Jurnal Alpukat - En.id

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

AKTIVITAS FITOKIMIA DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN AVOCADO (PERSEA AMERICANA MILL.

pengantar

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak memiliki
sistem pertahanan antioksidan yang berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas yang
berlebihan, tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Kekhawatiran akan efek samping antioksidan
sintetik menjadikan antioksidan alami sebagai alternatif pilihan. Dalam beberapa tahun terakhir
telah terjadi peningkatan minat untuk mendapatkan antioksidan alami. Studi menunjukkan bahwa
senyawa fenolik seperti flavonoid memiliki aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas yang
ditemukan pada tanaman dan daun buah yang biasa digunakan sebagai obat tradisional. WHO
melaporkan bahwa saat ini obat tradisional yang berasal dari tumbuhan telah digunakan oleh
masyarakat sekitar 80% sebagai upaya kesehatan pribadi. Pemanfaatan tumbuhan obat meliputi
pencegahan dan pengobatan suatu penyakit serta pemeliharaan kesehatan. Tumbuhan atau ekstrak
tumbuhan tertentu diyakini mengandung senyawa aktif biologis dan efektif dalam menyembuhkan
penyakit. Sebagian besar antioksidan alami berasal dari buah-buahan, sayuran, rempah-rempah, biji-
bijian dan rempah-rempah seperti ginseng, temulawak, ginkgo, rosemary, teh hijau, anggur, jahe
dan bawang putih dan alpukat (Persian americana Mill.). Pohon alpukat dikenal hanya buahnya yang
biasa dikonsumsi masyarakat. Ternyata daun alpukat merupakan salah satu bahan alami yang bisa
digunakan sebagai obat tradisional. Daun ini secara empiris telah digunakan sebagai obat diuretik,
analgesik, antiinflamasi, hipertensi, hipoglikemik, diare, sakit tenggorokan dan obat pendarahan.
Alpukat merupakan salah satu kelompok tanaman buah yang berkhasiat sebagai pengawet dan
antioksidan. Daging buah alpukat dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia dan memiliki aktivitas
antioksidan serta mengurangi risiko sindrom metabolik. Salah satu bagian dari tanaman alpukat yang
berpotensi sebagai zat antioksidan alami adalah daun alpukat. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa daun alpukat berpotensi sebagai antioksidan alami dan positif mengandung alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin dan steroid dengan menggunakan larutan metanol untuk menghidrolisis
dan mengekstrak daun alpukat. Namun penggunaan metanol dalam ekstrak kurang aman
dibandingkan dengan larutan etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan
fitokimia menggunakan larutan etanol 96% dan daya antioksidan ekstrak daun alpukat menggunakan
metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl).

Bahan dan metode

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas Tadulako pada
bulan Juni-September 2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan sampel terdiri dari 2
kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Daun alpukat yang digunakan baik pada
kelompok perlakuan maupun kontrol adalah jenis mentega. Kelompok perlakuan adalah ekstrak
daun alpukat yang terdiri dari 5 seri konsentrasi yaitu 10, 30, 50, 70 dan 90 mg/L sedangkan
kelompok kontrol adalah vitamin C yang terdiri dari 5 seri konsentrasi yaitu 10, 30, 50, 70 dan
90mg/L.

Bahan: Sekitar 96% etanol, DPPH, aquades, kertas saring, HCl pekat, 5% besi klorida, pereaksi
Dragendorff, kloroform, asam asetat hidrida dan asam sulfat pekat.

Alat : Blender, ayakan 60 mesh, Erlenmeyer 1000 mL, labu takar, gelas ukur 500 mL, timbangan
analitik, corong kaca, chamber, corong buchner, pompa vakum, rotary evaporator, spektrofotometer
UV-VIS. Pengumpulan data dilakukan melalui serangkaian pengukuran.

Sediaan ekstraksi daun alpukat: Daun alpukat yang digunakan berwarna hijau segar, dipisahkan dari
tangkainya. Sampel daun alpukat dibersihkan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50EC
selama 24 jam. Setelah kering sampel diblender hingga diperoleh serbuk kering. Sampel dimaserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (b/v) selama 3x24 jam. Larutan ekstrak
yang digunakan adalah etanol 96%. Etanol dianggap dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
membutuhkan lebih sedikit panas untuk proses konsentrasi, zat pengganggu terlarut terbatas dan
etanol semi polar untuk menarik senyawa polar dan non-polar. Hasil maserasi disaring menggunakan
kertas saring dengan bantuan filter vakum Buchner. Filtrat ditampung dalam Erlenmeyer. Ekstrak
diuapkan menggunakan evaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat daun alpukat. Selanjutnya,

Tes fitokimia

Uji Flavonoid : Uji flavonoid adalah dengan memasukkan 1,0 mL larutan sampel ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan sedikit serbuk magnesium dan beberapa tetes HCl pekat (pereaksi
Shinola), sehingga bila direaksikan positif akan menghasilkan warna orange. , larutan merah muda
atau merah.

