Deteksi Mycobacterium Avium Subspesies Paratuberculosis Pada Susu Pasturisasi Yang Dijual Di Bogor
Deteksi Mycobacterium Avium Subspesies Paratuberculosis Pada Susu Pasturisasi Yang Dijual Di Bogor
Deteksi Mycobacterium Avium Subspesies Paratuberculosis Pada Susu Pasturisasi Yang Dijual Di Bogor
2 : 107-113
ISSN : 1411 - 8327
Jl. Fauna No. 2 Karangmalang Yogyakarta, Telp. 0274 560866, email: [email protected]
2
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner
3
Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor.
Jl. Agatis Kampus Dramaga, Bogor
4
Professur für Milchwissenschaften Institut für Tierärzliches Nahrungsmittelkunde der Justus-
Liebig Universitat, Giessen, Germany.
ABSTRACT
Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis (MAP) is a thermal tolerant bacteria. The presence
of these bacteria in pasteurized dairy milk is associated with infectious bowel disease in human known as
Crohn’s disease. The aim of this study was to detect MAP in pasteurized dairy milk sold in Bogor. Fourty
two samples of plain flavoured milk (180–250 ml) from 7 producers were bought from supermarkets in
Bogor. The presence of MAP was detected by isolation and conventional polymerase chain reaction (PCR)
using IS 900 and F57. Bacterial isolation were done by Herrold’s egg yolk medium with mycobactine J
(HEYMj) and without mycobactin J (HEYM) and incubated at 37°C for 20 weeks. The DNA extraction of
all pasteurized dairy milk samples were conducted by DNeasy® Tissue Kit. Amplification conditions
for PCR were: 1 cycle at 94°C for 10 minutes, 40 cycles at 94°C for 1 minute, 58°C for 1 minute, and
72°C for 3 minutes, and 1 cycle at 72°C for 7 minutes. After 20 weeks of incubation, there were no sign of
MAP which grew in all isolation mediums. The PCR IS 900 and F57 did not detect the DNA band of the
target. In the conclusion, there was no MAP detected in pasteurized dairy milk sold in Bogor.
107
Nugroho etal Jurnal Veteriner
ekor sapi telah terinfeksi MAP (SCAHAW, 2000). Penelitian mengenai bakteri MAP pada
Cemaran pada susu segar juga terdeteksi cukup susu formula di Indonesia pernah dilakukan dan
sering pada sapi yang mederita JD secara klinis ditemukan jejak keberadaan MAP dengan
mau pun sub klinis (Grant et al., 1998; Pillai metode polymerase chain reaction (PCR) nested
dan Jayarao, 2002). dengan menggunakan primer F57 (Nugroho et
Bakteri MAP tahan panas. Hal ini terbukti al., 2008a) walau pun tidak terdeteksi dengan
dengan ditemukannya bakteri tersebut di dalam primer IS900 (Nugroho et al., 2008b).
beberapa produk susu pasteurisasi di berbagai Pemanasan pada pasteurisasi LTLT, HTST,
negara. Millar et al., (1996) dengan metode PCR mau pun UHT relatif rendah suhunya,
mendeteksi keberadaan MAP pada susu sapi dibandingkan dengan suhu pembuatan susu
pasteurisasi yang dijual di supermarket di bubuk, sehingga kemungkinan MAP dapat
Inggris dan Wales. Hasil pengujian tersebut bertahan dalam susu pasteurisasi lebih besar.
memperlihatkan 7% dari 312 contoh susu Informasi ini perlu ditindaklanjuti dengan
pasturisasi mengandung MAP. Survei yang meneliti keberadaan bakteri MAP pada susu
dilakukan oleh Advisory Committee on the pasteurisasi yang dijual di Indonesia khususnya
Microbiology Safety Food pada berbagai produk yang ditujukan untuk anak-anak.
susu di Inggris menunjukkan hasil 2% (4/201) Kajian ini dilakukan untuk mendeteksi
contoh susu mentah tercemar MAP sedangkan bakteri MAP pada susu pasteurisasi di Bogor
pada susu pasteurisasi 2,1% (10/476), susu skim sebagai langkah awal mendapatkan data
1,4% (2/140) dan tidak ditemukan pada susu keberadaan MAP di Indonesia. Ketersediaan
ultra heat treatment (Griffiths, 2003). Grant et data dan informasi bakteri MAP pada susu
al., (2002a) mendeteksi MAP dari 19 contoh susu pasteurisasi ini diharapkan dapat memberikan
segar dan 67 contoh susu pasteurisasi dari total masukan bagi pemerintah, swasta, dan
241 contoh (segar dan pasteurisasi). peternak untuk mengantisipasi keberadaan
Pasteurisasi high temperature short time MAP pada semua rantai produksi susu
(HTST) yang dilakukan perusahaan komersial pasteurisasi.
