-based Real-Time PCR Assay
culosis. Appl Environ Microbiol 70:5138- for Detection of Mycobacterium avium
5144. subspecies paratuberculosis Appl Environ
Lopez-Pedemonte T, Sevilla I, Garrido JM, Microbiol. 10:5957-5968.
Aduriz G, Guamis B, Juste RA, Roig-Sagues Vansnick E et al. 2004. Newly developed primers
AX. 2006. Incativation of Mycobcaterium for detection of Mycobacterium avium
subsp. paratuberculosis in Cow’s Milk by subspecies paratuberculosis. Vet Microbiol
Means of High Hydrostatic Pressure at Mild 100:197-204.
Temperature. Appl Environ Microbiol Whittington RJ, Hope AF, Marshall DJ, Taragel
72:4446-4449. CA, Marsh I. 2000. Molecular Epidemiology
Pillai SR, Jayarao BM. 2002. Application of IS900 of Mycobacterium avium subsp.
PCR for Detection of Mycobcatrerium avium paratuberculosis: IS900 Restriction
subsp. paratuberculosis Directly from Raw Fragment Length Polymorphism and
Milk. J Dairy Sci 85:1052-1057. IS1311 Polymorphism Analyses of Isolates
from Animals and Human in Australia. J
Clin Microbiol 38:3240-3248.

113

Anda mungkin juga menyukai