Uji Saponin : Sebanyak 2,0 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok
selama beberapa menit, bila bereaksi positif akan membentuk buih yang stabil selama 15 menit.

Uji Tanin: Uji tanin adalah 1,0 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan setetes larutan besi klorida 5%, bila direaksikan positif akan menghasilkan endapan
berwarna coklat dan larutan berwarna biru tua.

Uji Alkaloid : Uji Alkaloid adalah 1,0 mL sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Dragendorff, sehingga bila direaksikan positif akan menghasilkan
endapan berwarna jingga.

Uji Steroid: Uji steroid adalah 1 mL ekstrak ditambahkan dengan 3-5 tetes kloroform, kemudian
ditambahkan lagi dengan 3-5 tetes asam asetat hidrida dan 10 tetes asam sulfat pekat. Uji positif
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru atau hijau.

Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl): Ekstrak pekat sampel
yang aktivitas antioksidannya ditentukan, menggunakan metode spektrofotometri dengan pereaksi
DPPH. Ekstrak sampel ditimbang 25 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, kemudian
disesuaikan dengan pelarut etanol hingga diperoleh konsentrasi larutan 1000 ppm. Serangkaian
pengenceran kemudian dilakukan untuk mendapatkan larutan 10, 30, 50, 70 dan 90 mg/L. Larutan
yang telah disiapkan, dipipet sebanyak 0,2 mL dan ditambahkan dengan 3,8 mL larutan DPPH 50 :M.
Campuran dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap. Kemudian, serapan diukur
pada panjang gelombang 517 nm. Pengujian juga dilakukan pada larutan DPPH. Nilai absorbansi
yang diperoleh digunakan untuk menentukan hambatan (%) menggunakan Persamaan berikut: 
Selanjutnya, kurva penghambatan (%) disiapkan dan IC50 (konsentrasi penghambatan) ditentukan
berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh. Parameter untuk menginterpretasikan hasil
pengujian dengan metode DPPH adalah IC50. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas
antioksidannya. Nilai IC50 diperoleh dari beberapa tahapan, sebelum menghitung nilai IC50 terlebih
dahulu menghitung nilai log konsentrasi dan nilai probit untuk setiap persentase aktivitas
penangkapan radikal bebas. Tingkat kekuatan antioksidan berdasarkan nilai IC50 adalah: sangat kuat
(500).

HASIL

Analisis kualitatif senyawa fitokimia pada ekstrak daun alpukat mengandung senyawa flavonoid,
saponin, tanin, triterpenoid, steroid dan tidak mengandung alkaloid (Tabel 1). Tabel 2 menunjukkan
bahwa penyerapan DPPH dengan adanya ekstrak daun alpukat dan vitamin C menurun seiring
dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun alpukat dan vitamin C dan semua konsentrasi
berbeda nyata dengan p<0,01

Nilai absorpsi DPPH ekstrak daun alpukat berbeda nyata dengan absorbansi DPPH vitamin C dengan
p<0.01

dimana nilai absorbansi DPPH oleh vitamin C rata-rata lebih kecil yaitu 0,288 dibandingkan dengan
absorbansi DPPH oleh ekstrak daun alpukat yaitu 0,452. Persentase penghambatan DPPH dengan
adanya ekstrak daun alpukat dan vitamin C mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya
konsentrasi ekstrak daun alpukat dan vitamin C dan semua konsentrasi berbeda nyata dengan nilai
p<0,01. Persentase penghambatan DPPH oleh ekstrak daun alpukat berbeda nyata dengan
absorbansi DPPH oleh vitamin C dengan nilai p<0,01, dimana penghambatan DPPH oleh vitamin C
rata-rata lebih besar yaitu 63,83% dibandingkan persentase penghambatan DPPH oleh ekstrak daun
alpukat yang adalah 43,26% (Tabel 2)

Tabel 3 menunjukkan bahwa absorbansi DPPH dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat 70 mg/L
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 90 mg/L. Artinya konsentrasi ekstrak daun alpukat yang
optimum untuk menghambat aktivitas DPPH adalah 70 mg/L . IC50 sebagai indikator dalam menilai
antioksidan ekstrak daun alpukat sebagai kekuatan antioksidan kuat dengan nilai IC50 sebesar 72,61
mg/L, sedangkan vitamin C memiliki daya antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 23,03
mg/L. Tingkat kekuatan antioksidan berdasarkan nilai IC50 adalah: sangat kuat (500).