hanya sedikit mempengaruhi daya tahan MAP
yang mencemari bahan baku secara alami
(Grant et al., 2002b). Kenyataan ini menguatkan BAHAN DAN METODE
dugaan bahwa susu berperan dalam penularan
Crohn (CD) yaitu penyakit radang pencernaan Pengumpulan Contoh
bagian bawah pada manusia. Dugaan tersebut Empat puluh dua kemasan susu pasteu-
juga dikuatkan dengan ditemukannya MAP risasi (180-250 ml/kemasan) diperoleh selama
strain sapi yang diisolasi dari penderita CD di bulan September-Oktober 2007. Contoh berupa
Australia (Whittington et al., 2000). susu pasturisasi rasa murni (plain flavour) yang
Di Indonesia saat ini telah banyak beredar dijual untuk anak-anak, diproduksi oleh 7
susu pasteurisasi baik yang dibuat oleh produsen yang berbeda (A-G). Contoh susu
perusahaan maupun usaha kecil. Cemaran MAP berasal dari 5 produsen dalam negeri dan 2 dari
pada bahan baku susu segar yang berasal dari luar negeri. Seluruh contoh dibeli di pasar
peternakan lokal hingga saat ini belum diketahui swalayan di wilayah Bogor. Pengujian sampel
statusnya. Data terbaru tentang MAP di dilakukan di Laboratorium Terpadu, Depar-
Indonesia adalah diperolehnya reaksi seropositif temen Ilmu Penyaktit Hewan dan Kesehatan
pada beberapa sapi perah di wilayah Jawa Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran
Tengah dan Jawa Barat pada tahun 2007-2008 Hewan, Institut Pertanian Bogor.
(Adji, 2008). Informasi tersebut perlu mendapat
perhatian, khususnya potensi MAP sebagai Uji Storch
penyebab CD pada manusia. Sifat perkembangan Uji storch dilakukan untuk memastikan
penyakit yang perlahan menyebabkan sulitnya susu sudah dipasteurisasi dengan sempurna.
mendeteksi kasus pada awal infeksi sedangkan Sebanyak 5 ml contoh dituangkan ke dalam
gejala klinik penyakit ini baru tampak 5-10 tabung reaksi dan ditetesi 2 tetes larutan HCl
tahun berikutnya. Hal tersebut sangat paraphenilindiamin 2% selanjutnya ditambah-
merugikan kesehatan masyarakat karena kan 4 tetes hidrogen peroksida. Susu yang belum
penyakit CD mengurangi tingkat produktivitas dipasteurisasi akan berwarna biru sedangkan
manusia pada umur remaja atau dewasa. yang sudah dipasteurisasi tetap berwarna putih.
108
Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 107-113
109
Nugroho etal Jurnal Veteriner
tentang Batas Residu dan Cemaran Mikroba mematikan bakteri Mycobacterium bovis dalam
yaitu <3x104 CFU/ml. Rata-rata TPC bakteri susu. Namun, ternyata metode tersebut masih
aerobik susu pasteurisasi dari produsen F dan belum efektif untuk mematikan MAP (Chiodini
G yang merupakan produsen kecil/menengah dan Hermon-Taylor, 1993). Metode pasteurisasi
masih melebihi standar yang ditentukan. secara HTST dan LTLT mampu mengurangi
Inokulasi contoh susu untuk mengisolasi 4-50% MAP (Grant et al., 1996). Hal tersebut
MAP mendapatkan 1 isolat yang tumbuh pada memperlihatkan bahwa bakteri MAP masih
tabung HEYMj. Pemeriksaan mikroskopik mampu bertahan dalam susu yang telah
terhadap preparat ulas bakteri dengan dipasteurisasi. Pada pasteurisasi skala industri,
pewarnaan tahan asam ZN membuktikan bakteri MAP yang secara alami mencemari
bahwa isolat tersebut bukan Mycobacterium sp. bahan baku masih dapat dideteksi sekitar 6,9%
Pada uji PCR IS900 dan F57 dari seluruh contoh dengan metode PCR dan isolasi (Grant et al.,
juga tidak menunjukkan adanya pita DNA 2002b). Hasil penelitian Millar et al., (1996)
target. Hasil seluruh pengujian disajikan dalam memperlihatkan bahwa susu pasteurisasi yang
Tabel 1. dijual di supermarket di Inggris dan Wales
Rendahnya TPC bakteri aerobik masih mengandung bakteri MAP. Beberapa
menunjukkan tingkat efektifitas pasteurisasi penelitian lain juga melaporkan keberadaan
yang baik telah dilakukan produsen besar/ MAP pada produk susu segar mau pun susu
pabrikan (contoh A-E) sedangkan 2 produsen pasteurisasi baik dengan metode PCR maupun
kecil/menengah (F dan G) masih sangat kurang. isolasi seperti di Inggris (Grant et al., 2002a) di
Hal ini terlihat pada jumlah bakteri aerobik yang Irlandia (O’Reilly et al., 2004), di Ceska (Ayele
terkandung di dalamnya. Pengujian TPC et al., 2005) sedangkan penelitian Donaghy et
terhadap contoh susu dilakukan dengan rentang al., (2004) mendapati bakteri MAP pada keju
waktu 1-3 dari tanggal produksi dan masih jauh cheddar.
dari tanggal kedaluwarsa masing-masing Metode HTST dilaporkan oleh Stabel et al.,
contoh. Kondisi susu pasteurisasi yang tidak (1997) efektif mematikan MAP, namun Chiodini
tercemar MAP ini dapat terjadi karena dan Hermon-Taylor (1993) memperlihatkan
efektifitas pasteurisasi yang diterapkan oleh daya tahan yang berbeda antara MAP isolat sapi
produsen dan atau bahan baku susu segar yang dan manusia terhadap metode pasteurisasi
bebas dari MAP. LTLT (63°C, 30 menit) mau pun HTST (72°C,
Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan 15 detik). Pada metode LTLT, MAP isolat sapi
dari beberapa penelitian di luar negeri yang dapat dimatikan hingga 90-95% dan dengan
banyak menemukan MAP pada susu HTST mencapai > 95% sedangkan isolat
pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan suatu manusia hanya 60-80% saja yang mati pada
metode pemanasan yang cukup efektif untuk LTLT namun dengan HTST justru lebih tahan
1 A 1.7 x103 0 6 - - 0 6 0 6
2 B 2.5 x103 0 6 - - 0 6 0 6
3 C 4.3 x103 1 5 0 1 0 6 0 6
4 D 8.3 x102 0 6 - - 0 6 0 6
5 E 1.0 x103 0 6 - - 0 6 0 6
6 F 7.57x104 0 6 - - 0 6 0 6
7 G TDD(> 1.0x106) 0 6 - - 0 6 0 6
Keterangan: TPC: total plate count, CFU: Colony Forming Unit, TDD: tidak dapat dihitung, AFB: acid fast
bacilli (pewarnaan tahan asam Ziehl-Neelsen)
110
Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 107-113
dan meningkat hingga 25-31% setelah fase MAP sangat tergantung pada mycobactin
pendinginan 4°C. Jumlah bakteri dalam susu J dari luar ternyata memiliki kemampuan
juga mempengaruhi efektifitas pasturisasi. mensintesis senyawa tersebut dalam jumlah
Penelitian Grant et al., (1996) menunjukkan sangat sedikit sehingga tidak mencukupi
bahwa cemaran MAP sebanyak 104-107 CFU/ml kebutuhannya. Pada kondisi nutrisi dan
sebelum pasteurisasi mampu bertahan hingga lingkungan yang baik dalam waktu lama,
50% pada LTLT dan 58% pada HTST. Pendapat seperti biakan laboratorium, sifat ketergan-
ini sejalan dengan temuan Sung dan Collins tungan tersebut akan hilang seperti yang
(1998) yang melaporkan bahwa bakteri MAP diperlihatkan pada M. avium subspesies avium.