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun alpukat positif mengandung zat fitokimia seperti
flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Proses ekstraksi daun alpukat menggunakan larutan etanol
95% merupakan pelarut universal dan yang mampu melarutkan senyawa polar, sehingga berbagai
senyawa polar dan nonpolar seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid yang terkandung
dalam daun alpukat dapat tertarik ke pelarut, meskipun ada penelitian yang menunjukkan bahwa
etanol kurang efektif dalam menyaring antioksidan. Metanol adalah pelarut yang paling efisien
untuk ekstraksi senyawa antioksidan, diikuti oleh air, etanol dan aseton. Namun penggunaan ethanol
lebih aman dibandingkan methanol, karena methanol bersifat racun.

Secara kualitatif, temuan beberapa zat fitokimia dalam ekstrak daun alpukat membuktikan bahwa
daun alpukat dapat digunakan sebagai sumber makanan yang memiliki antioksidan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa fitokimia fitosterol, saponin, polifenol, flavonoid dan asam askorbat
memiliki kemampuan untuk mengatur metabolisme kolesterol dan meningkatkan status antioksidan
pada tikus hiperkolesterolemia. Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak daun alpukat dapat
digunakan dalam pengobatan stres oksidatif karena flavonoid dapat membekukan radikal bebas
dengan menyumbangkan atom hidrogen atau dengan transfer elektron tunggal.

Kebutuhan flavonoid dalam konsumsi sehari-hari masih lebih tinggi dibandingkan vitamin C (70
mg/hari), vitamin E (7-10 mg/hari) dan karotenoid (otototene, 2-3 mg/hari). Asupan flavonoid dapat
berkisar antara 50 dan 800 mg/hari, tergantung pada konsumsi sayuran dan buah-buahan dan
minuman tertentu, seperti anggur merah, teh, dan bir tanpa filter. Secara khusus, anggur merah dan
teh mengandung kadar fenol total yang tinggi (sekitar 200 mg per gelas anggur merah atau secangkir
teh). Namun masyarakat Indonesia, konsumsi anggur merah masih terbatas, sehingga ekstrak daun
alpukat ini dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan flavonoid. Selain itu, penggunaan daun
alpukat sebagai sayuran masih sangat terbatas dibandingkan dengan bahan pangan lainnya seperti
kacang pohon dan buah aren yang mengandung nutrisi penting dan fitokimia, termasuk karotenoid,

Saponin banyak terdapat pada tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat. Penelitian telah
menunjukkan bahwa saponin memiliki efek antioksidan dengan adanya penurunan lipid serum pada
tikus wistar. Namun saponin dapat mengganggu penyerapan mineral dan vitamin dalam tubuh
sehingga menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak sempurna dengan
membentuk kompleks Saponin-Fe. Senyawa fitokimia lain yang terdapat dalam ekstrak daun alpukat
adalah tanin. Tanin adalah polifenol yang larut dalam air yang terdapat dalam kulit kayu dan buah
terutama pisang, anggur, sorgum, bayam, anggur merah, kopi, coklat dan teh. Hasil penelitian ini
sejalan dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa daun alpukat mengandung senyawa
flavonoid, tanin dan saponin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi vitamin C dan ekstrak daun alpukat
maka semakin tinggi aktivitas antioksidan yang ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang semakin
kecil (p = 0,000). Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka absorbansi kemampuan
antioksidan untuk mereduksi radikal bebas DPPH semakin kecil. Selain itu, nilai hambat (%) juga
mengalami peningkatan yang signifikan (p = 0,000) seiring dengan meningkatnya konsentrasi vitamin
C dan ekstrak daun alpukat. Nilai absorbansi dan daya hambat (%) antara vitamin C dan ekstrak daun
alpukat ditemukan berbeda nyata (p = 0,002), dimana vitamin C sebagai antioksidan masih lebih
tinggi kemampuannya dalam meredam radikal bebas DPPH dibandingkan ekstrak daun alpukat.
Vitamin C memiliki nilai rata-rata daya hambat (%) sebesar 63,83% sedangkan ekstrak daun alpukat
sebesar 43,26%. Faktor yang mempengaruhi kestabilan aktivitas antioksidan adalah pH, suhu, sinar
dan oksigen, serta faktor lain seperti ion logam. Faktor suhu mempengaruhi tingkat aktivitas
antioksidan pada daun alpukat. Anggorowati dkk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
pembuatan teh daun alpukat yaitu pada suhu 60, 70 dan 80EC nilai IC50 lebih tinggi dikarenakan
banyaknya antioksidan yang mulai terurai pada suhu tersebut, karena semakin banyak antioksidan
yang terurai maka semakin tinggi nilai IC50 dan semakin tinggi nilai IC50 maka semakin rendah
kandungan bahan aktif dalam daun alpukat.