masih ditemukan pada susu pasteurisasi Mycobactin merupakan senyawa yang secara
menggunakan metode HTST, apabila bahan alami dihasilkan oleh Mycobacterium terutama
baku susu tercemar lebih dari 101 CFU/ml. Sung M. phlei yang membantu MAP mengabsorbsi
dan Collins (1998) juga melaporkankan bahwa zat besi (Fe) untuk kebutuhan pertumbuhannya
D values (waktu yang dibutuhkan untuk (Barclay dan Ratledge, 1983).
menurunkan konsentrasi bakteri sebanyak 1 Metode PCR menggunakan sekuen IS900
log10) pada suhu pasteurisasi 62°C yaitu selama sebagai primer MAP dilaporkan oleh Green et
228,8 detik; suhu 65°C selama 47,8 detik, suhu al., (1989) sangat membantu diagnosis MAP
68°C selama 21,8 detik dan pada suhu 71°C dengan lebih akurat bahkan dapat membeda-
selama 11,67 detik. Efektivitas pasteurisasi juga kannya dengan subspesies lain dari M avium
ditunjukkan oleh McDonald et al., (2005) yang complex dan M. silvaticum. Beberapa peneliti
mengkombinasikan aliran turbulen pada proses dengan rancangan primer yang mengambil
pasteurisasi berlanjut yaitu pada suhu 72°C sekuen tertentu dari IS900 masih mendapatkan
selama 15 detik dan dilanjutkan 78°C selama reaksi positif palsu. Bull et al., (2003)
25 detik, perlakuan itu mampu menurunkan memperlihatkan sekuen IS900 (primer TJ1-4)
MAP hingga 106 CFU. Teknik lain pengolahan memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi
susu yang dapat menginaktivasi MAP adalah sehingga pemilihan sekuen dalam rancangan
menggunakan tekanan hidrostatik tinggi 500 primer IS900 sangat mempengaruhi hasil.
MPa pada suhu sedang. Teknik ini mampu Cocito et al., (1994) menggunakan primer yang
mengurangi MAP hingga 104 CFU/ml (Lopez- berasal dari cloning vektor transposon DNA
Pedemonte et al., 2006). MAP dan dinamakan primer F57. Primer ini
Penelitian Sung et al., (2004) mengindikasi- dikembangkan oleh Vansnick et al., (2004) dan
kan bahwa kemampuan tahan panas bakteri berhasil mendapatkan kinerja yang sangat baik
MAP dikendalikan oleh tiga protein yaitu GroES dengan mampu mendeteksi MAP hingga 1 CFU/
heat shock protein, antigen 85 complex B, dan PCR. Tasara dan Stephan (2005) menguji primer
alpha antigen. Antigen alfa dan antigen ini dengan metode real-time PCR dan mampu
85kompleks B keduanya merupakan trehalose mendeteksi MAP di dalam susu yang
mycolyltransferase yang terlibat dalam dikontaminasi dengan MAP sebanyak 10 sel/ml.
pembentukan dinding sel bakteri. Protein GroES Kinerja primer F57 sangat baik sehingga
mampu memperbaiki dinding sel bakteri yang direkomendasikan sebagai metode rutin
mengalami pelipatan atau mengalami pengujian MAP pada susu dan akan lebih akurat
denaturasi akibat suhu tinggi, protein tersebut apabila diparalel dengan penggunaan primer
juga dikenal sebagai heat shock protein. IS900.
Media HEYM merupakan media standar Penelitian ini memperlihatkan bahwa
yang digunakan untuk isolasi MAP. Penggunaan produk susu pasteurisasi yang dijual di Bogor
secara paralel HEYM yang diperkaya tidak terkontaminasi bakteri Mycobacterium
mycobactin J dan yang tidak diperkaya avium subpsecies paratuberculosis baik
mycobactin J merupakan metode untuk seleksi dideteksi dengan PCR menggunakan primer
yang didasarkan pada karakter ketergantungan IS900 dan F57 mau pun isolasi dengan HEYMj.
MAP pada mycobactin. Sifat fenotip ini dapat Meskipun demikian dengan temuan jejak DNA
digunakan untuk membedakan MAP dengan MAP pada susu formula lanjutan yang dijual di
bakteri dari golongan Mycobacteriaceae lainnya Bogor, patut untuk selalu mewaspadai
(JIC, 2006). Ketidakmampuan MAP mensintesis keberadaan bakteri ini pada susu segar maupun
senyawa siderophor diakibatkan oleh kondisi produk olahannya.
represif dari lingkungan yang mempengaruhi
fenotipnya dan bukan faktor genetik.
111
Nugroho etal Jurnal Veteriner
112
Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 107-113
McDonald WL, O’Riley KJ, Schroen CJ, Codron [SCAHAW] Scientific Committee on Animal
RJ. 2005. Heat inactivation of Myco- Health and Animal Welfare. 2000. Possible
bcaterium avium subsp. paratuber-culosis Links Between Crohn’s Disease and
in Milk. Apll Environ Microbiol 71:1785- Paratuberculosis., European Commission,
1789. Directorate-General Health & Consumer
Millar D, Ford J, Sanderson J, Withey J, Tizard Protection.
M, Doran T, Hermon-Taylor J. 1996. IS 900 Stabel JR, Steadham EM, Bolin CA. 1997. Heat
PCR to Detect Mycobacterium paratuber- Inactivation of Mycobacterium paratu-
culosis in Retail Supplies of Whole berculosis in Raw Milk: Are Current
Pasteurised Cows‘ Milk in England and Pasteurization Conditions Effective? Appl
Wales. Appl. Environ. Microbiol. 62:3446- Environ Microbiol 63: 4975–4977.
3452. Sung N, Collins MT. 1998. Thermal Tolerance
Nugroho WS, Sudarwanto M, Lukman DW, of Mycobcaterium paratuberculosis. Appl.
Naim R, Setyaningsih S, Hassan AA, Environ. Microbiol. 64: 999-1005.
Usleber E. 2008a. Deteksi Mycobacterium Sung N, Collins MT. 2003. Variation in
avium subspecies paratuberculosis Pada Resistance of Mycobacterium paratuber-
Susu Formula Lanjutan di Bogor. J Teknol culosis to Acid Environments as a Function
Industr Pangan 9:19-24. of Culture Medium. Appl Environ Microbiol
NugrohoWS, Sudarwanto M, Lukman DW, 69: 6833-6840.
Naim R, Hassan AA, Usleber E. 2008b. Sung N, Takayama K, Collins MT. 2004.
Detection of Mycobacterium avium Possible Associatin of GroES and Antigen
subspecies paratuberculosis in formula milk 85 Protein with Heat Resistance of
in Bogor using PCR IS900. Med J Indon. Mycobacterium paratuberculosis. Appl
17:183-187. Environ Microbiol 70:1688-1697.
O’Reilly CE, O’Connor L, Anderson W, Harvey Sweeney RW, Whitlock RH, Rosenberger AE.
P, Grant IR, Donaghy J, Rowe MT, 1992. Mycobacterium paratuberculosis
O’Mahony P. 2004. Surveillance of Bulk Raw Cultured from Milk and Supramammary
and Commercially Pasteurized Cows’ Milk Lymph Nodes. of Infected asymptomatic
from Approved Irish Liquid-Milk cows. J Clin Microbiol 30:166-171.
Pasteurization Plants to Determine The Tasara T, Stephan R. 2005. Development of an
Incidence of Mycobacterium paratuber- F 57 Sequence-based Real-Time PCR Assay
culosis. Appl Environ Microbiol 70:5138- for Detection of Mycobacterium avium
5144. subspecies paratuberculosis Appl Environ
Lopez-Pedemonte T, Sevilla I, Garrido JM, Microbiol. 10:5957-5968.
Aduriz G, Guamis B, Juste RA, Roig-Sagues Vansnick E et al. 2004. Newly developed primers
AX. 2006. Incativation of Mycobcaterium for detection of Mycobacterium avium
subsp. paratuberculosis in Cow’s Milk by subspecies paratuberculosis. Vet Microbiol
Means of High Hydrostatic Pressure at Mild 100:197-204.
Temperature. Appl Environ Microbiol Whittington RJ, Hope AF, Marshall DJ, Taragel
72:4446-4449. CA, Marsh I. 2000. Molecular Epidemiology
Pillai SR, Jayarao BM. 2002. Application of IS900 of Mycobacterium avium subsp.
PCR for Detection of Mycobcatrerium avium paratuberculosis: IS900 Restriction
subsp. paratuberculosis Directly from Raw Fragment Length Polymorphism and
Milk. J Dairy Sci 85:1052-1057. IS1311 Polymorphism Analyses of Isolates
from Animals and Human in Australia. J
Clin Microbiol 38:3240-3248.
113