Kemudian, perbandingan IC50 ekstrak daun alpukat dan vitamin C sebagai indikator kekuatan
antioksidan didapatkan bahwa vitamin C memiliki nilai IC50 yang lebih kecil yaitu 23,03 mg/L
dibandingkan dengan ekstrak daun alpukat yaitu 72,61 mg/L. Artinya vitamin C memiliki kekuatan
antioksidan dengan kategori sangat kuat, sedangkan ekstrak daun alpukat kategori kuat. Kecilnya
daya aktivitas antioksidan daun alpukat dibandingkan vitamin C disebabkan ekstrak daun alpukat
masih merupakan campuran dari beberapa senyawa seperti flavonoid, saponin, tanin dan steroid,
sedangkan vitamin C merupakan senyawa sintetik murni sebagai antioksidan Vitamin C juga memiliki
gugus hidroksil yang lebih banyak, sehingga vitamin C dapat mendonorkan lebih banyak atom
hidrogen untuk bereaksi dengan radikal bebas DPPH.

Penelitian ini sejalan dengan Owolabi et al., yang menyatakan bahwa daun alpukat memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat, yang dapat membantu dalam mencegah atau memperlambat perkembangan
berbagai penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif. Ekstrak daun alpukat berpotensi
sebagai antioksidan alami dan senyawa anti inflamasi yang mencegah pembentukan kristal kalsium
oksalat dengan mengganggu proses kerusakan sel epitel. Kandungan total fenol dan potensi
antioksidan fenolat alpukat dipengaruhi oleh pelarut ekstraksi dan varietas alpukat. Selain daun
alpukat, ekstrak buah anggur dan kulit alpukat juga mengandung senyawa bioaktif dan aktivitas
antioksidan yang tinggi terhadap DPPH (masing-masing 43 dan 35%) dibandingkan buah alpukat
(hanya 23%).
Studi ini menunjukkan bahwa daun alpukat berpotensi digunakan untuk mencegah beberapa
penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif. Oleh karena itu, daun alpukat yang dikenal
memiliki nilai non ekonomi dapat berkontribusi sebagai obat alami dan berpotensi menjadi sumber
pendapatan bagi petani dan industri. Namun, daun alpukat yang dinilai dalam penelitian ini hanya
terbatas pada satu variasi. Meneliti varietas lain akan membawa wawasan yang jelas tentang
perbedaan senyawa bioaktif antara variasi daun alpukat. Selanjutnya, kandungan fitokimia dalam
penelitian ini hanya diteliti secara kualitatif, tanpa memberikan informasi jumlah senyawa.
Penelitian ini juga tidak mengukur aktivitas antioksidan untuk masing-masing kandungan fitokimia
secara terpisah sedangkan setiap jenis zat fitokimia dapat memiliki tingkat aktivitas antioksidan yang
berbeda.

KESIMPULAN

Skrining fitokimia daun alpukat yang diekstrak dengan larutan etanol 90% positif mengandung
senyawa flavonoid, saponin, tanin, steroid. Nilai absorbansi dan persen penghambatan DPPH ekstrak
daun alpukat dan vitamin C menunjukkan perbedaan yang nyata. Konsentrasi 70% merupakan
ekstrak daun alpukat yang memberikan nilai absorbansi dan persen inhibisi optimum. Aktivitas
antioksidan ekstrak daun alpukat (absorbansi DPPH = 0,797) kuat dengan IC50 sebesar 72,61 mg/L
dan vitamin C sangat kuat dengan IC50 yaitu 23,03 mg/L . Ekstrak daun alpukat dengan kandungan
senyawa flavonoid dan aktivitas antioksidan yang kuat dapat dimanfaatkan dalam intervensi
penyakit yang berhubungan dengan radikal bebas.

Anda mungkin juga menyukai